• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Humairo dan Apriasari. Studi Deskripsi Laju Aliran Saliva Pada Pasien Diabetes Melitus Di RSUD Ulin Banjarmasin. PDGI J 2014; 63(1) : 8-13.

2. Restyana N.F. Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority 2015; 4(5): 93-101.

3. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan depertemen kesehatan RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS). Jakarta: badan penelitian dan pengembangan kesehatan depertemen kesehatan RI; 2013.h. 87-90.

4. Loporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Sumatera Utara.

Jakarta: badan penelitian dan pengembangan kesehatan depertemen kesehatan RI;

2013. h. 91-92

5. Shrimali L, Astekar M, Sowmya GV. Correlation Of Oral Manifestations In Controlled And Uncontrolled Diabetes Mellitus. Int J Oral & Maxillofacial Pathology 2011; 2: 24-27.

6. Prathibha K.M, Johnson P, Mathangi Ganesh, Arcot S.S. Evaluation Of Salivary Profile Among Adult Type 2 Diabetes Mellitus Patients In South India. Clinical And Diagnostic Research J 2013; 7(8):1592-1595.

7. Almeida P.D.V, Gregio A.M.T, Machado M.A.N, Antonio Adilson, Luciana Reis Azevedo Machado. Saliva Composition And Functions: A Comprehensive Review. J Contemp Dent Pract 2008; (9)3: 1-11, 72-80.

8. Rosa Maria Lopez P, Elisabeth Casanas, Jose Gonzalez S, Julia Serrano, Lucia Ramirez, Lorenzo d, dkk. Xerostomia, Hyposalivation, And Salivary Flow In Diabetes Patients. Diabetes Research J 2016: 1-3.

9. Mitrayana, M.A.J. wasono, M.R. ikhsan. Pengukuran Konsentrasi Gas Aseton (C3H6O) Dari Gas Hembus Relawan Berpotensi Penyakit Diabetes Mellitus Dengan Metode Spektroskopi Fotoakustik Laser. Fisika Indonesia J 2014; 18(54):

94-96.

10. Marco Righettoni, Antoni Tricoli, Samuel Gass, Alex Schmid, Anton Amann, dan Sotiris E. Pratsinis. Analytica Chimica Acta. 738 (2012) 69-75.

11. Ozougwu J.C, Obimba K.C, Belonwu C.D, dan Unakalamba C.B. The Pathogenesis And Pathophysiology Of Type 1 and Type 2 Diabetes Mellitus. J.

Physiol. Pathophysiol 2013; 4(4): 46-57.

12. Ndraha S. Diabetes Mellitus Tipe 2 Dan Tatalaksana Terkini. Jakarta: depertemen penyakit dalam fakultas kedokteran universitas krida wacana jakarta; 2014.

Medicus, 27(2): 9-16.

13. Soelistijo S.A, Hermina Novida, Achmad Rudijanto, Pradana Soewondo, Ketut Suastika, Asman Manaf, dkk. Konsesus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia 2015 :1-14.

14. Soegondo S. Penatalaksaan Diabetes Melitus Terpadu. 2th.,Jakarta: FKUI., 2011:

111-22.

15. R.M. Suryadi T. Angka Kejadian Dan Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2 Di 78 RT Kotamadya Palembang tahun 2010. April 2014. MKS, Th 46(2): 85-94.

16. Srividya Kidambi, Shailendra B. Diabetes Mellitus Considerations For Dentistry.

J Am Dent Assoc 2008; 139(5): 8S-18S.

17. American Diabetes Association. Classification And Diagnosis Of Diabetes. Sec.2.

In Standards OfMedical Care Diabetes 2017. Diabetes Care 2017; 40(suppl. 1):

S11-S24.

18. Chaidir R, Wahyuni A.S, Furkhani D.W. Hubungan Self Care Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus. Journal Endurance. Juni 2017; 2(2): 132-144.

19. Lamster I.B, Evanthia Lalla, Wenche S.B, George W.T. The Relationship Between Oral Health And Diabetes Mellitus. JADA. October 2008; 139: 19S-24S.

20. Ikhsan R, Purnomo L.B, Mitrayana. Pengukuran Kadar Aseton Udara Nafas Sebagai Indikator Peningkatan Ketogenesis Pada Penderita Diabetes Melitus Tidak Terkontrol. JKKI 2010; 2(6): 27-30.

21. Kistinnah I dan Endang S.L. Biologi 3 Makhluk Hidup Dan Lingkungannya Untuk SMA/MA Kelas XII. 2009. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional; Jakarta.

22. Wang Z Dan Wang C. Is Breath Acetone A Biomarker Of Diabetes? A Historical Review On Breath Acetone Measurements. J. Breath Res 2013; 7(2013) 037109 (18pp): 1-18.

23. Muttaqin A, Mursaini T. Penentuan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus (DM) Melalui Uji Spektroskopi Aseton Dalam Air Liur. Ilmu fisika J.

maret 2012;4(1):8-13.

24. Indriana T. Perbedaan Laju Aliran Saliva Dan Ph Karena Pengaruh Stimulus Kimiawi Dan Mekanis. J Kedokt Meditek. Mei-Agust 2011; 17(44): 1-5.

25. Holsinger C.F, Bui D.T. Anantomy Function And Evaluation Of Salivary Gland.

In: Mayer EN, Ferris RL. Salivary Gland Disorders. Berlin: Springer Berlin Heildelberg, 2007: 1-13.

26. Animireddy D, Bekkem R, Vallala P, Kotha B.S, Ankireddy S, Mohammad N.

Evaluation Of Ph, Buffering Capacity, Viscosity And Flow Rate Leves Of Saliva In Caries-Free, Minimal Caries And Nursing Caries Children: An In Vivo Study.Comtemp Clin Dent 2014; 5(3): 324-6.

27. Brosky M.E. The Role Of Saliva In Oral Health: Strategies For Prevention And Management Of Xerostomia. Supportive Oncology J. Mei 2007; 5(5): 215-225.

28. Lasisi T.J dan Fasanmade A.A. Salivary Flow And Composition In Diabetic And Non Diabetic Subjects. Niger.J.Physiol.Sci 2012: 79-82.

29. Pandey A.K. Physiology Of Saliva : An Overview. J Dent Ind. 2014; 21(1): 32-38.

30. Nugrahaeni DK. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta: EGC; 2011: 136.

31. Noor N.N. Epidemiologi. Ed 2. Jakarta: Rineka Cipta, 2014: 208-9.

32. Nila Kasuma. Fisiologi Dan Patologi Saliva. Padang: Andalas University Press, 2015: 22-26.

33. Fathmi A. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar Tahun 2012. Skripsi. Surakarta: Program Studi Kedokteran) 12: 2-13.

34. Bernardi M.J, Reis A, Loguecio A.D dkk. Study Of The Buffering Capacity, Ph And Salivary Flow Rate In Type 2 Well-Controlled And Poorly Controlled Diabetic Patients. Oral Health Prev Dent J. 2007; 5: 73-78.

35. Karuniawati, N.M.P., Ns. I Wayan Sukawana, S.Kep.,M.Pd., Ns. Luh Gede Maryati, S.Kep (2015). Pengaruh Pemberian Latihan Mengunyah Menggunakan Permen Karet Terhadap Jumlah Sekresi Saliva Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus Tipe 2. Diploma Thesis. Universitas Udayana.

36. Arul A Sri Kennath J, R Sanjay, dan Palanivelu Peramachi. Evaluation of Correlation Between Salivary pH and Prevalence of Dental Caries in Subjects with and without Diabetes Mellitus. Res. J. Recent. Sci. 2014; 3: 224-226.

37. Roletta H.E. Pengaruh Stimulasi Pengunyahan dan Pengecapan Terhadap Kecepatan Aliran dan pH Saliva. JKGUI. 2002; 9(1): 29-34.

38. Pradanta Y.E, Adhani R, Khatimah IH. Hubungan Kadar pH dan Volume Saliva Terhadap Indeks Karies Masyarakat Menginang Kecamatan Lokpaikat Kabupaten Tapin (Studi Observasional Dengan Pengumpulan Saliva Metode Spitting). J Dent Ked Gigi 2016; 1(2): 158-163.

39. Sari R.K dan Widiajmono A. Pengaruh Komplikasi Neuropati Terhadap Xerostomia Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. IDJ. 2012; 1(2): 20-26.

40. Hidayat A.R, dan Nurhayati I. Perawatan Kaki Pada Penderita Diabetes Melitus di Rumah. Permata Indonesia J 2014; 5(2): 49-54.

41. Giovani MP. Chronic Kidney Disease Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. J Agromed Unila 2015; 2(3): 234-247.

42. Andayani R, Sunnati, Sholiha A. Perbedaan Laju Alir Saliva Terstimulasi Antara Pengunyahan Paraffin Wax Dengan Permen Karet Xylitol Pada Pasien Terindikasi Gerd. J Odonto Dent 2016; 3(2): 105-10.

43. Hasibuan S, Sasanti H. Xerostomia: Faktor Etiologi dan Penanggulangannya.

JKGUI. 2000;7: 241-248.

44. Sumintarti dan Fildzah R. Korelasi Kadar Glukosa Saliva dengan Kadar Glukosa Darah Terhadap Terjadinya Kandidiasis Oral Pada Penderita Diabetes Melitus.

Dentofasial. Februari 2015; 14(1): 29-31.

45. Nasution M. Kandidiasis Oral Pada Diabetes Melitus. Majalah Kedokteran Gigi 2008; 41(3): 200-296

46. Walukow W.G (2013). gambaran xerostomia pada penderita diabetes melius tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSUP. Prof dr. R. D Kandou Manado. Skripsi.

Universitas Sam Ratulagi : program studi kedokteran): 1-5.

47. Aydin S. a comparison of ghrelin, glucose, alpha-amylase and protein levels in saliva from diabetics. J Biochem Mol Bioligy 2007; 40(1): 29-35.

48. Hegde A, Shenoy R, D'MeIlo P, Smitha A, Tintu A, Manjrekar P. Alternative markers of glycemic status in diabetes mellitus. Biomedical Research.

2010;21(3):252-256.

49. Priyanto M.H, Rusdi A, Tjut M.Z. Hubungan Kadar Gula Darah Sewaktu Dan HbA1c Dengan Derajat pH Saliva Pada Pasien Diabetes Melitus di RSUDZA Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia. Februari 20017; 2(1): 28-34.

Latar Belakang

1. Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemia karena berkurangnya sekresi insulin baik secara absolut maupun relatif atau disebabkan karena terjadinya resistensi insulin (penurunan glukosa masuk ke dalam sel dan peningkatan darah), perubahan metabolisme lemak, protein,dan karbohidrat.

2. Diabetes melitus terbagi menjadi 2 bagian yaitu, diabetes melitus tipe 1 atau IDDM dan diabetes melitus tipe 2 atau NIDDM.

3. World health organization (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2025 jumlah pengidap diabetes melitus akan membengkak menjadi 300 juta orang dan akan bertambah menjadi 438 juta orang pada tahun 2030 di seluruh dunia, diantaranya pasien DM tipe 2.

4. Hasil Riset Kesehatan Daerah (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi penyakit diabetes melitus di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1,8%.

5. Kelainan yang ditemukan yang bermanifestasi di rongga mulut yaitu, kandidiasis, burning mouth syndrome, oral lichen planus, stomatitis aftosa rekuren, xerostomia, dan disfungsi kelenjar saliva.

6. Diabetes dikaitkan dengan mikrovaskular komplikasi, neuropati otonom, keduanyadapat mempengaruhi sekresi ludah. Pada pasien diabetes melitus tipe 2 terjadi perubahan laju aliran saliva dan komponen saliva.

7. Penurunan laju saliva terjadi pada pasien DM tipe 2 dibandingkan dengan non-DM, hal ini terjadi karena terjadinya kerusakan kelenjar parenkim, perubahan mikrosirkulasi kelenjar saliva, dehidrasi, dan gangguan pada kontraksi glikemik.

8. Aseton (C3H6O) merupakan satu dari sebagian besar senyawa yang berlimpah pada pernafasan manusia. Konsentrasi aseton dalam pernafasan meningkat pada pasien diabetes melitus yang tidak terkontrol.

rongga mulut pada diabetes mellitus tipe 2 ?

2. Apakah ada hubungan antara kadar gula darah diabetes melitus tipe 2 dengan laju alir, pH, dan buffer saliva rongga mulut ?

3. Apakah ada hubungan antara kadar gula darah diabetes melitus tipe 2 dengan kadar aseton rongga mulut ?

Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis laju alir, pH, dan buffer saliva rongga mulut.

2. Untuk menganalisis hubungan antara kadar gula darah diabetes melitus tipe 2 dengan laju alir, pH,dan buffer saliva pada rongga mulut.

3. Untuk menganalisis hubungan kadar gula darah diabetes melitus tipe 2 terhadap kadar aseton rongga mulut.

Hipotesis

1. H1: Ada hubungan antara diabetes melitus tipe 2 terhadap pH, buffer, dan laju alir saliva.

2. H2: Ada hubungan antara diabetes melitus tipe 2 terhadap kadar aseton rongga mulut.

3.

4. Terdapat perbedaan jumlah koloni Streptococcus sp. antara beberapa konsentrasi ekstrak bunga rosella.

Manfaat Teoritis

1. Sebagai data awal pengaruh tingkat keparahan diabetes melitus tipe 2 terhadap kadar aseton, laju alir, pH, dan buffer saliva rongga mulut untuk perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi, khususnya biologi oral.

2. Sebagai data dan informasi mengenai efek diabetes melitus tipe 2 terhadap kadar aseton rongga mulut, laju alir saliva, pH, buffer saliva rongga mulut.

Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini akan memberi masukan bagi tenaga kesehatan gigi mengenai kadar aseton rongga mulut, laju alir, pH, dan buffer saliva rongga mulut pada penderita diabetes melitus tipe 2.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa bunga rosella adalah salah satu bahan alami yang mempunyai efek antimikroba.

.

Pengumpulan data dapat dilkukan dengan menggunakan atau mendapatkan dari catatan medis Klinik Aviati Padang Bulan, Medan

Menyusun kriteria inklusi dan ekslusi berdasarkan maksud dan tujuan dari penelitian di atas.

Sebelum penelitian , sample yang memenuhi criteria inklusi dan eksklusi diberi penjelasan tentang maksud penelitian yang akan dilakukan, dan

instruksikan untuk berpuasa minimal 8 jam

pada hari penelitian pasien akan dijelaskan kembali maksud dan tujun dari penelitian ini, serta menandatangani surat persetujuan, setelah itu

pasien akan di Tanya sesuai dengan kuisioner

Kemudian melakukan pengumpulan saliva yang dilakukan salam beberapa putaran, setiap putaran terdiri atas 2 orang subjek

Persiapan sebelum pengumpulan saliva, diposisikan dengan tenang pasien, kemudian diinstruksikan untuk mengunyah permen paraffin selama 5 menit, kemudian saliva yang tergenang akan di ludahkan

beberapa kali ke dalam wadah yang telah disediakan

Pot diberi label, kemudian dimasukkan dalam termos, dan melakukan pengukuran saliva tentang ph, laju alir, dan buffer.

menggunakan alat yang telah di sediakan Pencatatan hasil pemeriksaan

Pengumpulan dan pengelolaan data

Analisis Data

populasi

Mencari sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

dari populasi penelitian

meminta kesediaan pasien berpartisipasi

dalam penelitian dengan memberikan lembar penjelasan dan

informed concern kepada calon sampel

penelitian

pengisian kuisioner Melakukan pengukuran

berat badan

tinggi badan kadar gula darah puasa

persiapan pengambilan

pengambilan sampel saliva

jam 08.00-10.00

pengukuran kadar aseton melakukan pengukuran

laju aliran saliva, pH saliva, dan kapasitas

buffer

analisis data

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

Dokumen terkait