• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE

DAFTAR PUSTAKA

Alphastep. 2003. Alphastep User Guide Version 0.3. October 2003. http://www.nd.edu/~nom/papers/UserGuide.pdf [Update 21 Agustus 2006]. Arifin.1994. Pedogenesis Andisols berbahan Induk Abu Volkan Andesit dan

Basalt pada Beberapa Zona Agroklimat di Perkebunan Tek Jawa Barat. Desertasi Doktor. Fakultas Pasca Sarjona. IPB. Bogor.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisa kimia Tanah. Tanaman. Air dan Pupuk. Badan Penelitian dan Pegembangan Pertanian.Depertemen Pertanian.

Dalimartha S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta: Trubus Agriwidya. 214hlm.

De Padua LSD. Bunyapraphatsara N. Lemmens RHMJ. 1999. Plant Resources of South-east Asia 12. Prosea. Bogor:Prosea Foundation.

Gardner F P. Pearce R.B and Mitchell R L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.

Penerjemah Heriwati Susilo. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 h. Harbone JB. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: penerbit ITB Bandung.345hlm.

Hardjowigeno. S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Perssindo. 286 h.

Herbert RB. 1995. Biosintetis Metabolit Skunder. Terjemahan Bambang Srigandono. Semarang: IKIP Semarang Press. 243hlm.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid lll. Terjemahan Badan Litbang Kehutanan Jakarta. Jakarta:Yayasan Sarana Wana Jaya.

Januwati M. Muhammad H. 1992. Cara Budidaya Pegagan (Centella asiatica L.).Warta tumbuhan Obat Indonesia 1(2): 42-44.

Lagreid. M. O.C. Bockman and O. Koarstat. 1999. Agricultures. Fertilizes and the Enviroment. CABI Puslishing in Association with Norsk Hydro ASA. Lasmadiwati.E. M.M Herminati dan Y. Hety Indriani. 2004. Pegagan

Meningkatkan Daya Ingat. Membuat Awet Muda. Menurunkan Gejala Stress dan Meningkatkan Stamina. Seri Agrisehat. Penerbit Penebar Awadaya. Jakarta. II + 69 h.

Leiwakabessy F.M. 1988. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Istitut Pertanian Bogor.

Leiwakabessy F.M dan Sutandi. 1998. Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Istitut Pertanian Bogor.

Marschner. H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press Harcourt Brace Jovannovich. Publisher. Landon.

Musyarofah.N. 2006. Respon Tanaman Pegagan (Centella asiatica L.Urban) Terhadap Pemberian Pupuk Alami di Bawah Naungan.[skripsi ] Departemen budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB Bogor.

Puslittanak . 1992. Pentujuk Teknis Kunci Taksonomi Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Bogor. 480 h.

Salisbury F B. Rass CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilit 2. Terjemahan dari: FB Salisbury and CW Ross. Plant Physiology 4th Edition. Bandung: Penerbit ITB. 173 hlm.

Soepardi. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Supriadi. 2002. Tithonia Diversifolia dan Tephrosia Cendida Sebagai bahan Organik Alternatif untuk Perbaikan P Tanah Adisols . Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi. 1(2):7_15 Ilmu Tanag. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.

Rachim. D.A. dan Suwandi. 1999. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Istitut Pertanian Bogor.

Rosmarkam. A dan Yuwono. N.W. 2001. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Rachmawati RY.2005. Pengaruh naungan dan jenis pegagan (Centella asiatica L. Urban) terhadap pertumbuhan. produksi dan kandungan triterpenoidnya sebagai bahan obat . [skripsi ] Departemen budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB Bogor.

Sabiham. S. 1996. Prinsip-prinsif Uji Tanah. Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Institut Pertaanian Bogor. 19 -311 Januari 1996 . 23 h.

Santa IGP. Bambang PEW. 1992. Studi taksonomi Centella asiatica (L.). Urban. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 1(2): 46-48.

Santoso.D dan A. Sofyan. 2006. Pengelolaan Hara Tanaman pada Lahan Kering. Proc Teknologi Pengelolaan Lahan kering Menuju Pertanian Prodduktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbaang Pertanian. PP 73- 100.

Swastika.I.W. Sutriadi.M.T dan Kasno.A. 2005. Pengaruh Pupuk Kandang dan Fosfat Alam Terhadap Produktivitas Jagung di Typic Hapludox dan Plintik Kandiudults Kalimatan Selatan. Prosiding Seminar Nasional Inovasi

Teknologi Sumber Tanah dan Iklim. Pusat Peneelitian dan Pengembangan Pertanian . Badan Litbang Pertanian. Buku II. Bogor PP 178 -191

Sell CS.2005. A Fragrant Introduction to Terpenoid Chemistry. Ashfrod kent UK: RS.C Advancing The Chemical Sciences.

Sugito Y. 1999. Ekologi Tanaman. Malang: unibraw Press.127hlm.

Soemarno. 1990. Analisis Metabolisme Sekunder. Pusat antar Universitas Bioteknologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta. 246 -296 h.

Tan. K.H. 1984. Andosol in Indonesia. In Tan K.H. (ed). Andosols. A Hutchinson Ross Benchmark Book. New York.

Taiz L. Zeiger E. 1991. Plant physiology. New york : The Benjamin/Cummings publishing Company. lnc.

___________. 2002. Plant physiology.ThirdEdition. Sunderland. Massachusets: Sinauer Associates.lnc.Publisher.

Tisdale. S.L. W.L Nelson and J.D. Beaton. 1985. Soil fertility and fertilizers. 4 th ed Macmilan. New York.

Tisdale. S.L. W.L Nelson & J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers.

MacMillian Pub. Co. New York. Xiv + 754 h.

Toha. A.HA. 2001. Biokimia Metabolisme Biomelekul. Cetakan Kesatu. Penerbit Alfabeta Bandung. 25 -27 h.

Underwood. A.L. dan R.A. Day. 1990. Analisis kuantitatif. Edisi IV. Diterjemahkan oleh : R. Sudarso. Bagian Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya.

Vickery ML.vickery B. 1981. Secondary Plant Metabolism. London: The Macmillan Press Ltd.335pp.

Van Stennis CGGJ. 1997. Flora. Diterjemahkan oleh moeso surjowinoto et.al. Jakarta: Pradnya Paramitha.hlm.324.

Wijayakusuma H. wirian AS. Yaputra T. Dalimartha S. Wibowo B. 1994.

Tanaman Berkhasiat Obat diindonesia. Jilid 1. Jakarta: Pustaka Kartini.

Wren RC. 1956. Potter’s New Cyclopaedia of Botanical Drugs and Preparations. London: Sir Isaac Pitman & Sons.Ltd. P:160.

Lampiran 1. Denah percobaan

Ulangan I

Ulangan II

Ulangan III

a. Denah Lokasi Percobaan Keterangan:

Luas lahan : Lebar 12 m x 35 m.

Luas petakan : 3 x 4 m2 Jarak antar petakan : 0.3 m

Sp1 : Panen muda (umur 2 bulan setelah tanam)

Sp2 : Panen tua ( umur 4 bulan setelah tanam)

P0 : Tarap pemupukan 0 kg P2O5/ha

P1 : Tarap pemupukan 36 kg P2O5/ha

P2 : Tarap pemupukan 72 kg P2O5/ha

P3 : Tarap pemupukan 108 kg P2O5/ha

Sp1 P0 Sp1P2 Sp2 P2 Sp2 P0 Sp2 P2 Sp2 P3 Sp1 P1 Sp1P3 Sp2 P3 Sp2 P1 Sp2 P0 Sp2 P1 Sp2P1 Sp2P2 Sp1 P2 Sp1 P1 Sp1 P0 Sp1 P3 Sp2P0 Sp2P3 Sp1 P3 Sp1 P0 Sp1 P1 Sp1 P2 U

Lampiran 2.

Prosedur uji fitokimia kuantitatif.

1. Pengujian Alkaloid

1 g sample digiling halus bersama-sama pasir sambil dibasahi dengan 5 ml kloroform yang mengandung beberapa tetes amonia (± 3 tetes). Tambahkan lagi 5 ml kloroform dan ± 5 tetes amonia. kemudian disaring ke dalam tabung reaksi. Ekstra kloroform dalam tabung reaksi dikocok dengan 10 tetes H2SO4 2M.

dikocok sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan tidak berwarna atau larutan asamnya dipipet kedalam tabung reaksi lain lalu larutan dibagi menjadi tiga bagian. Masing-masing larutan diteteskan pada spot plate dan ditambahkan beberapa tetes Reagan atau pereaksi Dragendorf. Mayer dan Wagner. Uji positif alkaloid bila menghasilkan endapan berwarna orange atau merah jingga setelah ditambahkan reagen dragendorf. putih kekuningan untuk reagen Mayer dan endapan coklat setelah ditambahkan reagen Wagner.

2. Pengujian triterpenoid dan steroid

1 g sample ditambah etanol dan dipanaskan sampai mendidih lalu saring. Filtrat kemudian diuapkan. setelah kering dilarutkan dalam eter. Lapisan eter yang terbentuk dipipet dan diteteskan pada spot palte. kemudian ditambahkan pereaksi Lieberman-Buchard (3 tetes asam asetat anhidrat + 1 tetes H2SO4 pekat)

bila dihasilkan warna hijau menandakan positif adanya steroid. sedangkan warna merah atau ungu menandakan positif adanya triterpenoid.

3. Pengujian flavonoid. saponin dan tannin

1 g sample dimasukan kedalam gelas piala lalu ditambahkan 12 ml air panas dan didihkan selama 5 menit. Masukan masing-masing 3 ml larutan kedalam 2 tabung reaksi. Pada tabung reaksi 1 masukkan serbuk Mg dan beberapa tetes HCI pekat dan amil alkohol. Pada tabung reaksi 2 dilakukan pengocokan secara vertikal selama 10 detik dan biarkan selama 10 minit. Adanya busa yang stabil menunjukkan saponin. Sisa campuran tadi didihkan lagi selama 10 menit lalu saring. Filtrat ditambahkan beberapa ml larutan F

e

Cl3 1 %. timbulnya warna

Lampiran 3.

Prosedur uji zat aktif asiatikosida kuanlitatif.

Persiapan bahan baku: daun Pegagan disortir dan dicuci sampai bersih. dikeringkan dengan blower. suhu 40oC selama 7 jam. daun Pegagan kering digiling dan diayak menggunakan ayakan ukuran 40 mesh. menghasilkan ukuran 40 mesh. Pelaksanaan selanjutnya 0.2 gram serbuk Pegagan ukuran 40 mesh ditambah 25 ml CH3CN. dikocok 60 menit. disaring (kertas saring nomor 42)

penyaringan residu dengan ekstrak CH3CN contoh. Residu ditambah 25 ml

CH3CN. dikocok 60 menit disaring (menggunakan kertas saring pada penyaringan

1) ekstrak CH3CN contoh masuk labu takar 50 ml disaring (kertas saring 0.2 µm).

Tahap selanjutnya analisis asiatikosida menggunakan KCKT Hitachi D-7000. Perhitungan Kadar Asiatikosida.

Luas area contoh x 100 ppm x foktor pengenceran.

Luas area standar

Kadar Asiatikosida = --- X 100% Bobot Contoh (gram) x 106

Lampiran.4.

Pengukuran P. Timbang 0.500 gr contoh tananam musuk < 0.5 mm ke dalam tabung digestion. ditambah 5 mm HNO3 p.a. dan 0.5 ml HClO4 p.a dan

dibiarkan satu malam. besok dipanaskan dalam digistion blok dengan suhu 100 oC selama satu jam. kemudian suhu ditingkatkan menjadi 150 oC. Setelah uap kuning habis suhu digistion blok ditingkat menjadi 200 oC. Destruksi selesai setelah keluar asap putih dan sisa ekstrak kurang lebih 0.5 ml. Tabung diangkat dan dibiarkan dengan Ekstrat diencerkan dengan air bebas ion hingga volume tepat 50 ml dan kocok dengan pengacak tabung hingga homogen. Proses pengukuran dipipet masing-masing 1 ml ekstrak contoh ke dalam tabung kimia tambahkan 9 ml air bebas ion dan kocok (pengeceran 10x). dipipet masing-masing 2 ml ekstrat encer dan deret standar P (0 – 20 ppm. PO4 ) ke dalam tabung reaksi. Tambahkan

10 ml perekasi pewarna P. kocok dengan pengacak tabung sampai homogen dan biarkan 30 menit. P dalam larutan di ukur dengan alat spektrometer pada panjang gelombang 693 nm (Balit tanah. 2005).

Hasil pengkuran :

Rumus % P =

Nilai Absorban Contoh X

_____________________ X Faktor pengenceran X Faktor koreksi Scop (Standrat)

% P =

---

100% Berat Contoh X 10 6

Dokumen terkait