• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Percobaan. Percobaan dilakukan mulai bulan Juni 2007 sampai Desember 2007, dimana kondisi curah hujan, bervariasi terhadap jumlah hari hujan dan jumlah curah hujan, akhirnya terjadi perbedaan rata-rata curah hujan bulanan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa, bulan Juni, Juli, Agustus dan September terjadi jumlah hari hujan 9, 4, 3, dan 4 kali, dengan total volume curah hujan 411.5, 154, 165 dan 143 mm/bulan. Rata-rata curah hujan bulanan 45.72, 38.5, 55.7 dan 35.75 mm/bulan adalah tergolong rendah (bulan kering). Akan tetapi pada bulan Oktober, Nopember dan Desember curah hujan terjadi kenaikan yang tinggi terhadap jumlah hari hujan 13, 18 dan 21 kali, oleh sebab itu total jumlah curah hujan bulanan mengalami kenaikan 625, 893 dan 972.6 mm/bulan, selanjutnya rata-rata curah hujan bulanan 48.07, 49.65 dan 46.31 mm/bulan. Ketersedian air ada dua fenomena jadi bulan Juni, Juli, Agustus dan September 2007 termasuk bulan kering sebaliknya bulan Oktober, Nopember dan Desember penyedian air cukup akhirnya melimpah. Bulan Oktober, Nopember dan Desember penyedian air cukup dan melimpah untuk mendukung pertumbuhan, akan tetapi intensitas cahaya rendah jadi fotosintesis menurun.

Suhu dasar Q10 diasumsikan, bahwa penambahan suhu setiap hari

dikalikan jumlah hari selama siklus hidup tanaman dapat diketahui heat unit

akhirnya akan berpengaruh terhadap umur tanaman pegagan. Heat unit bulan Juni, Juli, Agustus dan September adalah sebesar 308.4, 312.42, 366.7, dan 320

o

C/bulan. Selanjutnya heat unit bulan Oktober, Nopember dan Desember adalah 315, 301.2, dan 191.89 oC/bulan, untuk berpeluang menghasilkan bobot kering tanaman dari hasil fotosintesis. Panjang hari, didefinisikan waktu mulai matahari terbit sampai terbenam, jadi keseluruhan kurang lebih 12 jam sepanjang tahun Lockwood (1974). Pertumbuhan tanaman selanjutnya siklus temperatur diurnal di tropik lebih penting dari pada perubahan suhu dari musim ke musim. Contohnya suhu rata-rata harian sekitar 3.2 oC pada bulan April dan 4.7 oC di bulan September, akan tetapi perbedaan temperatur bulanan per tahun hanya sekitar 1.2

o

C saja (Lamb 1972). Adapun penyebabnya, adalah temperatur ekstrim yang terjadi selama periode beberapa hari atau bahkan beberapa jam, oleh sebab itu dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman semusim di samping itu dapat

merusak spesies tanaman tahunan, lagi pula ditumbuhkan pada daerah yang terkena frost. Hasilnya pengamatan suhu udara hasilnya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Rerata suhu udara bulanan di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2007

Bulan

Pagi hari jam 06.00 Siang hari jam 12.00 Sore hari jam 18.00 Rata- rata

Min Max Rata-

rata

Min Max Rata- rata

Min Max Rata- rata ...OC... Juni 13.0 22.0 17.5 17.0 34.0 25.5 15.0 24.0 19.5 20.8 Juli 15.0 22.0 17.5 16.0 26.0 21.0 15.0 24.0 19.5 19.3 Agustus 15.0 22.0 17.5 18.0 34.0 26.0 15.0 25.0 20.0 21.2 Septem- ber 15.0 22.0 17.5 17.0 34.0 25.5 15.0 25.0 20.0 21.0 Oktober 15.0 22.0 17.5 16.0 33.0 24.5 15.0 24.0 19.5 20.5 Nopem- ber 15.5 21.4 18.5 17.9 28.2 23.1 15.6 21.6 18.6 20.0 Desem- ber 13.7 15.2 14.4 14.4 22.9 18.6 13.3 17.7 15.5 16.2 Sumber data : data primer dari loboratorium lapang Cipanas (2007)

Pada umumnya tanaman pegagan menyukai tanah yang agak lembab, cukup sinar matahari, di samping itu agak terlindung, oleh karena itu tumbuh baik pada ketinggian 700-2500 m di atas permukaan laut (dpl), jadi di lokasi penelitian yang mempunyai ketinggian 1300 m dpl cocok untuk pengembangannya.

Sifat Fisik dan Kimia Tanah Andisols. Tanah Andisols di lokasi penelitian menunjukkan bahwa bahan induk terbentuk dari vulkan yang telah mengalami perkembangan. Bentuk struktur pada lapisan atas umumnya remah, berukuran sangat halus sampai kasar dengan tingkat perkembangan sedang. Sifat kimia tanah ditandai dengan pH tanah agak masam sampai netral, di samping itu kadar C-organik sedang, KTK rendah sampai tinggi (Mulyanto 1984 dalam

Harini 2001)

Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa jenis tanah Andisols di lokasi penelitian adalah pH tanah sangat masam, C-org sedang, status hara makro rendah (N, P tersedia dan K), akan tetapi unsur hara mikronya tinggi.

Analisis sifat fisik jenis tanah Andisols mempunyai kandungan liat (27.06%), dan debu (26.89%), oleh sebab itu di dominasi oleh kandungan pasir (46.05 %), jadi tergolong kelas tektur pasir liat berdebu. Sifat fisik tanah yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman pegagan di samping beberapa sifat kimia tanah yang menyebabkan faktor pembatas pertumbuhan tanaman pegagan yaitu tingginya kandungan Fe (5984.5 ppm/100 g) dan Mn (197.98 ppm/100 g) dan rendah unsur hara makro. Hasil analisis dan metode yang digunakan hasilnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil analisis pendahuluan karakteristik tanah Andisols di Gunung Putri, Cipanas, Cianjur 2007

Sifat Tanah Nilai uji tanah Metode/ekstraktan Satuan

pH H2O 4.45 SM pH meter pH KCl 4.23 SM pH meter C-org 3.20 T Kurmies % N total 0.19 R Kjeldahl % C/N ratio 16.84 T - P tersedia 1.22 R Bray-1 ppm Ca 4.28 R 1 N NH4OAc pH 7.0 me/100 g Mg 0.75 R 1 N NH4OAc pH 7.0 me/100 g K 0.25 R 1 N NH4OAc pH 7.0 me/100 g Na 0.23 R 1 N NH4OAc pH 7.0 me/100 g Total 5.51 Al 0.41 T 1 N KCl me/100 g KTK 20.16 T 1 N NH4Oac pH 7.0 me/100 g KB 27.33 R % Fe 5144.05 ST 0.05 N HCl ppm Mn 197.98 T 0.05 N HCl ppm Cu 34.98 S 0.05 N HCl ppm Zn 55.39 S 0.05 N HCl ppm Tektur Pasir 46.05 Pipet % Debu 26.89 Pipet % Liat 27.06 Pipet %

Sumber : Laboratorium tanah dan kimia, fitokimia BALITTRO Bogor (2007)

Keterangan: SM (sangat masam), R (rendah), S (sedang), T (Tinggi), dan ST (sangat tinggi)

Tingginya kandungan Fe dan Mn kemungkinan sudah berada pada tingkat konsentrasi yang meracuni tanaman pegagan. Tanah-tanah masam pada umumnya mengandung ion-ion Al 3+, Fe 3+ dan Mn 2+ terlarut dan tertukarkan dalam jumlah yang cukup nyata (Tan 1982). Ketiga unsur tersebut dapat mengikat P sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman, dan apabila diserap oleh tanaman dalam jumlah banyak dapat meracuni tanaman. Di samping itu kadang - kadang

kelebihan Mn dapat menginduksi defisiensi unsur hara Fe, Mg dan Ca dan keracunan Zn mengiduksi defisiensi Fe, Mg, dan Mn (Marschner 1995). Akhirnya akan menyebabkan penyerapan hara terhambat, sehingga hasil fotosintat akan berkurang dan selanjutnya berdampak terhadap laju pertumbuhan tanaman pegagan dapat terhambat.

Berdasarkan pada analisis tanah terhadap sifat fisik dan kimia dapat diketahui urutan tingkat kekahatan atau faktor pembatas untuk pertumbuhan pegagan. Sifat kimia tanah yang menjadi faktor pembatas utama adalah pH tanah (sangat masam), hara N (0.19%), P (1.22 ppm) dan K (0.25 me/100g). Faktor pembatas ke dua adalah disebabkan tingginya kadar Fe (5144.05 ppm), Mn (197.98 ppm), Cu (34.98 ppm) dan Zn (55.39 ppm). Sedangkan faktor pembatas ke tiga yaitu sifat fisik tanah yaitu : tektur pasir (46.05 %) dalam mengikat air dan penyangga hara rendah. Sebaliknya terdapat beberapa faktor yang mendukung tanaman pegagan adalah kadar C-organik tanah kategori tinggi (3.20 %) dan C/N ratio (16.84).

Kajian P2O5 terhadap Nilai SPAD Klorofil Meter Daun dan Pertumbuhan

Pegagan Umur 2 sampai 16 MST

Rekapitulasi hasil sidik ragam dari komponen nilai SPAD klorofil meter tanaman pegagan Centella asiatica L. (Urban) menunjukkan bahwa pemberian pupuk P2O5 berpengaruh nyata, akan tetapi komponen pertumbuhan tidak

berbeda nyata. Komponen nilai SPAD klorofil meter daun muda dan tua berbeda nyata pada umur 8 MST diikuti pada daun tua, namun sebaliknya daun muda tidak berbeda nyata pada umur 16 MST (Tabel 5). Jumlah buku berbeda nyata terhadap pemupukan P2O5 pada umur 8 MST. Bagian dengan Tabel 16 halaman

36 rekapitulasi hasil sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh pemberian pupuk P2O5 terhadap

komponen nilai SPAD klorofil meter daun dan pertumbuhan (RAK)

Peubah Umur (MST) Pupuk P2O5 KK a. Komponen nilai SPAD klorofil meter daun

Nilai SPAD klorofil meter daun muda 8 * 5.81

Tabel lanjutan 5

Nilai SPAD klorofil meter daun muda 16 tn 15.93

Nilai SPAD klorofil meter daun tua 16 * 5.16

b.Komponen pertumbuhan

Jumlah daun induk 2 tn 12.32

4 tn 31.56 6 tn 21.63 8 tn 30.09 10 tn 13.70 12 tn 22.63 14 tn 22.66 16 tn 23.02

Panjang tangkai daun 2 tn 27.35

4 tn 11.12 6 tn 6.08 8 tn 18.55 10 tn 9.00 12 tn 14.04 14 tn 10.83 16 tn 10.41

Diameter tangkai daun 2 tn 25.02

4 tn 15.65 6 tn 22.25 8 tn 29.76 10 tn 23.18 12 tn 6.39 14 tn 9.45 16 tn 12.21

Jumlah sulur pirmer 2 tn 18.37

4 tn 39.17 6 tn 22.60 8 tn 18.42 10 tn 11.83 12 tn 14.79 14 tn 15.54 16 tn 16.71 Panjang daun 2 * 5.28 4 * 3.52 6 tn 5.14 8 tn 8.09 10 tn 7.12 12 tn 8.01 14 tn 7.57 16 tn 8.62 Lebar daun 2 tn 5.99 4 tn 15.15 6 tn 4.06 8 tn 7.51 10 tn 8.27 12 tn 5.48 14 tn 4.80 16 tn 4.81

Jumlah bunga induk 4 tn 23.32

6 tn 24.91

8 tn 37.60

10 tn 16.22

12 tn 16.91

Tabel lanjutan 5 16 tn 20.58 Panjang sulur 2 tn 10.47 4 tn 23.80 6 tn 25.74 8 tn 8.93 16 tn 22.89 Jumlah buku 4 tn 23.61 6 tn 23.61 8 * 36.41

Keterangan: KK : Koefisien Keragaman tn : Tidak berbeda nyata * : Berbeda nyata ** : Berbeda sangat nyata

Nilai SPAD Klorofil Meter Daun

Nilai SPAD Klorofil Meter Daun Muda dan Tua. Pemupukan P2O5

berpengaruh nyata dalam peningkatan nilai SPAD klorofil meter daun muda dan tua pada umur 8 MST (Tabel 6). Hasil sidik ragam nilai SPAD klorofil meter (SPAD 502) diamati melalui intensitas kehijauannya (greennes) hasilnya disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Nilai pada SPAD klorofil meter daun muda dan daun tua

Perlakuan pupuk P2O5

(kg/ha)

Umur 8 MST Umur 16 MST

Daun muda Daun tua Daun muda Daun tua

………. Nilai SPAD………

0 23.97 b 36.06 b 24.45 35.31 b

36 26.32 a 39.07 a 26.05 40.98 a

72 25.79 ab 39.58 a 28.77 39.09 a

108 25.49 ab 39.03 a 26.81 38.82 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %

Sebaliknya, umur 16 MST nilai SPAD klorofil meter daun muda tidak berbeda nyata ini diduga bahwa kandungan P sebagian besar tersimpan pada daun tua, oleh sebab itu pada daun tua berbeda nyata. Pupuk P2O5 berpengaruh nyata

dibandingkan dengan tanpa P2O5 terhadap nilai SPAD klorofil meter. Nilai SPAD

klorofil meter dosis pupuk 36 kg P2O5/ha berbeda nyata terhadap daun muda

dan daun tua oleh sebab itu memberikan derajat intensitas kehijauan warna daun lebih cerah dibandingkan dengan warna daun tanpa pemberian P2O5 selanjutnya

menunjukkan derajat intensitasnya warna agak gelap. Hal ini diduga bahwa warna kehijuan (greenness) yang tinggi pengaruh dari warna pigmen kuning hingga

jingga (karotenoid) sebagai pigmen yang berperan dalam pemanen cahaya untuk fotosintesis dan melindungi klorofil daun dari kerusakan akibat oksidasi oleh O2

pada saat penyinaran yang tinggi. Semakin tinggi nilai SPAD klorofil meter akan menunjukkan warna daun lebih cerah.

Peningkatan nilai SPAD klorofil meter daun muda tertinggi diperoleh pada pemberian pupuk 36 kg P2O5/ha, dengan persamaan Y = 0.6625x2 + 3.7155

x + 21.072 (R2 = 0.8415*), di samping itu pada daun tua tertinggi diperoleh pada pemberian pupuk 108 kg P2O5/ha, dengan persamaan Y = 0.685x2 + 5.797 x +

31.48 (R2 = 0.9966*). Selanjutnya umur 16 MST pemupukan P2O5 tidak berbeda

nyata terhadap nilai SPAD klorofil meter daun muda, akan tetapi daun tua berbebeda nyata, dengan persamaan Y = 0.0001x2 + 0.0532 x + 35.769 (R2 = 0.7487). Oleh sebab itu pemberian pupuk 36 dan 108 kg P2O5/ha seperti halnya

dapat menjelaskan keragaman Y sebesar 84.15 dan 99.66 % terhadap umur 8 MST, di samping itu dosis pupuk 36 kg P2O5/ha dapat menjelaskan keragaman Y

sebesar 74.87 % berdasarkan pada derajat kehijauan daun dengan alat SPAD klorofil meter. Rusmarkan dan Yuwono (2002) menyimpulkan warna daun secara kualitatif bahwa kekurangan unsur fosfor umumnya menyebabkan volume jaringan tanaman menjadi lebih kecil dan warna daun menjadi gelap. Selanjutnya menurut Jones (1967), kekurangan fosfor berakibat pertumbuhannya kurang baik, warna daun juga menjadi purple (keunguan) dan kecoklatan di samping itu pembentukan antosianin terhambat.

Komponen Pertumbuhan

Jumlah Daun Induk. Pemberian pupuk P2O5 tidak berpengaruh nyata

terhadap semua jumlah daun induk umur 2 sampai 16 MST. Jumlah daun pegagan mulai umur 2, 4, 6, 8, 10, 12 dan 14 minggu setelah tanam (MST) cenderung terjadi peningkatan dengan bertambah umur tanaman, akhirnya terjadi penambahan agak lambat dan staknasi. Semakin bertambah umur tanaman bertambah pula jumlah daun induk meningkat secara kuadratik, namun setelah umur 10 MST terjadi kurva linier dan cenderung menurun, sehingga pada umur 16 MST akhirnya terjadi penguguran daun, ini terbukti bahwa jumlahnya berkurang pada semua perlakuan. Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap pertambahan jumlah

daun induk tanaman pegagan hasilnya disajikan Tabel 7.

Tabel 7 Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap jumlah daun induk

Perlakuan pupuk P2O5

(kg/ha)

Minggu Setelah Tanam (MST)

2 4 6 8 10 12 14 16 ………Helai………. 0 3.60 5.85 11.76 15.86 22.25 20.18 19.85 19.60 36 3.56 5.26 11.03 13.80 19.85 19.90 18.20 17.95 72 3.27 4.20 8.88 12.04 22.15 23.31 20.28 19.70 108 3.13 4.21 9.70 19.00 21.28 22.70 19.90 18.25

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %

Di samping itu pola pertumbuhan tanaman dikotil seperti pegagan pada daun primer, pembelahan sel berakhir ketika daun mencapai jumlah 80 %, yang selanjutnya pertambahan calon daun tidak berkembang di sekitar apeks tajuk untuk digunakan memperluas tanaman. Hal ini juga diduga karena perkembangan tanaman dipartisikan ke arah pembentukan organ lain seperti jumlah sulur sekunder dan panjang sulur untuk memperluas tanaman, sehingga dapat bersaing dengan tanaman lainnya.

Panjang Tangkai Daun Terpanjang. Pemberian pupuk P2O5 tidak

berbeda nyata pada semua perlakuan terhadap peubah panjang tangkai daun umur 2 sampai 16 MST. Helaian daun didukung oleh tangkai daun pembelahan terjadi memanjang ke atas untuk mempertinggi posisi daun untuk memperoleh cahaya penuh, sehingga dapat aktif berfotosintesis. Pada umumnya bentuk tangkai daun tanaman pegagan adalah bulat dan dalamnya berlubang, seperti pipa dan tidak

beruas posisi tegak. Pembelahan sel menunjukkan bahwa terjadi pada fase awal agak cepat, namun setelah umur 8 MST terjadi bertambah panjang yang agak lambat, akan tetapi setelah umur 10 sampai 16 MST hampir staknasi. Berdasarkan hasil karakterisasi pegagan parameter panjang tangkai daun posisi tegak dapat mencapai setinggi sekitar 5 – 15 cm (Kristijarti et al. 2004), ini berbeda dengan hasil penelitian dihasilkan lebih pendek, sehingga pertambahan panjang tangkai daun lambat. Hal ini diduga karena pengaruh lingkungan berbeda. Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap panjang tangkai daun tanaman pegagan hasilnya

disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap panjang tangkai daun

Perlakuan pupuk P2O5

(kg/ha)

Minggu Setelah Panen (MST)

2 4 6 8 10 12 14 16 ……….cm………. 0 3.95 4.81 5.72 6.49 7.40 7.20 8.13 8.16 36 3.03 4.71 5.61 6.94 7.26 7.31 7.91 8.05 72 3.38 4.22 5.20 6.48 7.20 8.17 8.20 8.30 108 4.08 4.79 5.25 8.25 6.91 7.18 8.07 8.07

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %

Sebaliknya, hasil penelitian Musyarofah (2006) menghasilkan bahwa perbedaan panjang tangkai daun pegagan sangat berbeda nyata dipengaruhi oleh adanya perbedaan naungan, akan tetapi pemberian pupuk alami tidak berpengaruh nyata sampai pada umur 12 MST.

Diameter Tangkai Daun. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemupukan P2O5 pada berbagai dosis pupuk tidak berpengaruh nyata. Diameter

tangkai daun pegagan mulai umur 2, 4, 6, 8, 10, 12 dan 14 MST terjadi peningkatan, akan tetapi setelah menjelang umur 16 MST pembelahan sel terjadi staknasi dan bahkan cenderung menyusut. Hal ini diduga bahwa pertumbuhan semakin bertambah mengikuti umur tanaman pegagan terjadi pertambahan diameter tangkai daun karena untuk mendukung semakin bertambahnya beban dan luas daun yang semakin bertambah pula (Tabel 9).

Tabel 9 Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap diameter tangkai daun

Perlakuan pupuk P2O5

(kg/ha)

Minggu Setelah Tanam (MST)

2 4 6 8 10 12 14 16 ………cm……… 0 0.05 0.79 1.36 1.05 1.06 1.82 1.77 1.42 36 0.06 1.09 1.23 1.09 1.18 1.74 1.86 1.86 72 0.04 1.03 1.18 1.03 1.18 1.82 1.87 1.69 108 0.05 0.91 1.09 1.15 1.15 1.84 1.92 1.87

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %

Walaupun, hasil sidik ragam tidak berbeda nyata akan tetapi hasil akhir diameter tangkai daun cenderung lebih besar pada pengaruh perlakuan pupuk P2O5 dibandingkan dengan tanpa pupuk P2O5 (Tabel 9).

Jumlah Sulur Primer. Pemberian pupuk P2O5 berpengaruh nyata

terhadap jumlah sulur primer pada umur 10 MST, akan tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur 2, 4, 6, 8, 12, 14 dan 16 MST (Tabel 10). Hasil sidik ragam pengaruh pemupukan P2O5 terhadap jumlah sulur primer tanaman pegagan

hasilnya disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Pengaruh pupuk P2O5 terhadap jumlah sulur primer

Perlakuan pupuk P2O5

(kg/ha)

Minggu Setelah Tanam (MST)

2 4 6 8 10 12 14 16 ……….Unit……… 0 0.33 0.53 1.60 2.43 4.85 ab 5.18 6.65 7.15 36 0.26 0.41 1.56 2.40 4.33 b 5.80 6.06 6.60 72 0.20 0.71 1.66 2.66 5.10 a 5.56 7.21 7.43 108 0.50 0.76 1.96 2.13 4.83 ab 5.91 6.70 7.04

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %

Pengaruh pemberian P2O5 pada umur 10 MST jumlah sulur primer

berbeda nyata diduga disebabkan oleh ketersedian air (curah hujan 893 mm/bulan) yang cukup sehingga pupuk P2O5 mudah larut untuk diserap oleh akar. Hasil

kelebihan fotosintat dapat diduga difungsikan untuk pembentukan jumlah sulur primer. Jumlah sulur primer tamaman induk pegagan mulai umur 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16 MST terjadi peningkatan yang linear mengikuti umur tanaman. Jumlah sulur primer tertinggi pada pemberian pupuk 72 kg P2O5/ha, dengan

persamaan Y = -6E 06x2 – 0.0012 x + 4.7335 (R2 = 0.01308), meskipun pemberian P2O5 tidak berpengaruh nyata, namun terjadi pertambahan jumlah

sulur primer tanaman induk pegagan mulai umur 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16 MST secara liniear. Sebaliknya pemberian pupuk 72 kg P2O5/ha pada umur 10

MST belum banyak menjelaskan hasil Y karena dengan memiliki koefisien determinasi sebesar 1.3 %. Kemungkinan jumlah sulur primer bertambah, selanjutnya luasan serapan meningkat dengan membentuk buku-buku lebih banyak setiap buku akhirnya akan menjadi induk baru agar mampu bersaing meperluas ruangan.

Panjang Daun. Pemberian pupuk P2O5 berpengaruh nyata terhadap

panjang daun pada umur 2 dan 4 MST, akan tetapi setelah umur 6, 8, 10, 12, 14 dan 16 MST tidak berpengaruh nyata. Peningkatan panjang daun tertinggi pada umur 2 dan 4 MST diperoleh pada tanpa pupuk P2O5/ha, dengan persamaan Y = -

5E 07x2 – 0.0006 x + 2.031 (R2 = 0.9993*) dan Y = 2E -07 – 0.0001 + 2.3465 (R2 = 0.98*). Tanpa pemberian pupuk P2O5 umur 2 dan 4 MST dapat menjelaskan

keragaman Y sebesar 99.93 dan 98 %. Hal ini diduga bahwa pada umur 2 dan 4 MST pupuk SP-36 yang digunakan mempunyai sifat slow releaseed larut dalam air belum dapat diserap oleh akar, sehingga kemungkinan untuk mendukung pembelahan sel daun belum berpengaruh. Di samping itu tanaman pegagan mampu beradaptasi dengan lingkungan dengan melakukan memperpanjang daun, sehingga mendapatkan luasan serapan cahaya meningkat untuk berfotosintesis dan pada akhirnya serapan hara oleh akar juga cenderung meningkat. Data hasil pengamatan pengaruh pemberian P2O5 terhadap panjang daun hasilnya disajikan

Tabel 11.

Tabel 11 Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap panjang daun

Perlakuan pupuk P2O5

(kg/ha)

Minggu Setelah Tanam (MST)

2 4 6 8 10 12 14 16 ………..cm……….. 0 2.03a 2.34a 2.89 3.89 3.39 3.38 3.64 3.74 36 1.97ab 2.27ab 2.87 2.03 3.29 3.45 3.62 3.61 72 1.89ab 2.14 bc 2.77 2.90 3.22 3.50 3.48 3.63 108 1.81 b 2.08 c 2.66 3.10 3.30 3.69 7.57 3.54

Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %

Pertambahan panjang daun setelah membuka penuh terjadi pertambahan perkembangan yang mengikuti umur tanaman, sehingga daun mengalami proses

diferensisasi dan pertumbuhan secara aktif. Wareing dan Philips (1970) menyimpulkan bahwa laju diferensiasi dapat diekspresikan sebagai pertambahan jumlah, dimana pertumbuhan organ diekspresikan sebagai penambahan ukuran.

Lebar Daun. Pemberian pupuk P2O5 tidak berpengaruh nyata terhadap

lebar daun pada umur 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16 MST. Pertambahan lebar daun setelah membuka penuh mengikuti umur tanaman. Panjang dan lebar daun mengalami proses diferensisasi dan pertambahan bersama-sama, seperti halnya dengan bertambahnya lebar dan juga diikuti panjang daun, sehingga daun berbentuk seperti ginjal manusia ini terbukti ukuran panjang daun lebih kecil dibandingkan dengan lebar daun (Tabel 11 dan 12).

Tabel 12 Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap lebar daun

Perlakuan pupukP2O5

(kg/ha)

Minggu Setelah Tanam (MST)

2 4 6 8 10 12 14 16 ………cm………. 0 3.64 3.91 4.94 5.16 5.56 5.66 5.91 5.94 36 3.49 3.35 4.76 5.31 5.57 5.85 5.85 5.86 72 3.26 3.80 4.89 5.09 6.02 5.90 5.90 5.88 108 3.41 3.78 4.67 5.32 5.57 5.77 5.59 5.60

Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %

Secara singkat dimensi fisik dari diferensiasi adalah jumlah per waktu, di mana laju pertambahan panjang dan lebar daun. Oleh sebab itu bentuk daun pegagan seperti ginjal manusia (reniformis), sehingga pertambahan panjang berukuran lebih pendek dibandingkan dengan lebar daun lebih besar (Tabel 11 dan 12).

Jumlah Bunga Induk. Pemberian pupuk P2O5 tidak berpengaruh nyata

terhadap jumlah bunga induk pada umur 4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16 MST (Tabel 12), hal ini kemungkinan hasil asimilat sebagian besar masih digunakan untuk pertumbuhan mendukung bobot biomas dan kandungan bioaktif, terbukti jumlah bunga sedikit. Pegagan umumnya mempunyai bunga untuk menghasilkan buah berukuran kecil, oleh sebab itu tidak dapat digunakan dalam perkembangbiakan generasi berikutnya diduga karena cadangan makanan tersimpan sangat rendah. Kristijarti et al. (2004) melaporkan bahwa bentuk buahnya pipih dengan lebar kurang 7 mm dan tinggi kurang 2-3 mm berlekuk dua dan berdiding tebal. Adapun, tahapan pertumbuhan tanaman pegagan secara singkat dapat disimpulkan

bahwa diawali dengan perkembangan dengan organ vegetatif, generatif terbentuk biji. Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap jumlah bunga induk tanaman pegagan

hasilnya disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap jumlah bunga induk

Perlakuan pupuk P2O5

(kg/ha)

Minggu Setelah Tanam (MST)

2 4 6 8 10 12 14 16 ………..Unit………. 0 0 1.11 2.93 3.06 7.51 7.86 11.08 13.95 36 0 0.53 1.86 3.33 6.08 8.98 10.28 14.10 72 0 0.60 1.83 3.33 7.98 8.58 9.41 13.07 108 0 0.70 2.36 3.60 7.40 8.33 10.20 14.43

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %

Tahapan perkembangan selanjutnya adalah dimana tanaman berbunga dan memproduksi biji untuk memecahkan propagul-prapagul pada generasi berikutnya, secara generatif dan propogol organ vegetatif yang lebih penting dibandingkan dengan buah buni.

Panjang Sulur Primer. Pemberian pupuk P2O5 tidak berpengaruh nyata

terhadap panjang sulur primer pada umur 2, 4, 6, 8 dan 16 MST. Panjang sulur primer tamaman induk pegagan mulai umur 2, 4, 6, 8 dan 16 MST terjadi peningkatan yang linear mengikuti umur tanaman (Tabel 14). Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap panjang sulur primer tanaman pegagan hasilnya

disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap panjang sulur tanaman induk

Perlakuan Dosis pupuk P2O5

(kg/ha)

Minggu Setelah Tanam (MST)

2 4 6 8 16 ………..cm………. 0 1.53 7.70 22.58 38.52 126.25 36 2.26 5.80 20.65 34.32 126.25 72 1.07 4.26 18.71 36.48 156.13 108 1.25 6.63 19.93 44.50 145.55

Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %

Penambahan panjang sulur tamaman induk pada pada umur 2 ke 4 MST lambat, akan tetapi setelah menjelang umur 6 ke 8 MST bertambah secara cepat 4.8 kali dan seterusnya, hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan yang

mendukung terutama pada musim penghujan (625 – 972 mm/bulan), akhirnya penyerapan larutan hara tinggi di samping itu hasil fotosintat meningkat untuk mendukung perpanjangan sulur. Pengaruh pemberian pupuk P2O5 mempunyai

kecenderungan meningkat lebih panjang dibandingkan tanpa pupuk P2O5.

Jumlah Buku Sulur Terpanjang. Pemberian pupuk P2O5 tidak

berpengaruh nyata terhadap jumlah buku pada umur 4 dan 6 MST, akan tetapi umur 8 MST berpengaruh nyata (Tabel 15). Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap

jumlah buku sulur terpanjang sulur primer tanaman pegagan hasilnya disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Pengaruh pemupukan P2O5 terhadap jumlah buku tanaman induk

Perlakuan Dosis pupuk P2O5 (kg/ha)

Minggu Setelah Tanam (MST)

4 6 8 ……… Unit………. 0 0.86 2.23 5.23 a 36 0.70 2.15 3.31 b 72 0.96 2.21 4.40 ab 108 0.73 2.10 3.13 b

Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT 5 %

Pengaruh jumlah buku tanaman induk pemberian pupuk dengan dosis 36 kg dan 108 kg P2O5 /ha tidak berpengaruh nyata, akan tetapi tanpa pupuk P2O5

berpengaruh nyata. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian P2O5 tidak

berpengaruh nyata terhadap jumlah buku sulur tanaman induk pada 8 MST. Hasil tertinggi diperoleh pada tanpa pemeberian P2O5 dengan persamaan Y = 2E-05x2 –

0.0101x + 4.9615 (R2 = 0.5056*), sebaliknya umur 4 dan 6 MST tidak berbeda nyata (Tabel 15).

Berdasarkan panjang sulur tidak berbeda nyata, akan tetapi jumlah buku berbeda nyata, hal ini diduga bahwa fungsi P2O5 untuk memperkuat batang,

sehingga semakin pendek ruas maka tanaman akan semakin keras dan kuat hal ini diduga sebagai tempat penyimpanan karbohidrat di samping itu mineral. Jumlah buku sulur tanaman induk tertinggi pada kontrol atau tanpa P2O5, hal ini diduga

bahwa simpanan hara pada tanaman liar dapat beradaptasi seperti tanaman

Dokumen terkait