• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adhani NDAC, Nurhajati T, Estoepangestie ATS. 2012. Potensi pemberian formula pakan konsentrat komersial terhadap konsumsi dan kadar bahan kering tanpa lemak susu. Agroveteriner. 1(1):11-16.

Atabany A, Purwanto BP, Toharmat T, Anggraeni A. 2011. Hubungan masa kosong dengan produktivitas pada sapi perah Friesian Holstein di Baturraden, Indonesia. Med Pet. (43):77-82.

[BAM] Bacteriological Analitical Manual. 2001. Aerobic Plate Count. U.S. Food and Drugs Administration.

[CENTRAS] Center of Tropical Animal Studies. 2013. Produksi Hijauan Fermentasi Hi-ferdengan Kemasan Komersial Probiotik Unggul untuk Penyedian Pakan Berkelanjutan serta Mendukung Pencapaian Swasembada Daging. Bogor (ID): Laporan Akhir Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Chaerani L. 2004. Pemberian Ransum Suplemen yang Mengandung Ikatan Ampas Tahu dengan Seng dan Tembaga untuk Meningkatkan Produksi Susu Sapi Perah Di Pangalengan [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Dos Santos WBR, Santos GTD, Da Silva-Kazama DC, Cecato U, De Marchi FE, Visentainer JV, Petit HV. 2011. Production performance and milk composition of grazing dairy cows fed pelleted or non-pelleted concentrates treated with or without lignosulfonate and containing ground sunflower seeds. JAFST. (169):167-175.

Dziyaudin M. 2012. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Melihat Penyediaan Hijauan Pakan dan Pemanfaatan Lahan Di Kawasan Usaha Peternakan Sapi Perah Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Edmonson AJ, Lean IJ, Waver LD, Farver T, Webster G. 1989. A body condition scoring chart for Holstein dairy cows. J Dairy Sci. (72):68 – 70.

19 Huda MK. 2007. Tampilan SNF dan Berat Jenis Susu Sapi PFH yang Diberi Ransum dengan Tingkatan Protein Berbeda [Skripsi]. Malang (ID): Universitas Brawijaya.

Kadzere CT, Murphy MR, Silanikove N, Maltz E. 2002. Heat strees in lactating dairy cows: a review. J Livest Product Sci. (77):59-91.

Karuniawati R. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah (Kasus Peternak Anggota Kelompok Ternak Mekar Jaya Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mugiawati RE, Suwarno, Hidayat N. 2013. Kadar air dan pH silase rumput gajah pada hari ke-21 dengan penambahan jenis additive dan bakteri asam laktat. J Ilmiah Petern. 1(1):201-207.

[NRC] National Research Council. 1989. Nutritional Requiment of Dairy Cattle. 6th Ed. National Academy Press. Washington DC.

[NRC] National Research Council. 2001. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. National Academy Press. Washington DC.

Pipit. 2009. Respon Produksi Susu Sapi Friesian Holstein terhadap Pemberian Suplementasi Biomineral Dienkapsulasi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pratiwi N, Sudewo ATA, Santosa SA. 2013. Penggunaan taksiran produksi susu dengan test interval method (TIM) pada evaluasi mutu genetik sapi perah di BBPTU sapi perah Baturraden. J Ilmiah Petern. 1(1):267-275.

Salundik, Suryahadi, Mansjoer SS, Soepandi D, Ridwan W. 2011. Analisis kualitas fisik dan kimia susu sapi perah dengan pakan klobot jagung dari limbah organik pasar. Agrista. 15(3):116-122.

Schroeder GF, Gagliostro GA, Bargo F, Delahoy JE dan Muller LD. 2004. Effects of fat supplementation on milk production and composition by dairy cows on pasture: a review. J Livest Product Sci. (86):1-18.

[SNI] Standarisasi Nasional Indonesia. 2011. Definisi Susu Segar (SNI 01-3141-2011). Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.

Søndergaard E, Sørensen MK, Mao IL, Jensn J. 2002. Genetic parameters of production, feed intake, body weight, body composition, and udder health in lactating dairy cows. J Livest Product Sci. (77):23-34.

Sudono A. 2002. Penuntun Praktikum Budidaya Sapi Perah. Bogor (ID): Institut Peternakan Bogor.

Sukandar A, Purwanto BP, Anggraeni A. 2009. Keragaan Body Condition Score dan Produksi Susu Sapi Perah Friesian Holstein Di Peternakan Rakyat KPSBU Lembang, Bandung. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner [Internet]. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak. hal 86-99;

[diunduh 2014 Maret 21]. Tersedia pada:

http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks /semnas/pro09-14.pdf

Sutardi T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wardeh MF. 1981. Models for esmating energy and protein utilization for feeds [disertasi]. Utah (USA): Utah State Univ Pr.

20

Yani A, Purwanto BP. 2006. Pengaruh iklim mikro terhadap respon fisiologis sapi peranakan Fries Holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan produktivitasnya. Med Pet. 29(1):35-46.

Yunus M. 2009. Pengaruh pemberian daun lamtoro (Leucaena leocephala) terhadap kualitas silase rumput gajah (Pennisetum purpereum) yang diberi molasses. Agripet. 9(1):38-42.

Zimbelman RB, Collier RJ, Bilby TR. 2013. Effects of utilizing protected niacin on core body temperature as well as milk production and composition in lactating dairy cows during heat stress. JAFST.(180):26– 33.

21

LAMPIRAN

Lampiran 1 Produksi susu 4% FCM Produksi susu

4% FCM (kg) N Rata-rata Standar deviasi Sig

P0 4 10.70 1.30

0.873

P1 5 10.46 2.83

Lampiran 2 Pertambahan bobot badan (PBB)

PBB (kg ekor-1 hari-1) N Rata-rata Standar deviasi Sig

P0 4 -0.04 0.43

0.290

P1 5 0.24 0.17

Lampiran 3 Body condition score (BCS)

BCS P0 (N=4) P1 (N=5) Sig

Rata-rata Std deviasi Rata-rata Std deviasi

Sebelum penelitian 3.00 0.00 2.90 0.42 0.621

Koleksi data 3.09 0.19 3.18 0.38 0.684

Lampiran 4 Persistensi laktasi Persistensi

laktasi (%) N Rata-rata Standar deviasi Sig

P0 4 -1.23 2.19

0.030*

P1 5 3.27 2.77

* berbeda nyata (P<0.05)

Lampiran 5 Kualitas susu sapi perah FH berdasarkan komposisi susu Komposisi susu P0 (N=4) P1 (N=5) Sig Rata-rata Std deviasi Rata-rata Std deviasi Lemak (%) 4.81 0.92 4.71 0.54 0.853 Protein (%) 3.76 0.18 3.63 0.14 0.270 Laktosa (%) 4.02 0.18 3.87 0.15 0.230 SNF (%) 7.79 0.36 7.50 0.29 0.252 Total solid (%) 12.86 1.26 12.45 0.80 0.596 Berat jenis (g mL-1) 1.028 0.001 1.027 0.001 0.052

22

Lampiran 6 Keefisienan penggunaan pakan Keefisienan P0 (N=4) P1 (N=5) Sig Rata-rata Std deviasi Rata-rata Std deviasi Keefisienan penggunaan pakan (%) 13.67 2.52 10.81 1.91 0.114 Konversi penggunaan TDN (kg kg-1 susu-1) 0.61 0.06 0.78 0.12 0.032* Konversi penggunaan PK (kg kg-1 susu-1) 0.12 0.01 0.16 0.03 0.032* * berbeda nyata (P<0.05)

Lampiran 7 Proses pembuatan Hi-fer

Rumput gajah umur 45 hari dipanen, kemudian diangin-anginkan selama ± 30 menit. Rumput gajah dipotong dengan mesin chopper, dengan panjang 3-5 cm. Setelah itu, rumput ditimbang sebanyak 20 kg dan diratakan agar memudahkan dalam pemberian molasses dan KP. Komplemen pakan (KP) diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 9, kemudian KP yang telah diencerkan dicampur dengan sweetener dengan perbandingan KP : sweetener 40 : 60, selanjutnya 7.5% campuran KP sweetener dicampurkan dalam rumput gajah secara merata. Campuran tersebut kemudian dikemas di dalam plastik transparan berukuran 50 kg, plastik dibuat dalam dua lapisan (double layer) per kemasan. Kemasan diikat setelah udara di dalam kemasan dikeluarkan (rumput dalam kondisi anaerob). (CENTRAS 2013). Hijauan fermentasi Hi-fer diproduksi oleh CV Anugerah Farm.

Lampiran 8 Pemberian pakan

Perlakuan Pakan Pemberian pakan

M1 M2 M3 M4 M5 M6 P0 Rumput gajah 2.40 0 4.44 3.33 1.67 0 Rumput lapang 8.33 15.42 6.41 6.67 13.33 8.89 Jerami 0 0 2.89 2.36 0 4.95 Ampas tahu 30.07 24.03 24.74 27.36 29.94 28.69 Ampas tempe 1.08 4.21 4.33 2.26 1.37 4.21 Konsentrat lokal 4.02 5.04 4.81 4.37 4.43 4.93 P1 Rumput gajah 2.40 0 3.77 2.59 0 0 Rumput lapang 4.75 7.17 2.89 4 7 7 Hi-fer 16.78 18.29 17.29 23.06 17.94 18.46 Ampas tahu 9.16 4.29 8.57 11.66 13.43 14.29 Ampas tempe 0 1.83 0 0 0 0 Konsentrat standar 3.70 7.38 9.14 7.60 7.83 7.96

M1 : minggu ke-1, M2 : minggu ke-2, M3 : minggu ke-3, M4 : minggu ke-4, M5 : minggu ke-5, M6 : minggu ke-6

23

Dokumen terkait