• Tidak ada hasil yang ditemukan

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah, 2009-2012 [Internet]. [Diunduh 2015 Juni 18]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat =3&tabel=1&daftar=1& id_subyek=55&notab=61.

Bos L, Huijberts N, Huttinga H, Maat DZ. 1978. Leek yellow stripe virus and its relationships to Onion yellow dwarf virus; characterization, ecology and possible control. Neth J Plant Pathol. 84(5): 185-204.

Budiono DP. 2004. Multiplikasi in vitro tunas bawang merah (Allium ascalonicum L.) pada berbagai taraf konsentrasi air kelapa. J. Agro 8(2):75-80

Budiarto K, Y. Sulyo, IB. Rahardjo, D. Pramanik. 2008. Pengaruh durasi pemanasan terhadap keberadaan Chrysanthemum Virus-B pada tiga varietas krisan terinfeksi. J. Hort. 18(2):185-192.

Clark MF, Adam AN. 1997. Characteristic of the microplate method of enzyme linked immunosorbent assay for the detection of plant viruses. J. Gen. Virol. 34:475-483.

Chen J, Wei CB, Deang HY, Shi YH, Adams MJ, Lin L, Zhang QY, Wong SY, Chen JP. 2005. Characterization of the Wels onion isolate of Shallots yellow stripe virus from China. Arch. Virol [Internet]. [Diunduh 2011 Feb 11]. Tersedia pada: http://www.springerlink.com/ content/h7736pkp7273174. Dinarti D, Purwito A, Susila AD. 2006. Optimalisasi daya regenerasi dan

multiplikasi tunas in vitro bawang merah untuk mendukung penyediaan bibit berkualitas.

Duriat AS. 1990. Inventarization of pest and diseases on lowland vegetable in Madura, Bali dan Lombok. Bul. Penel. Hort. Ed. Khusus 18: 119-130. Duriat AS, Sukarna E. 1990. Deteksi penyakit virus pada klon bawang merah.

Bul. Penel. Hort. Ed. Khusus 18: 146-150

Fajaro Thor VM, Nishijima M, Buso JA, Torres AC, Avila AC, Resende RO. 2001. Garlic Viral Complex : Identification of Potyviruses and Carlavirus in Central Brazil. Fito Brazil [Internet] [Diunduh 2011 Feb 6]; 26(3). Tersedia pada: http:// www. Scielo.briscielo.php?pid= S0100-41582001000300007 script=sci arttext.

Fletcher PJ, Fletcher JD, Lewthwaite SL. 2010. In vitro elimination of onion yellow dwarf and shallot latent viruses in shallots (Allium cepa var. ascalonicum L.). New Zealand Journal of Crop and Horticultura Science. 26(1): 23-26.doi:10.1080/01140671.1998.9514035

Gamborg OL, Miller RA, Ojima K. 1968. Nutrient Requirement of Suspension Culture of Soybean Root Cells. Exp. Cell. Res. 50:151-158.

Gunaeni N, Ratnawati ML, Duriat AS. 2001. Hubungan penampilan sehat dari benih bawang merah terhadap pertumbuhan dan hasil panen. Di dalam: Agus P, Djiman S, Ika MM, Muhamad SS, Sri M, Supriadi HH, Widodo, Yulia, ED, editor. Prosiding Kongres Nasional XVI dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. 2001 Agust 22-24; Bogor, Indonesia. Bogor (ID). hlm 231-235.

31 Gunaeni N, Duriat AS, Ratnawati ML. 2008. Pengtaruh suhu dan waktu pemanasan benih umbi terhadap persistensi dan degradasi virus pada bawang putih (Allium sativum). Prosiding Seminar Nasional Pekan Kentang. 2008 Agustus 20-21. Lembang, Indonesia. Lembang (ID). Hlm 712-722. Gunaeni N, Duriat AS. 2011. Pengaruh roguing dan pengendalian vektor penyakit

virus terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah asal biji (Allium cepa var. Ascalonicum). Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia. 2011 Nov 23-24. Lembang, Indonesia. Lembang (ID). hlm 25-37.

Gunawan LW. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor.

Hadidi A, Khetarpal RK, Koganezawa H. 1998. Plant Virus Diseases Control. USA: APS.

Harlow, Lane D. 1999. Using Antibodies. A Laboratorium Manual. New York (US): Cold Springer Harbor Laboratory Press.

Haryadi D. 2006. Produksi antibodi poliklonal Geminivirus, penyebab penyakit daun keriting kuning cabai, dan kajian serologinya [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hidayat A. 2004. Budidaya bawang merah. Beberapa hasil penelitian di Kabupaten Brebes. Makalah disampaikan pada Temu Teknologi Budidaya Bawang Merah. Direktorat Tanaman Sayuran dan Bio Farmaka. Brebes. 3 September 2004.

Hussey G. 1978. In Vitro Propagation of the Onion Allium cepa by Axillary and Adventitious Shoot Proliferation. Scientia Horticulturae. 9:227-236

Kurniawan A. 2012. Deteksi dan identifikasi virus dan tungau pada bibit bawang merah impor dan lokal [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Iriani E. 2012. Prospek pengembangan inovasi teknologi bawang merah di lahan sub optimal (lahan pasir) dalam upaya peningkatan pendapatan petani. J. Litbang Prop. Jawa Tengah 11(2): 231-243.

Miftakhurohmah, Suatika G, Damayanti TA. 2013. Seteksi secara serologi dan molekuler beberapa jenis virus yang berasosiasi dengan penyakit mosaik tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth). J. Littri 19(3): 130-138.

Mohammad G, Kawas H, Al-Safadi B. 2007. Survey of garlic viruses in southern Syria [Internet] [Diunduh tanggal 2014 Feb 23]. Tersedia pada http://websrv.damascus university.edu.sy/mag/farm/images/stories/2550.pdf Murashige T, F. Skoog. 1962. A revised mediumfor rapid growth and bio assays

with tobacco tissue cultures. Physiologia Plantarum 15: 473-497.

Nagasawa A, Finner JJ. 1988. Induction of Morphogenic Callus Cultures from Leaf Tissue of Garlic. Hort Sci. 23:1068-1070

Noveriza R, Suastika G, Hidayat SH, Kartosuwondo U. 2012. Eliminasi potyvirus penyebab penyakit mosaik pada tanaman nilam dengan kultur meristem apikal dan perlakuan air panas pada setek batang.Jurnal Littri 18(3): 107 –

114.

Oktaviani R, Pudjihartati E, Herawati MM. 2012. Induksi kalus embriogenik pada perbanyakan leek (Allium porrum L.). Agric 24(1):35-44.

32

Parrano L, Afunian M, Pagliaccia D, Douhan G, Vidalakis G. 2012. Characterization of viruses associated with garlic plants propagated from different reproductive from Italy and other geographic regions. Phyto Mediterranea 51(3):549-565.

Peres-Egusquiza Z, Ward LI, Clover GRG, Fletcher JD, van der Vlugt RAA. 2009. First report of Shallot Virus X in shallot in New Zealand. Plant Pathol 58:407.doi:10.1111/j.1365-3059.2009.02031.x.

Permadi AH. 1993. Growing shallot from true seed. Research results and problems. Onion newsletter for the tropics. NRI. Kingdom, 1993 July. 5 : 35-38.

[Puslitbanghort] Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2009. Budidaya Tanaman Bawang Merah [Internet] [Diunduh tanggal 2013 Apr 23]. Tersedia pada http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/ index.php? bawaan=berita/fullteksberita&kunci=budidaya+bawang&kod=Cari&id=303 Putrasamedja S, Permadi AH. 1994. Pembungaan beberapa kultivar bawang

merah di dataran tinggi. Bul. Penel. Hort 26(4): 145-150.

Rainiyati, Jasminarni, Neliyati, Henny H. 2011. Proses penyediaan bahan setek kentang asal kultura jaringan untuk produksi bibit kentang mini pada kelompok tani kentang di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. J. Pengabdian pada Masyarakat 52: 1-7.

Ridwan H, Sutapradja H, Margono. 1989. Daya produksi dan harga pokok benih/biji bawang merah. Bul. Penel. Hort. 17 (4) : 57-61.

Rusli EZ. 2007. Karakter biologi dan molekuler Turnip mpsaic virus (TuMV) dan metode deteksi pada benih sawi hijau (Brassica juncea L.) [disertasi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Shahraeen N, Lesemann DE, Gholbi T. 2008. Survey for viruses infecting onion, garlic and leek crops in Iran. Eppo Bulletin 38 (1) : 131 – 135.

Somowiyarjo S, YB. Sumardiyono, Suharno. 1997. Pemanfaatan membran nitroselulosa untuk pengiriman antigen uji dalam deteksi TMV dengan DIBA. J. Perlindungan Tan. Indo. 3(1).

Sumarni N, Hidayat A. 2005. Budidaya Bawang Merah. Panduan Teknis PTT Bawang Merah No. 3. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Sunarjono H, P. Soedomo. 1989. Budidaya Bawang Merah (A. ascalonicum L.). Penerbit Sinar Baru Bandung.

Sutarya R, Van Vreden, Korlina E, Gunaeni N, Duriat AS. 1993. Survei virus bawang merah pada beberapa lokasi di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Takaichi M, Nagakubo T, Oeda K. 2011. Mixed virus infections of garlic

deteremined by a multivalent polyclonal antiserum and virus effect on diseases symptoms. Plant Diseases. 85(1): 71-75.

Van Dijk. 1993. Survey and characterization of potyvirus and their strain of Allium species. Netherland. J. Plant Pathol [Internet] [Diunduh 2011 Feb 6]; 99: 1-48. Tersedia pada http://www.Springerlink.com/content/ 885024812708094.

Walkey DGA. 1990. Virus diseases. In : Rabinowitch HD, Brewster JL, editor. Onion and Allied Crops. Volume 11 CRC Press. Inc, Boca Raton, Florida : 191-212.

Wahyuni WS. 2005. Dasar-Dasar Virologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.

33 Yanju B, Zhang W, Xuezhan L, Yu S, Yanling G, Guoquan F, Hongwei G, Xianxin M. 2010. Advances in research of garlic virus diseases. J. Northeast Agric. University (English edition) [Internet] [Diunduh 2011 Feb 11]; 17 (2): 85-92. Tersedia pada: http://paper.Edu.Cn/ index.php/default/Jo.

Yunus A. 2009. Peranan bioteknologi tanaman dalam bidang pertanian [Internet] [Diunduh 2014 Feb 6]; Tersedia pada http://pustaka.uns. ac.id/include/inc_ print.php?nid=194

34

Lampiran 1 Perbandingan diameter umbi, jumlah lapis dan kekerasan umbi pada empat kultivar bawang merah

Kultivar Diameter

umbi (mm)

Jumlah lapis Kekerasan umbi

(mm/152 g.5 detik)

Sumenep vs Bima Curut 2.29 4.371* 2.29

Sumenep vs Batu Merah -4.56* -3.39 -4.56*

Sumenep vs Jalaksana -1.29 2.19* -1,29

Bima Curut vs Batu Merah -5.99* -7.07 -5.99*

Bima Curut vs Jalaksana -3.70 -3.13 -3.70*

Batu Merah vs Jalaksana 3.87* 5.84* 3.87

* t hitung > t tabel maka terdapat perbedaan yang signifikan

Lampiran 2 Pengaruh perlakuan kultivar, suhu pemanasan dan waktu pemanasan terhadap pertumbuhan umbi

Perlakuan Persentase umbi yang tumbuh (%)

6 HST* 15 HST 22 HST 29 HST Kultivar :

Bima Curut (K1) 86.00a** 80.00b 80.00c 80.00c Sumenep (K2) 85.00a 92.00a 97.00a 97.50a Batu Merah (K3) 84.00a 89.00ab 89.00b 89.00b Jalaksana (K4) 49.00b 96.00a 100.00a 100.00a Suhu pemanasan :

40 °C (S1) 90.00a 100.00a 100.00a 100.00a

45 °C (S2) 87.50a 98.75a 98.75a 98.75a 50 °C (S3) 86.25a 98.75a 100.00a 100.00a 55 °C (S4) 36.25b 51.25b 61.25b 61.87b Suhu ruang (S5) 80.00a 97.50a 97.50a 97.50a Waktu pemanasan :

15 menit (W1) 77.50a 92.00a 94.00a 94.00a 30 menit (W2) 74.50a 86.50a 89.00b 89.25b Interaksi :

Kultivar x Suhu

K1S1 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K1S2 100.00a 95.00ab 95.00a 95.00ab

K1S3 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K1S4 40.00b 15.00b 15.00b 15.00b

K1S5 90.00ab 90.00ab 90.00a 90.00ab

K2S1 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K2S2 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K2S3 80.00ab 100.00a 100.00a 100.00a

K2S4 45.00b 60.00ab 85.00a 87.50ab

35

Perlakuan Persentase umbi yang tumbuh (%)

6 HST* 15 HST 22 HST 29 HST

K3S1 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K3S2 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K3S3 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K3S4 50.00b 45.00b 45.00b 45.00b

K3S5 70.00ab 100.00a 100.00a 100.00a

K4S1 60.00ab 100.00a 100.00a 100.00a

K4S2 50.00b 100.00a 100.00a 100.00a

K4S3 65.00ab 95.00ab 100.00a 100.00a

K4S4 10.00b 85.00ab 100.00a 100.00a

K4S5 60.00ab 100.00a 100.00a 100.00a

Suhu x Waktu

S1W1 90.00a 100.00a 100.00a 100.00a

S1W2 90.00a 100.00a 100.00a 100.00a

S2W1 87.50a 97.50a 97.50ab 97.50a

S2W2 87.50a 100.00a 100.00a 100.00a

S3W1 90.00a 100.00a 100.00a 100.00a

S3W2 82.50a 97.50a 100.00a 100.00a

S4W1 40.00a 65.00a 75.00b 75.00a

S4W2 32.50a 37.50b 47.50b 48.75b

S5W1 80.00a 97.50a 97.50ab 97.50a

S5W2 80.00a 97.50a 97.50ab 97.50a

Kultivar x Suhu x Waktu

K1S1W1 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K1S1W2 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K1S2W1 100.00a 90.00a 90.00a 90.00a

K1S2W2 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K1S3W1 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K1S3W2 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K1S4W1 60.00ab 30.00a 30.00a 30.00a

K1S4W2 20.00ab 0.00a 0.00a 0.00a

K1S5W1 90.00a 90.00a 90.00a 90.00a

K1S5W2 90.00a 90.00a 90.00a 90.00a

K2S1W1 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K2S1W2 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K2S2W1 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K2S2W2 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K2S3W1 90.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K2S3W2 70.00a 100.00a 100.00a 100.00a

36

Perlakuan Persentase umbi yang tumbuh (%)

6 HST* 15 HST 22 HST 29 HST K2S4W2 70.00a 60.00a 70.00a 75.00a

K2S5W1 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K2S5W2 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K3S1W1 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K3S1W2 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K3S2W1 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K3S2W2 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K3S3W1 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K3S3W2 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K3S4W1 70.00a 70.00a 70.00a 70.00a K3S4W2 30.00ab 20.00a 20.00a 20.00a

K3S5W1 70.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K3S5W2 70.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K4S1W1 60.00ab 100.00a 100.00a 100.00a

K4S1W2 60.00ab 100.00a 100.00a 100.00a

K4S2W1 50.00ab 100.00a 100.00a 100.00a

K4S2W2 50.00ab 100.00a 100.00a 100.00a

K4S3W1 70.00a 100.00a 100.00a 100.00a

K4S3W2 60.00ab 90.00a 100.00a 100.00a

K4S4W1 10.00ab 100.00a 100.00a 100.00a

K4S4W2 10.00ab 70.00a 100.00a 100.00a

K4S5W1 60.00ab 100.00a 100.00a 100.00a

K4S5W2 60.00ab 100.00a 100.00a 100.00a

Koefisien keragaman 17.16 14.82 7.72 7.42 *HST, hari setelah tanam

**Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ taraf 5%

37 Lampiran 3 Pengaruh perlakuan kultivar, suhu pemanasan, waktu pemanasan dan kombinasi ketiganya terhadap daya tumbuh dan jumlah daun eksplan

Perlakuan Daya tumbuh eksplan (%) Jumlah daun

11 HST* 18 HST 26 HST 21 HST 28 HST Kultivar :

Bima Curut (K1) 82.41a** 85.19a 89.82a 1.09a 1.35b Sumenep (K2) 54.63b 59.26b 76.85b 1.43a 1.81a Suhu pemanasan :

45 °C (S1) 59.73b 59.73b 81.95a 0.99b 1.32b 50 °C (S2) 62.50ab 65.28b 84.72a 0.94b 1.28b Suhu ruang (S3) 83.33a 91.67a 83.34a 1.86a 2.14a Waktu pemanasan :

15 menit (W1) 62.96a 64.82b 85.19a 1.17a 1.43a 30 menit (W2) 74.07a 79.63a 81.48a 1.36a 1.73a Interaksi :

Kultivar x Suhu

K1S1 94.45a 94.45a 94.45a 1.42ab 1.42b

K1S2 69.45ab 77.78a 86.12ab 0.80b 1.19b

K1S3 83.34a 83.34a 88.89ab 1.06b 1.44b

K2S1 25.01b 25.01b 69.45b 0.56b 1.22b

K2S2 55.55ab 52.78ab 83.33ab 1.08b 1.36b

K2S3 83.32a 100.00a 77.78ab 2.67a 2.83a

Kultivar x Waktu

K1S1 85.19a 85.19a 90.74a 1.20a 1.55a

K1S2 79.63a 85.19a 88.89a 0.98b 1.15b

K2S1 40.74ab 44.44ab 79.63a 1.13a 1.29ab

K2S2 68.52a 74.08a 74.07a 1.74a 2.32a

Kultivar x Suhu x Waktu

K1S1W1 94.45a 94.45a 94.45a 1.56a 1.44ab

K1S1W2 94.45a 94.45a 94.45a 1.28a 1.39ab

K1S2W1 77.78a 77.78a 88.89a 1.00a 1.78ab

K1S2W2 61.12a 77.78a 83.34a 0.61a 0.61b

K1S3W1 83.34a 83.34a 88.89a 1.06a 1.44ab

K1S3W2 83.34a 83.34a 88.89a 1.06a 1.44ab

K2S1W1 5.56a 5.56a 72.22a 0.22a 0.33b

K2S1W2 44.46a 44.46a 66.67a 0.89a 2.11ab

K2S2W1 33.34a 27.78a 88.89a 0.50a 0.72b

K2S2W2 77.77a 77.78a 77.78a 1.67a 2.00ab

K2S3W1 83.32a 100.00a 77.78a 2.67a 2.83a

K2S3W2 83.32a 100.00a 77.78a 2.67a 2.83a

Koefisien keragaman 32.44 26.37 10.5 42.31 33.1 *HST, hari setelah tanam

**Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ taraf 5%

38

Dokumen terkait