Abdullah Y. 2008. Efektifitas ekstrak daun paci-paci Leucas lavandulaefolia untuk pencegahan dan pengobatan infeksi penyakit MAS Motile
Aeromonads Septicaemia ditinjau dari patologi makro dan hematologi ikan
lele dumbo Clarias sp. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Affandi R, Usman MT. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press: Pekanbaru.
Agustian R. 2007. Penggunaan ekstrak bawang putih (Allium sativum) untuk pengendalian infeksi Vibrio harveyi pada larva udang vaname Litopenaeus
vannamei. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Amadioha AC. 1998. Control of powdery mildew in pepper (Capsicum annum L.) by leaf ekstracts of papaya (Carica Papaya L.). Journal of Herbs, Spices
and Medicinal Plants 6: 41-46.
Angka SL, Soehardjo H, Enang H, Muhammad A, Dadang S. 1981. Simtomatologi dan epizootiologi. Di dalam: Angka SL, Soehardjo H, Kusman S, dan Muhammad E (Editor). Wabah penyakit bercak merah ikan. Laporan Kelompok Kausal Team Crash Program Penanggulangan Epidemi Penyakit Ikan. Institut Pertanian Bogor. hlm. 1-17.
Anonimus. 2007a. Lele Phiton: Sang bintang pencetak uang. http://www.trobos.or.id [02 Desember 2008].
Anonimus. 2007b. Beternak Lele Dumbo. Agromedia Pustaka: Jakarta.
Aoki T. 1999. Motile Aeromonads (Aeromonas hydrophila). Journal Laboratory
of Genetics and Biochemistry 11: 427-435..
Ardina Y. 2007. Development of antiacne gel formulation and minimum inhibitory concentration determination from Carica Papaya leaves extract (Carica papaya A Linn.). http://digilib.itb.ac.id/gdl.php [27 Oktober 2008].
Austin B, Austin DA. 1986. Bacterial Fish Patogens “Diseases in Farmed and Wild Fish”. Second Edition. Ellis Horwood Limited: England.
Buckly JT, Halasa LN, Lund KD, Mac Intyre S. 1981. Purification and Some Properties of the Haemolytic Toxin of Aerolysin. J Biochem Can 56: 430-435.
Darmanto. 2003. Respon kebal ikan mas koki (Carassius auratus L.) melalui vaksinasi dan immunostimulasi terhadap infeksi bakteri Aeromonas
hydrophila. [Tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara: Yogyakarta. Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta: Jakarta.
Ghufran M, H Kordi K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT. Rineka Cipta dan PT. Bina Adiaksara: Jakarta.
Giyarti D. 2000. Efektifitas ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.), sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.F.) Nees) dan sirih (Piper
betle L.) terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan patin
(Pangasius hypophthalmus). [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Grant B. 2004. Peningkatan sistem pembelajaran melalui usaha pembenihan lele dumbo (Clarias gariepinus). http://perikanan.blog.com/1765785/ [11 Desember 2008].
Haliman RW. 1993. Gejala klinis dan gambaran darah ikan lele dumbo (Clarias sp) dewasa yang disuntik dengan bakteri Aeromonas hydrophila (sel utuh) galur virulen lemah secara intramuskuler. [Skripsi]. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Hasim D. 2003a. Daun sirih sebagai antibakteri pasta gigi. http://www.unisosdem.org/ekopol_detail.php?aid=2675&coid=2&caid=40 [23 Desember 2008].
Hasim D. 2003b. Menanam rumput, memanen antibiotik. http://destiutami.wordpress.com/2007/02/27/menanam-rumput-memanen-antibiotik/ [11 Desember 2008].
Husein A. 1993. Gambaran darah ikan lele dumbo (Clarias sp) yang disuntik bakteri Aeromonas hydrophila galur virulen lemah (sonifikasi) secara intramuskuler. [Skripsi]. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Kabata Z. 1985. Parasites and disease of fish cultured in the tropics. Taylor and
Francis: London and Philadelphia.
Kalie MB. 2006. Bertanam Pepaya. Penebar Swadaya: Jakarta.
Khairuman, Khairul A. 2002. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. Agromedia Pustaka: Jakarta.
Lallier R, P Daigneault. 1984. Antigenic differentiation of Pilli from Non Virulen and fish pathogenic strain of Aeromonas hydrophila. Short
Communication Journal Of Fish Diseases 7: 509-512.
Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Lukitasari D. 2004. Studi produksi papain enam genotipe pepaya. [Skripsi]. Departemen Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Kosasih Padmawinata (Penerjemah). ITB: Bandung.
Marsul N. 2005. Potensi ekstrak daun pepaya Carica papaya terhadap pertumbuhan cendawan pada perkembangan awal ikan gurame
Osphronemus gouramy. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor.
Muhlisah F. 2007. Tanaman Obat Keluarga (Toga). Penebar swadaya: Jakata. Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi Dan Penyakit Ikan. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Naiborhu PE. 2002. Ekstraksi dan manfaat ekstrak mangrove (Sonneratia alba dan Sonneratia caselaris) sebagai bahan alami antibakterial pada patogen udang windu Penaeus Monodon, Vibrio harveyi. [Tesis]. Program Studi Ilmu Perairan. Institut Pertanian Bogor.
Naim R. 2004. Senyawa Antimikroba Dari Tanaman. http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0409/15/sorotan/1265264.htm
[23 Desember 2008].
Noga EJ. 2000. Fish Disease : Diagnosis and Treatment. A Blackwell Publishing Company: Iowa.
Normalina I. 2007. Pemanfaatan ekstrak bawang putih Allium Sativum untuk pencegahan dan pengobatan pada ikan patin Pangasiodon hypophthalmus yang diinfeksi Aeromonas hydrophila. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Rahman MF. 2008. Potensi antibakteri ekstrak daun pepaya pada ikan gurami yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.
Reed LJ, H Muench.1938. A simple method of estimating fifty percent endpotants. The American Journal Of Hygiene 27: 493-497.
Riyanto TA. 1993. Patologi dan gambaran darah ikan lele dumbo (Clarias sp) ukuran fingerling yang disuntik secara intramuskuler dengan bakteri
Aeromonas hydrophila (sel utuh). [Skripsi]. Fakultas Perikanan. Institut
Pertanian Bogor.
Roller S. 2003. Natural Antimicrobials for the Animal Processing of Foods. CRC Press: Boca Raton Boston New York Washington DC.
Saanin H.1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I. Binacipta : Jakarta. Saitanu K. 1986. Aeromonas hydrophila infections in Thailand, p. 231-234. In J.
L. Maclean, L. B. Dizon and L. V. Hosillos (eds.) The First Asian Fisheries Forum. Asian Fisheries Society, Manila, Philippines.
Snieszko, HR Axelrod.1971. Desease of Fishes. TFH Publication Ltd.: Hongkong. Steenis V. 1978. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Moeso Surjowinoto dkk.
(Penerjemah). Pradnya Paramita: Jakarta.
Supriyadi H. 1986. The susceptibility of various fish species to infection by the bacterium Aeromonas hydrophila, p. 241 – 242. In J. L. Maclean, L. B. Dizon and L. V. Hosillos (eds.) The First Asian Fisheries Forum. Asian Fisheries Society, Manila, Philippines.
Wang C, JL Silva. 1999. Prevalence and characteristics of Aeromonas species isolated from processed channel catfish. Journal of Food Protection 62: 30-34.
Lampiran 1. Penyiapan media bakteri Aeromonas hydrophila a. Media TSA (Trypticase Soy Agar)
Untuk membuat media TSA, dilarutkan 4 gram TSA dalam 100 ml akuades yang ditempatkan dalam erlenmeyer dan dipanaskan pada penangas air sambil diaduk hingga larut dan homogen. Kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 121 atm selama 15 menit. Setelah itu dimasukkan ke dalam tabung reaksi atau cawan yang telah steril, lalu disimpan di dalam lemari es dengan menggunakan plastik steril.
b. PBS (Phospat Buffer Saline)
Untuk membuat 1 liter PBS diperlukan : - 8,0 gram NaCl
- 0,2 gram KH2PO4 - 1,5 gram NaH2PO4 - 0,2 gram KCl
Dilarutkan dalam 1 liter akuades yang ditempatkan dalam erlenmeyer, dan dipanaskan pada penangas air sambil diaduk hingga larut dan homogen, kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan uap 1 atm selama 15 menit.
c. Media LB (Lauryl Broth)
Untuk membuat 25 ml LB diperlukan : - Yeast ekstrak 0,125 gram
- Triptone 0,250 gram - NaCl 0,750 gram
Dilarutkan dalam 25 ml akuades yang ditempatkan dalam erlenmeyer, dan dipanaskan pada penangas air sambil diaduk hingga homogen, kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan uap 1 atm selama 15 menit.
Lampiran 2. Metode uji fasase
4 ekor ikan lele dumbo (Clarias sp) Masing-masing ikan
diinjeksi bakteri A.
hydrophila
Ikan yang mati dalam waktu 24 jam diisolasi
Ikan dibedah
Ginjal ikan digores menggunakan ose Hasil goresan ditumbuhkan
pada media TSA dan diinkubasi di inkubator
Koloni tunggal yang terbentuk ditumbuhkan pada media agar miring kemudian diinkubasi
Dilakukan uji biokimia pada bakteri yang tumbuh, yaitu uji oksidatif/fermentative, uji motilitas, uji
oksidase, uji katalase, dan pewarnaan gram
Bila positif A. hydrophila maka bakteri ditumbuhkan kembali dalam TSA agar miring dan diinkubasi 18 – 24 jam
Bakteri siap digunakan dalam perlakuan
Lampiran 3. Karakterisasi sifat biokimia bakteri 1. Uji Oksidatif/Fermentatif
Untuk mengetahui kemampuan memecah karbohidrat (glukosa) dalam suasana aerobik (oksidatif) atau anaerobik (fermentatif).
Media O/F terdiri dari :
Bacto trypton 2,00 gram K2HPO4 0,30 gram Natrium Chloride (NaCl) 5,00 gram Bacto agar 2,00 gram Bromtymol blue 0,08 gram
Media disiapkan dengan melarutkan 9,4 gram bahan dalam 1 liter air, ditambah 10 gram glukosa, dipanaskan di penangas hingga larut sempurna. Didistribusikan ke tabung reaksi sebanyak 5 ml, disterilkan dalam autoklaf selama 15 menit suhu 121oC tekanan 1 atm.
Cara melakukan uji, koloni bakteri diambil dengan jarum ose, diinokulasikan vertikal pada 1 set O/F medium, salah satu tabung diberi paraffin cair 1 ml, diinkubasi selama 24 jam, sedangkan yang satu lagi tidak diberi paraffin. Kemudian diinkubasi 24 jam.
Hasil pengujian, reaksi oksidatif bila pada tabung yang tidak diberi paraffin berubah menjadi kuning; sedangkan reaksi fermentatif bila tabung yang diberi paraffin berubah warna menjadi kuning atau kedua tabung berubah warna menjadi kuning.
2. Uji Motilitas
Menggunakan media SIM (Sulfida Indol Motility) yang merupakan salah satu media semi solid yang digunakan untuk pengujian fisio-metabolisme suatu bakteri yakni untuk mengetahui kemampuan membentuk indol (produk hasil degradasi protein), ikatan sulfida dan motilitas atau pergerakan bakteri.
Media SIM terdiri dari :
Trypton 20,0 gram Ferrous ammonium sulfat 0,2 gram
Sodium thiosulfat 0,2 gram Pepton 6,1 gram Bacto agar 3,5 gram
Penyiapan media, dilakukan dengan melarutkan 30 gram bahan dalam 1 liter, dipanaskan di penangas hingga larut sempurna, didistribusikan dalam kemasan tabung reaksi sebanyak 5 ml, disterilkan dengan autoklaf 15 menit suhu 121oC tekanan 1 atm.
Cara melakukan uji, koloni bakteri diambil dengan menggunakan jarum inokulum, diinokulasikan secara vertikal, diinkubasi selama 24 jam.
Hasil uji, motilitas bakteri diperlihatkan dengan adanya pertumbuhan pada permukaan medium dan tidak hanya pada bekas pada tusukan, bakteri non motil tumbuh sepanjang tusukan.
3. Uji Oksidase
Cara melakukan uji, p-aminodimethylaniline-oxalat 1% diteteskan pada kertas saring. Kemudian satu ose penuh biakan dari media padat diulaskan diatas
tetesan p-aminodimethylaniline-oxalat. Bila koloni berubah warna menjadi merah, berarti tes positif, dan bila berwarna ungu berarti tes negatif.
4. Uji Katalase
Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya enzim katalase. Enzim tersebut merupakan katalisator dalam penguraian hydrogen-peroksida (H2O2) untuk menghasilkan oksigen dan air.
Cara melakukan uji, sebagian koloni bakteri dari agar miring diambil dan diletakkan pada gelas objek, kemudian diberikan larutan hydrogen-peroksida pada koloni tersebut. Adanya gelembung-gelembung menunjukkan reaksi positif. Lampiran 4. Pewarnaan Gram
Keterangan :
1. Preparat olesan bakteri.
2. Larutan kristal violet diteteskan sebanyak 2 – 3 tetes pada olesan bakteri, dibiarkan selama 1 menit.
3. Pencucian menggunakan air mengalir dan pengeringan dengan kertas isap secara hati-hati.
4. Larutan kalium iodida diteteskan dan dibiarkan selama 1 menit. 5. Dicuci dengan air dan dikeringkan.
6. Larutan alkohol diteteskan dan dibiarkan selama 30 detik. 7. Dicuci dengan air dan dikeringkan.
8. Larutan safranin diteteskan dan didiamkan selama 30 detik.
9. Dicuci dengan air dan dikeringkan menggunakan kertas isap, kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
1 2 3
6 5 4
Lampiran 5. Hasil dan perhitungan Uji Lethal Dosis 50%
∑ Akumulasi Konsentrasi
Bakteri Mati Ikan Hidup Ikan kematianRasio Ikan Mati Ikan Hidup Rasio Kematian % 108 4 0 4/4 15 0 15/15 100 107 4 0 4/4 11 0 11/11 100 106 3 1 3/4 7 1 7/8 88 105 3 1 3/4 4 2 4/6 67 104 1 3 1/4 1 5 1/6 17 Perhitungan : Selang Proporsi = B A A − − 50 = 17 67 50 67 − − = 50 17 = 0.34
Log negatif LD50 = Log negatif konsentrasi di atas 50% + Selang Proporsi = (-5) + 0.34
= -4.7
LD50 = 104.7 ≈ 105 cfu/ml
pepaya (b)
(a) (b)
Lampiran 7. Metode kertas cakram Daun pepaya (Carica
papaya L.) segar Dicuci menggunakan
air mengalir Dijemur dan ditutup
kain putih selama 1 minggu
Pisahkan jari daun dan daun diblender hingga halus kemudian diayak
Bubuk halus menjadi stock bubuk daun
pepaya
Bubuk daun papaya ditimbang sebanyak 5 gram Dilarutkan dalam 100 ml akuades steril Ditempatkan di Erlenmeyer 200 ml yang ditutup alumunium foil Direbus pada suhu
50oC ± 30 menit Kemudian disaring menggunakan kain blacu dan kertas saring
Hasil saringan diencerkan menjadi
10, 20, 30, dan 40 mg/ml
1. Sebanyak 0,1 ml suspensi bakteri Aeromonas hydrophila diambil, diteteskan pada media TSA dan kemudian disebar merata menggunakan batang penyebar.
2. Pinset dibakar sebentar di atas nyala api, kertas saring diambil menggunakan pinset satu persatu. Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan PBS di letakkan di atas permukaan media TSA yang telah disebari 1 biakan bakteri Aeromonas hydrophila. Kertas saring selanjutnya dicelupkan ke dalam larutan ekstrak daun pepaya dosis 10 mg/ml dan diletakkan pada cawan petri yang sama dengan jarak tetentu. Hal tersebut dilakukan hingga hingga dosis ekstrak daun pepaya 50 mg/ml.
3. Diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam.
4. Diamati pertumbuhan yang terjadi dan diameter daerah bening yang timbul diukur.
Susunan kertas cakaram Lampiran 8. Gambar zona hambat yang terbentuk
Lampiran 9. Diameter rata-rata (mm) zona hambat pada uji in vitro PBS 20 10 30 40 50
Perlakuan Dosis (mg/ml) Ulangan 10 20 30 40 50 PBS 1 8.0 9.5 7.5 8.0 7.0 0 2 8.0 8.0 7.0 8.0 7.0 0 3 7.5 8.0 7.5 8.5 7.0 0 Rata-rata 7.83 8.5 7.33 8.17 7.00 0 Lampiran 10. Analisis statistik RAL (a) dan Uji lanjut Duncan (b) diameter
rata-rata zona hambat yang terbentuk pada uji in vitro a. Analisis statistik RAL diameter rata-rata zona hambat pada uji in vitro
Oneway Anova
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 155.236 5 31.047 186.283 .000 Within Groups 2.000 12 .167
Total 157.236 17
b. Uji lanjut Duncan diameter rata-rata zona hambat pada uji in vitro Duncan Subset alpha = 0.05 Perlakuan N 1 2 3 4 PBS 3 .0000 Dosis 50 3 7.0000 Dosis 30 3 7.3333 7.3333 Dosis 10 3 7.8333 7.8333 Dosis 40 3 8.1667 Dosis 20 3 8.5000 Sig. 1.000 .337 .159 .081
a. Mortalitas harian ikan lele dumbo (%) pasca infeksi
Mortalitas Harian Ikan Lele Dumbo (%) Pasca Infeksi Kontrol Negatif Kontrol Positif Pencegahan Pengobatan Hari
ke-
UI UII UIII UI UII UIII UI UII UIII UI UII UIII 1 0 0 0 20 20 40 0 0 0 20 0 20 2 0 0 0 20 20 40 0 0 0 20 20 20 3 0 0 0 20 20 40 0 20 0 20 20 20 4 0 0 0 20 20 40 0 20 0 20 20 20 5 0 0 0 20 20 60 0 20 0 20 20 20 6 0 0 0 20 20 60 0 20 0 20 20 20 7 0 0 0 20 20 60 0 20 0 20 20 20
b. Rata-rata mortalitas harian ikan lele dumbo (%) pasca infeksi
Rata-rata Mortalitas Harian Ikan Lele Dumbo (%) Pasca Infeksi Hari ke-
Kontrol Negatif Kontrol Positif Pencegahan Pengobatan
1 0 26.67 0 13.33 2 0 26.67 0 20 3 0 26.67 6.67 20 4 0 26.67 6.67 20 5 0 33.33 6.67 20 6 0 33.33 6.67 20 7 0 33.33 6.67 20
Lampiran 12. Analisis statistik RAL (a) dan Uji lanjut Duncan (b) akumulasi mortalitas harian ikan lele dumbo (%) pasca infeksi
a. Analisis statistik RAL akumulasi mortalitas harian ikan lele dumbo (%) pasca infeksi
Oneway Anova
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 1966.667 3 655.556 3.933 .054 Within Groups 1333.333 8 166.667
Total 3300.000 11
b. Uji lanjut Duncan akumulasi mortalitas harian ikan lele dumbo (%) pasca infeksi
Duncan Subset alpha = 0.05 Perlakuan N 1 2 Kontrol Negatif 3 .0000 Pencegahan 3 6.6667 Pengobatan 3 20.0000 20.0000 Kontrol Positif 3 33.3333 Sig. .106 .242
Lampiran 13. Skor gejala klinis harian pasca infeksi
a. Kelainan klinis dan diameter kelainan klinis ikan lele dumbo kontrol positif setelah diinfeksi Aeromonas hydrophila
Diameter kelainan klinis (cm) ikan ke- Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 1 0.5 1.4 0.7 0.9 0.8 0.7 0.6 0.9 1.1 1.4 0.7 1.5 1.2 2 2 1.1 0.5 1.4 0.6 0.9 0.8 0.7 1.4 0.7 1.4 1.4 0.7 1.5 1.2 2 3 1.1 0.5 1.4 0.6 0.9 0.8 0.7 1.4 0.7 1.4 1.4 0.7 1.5 1.2 1.8 4 1.1 0.5 1.3 0.6 0.9 0.8 0.6 1.4 0.7 1.4 1.4 0.7 1.5 1.2 3 5 1.1 0.45 1.2 0.55 0.9 0.8 0.6 1.4 0.6 1.3 1.4 0.7 1.4 1.2 3 6 1 0.4 1.1 0.5 0.9 0.8 0.5 1.3 0.5 1.2 1.4 0.6 1.3 1.2 3 7 0.9 0.4 1 0.5 0.9 0.8 0.5 1.2 0.5 1.1 1.4 0.5 1.2 1.2 3 b. Kelainan klinis dan diameter kelainan klinis ikan lele dumbo perlakuan
pengobatan setelah diinfeksi Aeromonas hydrophila
Diameter kelainan klinis (cm) ikan ke- Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 1.3 0.9 1.2 1.1 1.1 1.3 1.5 0.8 0.2 1.8 1.3 1.2 0.9 1.1 1 2 1.3 1.3 1.3 1.1 1 1.2 1.5 0.7 0.2 2.6 1.6 1.3 0.9 1.1 1.1 3 1.2 1.2 1.2 1.1 0.8 1 1.3 0.6 SN 2.6 1.5 1.2 0.6 1.1 1 4 1.1 1 1.2 1.1 0.7 0.8 1.2 0.5 SN 2.6 1.4 1.1 0.5 1.1 0.8 5 0.95 0.9 1 1.1 0.6 0.65 1.1 0.4 SN 2.6 1.3 1 0.35 1.1 0.7 6 0.9 0.8 1 1.1 0.55 0.6 1 0.4 SN 2.6 1.1 0.9 0.3 1.1 0.6 7 0.85 0.7 0.9 1.1 0.4 0.5 0.9 0.3 SN 2.6 1 0.8 0.3 1.1 0.5
c. Kelainan klinis dan diameter kelainan klinis ikan lele dumbo perlakuan pencegahan setelah diinfeksi Aeromonas hydrophila
Diameter kelainan klinis (cm) ikan ke- Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 0.6 0.5 0.4 1 0.3 1 0.5 1.7 N 1.2 0.6 1.4 1 0.5 N 2 0.7 0.5 0.4 1 0.1 1 0.4 1.5 N 1.2 0.6 1.5 0.8 0.5 0.3 3 0.5 SN 0.2 0.9 0.1 0.9 0.4 1.8 N 1.1 0.5 1.3 0.8 0.3 SN 4 0.4 SN 0.15 0.7 SN 0.7 0.3 1.8 N 1 0.45 1.2 0.4 0.2 SN 5 0.4 SN 0.1 0.6 SN 0.6 0.2 1.8 N 1 0.4 1.15 SN 0.2 SN 6 0.3 SN 0.1 0.55 SN 0.6 0.2 1.8 N 0.9 0.4 1.1 SN 0.1 SN 7 0.2 SN SN 0.5 SN 0.5 0.2 1.8 N 0.6 0.3 0.95 SN SN SN Keterangan : SN = Sembuh N = Normal H = Hemoragi R = Radang T = Tukak M = Mati
Diameter klinis dibagi menjadi 4 kelompok :
- Bila diameter kelainan klinis berada diantara (0,1 – 0,7 cm) diberi angka 1 - Bila diameter kelainan klinis berada diantara (0,8 – 1,4 cm) diberi angka 2 - Bila diameter kelainan klinis berada diantara (1,5 – 2,1 cm) diberi angka 3 - Bila diameter kelainan klinis berada diantara (2,2 – 3 cm) diberi angka 4
Taging diberikan pada ikan lele dumbo tiap perlakuan dan ulangan untuk membedakan antara ikan 1,2,3,4, dan 5
d. Skor rata-rata diameter kelainan klinis ikan lele dumbo kontrol positif Diameter kelainan klinis (cm) ikan ke- Perlakuan Hari ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Skor Rata-rata 1 2 2 4 2 8 8 1 1 2 2 8 1 6 8 3 3.87 2 4 3 6 3 8 8 2 4 2 4 8 1 9 8 6 5.07 3 6 3 6 3 8 8 2 6 3 6 8 2 9 8 9 5.80 4 6 3 6 3 8 8 3 6 3 6 8 3 9 8 12 6.13 5 6 3 6 3 8 8 3 6 3 6 8 3 6 8 16 6.20 6 6 3 6 3 8 8 3 6 3 6 8 3 6 8 16 6.20 Kontrol Positif 7 6 3 6 3 8 8 3 6 3 6 8 3 6 8 16 6.20
e. Skor rata-rata diameter kelainan klinis ikan lele dumbo perlakuan pengobatan
ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rata-rata 1 2 4 4 8 4 4 6 2 1 6 2 2 4 8 4 4.07 2 4 6 6 8 6 6 9 3 1 16 6 4 6 8 6 6.33 3 6 6 6 8 6 6 6 3 0 16 9 6 3 8 6 6.33 4 6 6 6 8 3 6 6 3 0 16 6 6 3 8 6 5.93 5 6 6 6 8 3 3 6 3 0 16 6 6 3 8 3 5.53 6 6 6 6 8 3 3 6 3 0 16 6 6 3 8 3 5.53 Pengobatan 7 6 3 6 8 3 3 6 3 0 16 6 6 3 8 3 5.33
f. Skor rata-rata diameter kelainan klinis ikan lele dumbo perlakuan pencegahan Diameter kelainan klinis (cm) ikan ke-
Perlakuan Hari ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Skor Rata-rata 1 1 1 1 2 1 4 2 3 0 4 2 4 2 1 0 1.87 2 2 1 2 4 2 6 3 6 0 6 3 9 2 2 1 3.27 3 3 0 3 6 3 6 3 12 0 6 3 6 2 3 0 3.73 4 3 0 3 3 0 3 3 12 0 6 3 6 1 3 0 3.07 5 3 0 3 3 0 3 3 12 0 6 3 6 0 3 0 3.00 6 3 0 3 3 0 3 3 12 0 6 3 6 0 3 0 3.00 Pencegahan 7 3 0 0 3 0 3 3 12 0 3 3 6 0 0 0 2.40 Contoh perhitungan skor :
Bila diameter kelainan klinis radang berada diantara (0,1 – 0,7 cm) diberi angka 1, maka nilai skornya 1 x 1 = 1, kemudian nilai skor dirata-ratakan, demikian seterusnya.
Lampiran 14. Analisis statistik RAL (a) dan Uji lanjut Duncan (b) skor rata-rata gejala klinis harian pasca infeksi
a. Analisis statistik RAL skor rata-rata gejala klinis harian pasca infeksi Oneway Anova
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 64.507 3 21.502 21.559 .000 Within Groups 7.979 8 .997
Total 72.486 11
Duncan Subset alpha = 0.05 Perlakuan N 1 2 3 Kontrol Negatif 3 .0000 Pencegahan 3 2.9048 Pengobatan 3 5.5810 Kontrol Positif 3 5.6381 Sig. 1.000 1.000 .946
Lampiran 15. Persentase pertambahan bobot rata-rata ikan lele dumbo selama perlakuan
a. Rata-rata bobot awal dan akhir (gram) ikan lele dumbo
Perlakuan Ulangan gram (ekor ikan hidup) Bobot awal dalam gram (ekor ikan hidup) Bobot akhir dalam
1 28.4 (5) 48.68 (5) 2 23.8 (5) 51.92 (5) Kontrol Negatif 3 26.5 (5) 50.75 (5) 1 34.4 (5) 36.11 (4) 2 26.6 (5) 28.85 (4) Kontrol Positif 3 24.5 (5) 14.02 (2) 1 34.5 (5) 50.69 (5) 2 29.4 (5) 40.11 (4) Pencegahan 3 26.7 (5) 40.41 (5) 1 25.1 (5) 29.71 (4) 2 34.3 (5) 44.74 (4) Pengobatan 3 34.2 (5) 39.20 (4)
b. Pertambahan bobot (%) ikan lele dumbo tiap perlakuan
Perlakuan Bobot Rata-rata Hari H-7 (g) Bobot Rata-rata Hari H+7 (g) Pertambahan Bobot (%) Kontrol Negatif 5.25 10.09 92.31
Kontrol Positif 5.70 7.90 38.56
Pencegahan 6.04 9.37 55.17
Pengobatan 6.24 9.47 51.78
pertambahan bobot rata-rata ikan lele dumbo
a. Analisis statistik RAL persentase pertambahan bobot rata-rata ikan lele dumbo Oneway Anova
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 5305.037 3 1768.346 8.322 .008 Within Groups 1700.012 8 212.502
Total 7005.049 11
b. Uji lanjut Duncan persentase pertambahan bobot rata-rata ikan lele dumbo Duncan Subset alpha = 0.05 Perlakuan N 1 2 Kontrol Positif 3 36.6133 Pengobatan 3 51.4267 Pencegahan 3 56.2733 Kontrol Negatif 3 93.6900 Sig. .152 1.000