• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aliadi A, Sudibyo B, Hargono D, Farouk, Sidik, Sutaryadi, Pramono S. 1996. Tanaman obat pilihan. Yayasan Sidowayah. Jakarta. hlm 42-45.

Anwar NS. 2001. Manfaat obat tradisional sebagai afrodisiak serta dampak positifnya untuk menjaga stamina.Makalah Pada Seminar Setengah Hari “ Menguak Manfaat Herbal bagi Vitalitas Seksual”. Jakarta. 13 Oktober 2001. 8 hlm..

Arnon DL. 1949. Cooper enzymes in isolated chloroplast, polyphenol oxidase in Beta vulgaris.Plant Physiol. 24:1-15.

Awad MA, Patricia SW, de Pager A. 2001. Effects of light on flavonoid and chlorogenic acid concentrations in theskin of ‘Jonagold’ apples.Sci. Hort. 88:289-298.

Bajguz A, Tretyn A. 2003. The chemical characteristic and distribution of brassinosteroids in plants. Phytochemistry. 62:1027-1046.

Balitro. 2003. Budidaya cabe jawa. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. 15 hlm.

________. 2004. SPO Budidaya cabe jawa, mengkudu, jambu biji dan salam. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. 15 hlm.

Barlog P. 2002. Effect of magnesium and nitrogenous fertilizers on the growth and alkaloid compound in Lupinus angustifolius L. Aust. J. Agric. Res. 53:671-676.

Bermawie N, Kristina NN, Rizal M, Mauludi L, Wahyono TE. 2009. Standar mutu tanaman obat. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Badan Litbang Pertanian. Bogor. 20 hlm.

Depkes RI. 1977. Materia medika Indonesia jilid 1. Depkes RI. Jakarta. hlm 80- 84.

Direktorat Budidaya Tanaman Rempah dan Penyegar. 2007. Mengenal lebih jauh cabe jawa. http://id.wikipedia.org/wiki/cabe_jawa. Direktori html. [21 Maret 2007].

Dirjenbun. 2009. Cabe jamu. Direktorat Budidaya Tanaman Rempah dan Obat.

http://ditjenbun.deptan.go.id/budtanreyar/index.php. Direktori html. [29

Djukri dan Purwoko BS. 2003. Pengaruh naungan terhadap sifat toleransi tanaman talas (Colocasia esculenta(L.) Schott).Ilmu Pertanian10(2):17-25. Dwijoseputro D. 1980. Pengantar fisiologi tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta. Fitter AH, Hay RKM. 1998. Fisiologi lingkungan tanaman. Yogyakarta. Gadjah

Mada. University Press.

Goldsworthy PR, Fisher NM. 1996. Fisiologi tanaman budidaya tropik. Terjemahan Tohari dan Soedaroedjian. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 874 hlm.

Hale MG, Orcutt DM. 1987. The physiology of plant under stress. Canada: John Wiley and Sons. Singapore. 206p.

Hargono D. 1992. Beberapa informasi tentang Retrofracti fructus. Warta TOI

1(3):4-7.

Hidema J, Makino A, Kurita Y, Mae T, Ohjima K. 1992. Changes in the level of chlorophyll and light-harvesting chlorophyll a/b protein PS II in rice leaves agent under different irradiances from full expansion through senescense.Plant Cell Physiol. 33(8):1209-1214.

Iranbakhsh AR, Oshagi MA, Ebadi M. 2007. Growth and production optimization of tropane alkaloids in Datura stramonium cell suspension culture. Pak.J. Biol. Sci. 10:1236-1242.

Januwati M, Muhammad H. 1992. Cara budidaya pegagan(Centella asiaticaL.) Warta TOII (2) :42-44.

_________, Syai M, Nasir M. 2000. Budidaya tanaman cabe jawa (Piper retrofractumVahl.). Direktorat Aneka Tanaman.

_________, Yuhono JT. 2003. Budidaya cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.

_________, Yusron. 2004. Standar operasional: budidaya pegagan, lidah buaya, sambiloto dan kumis kucing. Circular No. 9. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.

Johnston M, Onwueme IC. 1998. Effect of shade on photosynthetic pigments in the tropical root crops: yam, taro, tannia, cassava and sweet potato. Exp. Agric34:301-312.

Kardono LBS. 1992. Studi pustaka tanaman obat di Indonesia dan di negara industri (senyawa bioaktif cabe jawa).Warta TOI1(3):26-29.

Kemala S, Sudiarto E, Rini P, Yuhono JT, Yusron M, Mauludi L, Raharjo M, Waskito B, Nurhayati H. 2003. Serapan, pasokan dan pemanfaatan tanaman obat di Indonesia. Laporan Teknis Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (II). hlm 187-247.

Komatsu T, Kawaide H, Saito C, Yamagami A, Shimada S, Nakazawa M, Matsui M, Nakano A, Tsujimoto M, Natsume M, Abe H, Asami T, Nakano T. 2009. The chloroplast protein BPG2 functions in brassinosteroid-mediated post-transcriptional accumulation of chloroplast rRNA.The Plant Journal 61:409–422.

Levitt J. 1980.Responses of plants to enviromental stresses: water, radiation, salt, and other stresses.Vol. II. New York Academic Press. p:283-303.

Manohara D, Wahyuno D, Noveriza R. 2005. Penyakit busuk pangkal batang tanaman lada dan strategi pengendaliaanya. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat.17(2):42-51.

Logan BA, Demmig-Adams B, Adams WW. 1999. Acclimation of photosynthesis to the environment. In: Singhal GS, Renger G, Spongy SK, Irrgang KD, Govindjee, editor. Concepts in Photobiology Photosynthesis and Photomorphogenesis. Boston. Kluwer Academic Publisher. p:477- 512.

Muslihah F. 2007. Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Penebar Swadaya. Jakarta.

Musyarofah N. 2009. Respon tanaman pegagan (Centella asiatica L. Urban)

terhadap pemberian pupuk alami di bawah naungan.

http://www.novelvar.com/download/makalah seminar.pdf[24 April 2009].

Noggle GR, Frits GJ. 1979. Introductory plant physiology. Prentice Hall of India Private Limited. New Delhi. 721 p.

Ologunde OO, Sorensen RC. 1982. Influence of concentration of K and Mg in nutrient solutions on sorghum.Agric. J. 74:41-46.

Pasricha NS. 1985. Potassium (Q/I) relationships as influenced by Calsium and Magnesium treated as separate species and by soil submergence. Agric. Sci. Comb. 105:577-581.

Pramudya A. 2000. Pengembangan data base zone agroekologi dalam mendukung pembangunan hutan rakyat. Laporan Hasil Penelitian Puslitbang Tanaman Perkebunan [tidak dipublikasi].

Permadi A. 2008. Membuat kebun tanaman obat. Pustaka Bunda. Jakarta. 126 hlm.

Purbani E, Puspita ID. 2006. Cabe jawa aprodisiak alami.

http://www.tabloidogrina.net.id[3 Oktober 2006].

Rachmawaty RA. 2005. Pengaruh naungan dan jenis pegagan terhadap pertumbuhan, produksi dan kandungan triterpenoidnya sebagai bahan obat. [tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. IPB. Bogor.

Rezkiyanti P. 2000. Uji potensi hasil beberapa galur padi gogo (Oryza sativaL.) pada beberapa tingkat naungan [skripsi]. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Rostiana O, Abdullah A, Haryudin W, Aisyah S. 1994. Eksplorasi, karakterisasi, evaluasi dan pelestarian plasma nutfah tanaman obat. Koleksi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Pertanian. Review Hasil dan Program Penelitian Plasma Nutfah Pertanian. Bogor. hlm 193-208.

_________, Rosita SM, Muhammad H, Hernani, Haryudin W, Miftakurohmah, Aisyah S, Nasrun. 2003. Eksplorasi koleksi dan karakterisasi cabe jawa dan purwoceng. Laporan Penyelesaian DIP Bagian Proyek Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. hlm 165-186.

Rukmana R. 2006. Cabai jawa: potensi dan khasiatnya bagi kesehatan. Kanisius. Yogyakarta.

Sahardi. 2000. Studi karakteristik anatomi dan morfologi serta pewarisan sifat toleransi terhadap naungan pada padi gogo (Oryza sativa L) [disertasi]. IPB. Bogor.

Salim F. 1994. Usahatani lada perdu. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 21 hlm.

Salisbury FB, Ross CW. 1969. Mineral nutition of plants.Wodsworth Publishing Company. Inc. Belmont. California. 748p.

_________. 1992. Plant physiology. 4th Edition. California. Wadsworth Publ. Co. _________. 1995. Fisiologi tumbuhan. Terjemahan DR Iikman dan Sumarjono.

Jilid 1, II, III. ITB. Bandung.

Sampurno. 2003. Kebijakan pengembangan jamu/obat tradisional/obat herbal Indonesia. Makalah Pada Seminar dan Pameran Nasional POKJANAS TOL Jakarta. 25-26 Maret 2003.

Schaffer AA. 1996. Photoassimilate distribution in plant and crops. New York. Marcel Dekker, Inc. pp:1-16

Sjamsuhidajat SS, Nurendah PS. 1992. Kajian fitokimia tanaman obat. Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Hasil Penelitian Plasma Nutfah dan Budidaya

Tanaman Obat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Bogor. 204 hlm.

Sinambela JM. 2003. Standarisasi sediaan obat herba. Makalah Pada Seminar dan Pameran Nasional POKJANAS TOL. Jakarta. 25-26 Maret 2003. 10 hlm. Soleh M. 2003. Pengembangan sistem usahatani cabe jamu mendukung

peningkatan pendapatan petani. Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian6:42-52.

________, Arifin Z, Machfud MC, Suryadi A. 2001. Rakitan teknologi budidaya cabe jamu. Di dalam: Sugiyarto M, Widajati E (Ed). Petunjuk Teknis Rakitan Teknologi Pertanian. Badan Penelitiam dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso. Malang.

Sugito. 1999. Ekologi tanaman. Malang. Unibraw Press. 127 hlm.

Supriadi dan Sukamto. 2005. Perkembangan penelitian penyakit kerdil pada tanaman lada. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat 17(2):52-57.

Syakir M. 1990. Pengaruh naungan serta pemupukan P dan Mg terhadap pertumbuhan tanaman lada (Piper nigrum L.) [tesis]. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor.

________. 1994. Pengaruh naungan, unsur hara P dan Mg terhadap iklim mikro, indeks pertumbuhan dan laju tumbuh tanaman lada. Bul.Litro 9(2):106- 114.

Symons GM, Ross JJ, Jager CE, Reid JB. 2007. School of plant science. University of Tasmania. Private Bag 55. Hobart. Tasmania. Australia. Syukur A, Hernani. 2002. Budidaya tanaman obat komersil. Penebar Swadaya.

Jakarta. 136 hlm.

Taiz L and Zeiger E. 1991. Plant physiology. Tokyo. The Benyamin/Cumming Publishing Company Inc. p:219-247.

________. 2002. Plant physiology. Third Edition. Sunderland Massachusetts: Sinauer Associates, Inc., Publisher.

Tunggal L. 2004. Pengaruh intensitas naungan dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi herba meniran (Phyllanthus niruri L.) pada sistem pertanian organik [skripsi]. IPB. Bogor.

Van Valkenburg JLCH, Bunyapraphatsara (eds). 2002. Medicinal and poisonus plants. Plant Resources of South East Asia (Prosea) Foundation 12 (2). Bogor. Indonesia. 782 p.

Vickery ML, Vickery B. 1981. Secondary plant metabolism. The Macmillan Press Ltd. London.

Wahid P. 1984. Pengaruh naungan dan pemupukan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman lada [disertasi]. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor.

________, Zaubin R, Syakir M, Suparman U, Sutopo D, Manohara D, Rosmeilisa P. 1995. Peningkatan produktivitas dan efisiensi teknik budidaya lada. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor

________, Joefri MHB, Syakir M, Rosmeilisa P, Pitono J, Hermanto, Surmaini E. 1999. Tanggap beberapa varietas lada perdu terhadap serapan hara di bawah ragam intensitas radiasi surya. Di dalam: Manipilasi agronomik dalam upaya meningkatkan daya saing dan keunggulan komparatif lada perdu. Laporan Riset Unggulan Terpadu IV. Kantor Menteri Riset dan Teknologi. Jakarta.

Wardiana E, Randriani E, Izzah NK. 2009. Korelasi dan analisis lintasan beberapa karakter penting koleksi plasma nutfah piretrum (Chrysanthemum cinerariaefoliumTrev.) di kebun percobaan Gunung Putri. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri.Jurnal Litri15(1):1-8. Yuliani S, Anggraeni, Tritianingsih. 2001. Analisis mutu cabe jawa dari daerah

Lamongan dan Sumenep. Prosiding Seminar Nasional XIX Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor. 4-5 April 2001. hlm 343-346.

Yuniarti T. 2008. Ensiklopedia tanaman obat tradisional. Media Pressindo. Yogyakarta. 440 hlm.

Lampiran 1 Denah penelitian Utara L M M L M L X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X x N1 N0 N2 L M L M M L X X X X X X X X x x X X X X X X x X X X X X X X X X X X x X N2 N1 N0 M L L M M L X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X N1 N2 N0

Keterangan: L = Aksesi Lampung M = Aksesi Madura N0 = Tanpa naungan N1 = Naungan 25% N2 = Naungan 55%

Lampiran 2 Pengaruh intensitas naungan dan aksesi terhadap skor kandungan bioaktif daun tanaman cabe jawa

Kombinasi Perlakuan

Kandungan Bioaktif

⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻⁻ Alkaloid Flavonoid Saponin Tannin Steroid

0% 25% 55% Lampung Madura Lampung Madura Lampung Madura ++++ ++++ +++ ++++ ++++ ++++ - - - - - - - - - - - - - - - - - - ++++ ++++ ++ ++++ + ++++ Keterangan: (+) = lemah (++) = sedang (+++) = kuat (++++) = sangat kuat (-) = tidak terdeteksi

Lampiran 3 Data analisis tanah sebelum percobaan Tekstur Pasir Debu Liat : : : 19 % 25 % 58 % pH H2O HCl : : 4.6 4.0 Unsur Hara C N (Kjeldhal) C/N P2O5(Bray 1) K2O (Morgan) : : : : : 1.69 % 0.17 % 10 30.3 ppm 97 ppm Nilai Tukar Kation

(NH4-asetat 1N, pH 7) Ca Mg K Na Jumlah KTK Kejenuhan basa Al H : : : : : : : : : 8.21 cmol/kg 2.02 cmol/kg 0.19 cmol/kg 0.10 cmol/kg 10.52 cmol/kg 15.08 cmol/kg 70 % 0.02 cmol/kg 0.09 cmol/kg

Lampiran 4 Data analisis tanah setelah percobaan

Perlakuan Kjeldhal N (%) Bray 1 P2O5 (ppm) Morgan K2O (ppm) Morgan Mg (ppm)

Tanpa naungan + Lampung 0.16 169.7 89 208

Naungan 25% + Lampung 0.18 178.9 113 227

Naungan 55% + Lampung 0.18 160.5 81 213

Tanpa naungan + Madura 0.19 169.5 67 219

Naungan 25% + Madura 0.16 91.9 83 186

Lampiran 5 Data iklim lokasi percobaan Bulan Curah hujan (mm) Hari hujan Temperatur (⁰ C) Kelembaban udara (%) Lama penyinaran matahari Rata-

rata Maks. Min.

Feb- 09 305 27 25.1 29.6 22.1 88 29 Mar-09 261 24 25.8 32.0 21.8 82 73 Apr-09 260 20 26.2 32.1 22.6 82 65 Mei-09 571 24 26.1 31.7 22.8 85 67 Jun-09 338 18 26.1 31.8 22.8 81 78 Jul-09 131 12 25.8 32.1 22.9 77 90 Ags-09 33 10 26.3 32.9 22.0 75 91 Sep-09 157 13 26.6 33.7 22.6 75 90 Okt-09 416 24 26.0 32.6 22.7 82 74 Nop-09 407 23 26.3 31.8 23.2 81 55 Des-09 258 20 26.1 31.8 22.9 85 56 Jan-10 252 30 25.3 30.2 22.9 88 38 Peb-10 461 26 25.0 31.8 23.3 85 57

Lampiran 6 Deskripsi tanaman cabe jawa aksesi Lampung dan Madura umur 32 MST (intensitas naungan 0-55%) pada kondisi iklim di Dramaga, Bogor Aksesi Lampung Tinggi tanaman : 50.37-57.83 cm Jumlah daun : 65.9-136.9 Panjang daun : 3.83-4.35 cm Lebar daun : 3.10-3.56 cm Σ cabang primer : 4.6-13.6 Σ cabang sekunder : 4.5-8.8

Skor alkaloid daun : kuat–sangat kuat Skor steroid daun : lemah–sangat kuat

Pertumbuhan tanaman lebih cocok pada kondisi naungan sampai 55%

Aksesi Madura Tinggi tanaman : 51.29-54.38 cm Jumlah daun : 74.0-120.5 Panjang daun : 4.19-4.57 cm Lebar daun : 3.32-3.57 cm Σ cabang primer : 5.7-8.1 Σ cabang sekunder : 6.6-6.8

Skor alkaloid daun : kuat - sangat kuat Skor steroid daun : kuat–sangat kuat

DWIWANTI SULISTYOWATI. Effect of Shading Intensity on The Growth and Leaf Bioactive Compounds of Two Accession of Javanese Long Pepper (Piper retrofractum Vahl.). Under direction of MAYA MELATI and SANDRA ARIFIN AZIZ.

The aims of this research were (1) to study the morphology, physiology and plant growth of two accessions of javanese long pepper in some shading intensites, and (2) to analyze the nutrients content and bioactive compounds in the leaves of two accessions of javanese long pepper. The research was conducted in June 2009 to February 2010, in Field Experimental Station, Darmaga, Bogor Agricultural University. Split Plot Design was used with three replications. The main plots were shading intensities: 0, 25 and 55%, while the subplot were plant accessions, namely Lampung and Madura. Statistically, there was no effect of shading intensities on morphological and physiological characteristics of plants except of potassium (K) and alkaloid content of leaf. Shading increased K content in leaves, while shading intensity of 25% reduced alkaloid content. Accessions had different plant characteristics in some variables, namely leaf size, branch number, and chlorophylls. In Bogor, Lampung accession tended to have higher values of morphological characteristics than those of Madura. Although not statistically different, there was a general trend of shading effects on different accessions. In Bogor, Lampung accession can grow well with shading intensity up to 55% (shade loving plant), and Madura grow well without shading (sun loving plant). Qualitative bioactive compound test results showed that the leaves of javanese long pepper contained alkaloid and steroid. Increasing shading intensity significantly increased leaf alkaloid, but tends to reduce leaf steroid.

Pertumbuhan dan Kandungan Bioaktif Daun Dua Aksesi Tanaman Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.). Dibimbing oleh MAYA MELATI dan SANDRA ARIFIN AZIZ.

Saat ini pemanfaatan tanaman obat sebagai ramuan semakin meningkat, bahkan tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat dalam negeri juga di luar negeri. Ramuan tradisional tanaman obat warisan nenek moyang ini dipercaya oleh masyarakat dan penggunaannya relatif lebih aman. Cabe jawa termasuk 10 besar simplisia nabati yang diserap oleh industri obat tradisional dan menempati peringkat ke-enam. Prospek pengembangan cabe jawa cukup cerah, sejalan dengan perkembangan industri obat tradisional dan modern, didukung pula oleh kecenderungan back to nature dimana kebutuhan obat-obatan yang berasal dari alam meningkat.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mempelajari mekanisme fisiologi dan morfologi pertumbuhan dua aksesi tanaman cabe jawa pada beberapa intensitas naungan, dan (2) menganalisis kandungan hara dan bahan bioaktif dalam daun dua aksesi cabe jawa. Percobaan disusun dalam Rancangan Petak Terpisah (Split Plot Design) dalam Rancangan Acak Kelompok. Petak utama adalah intensitas naungan dengan ukuran 0, 25 dan 55%, sedangkan sebagai anak petak asal bahan tanam (aksesi), yaitu Lampung dan Madura, dengan ulangan 3 kali. Terdapat 18 unit percobaan, masing-masing unit percobaan terdiri atas 5 tanaman.

Naungan tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah karakter morfologi tanaman. Naungan tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah karakter fisiologi daun, kecuali pada kadar hara K daun yaitu meningkatkan kadar K daun. Terdapat kecenderungan bahwa naungan meningkatkan kandungan klorofil a, klorofil b, klorofil total, rasio klorofil b/a, dan tebal daun, namun cenderung menurunkan kerapatan stomata.

Perbedaan aksesi menunjukkan bahwa tinggi tanaman dan jumlah daun aksesi Lampung cenderung lebih tinggi daripada aksesi Madura. Panjang dan lebar daun terbesar pada 26 MST dan lebar sel palisade aksesi Madura nyata lebih tinggi daripada aksesi Lampung. Kandungan klorofil a, klorofil total dan rasio klorofil b/a pada aksesi Lampung nyata lebih tinggi daripada aksesi Madura. Secara umum karakter morfologi dan fisiologi aksesi Lampung lebih baik dibandingkan aksesi Madura untuk kondisi naungan dan adaptasi iklim di Bogor.

Interaksi perlakuan aksesi dan naungan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun serta panjang dan lebar daun terbesar, tetapi memberikan perbedaan yang nyata pada jumlah cabang sekunder umur 14 MST dan jumlah cabang primer pada semua umur pengamatan. Tidak terdapat interaksi antara naungan dan aksesi terhadap karakter fisiologi daun, kecuali pada rasio klorofil b/a. Meskipun tidak nyata, terdapat kecenderungan umum bahwa pengaruh naungan berbeda untuk kedua aksesi. Naungan memperbaiki karakter morfologi aksesi Lampung namun menurunkan nilai peubah pertumbuhan aksesi Madura, sehingga serapan hara N, P, K, Mg daun aksesi Lampung lebih tinggi daripada aksesi Madura. Oleh karena itu, pertumbuhan tanaman selama ± 32 MST di Bogor menunjukkan bahwa aksesi Lampung dapat tumbuh baik dengan intensitas naungan sampai 55% (shade loving plant), sedangkan aksesi Madura tumbuh baik tanpa naungan (sun loving plant).

tanpa naungan nyata lebih tinggi daripada intensitas naungan 25%. Naungan pada aksesi Lampung meningkatkan kandungan alkaloid daun, tetapi pada aksesi Madura cenderung menurun. Naungan cenderung menurunkan kandungan steroid daun pada kedua aksesi tanaman. Kandungan steroid daun pada aksesi Madura cenderung lebih tinggi daripada aksesi Lampung.

PENDAHULUAN

Dokumen terkait