• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apriyanto A., Hermanianto J., Wahid N. 2007. Pedoman Produksi Pangan Halal. Jakarta: Khairul Bryan Press.

Andriani. 2005. Escherichia coli 0157:H7 sebagai penyebab penyakit zoonosis. Prosiding Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis. PPPP. Bogor.

Bahri S., Kusumaningsih A., Murdiati T.B., Nurhadi A., Masbulan E. 2000. Analisis kebijakan keamanan pangan asal ternak (terutama ayam ras petelur dan broiler). Laporan Penelitian. PPPP. Bogor.

Bahri S. 2008. Beberapa aspek keamanan pangan asal ternak di Indonesia. PIP 1(3): 225-242.

Banwart G.J. 1989. Basic Food Microbiology. 2nd Edition. New York: Chapman and Hall.

Bara V., Lasto C., dan Bodog M. 2002. The level of bacteria load on technological flow in abattoirs and their influences on hygenic quality of bird food. Intl J Poult Sci 1(4): 94-97.

Berrang M.E., Buhr R.J., Cason Jr J.A., Dickens J.A. 2001. Microbiological consequences of skin removal prior to evisceration of broiler carcasses. Poult Sci 81:134-138.

Berrang M.E., Northcutt J.K., Cason Jr J.A. 2004. Recovery of campylobacter from broiler feces during extended storage of transport cages. Poult Sci 83(7):1213-1217.

Betty dan Yendri. 2007. Cemaran mikroba terhadap telur dan daging ayam. Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat. Padang.

(BSN) Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia 01-6160-1999. Rumah Pemotongan Unggas. Jakarta.

(BSN) Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia 01-6366-2000. Batas maksimum cemaran mikroba dan Batas Maksimum Residu dalam Bahan Makanan Asal Hewan. Jakarta.

(BSN) Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia 2897:2008. Metode pengujian cemaran mikroba dalam daging, telur dan susu, serta hasil olahannya. Jakarta.

(BSN) Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia 01-7388-2009. Batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan. Jakarta.

62

(BSN) Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia 3924-2009. Mutu karkas dan daging ayam. Jakarta.

Budinuryanto D.C., Hadiana M.H., Balia R.L., Abubakar, Widosari E. 2000. Profil keamanan daging ayam lokal yang dipotong di pasar tradisional dalam kaitannya dengan penerapan sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Laporan Hasil Penelitian Lembaga Penalitian Universitas Padjajaran dan ARMP II Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Buhr R.J., Berrang M.E., Cason J.A. 2003. Bacterial recovery from breast skin of

genetically feathered and featherlesss broiler carcasses immediately following scalding and picking. Intl J Poult Sci 2(6): 81-86.

Cason J.A. 2004. Impact of feathers and feather follicles on broiler carcass bacteria. Intl J Poult Sci 1(5): 110-119.

Cason Jr J.A., Hinton Jr A. 2006. Coliforms, e. coli, camplobacter, and salmonellai, in a counterflow broiler scalder with a dip tank. Intl J Poult Sci 5:846-849. Codex Alimentarius Commission. GL 24-1997. General guidelines for use of the

term “Halal”.

Cox Jr N.A., Richardson L.J., Bailey J.S., Cosby D.E., Cason Jr J.A., Musgrove M.T., Mead G.C. 2005. Bacterial contamination of poultry as a risk to human health. Book Chapter. In: Food Safety Control in the Poultry Industry. (Ed. G. C. Mead). Ch 2. p. 21-43.

Cunningham F.E., Cox N.A. 1987. The Microbiology of Poultry Meat Products. Academic Press, Inc. San Diego. California.

(Permentan) Peraturan Pemerintah. 2005. Pedoman Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan. Sub Dinas Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner. Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan.

(Deptan) Departemen Pertanian. 2006. Petunjuk penyembelihan ayam dan penanganan daging ayam pada rumah potong ayam skala kecil. Badan Kesehatan Hewan. Direktorat Jendral Peternakan.

(Disnakprov Jabar) Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2004. Laporan Tahunan. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Bandung.

(Dirjenkeswan) Direktorat Jendral Kesehatan Hewan. 1987. Peraturan Perundang-Undangan Kesehatan Hewan Edisi III. Dirjen Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

(Ditjen POM) Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan. 1996. Bahan-Bahan Mengenai Pengawasan Makanan Minuman Tahun 1994/1995. Ditwas Makanan dan Minuman, Ditjen POM, Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

63

(Ditjen PPM PLP) Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. 1994. Pembinaan keamanan makanan pada tempat pengelolaan makanan. Makalah pada Lokakarya Koordinasi Pengamanan Makanan, Mega Mendung, 17-20 Oktober 1994.

Djaafar T.F., Rahayu S. 2007. Cemaran mikroba pada produk pertanian, penyakit yang ditimbulkan dan pencegahannya. JPPP 26 (2): 67-75.

Fardiaz S. 1989. Analisis mikrobiologi pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gustiani E. 2009. Pengendalian Cemaran Mikroba pada Bahan Pangan Asal Ternak (Daging dan Susu) Mulai dari Peternakan sampai Dihidangkan. JPPP 28(3): 96-100).

Jay J.M. 2000. Modern Food Microbiology, 6th Edition. Aspen Publisher, Inc. Gathersburg. Maryland.

Levy P.S., Lemeshow S. 1999. Sampling of Population. Third Edition. John Wiley and Sons. Inc. Kanada.

Liljebjelke K.A., Ingram K.D., Hinton Jr, A., Cason Jr J.A. 2009. Scald tank water and foam as sources of carcass contamination during early poultry processing [abstract]. Meeting Abstract. January 26-27, 2009. p. 28.

(LPPOM MUI) Lembaga Pengkajian Paangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia. 2008. Panduan Umum Sistem Jaminan Halal LPPOM-MUI. Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia.

(LPPOM MUI) Lembaga Pengkajian Paangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia. 2011. Pedoman Pengelolaan Rumah Potong Unggas (RPU) Halal. Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika. Majelis Ulama Indonesia.

Lu J.U., Idris B., Harmon C., Hofacre J.J., Maurer, Lee M.D. 2003. Diversity and succession of the intestinal bacterial community of the maturing broiler chicken. Appl Environ Microbiol. 64(11): 6816-6824.

Lukman D.W., Purnawaman T. 2009. Penuntun Praktikum Higiene Pangan Asal Ternak. Bogor : Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet. Fakultas Kedokteran Hewan. IPB.

McGraw L. 1999. Battling Food-poissoning Bacteria. Agricultural Research. February 1999.

Mead G. C. 2004. Current trends in the microbiologicalsafety of meat poultry.

64

Mountney G.J., 1983. Poultry Product Tecnology 3rd Ed. The AVI Publishing Company Inc., Westport. Connecticut.

Murdiati T.B., Widiastuti R. 2003. Teknik deteksi residu antibiotika dalam produk ternak. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Veteriner. Bogor.

Murdiati T.B. 2006. Jaminan keamanan pangan asal ternak: dari kandang hingga piring. JPPP 25(1): 22-30.

Nugroho W.S. 2004. Aspek Kesehatan Masyarakat Veteriner Staphylococcus, Bakteri Jahat yang Sering Disepelekan. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Poloengan M., Noor S.M., Komala I., Andriani. 2005. Patogenosis Campylobacter terhadap hewan dan manusia. Prosiding Lokakarya Nasional Keamanan

Pangan Produk Peternakan, Bogor, 14 September 2005. PPPP. Bogor. hlm.

82-90.

Pusat Standarisasi dan Akreditasi. 2004. Info Mutu. Berita Standarisasi Mutu dan Keamanan Pangan. Sekretariat Jendral Departemen Pertanian. Edisi April 2004. hlm. 4-7.

Raharjo S. 1999. Teknik dekontaminasi cemaran bakteri pada karkas dan daging. Agritech, Majalah Ilmu dan Teknologi Pertanian 19(2): 8.

Richardson L., Cox N., Buhr R., Harrison M. 2011. Isolation of Campylobacter from circulating blood of commercial broilers. Poult Sci 46 : 959-964. Setiowati W.E., Mardiastuti E.S. 2009. Tinjauan Bahan Pangan Asal Hewan yang

Asuh Berdasarkan Aspek Mikrobiologi di DKI Jakarta. Prosiding PPI Standardisasi. Laboratorium Kesmavet Jakarta.

Smith D. P., Northcutt J. K., Cason J. A., Hinton Jr. A., Buhr R. J., Ingram K. D. 2007. Effect of External or Internal Fecal Contamination on Numbers of Bacteria on Prechilled Broiler Carcasses. Poult Sci 86:1241–1244.

Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi ke-3. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Syukur D.A. 2006. Biosecurity terhadap Cemaran Mikroba dalam Menjaga Keamanan Pangan Asal Hewan. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Thai Agricultural Standard. 2006. Good Manufacturing Practices for Poultry Abbattoir. National Bureau of Agricutural Commodity and Food Standarda Ministry of Agriculture and Cooperatives.

Thaheer H. 2005. Sistem Manajemen HACCP: Hazard analysis critical control points. Jakarta: Bumi Aksara.

65

(USDA) United State Department of Agriculture. 1999. Generic HACCP Model for Poultry Slaughter. Food Safety and Inspection Service. United States Department of Agriculture.

Walpole R.E. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Winarno F.G., Surono. 2004. GMP Cara Pengolahan Pangan yang Baik. Bogor: M-brio Press.

Windham W.R., Heitschmidt G.W., Smith D.P., Berrang M.E. 2005. Detection of Ingesta on Pre-Chilled Broiler Carcasses by Hyperspectral Imaging. Intl J Poult Sci 4 (12): 959-964.

Wiryanti J. 2002. Makalah tentang penyusunan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP). Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Lampirran 1 Aplikasi SSOP pada seluruh TPA dibina dan Kondisi Seharusnya yang mengacu pada Permentan 2005

Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan Penanggung Jawab

Kesehatan Hewan dan Kesmavet (1%) *

Penanggung Jawab Kesehatan Hewan dan Kesmavet

Tidak ada dokter hewan penanggung

jawab kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

Penanggung Jawab Kesehatan Hewan dan Kesmavet

Dokter hewan penanggung jawab

kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

Aplikasi SSOP terhadap aspek Penanggung Jawab Kesehatan Hewan dan Kesmavet belum terpenuhi sepenuhnya

Lokasi dan Lingkungan (5%)

Lokasi dan Lingkungan

Perijinan Unit Usaha diberikan oleh

Dinas Peternakan Kabupaten Bogor

Disekitar TPA tidak terdapat RPB

Penanganan dan sistem pembuangan

sampah, limbah cair dan peralatan cukup baik hanya pada TPA Cibungbulang dan Cibinong

Tidak terdapat debu yang berlebihan

dijalanan dan tempat parkir

Lokasi dan Lingkungan

Lokasi unit usaha sesuai dengan alamat

yang tercantum dalam perijinan

Ada pemisahan fisik antara RPB dan

RPH/RPU

Penyimpanan dan penanganan sampah,

limbah dan peralatan baik

Debu yang tidak berlebihan di jalanan dan

tempat parkir

Sistem pembuangan limbah cair/saluran

baik

4%*

Aplikasi SSOP terhadap Lokasi dan Lingkungan hanya terpenuhi sebagian

Konstruksi Bangunan Utama (13%)

Konstruksi Bangunan Utama

Hanya TPA dibina Cibungbulang yang

melakukan pemisahan fisik antara ruangan bersih dan kotor

Hanya pada TPA dibina Cibungbulang

ruang pengolahan tidak berhubungan langsung dengan toilet/kamar mandi, tempat ganti

pakaian, tempat tinggal, garasi dan bengkel

TPA dibina Parung tidak memiliki

langit-langit, dinding (bangunan terbuka), TPA lainnya merupakan bangunan permanen

Konstruksi Bangunan Utama

Dilakukan pemisahan secara fisik antara

ruangan bersih dan kotor

Ruang pengolahan tidak berhubungan

langsung dengan toilet/kamar mandi, tempat ganti pakaian, tempat tinggal, garasi dan bengkel

Ada langit-langit (plafon); Langit-

langit bebas dari kemungkinan catnya rontok/jatuh atau dalam keadaan tidak kotor dan terawat; Rata, tidak

retak/berlubang

Dinding setinggi kurang dari 2 meter

terbuat dari bahan yang kedap air, mudah

5.5%

Aplikasi SSOP terhadap Konstruksi Bangunan Utama hanya terpenuhi sebagian

Lampiran 1 Lanjutan ..

Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan

Ada lengkungan pada pertemuan lantai

dan dinding pada TPA dibina Dramaga

Lantai pada semua TPA licin, tidak

kedap air, ada genangan cairan

dibersihkan dan didisinfeksi; Permukaan rata, tidak retak atau berlubang; Tidak ada bagian dinding yang memungkinkan untuk meletakkan/menyimpan barang/peralatan; Dinding di ruang pengolahan berwarna terang

Bahan lantai kedap air, tidak licin, mudah

dibersihkan dan didisinfeksi; Pertemuan antara lantai dan dinding lengkung; Tidak ada genangan cairan, tumpukan kotoran dan air mengalir ke saluran pembuangan

Bangunan Utama TPA

(25%)

Bangunan Utama TPA

Pada TPA dibina Parung dan

Cibungbulang tersedia tempat penurunan unggas hidup berupa kandang

Tidak ada pemeriksaan antemortem

dan postmortem untuk semua TPA dibina

Tidak dilakukan stunning untuk semua

TPA dibina

Pada TPA dibina Parung dilakukan seleksi, pemotongan karkas, penyimpanan segar

Hanya TPA dibina Cibinong yang

tidak melakukan penimbangan karkas

Seluruh TPA dibina tidak melakukan

deboning

Pengemasan TPA dibina Parung

menggunakan styrofoam dan coolbox

Bangunan Utama TPA Daerah Kotor:

Tempat penurunan unggas hidup,

pemeriksaan antemortem dan

penggantungan unggas hidup

Pemingsanan (stunning)

Penyembelihan (killing)

Pencelupan ke air panas (scalding

tank)

Pencabutan bulu (defeathering)

Pencucian karkas

Pengeluaran jeroan/evisceration

Pemeriksaan postmortem

Penanganan jeroan

Daerah Bersih:

Tempat pencucian karkas.

Tempat pendinginan karkas.

Seleksi (grading)

Penimbangan kark

17.75%

Aplikasi SSOP terhadap Bangunan Utama TPA hanya terpenuhi sebagian

Lampiran 1 Lanjutan ..

Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan

dan pemasaran telah sampai ke luar

provinsi

Pemotongan karkas (cutting)

Pemisahan daging dari tulang

Pengemasan

Penyimpanan segar (chillingroom)

Penerangan (2%)

Penerangan

Lampu TPA dibina Cibungbulang telah

berpelindung

Proses produksi pada TPA dibina

Parung dilakukan pada pagi hari sehingga tidak dibutuhkan penerangan

Penerangan

Lampu di ruang pengolahan, pengemasan

dan penyimpanan bahan baku perpelindung

Penerangan pada tempat pemeriksaan

(inspeksi) cukup (kurang dari 540 luks)

1%

Aplikasi SSOP terhadap Penerangan hanya terpenuhi sebagian Ventilasi (2%) Saluran Pembuangan (3%) Pasokan Air (4%) Ventilasi

Sistem ventilasi pada seluruh TPA

dibina baik, sehingga tidak terjadi akumulasi kondensasi di atas proses pengolahan dan penyimpanan produk

Saluran Pembuangan

Saluran pembuangan pada TPA dibina

Parung tidak tertutup

Tidak ada bak kontrol pada sistem saluran pada semua TPA dibina

Pasokan Air

Air yang digunakan untuk seluruh

proses produksi pada semua TPA dibina berasal dari sumur dengan kedalaman lebih dari 8 m dan jaraknya dengan tempat penampungan limbah cair dan sampah lebih dari 8 m

Tidak pernah dilakukan pemeriksaan

kualitas air di laboratorium

Ventilasi

Sirkulasi udara di ruang proses produksi

baik (tidak pengap)

Tidak terjadi akumulasi kondensasi di

atas proses pengolahan dan penyimpanan

produk

Saluran Pembuangan

Kapasitas saluran pembuangan lancar

Saluran pembuangan tertutup (grill) dan dilengkapi bak kontrol

Pasokan Air

Tersedia pasokan air bersih dalam jumlah

cukup

Jarak terdekat sumber air dengan tempat

pembuangan limbah cair/septic tank 8m Dilakukan pemeriksaan kualitas air bersih di laboratorium minimal sekali dalam setahun

2%

Aplikasi SSOP terhadap Ventilasi hanya terpenuhi sebagian

2.5%

Aplikasi SSOP terhadap Saluran Pembuangan hanya terpenuhi sebagian

3%

Aplikasi SSOP terhadap Pasokan Air hanya terpenuhi sebagian

Lampiran 1 Lanjutan ..

Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan Es (Persyaratan

Khusus RPU) (2%)

Es (Persyaratan Khusus RPU)

Hanya TPA dibina Parung yang

menggunakan es yang berasal dari es balok dari pabrik setempat

Es (Persyaratan Khusus RPU)

Terbuat dari air yang memenuhi

persyaratan air bersih

Ditangani secara higienis

0.5%

Aplikasi SSOP terhadap Es hanya terpenuhi sebagian Penanganan Limbah dan Kotoran (2%) Toilet (2%) Ruang Ganti Pakaian (1%) Fasilitas Cuci Tangan dan Foot Deep

(4%)

Peralatan dan Wadah (2%)

Penanganan Limbah dan Kotoran

Penampungan limbah pada TPA dibina

Parung berjarak kurang dari 8 m dengan ruang produksi

Toilet

Toilet pada TPA dibina Cibungbulang terpelihara dengan baik, dan tidak pada TPA dibina lainnya

Ruang Ganti Pakaian

Ruang Ganti pada TPA dibina

Cibungbulang terpelihara dengan baik, dan tidak pada TPA dibina lainnya

Fasilitas Cuci Tangan dan Foot Deep

Pada TPA dibina Dramga tersedia

fasilitas cuci tangan dan foot deep tapi

tidak berfungsi

Pada TPA dibina Cibungbulang tersedia fasilitas cuci tangan

Peralatan dan Wadah

Peralatan pada semua TPA dibina terbuat dari bahan yang kedap air, tidak

Penanganan Limbah dan Kotoran

Limbah ditangani dengan baik

Fasilitas pembuangan sampah/kotoran

dalam ruang proses tertutup

Toilet

Terpelihara dengan baik

Fasilitas untuk pencucian tangan, seperti sabun, cukup atau tersedia

Ruang Ganti Pakaian

Ada, terawat dan tidak kotor

Fasilitas Cuci Tangan dan Foot Deep

Setiap pintu masuk ruang pengolahan

memiliki fasilitas cuci tangan dan foot

deep

Fasilitas cuci tangan berfungsi

Fasilitas cuci tangan dioperasikan dengan

tangan dan dilengkapi dengan petunjuk mencuci tangan

Memiliki fasilitas untuk membesihkan

sepatu boot

Peralatan dan Wadah

Terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik, mudah

1.75%

Aplikasi SSOP terhadap

Penanganan Limbah dan Kotoran hanya terpenuhi sebagian

1.25%

Aplikasi SSOP terhadap Toilet hanya terpenuhi sebagian

0.75%

Aplikasi SSOP terhadap Ruang Ganti Pakaian hanya terpenuhi sebagian

2%

Aplikasi SSOP terhadap Fasilitas Cuci Tangan dan Foot Deep hanya terpenuhi sebagian

1.5%

Aplikasi SSOP terhadap Peralatan dan Wadah hanya terpenuhi

Lampiran 1 Lanjutan ..

Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan

Kemasan (3%) Program Pengendalian Serangga dan Rodensia (4%) Pembersihan dan Desinfeksi (3%)

mudah korosif, tidak toksik, mudah

dibersihkan dan didisinfeksi dan disimpan ditempat yang seharusnya

Kemasan

TPA dibina Parung menggunakan

kemasan dari styrofoam dan cool box,

sehingga kebersihan produk lebih terjaga dibandingkan dengan kemasan pada TPA dibina lainnya yang

menggunakan kantung plastik dan karung plastik bekas

Program Pengendalian Serangga dan Rodensia

Tidak ada program pengendalian

serangga dan rodensia pada TPA Parung, karena bangunan merupakan bangunan terbuka

Pembersihan dan Desinfeksi

Pemberishan pada semua TPA dibina

hanya menggunakan sikat dan air, belum melakukan desinfeksi

dibersihkan dan didisinfeksi

Terawat dengan baik atau disimpan

ditempat yang seharusnya

Kemasan

Terbuat dari bahan yang tidak toksik,

bereaksi dengan produk, dan mampu mencegah terjadinya kontaminasi terhadap produk

Disimpan pad ruang khusus

Program Pengendalian Serangga dan Rodensia

Memiliki program tertulis dalam

pengendalian serangga dan rodensia

Program pengendalian serangga,

tikus/rodensia dan binatang pengganggu lainnya di lingkungan unit usaha efektif

Lubang angin dilengkapi dengan kasa

untuk mencegah masuknya serangga Ada tirai udara (air curtain), tirai plastik dan alat pencegah serangga lainnya dan efektif

Pembersihan dan Desinfeksi

Memiliki program pembersihan dan

desinfeksi

Metode pembersihan dan disinfeksi efektif

Peralatan dan wadah dicuci dengan air

bersih dan disanitasi setelah digunakan

sebagian

1.25%

Aplikasi SSOP terhadap Kemasan hanya terpenuhi sebagian

1.25%

Aplikasi SSOP terhadap Program Pengendalian Serangga dan

Rodensia hanya terpenuhi sebagian

2.75%

Aplikasi SSOP terhadap

Pembersihan dan Desinfeksi hanya terpenuhi sebagian

Lampiran 1 Lanjutan ..

Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan Bahan-bahan Kimia

(2%)

Bahan-bahan Kimia

Tidak dipergunakan bahan-bahan kimia pada produk olahan

Bahan-bahan Kimia

Bahan kimia, sanitizer dan bahan

tambahan pangan diberi label dan disimpan dengan baik

Penggunaan bahan kimia dan bahan

tambahan pangan yang diizinkan

Aplikasi SSOP terhadap Bahan-bahan Kimia belum terpenuhi oleh semua TPA

Higiene Personal (4%)

Higiene Personal

Kesehatan pekerja terjaga dengan baik

Masih terjadi kontaminasi silang antara

Pekerja dan Produk

Ada pelatihan sanitasi dari Dinas

Peternakan

Higiene Personal

Karyawan yang berhubungan langsung

dengan produk dalam kondisi sehat

Kebersihan karyawan yang berhubungan

langsung dengan produk terjaga dengan baik

Tidak terjadi kontaminasi silang (makan,

meludah, merokok di ruang proses)

Pelatihan pekerja dalam hal sanitasi dan

higienis cukup

2.25%

Aplikasi SSOP terhadap Higiene Personal hanya terpenuhi sebagian

Bahan Baku, Penanganan dan Pengolahan (8%)

Bahan Baku, Penanganan dan Pengolahan

Tidak ada pemeriksaan ante mortem

dan post mortem pada bahan baku pada semua TPA dibina

Bahan Baku, Penanganan dan Pengolahan

Pemeriksaan ante mortem pada ternak

yang akan dipotong dilakukan oleh dokter hewan atau para medik veteriner

Pemeriksaan ante mortem dilakukan secara

teratur

Dilakukan pencatatan terhadap hasil

pemeriksaan ante mortem

Penanganan hewan hidup memenuhi aspek

kesrawan

Pemeriksaan post mortem pada setiap hewan dilakukan oleh dokter hewan atau para medik veteriner

Aplikasi SSOP terhadap Bahan Baku, Penanganan dan Pengolahan hanya terpenuhi sebagian

*) persentase kondisi seharusnya

**) persentase kondisi seharusnya yang telah terpenuhi pada 8 TPA dibina Lampiran 1 Lanjutan ..

Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan

Pembekuan (2%)

Pembekuan

Seluruh TPA dibina tidak memiliki

fasilitas blast freezer

Pemeriksaan post mortem dilakukan secara

teratur

Dilakukan pencatatan terhadap hasil

pemeriksaan post mortem

Pembekuan

Memiliki fasilitas blast freezer

Dilengkapi dengan display themometer

pada ruangan blast freezer dan cold storage

Aplikasi SSOP terhadap Pembekuan belum terpenuhi

Pelabelan (1%)

Pelabelan

Tidak ada pemberian label pada produk

beku

Pelabelan

Produk yang sudah dalam bentuk beku

mempunyai label dan tanda/etiket

Aplikasi SSOP terhadap Pelabelan belum terpenuhi

Penyimpanan (3%)

Penyimpanan

Hanya TPA dibina Parung yang

memiliki fasilitas cold storage untuk produk beku

Penyimpanan

Memiliki chill room untuk penyimpanan

produk segar

Memiliki cold storage untuk penyimpanan

produk beku

Produk akhir yang disimpan dalam gudang

beku terpisah dengan bahan lain

0.75%

Aplikasi SSOP terhadap Penyimpanan hanya terpenuhi sebagian

Pengujian Laboratorium (3%)

Pengujian Laboratorium

Tidak pernah dilakukan pengujian

laboratorium untuk produk akhir, program sanitasi dan tidak

dokumentasi terhadap hasil pengujian laboratorium

Pengujian Laboratorium

Ada program pengujian laboratorium

terhadap produk akhir

Ada program monitoring efektivitas

program sanitasi

Dilakukan dokumentasi terhadap hasil

pengujian laboratorium

Aplikasi SSOP terhadap Pengujian Laboratorium belum terpenuhi

Lampiran 2 Aplikasi SSOP pada seluruh TPA belum dibina dan Kondisi Seharusnya yang mengacu pada Permentan 2005

Aspek SSOP Kondisi TPA belum dibina Kondisi Seharusnya Keterangan Penanggung Jawab

Kesehatan Hewan dan Kesmavet (1%) *

Penanggung Jawab Kesehatan Hewan dan Kesmavet

Tidak ada dokter hewan penanggung

jawab kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

Penanggung Jawab Kesehatan Hewan dan Kesmavet

Dokter hewan penanggung jawab

kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

Aplikasi SSOP terhadap aspek Penanggung Jawab Kesehatan Hewan dan Kesmavet belum terpenuhi sepenuhnya

Lokasi dan Lingkungan (5%)

Lokasi dan Lingkungan

Perijinan hanya dimiliki oleh sebagian

TPA

Disekitar TPA tidak terdapat rumah

potong babi (RPB)

Penanganan dan sistem pembuangan

sampah, limbah cair dan peralatan cukup baik hanya pada semua TPA belum baik

Terdapat debu yang berlebihan

dijalanan dan tempat parkir

Lokasi dan Lingkungan

Lokasi unit usaha sesuai dengan alamat

yang tercantum dalam perijinan

Ada pemisahan fisik antara RPB dan

RPH/RPU

Penyimpanan dan penanganan sampah,

limbah dan peralatan baik

Debu yang tidak berlebihan di jalanan dan

tempat parkir

Sistem pembuangan limbah cair/saluran

baik

3% *

Aplikasi SSOP terhadap Lokasi dan Lingkungan hanya terpenuhi sebagian

Konstruksi Bangunan Utama (13%)

Konstruksi Bangunan Utama

Belum ada pemisahan fisik antara

ruangan bersih dan kotor pada semua TPA belum dibina

TPA belum dibina Parung tidak

memiliki langit-langit

Lantai untuk semua TPA belum dibina

licin, ada genangan air dan tidak kedap air

Dinding pada semua TPA selum dibina

berwarna gelap, retak/berlubang

Konstruksi Bangunan Utama

Dilakukan pemisahan secara fisik antara

ruangan bersih dan kotor

Ruang pengolahan tidak berhubungan

langsung dengan toilet/kamar mandi, tempat ganti pakaian, tempat tinggal, garasi dan bengkel

Ada langit-langit (plafon); Langit- langit bebas dari kemungkinan catnya

rontok/jatuh atau dalam keadaan tidak kotor dan terawat; Rata, tidak

retak/berlubang

Dinding setinggi kurang dari 2 meter

terbuat dari bahan yang kedap air, mudah

1.5%

Aplikasi SSOP terhadap Konstruksi Bangunan Utama hanya terpenuhi sebagian

Dokumen terkait