• Tidak ada hasil yang ditemukan

Begen, D. G. 2000. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Begen, D. G. 2001. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia. Jakarta.

Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial dan Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia. 2000. Inventarisasi dan Identifikasi Lahan Kritis Mangrove 7 (Tujuh) Propinsi (Sumatera Barat, Bengkulu, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Timur). Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor

.

Fitriana, Y. R. 2006. Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos di Hutan Mangrove Hasil Rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali. Biodiversitas ISSN: 1412-033 X. Volume VII, Nomor I. Halaman: 67-72. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Universitas Lampung (UNILA). Bandar Lampung.

Heroldson, F. N. 2012. Komposisi Dan Struktur Vegetasi Hutan Mangrove Didesa Kumu Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasasa.

Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna pada Habitat Mangrove. Yogyakarta

Katili, A. S. 2009. Penurunan Jasa (Servis) Ekosistem Sebagai Pemicu Meningkatnya Perubahan Iklim Global. Jurnal Pelangi Ilmu. Vol. I : 1 – 11. Surabaya.

Kusmana, C. 1997. Ekologi dan Sumberdaya Ekosistem Mangrove, Makalah Pelatihan Pengelolaan Hutan Mangrove Lestari Angkatan I PKSPL.Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lillesand, T.M. dan R.W. Kiefer. 1990. Remote sensing and image interpretation. (Alih Bahasa Dulbahri et al.). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Mayudin, A. 2012. Kondisi Ekonomi Pasca Konversi Hutan Mangrove Menjadi

Lahan Tambak Di Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan.

Nontji , A. 1987. Aplikasi SIG dan Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Kondisi Kritis Hutan Mangrove di Kabupaten Pamekasan. Jurnal Kelautan Volume II No.II Oktober 2009. Bogor.

Noor, Y., R. Khazali, M. Suryadiputra, I. N. N. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Wetlands Intermational-Indonesia Programme. Bogor.

Noor, Y. R. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Wetland International – Indonesia Programme. Bogor.

Pariyono, 2006. Kajian Potensi Kawasan Mangrove dalam Kaitannya dengan Pengelolaan Wilayah Pantai di Desa Panggung Bulakbaru , Tanggultlare, Kabupaten Jepara. [Tesis]. Magister Manajemen Sumber Daya Pantai Universitas Diponegoro. Semarang.

Pramudji. 2001. Ekosistem Hutan Mangrove Dan Peranannya Sebagai Habitat Berbagai Fauna Aquatik. Jurnal ISSN 0216-1877. Oseana, Volume XXVI, Nomor 4, 2001:13 – 23. Balai Litbang Biologi Laut, Puslit Oseanografi- LIPI. Jakarta.

Pranoto, S. 2007. Prediksi Perubahan Garis Pantai Menggunakan Model Genesis dalam Jurnal : Berkala Ilmiah Teknik Keairan Vol. 13, No.3 – Juli 2007, ISSN 0854-4549.

Prianto, E., R. Jhomson, R. Fahmi, T. Hamdi, dan Miswadi. 2006. Keanekaragaman Hayati dan Struktur Ekologi Mangrove Dewasa di Kawasan Pesisir Kota Dumai - Propinsi Riau. Biodiversitas ISSN: 1412- 033X. Volume 7, Nomor 4 Oktober 2006 Halaman: 327-332. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekan Baru.

Resmi, C., Sarwono, R. Hantoro. 2011. Studi Eksperimental Sistem Pembangkit Listrik pada Vertical Axis Wind Turbine (vawt) Skala Kecil. Teknik Fisika FTI ITS. Surabaya

Salam, A. dan Rachman, A. 1994. Peran Biologi Umum dalam Bidang Ilmu Kelautan Untuk Perguruan Tinggi Negeri Kawasan Timur Indonesia. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Saskiartono, O. 2008. Penataan Wilayah Pesisir Kabupaten Subang. J. Perencanaan IPTEK, 6(2) : 28 – 35. Surabaya.

Satriono, A. 2007. Praktikum Biologi Laut Profil Mangrove Taman Nasional Baluran. Biodiversitas ISSN: 1412-033 X. Volume 8, Nomor 2. Halaman: 61 – 67. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Mataram (UNRAM), Mataram.

Setyawan, A. 2002. Biodiversitas Genetik, Spesies, dan Ekosistem Mangrove di Jawa. Surakarta : Kelompok Kerja Biodiversitas Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Sihombing, B. 1995. Analisa Degradasi Tegakan pada Kawasan Hutan Lindung Wosi Rendani Manokwari. FAPERTA UNCEN. Manokwari.

Small, J. dan M. Witherick. 1986. A Modern Dictionary of Geography . Edward Arnold Publishers Ltd. London.

Sutikno. 1993. Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulau-pulau Kecil Dalam Perspektif Geografis. Proc. Seminar Nasional Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulau-pulau Kecil Dalam Konteks Negara Kepulauan. Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.

Sutikno. 2003. Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulau-pulau Kecil Dalam Perspektif Geografis. Proc. Seminar Nasional Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulau-pulau Kecil Dalam Konteks Negara Kepulauan. Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.

Suwondo, dkk. 2005. Struktur Komunitas Gastropoda Pada Hutan Mangrove di Pulau Sipora Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatra Barat. Laboratorium Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru. Jurnal Biogenesis, Vol. 2. hal. 25-29.

Tarigan, M. S. 2007. Perubahan Garis Pantai di Wilayah Pesisir Perairan Cisadane. Makara Sains. Banten.

Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta.

Utina, R. 2008. Pendidikan Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumberdaya Alam Pesisir. UNG-Press. Gorontalo.

Zamroni, Y. dan S. R. Immy. 2008. Produksi Serasah Hutan Mangrove di Perairan Pantai Teluk Sepi, Lombok Barat. Biodiversitas ISSN: 1412- 033 X. Volume 9, Nomor 4. Halaman: 284-287. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Mataram (UNRAM). Mataram.

Lampiran 1. Gambar Alat dan Bahan

Refraktometer Termometer

pHmeter Software ER Mapper

Lampiran 2. Gambar Lokasi Penelitian

1. Konversi lahan mangrove menjadi areal tambak

Lampiran 2. Lanjutan

Lampiran 3. Lanjutan

Lampiran 3. Data Perhitungan Total Nilai Skoring

Faktor Fisik Lingkungan

TNS = (pa x 20) + (a x 45) + (sl x 35) dimana :

TNS = Total Nilai Skoring pa = Pencemaran air a = Abrasi

sl = Stress lingkungan

TNS = (1 x 20) + (2 x 45) + (1 x 35) TNS = 20 + 90 + 35 = 145

dengan kriteria sebagai berikut :

1. Nilai 100 – 155 : faktor fisik lingkungan kurang berpengaruh terhadap kerusakan kawasan mangrove

2. Nilai 156 – 200 : faktor fisik lingkungan berpengaruh terhadap kerusakan kawasan mangrove

3. Nilai 201 – 300 : faktor fisik lingkungan sangat berpengaruh terhadap kerusakan kawasan mangrove

Maka dapat disimpulkan bahwa faktor fisik lingkungan kurang berpengaruh terhadap kerusakan kawasan mangrove.

Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat

TNS = (mp x 40) + (llu x 30) + (pl x 20) + (phm x 10) dimana :

TNS = Total nilai skoring mp = Mata pencaharian utama llu = Lokasi lahan usaha pl = Pemanfaatan lahan

Lampiran 3. Lanjutan

TNS = (3 x 40) + (1 x 30) + (2 x 20) + (3 x 10) TNS = 120 + 30 + 40 + 30 = 220

dengan kriteria sebagai berikut :

1. Nilai 100 – 160 : faktor sosial ekonomi kurang berpengaruh terhadap kerusakan kawasan mangrove

2. Nilai 161 – 200 : faktor sosial ekonomi berpengaruh terhadap kerusakan kawasan mangrove

3. Nilai 201 – 300 : faktor sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap kerusakan kawasan mangrove

Maka dapat disimpulkan bahwa faktor sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap kerusakan kawasan mangrove

Lampiran 4. Kuisioner Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan Mangrove Sicanang Belawan

Nama Responden : Agama : Umur : Jenis kelamin: Suku : Pendidikan Akhir : Pekerjaan : Pertanyaan

1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Kampung ini?

2. Bagaimana pemanfaatan hutan Mangrove oleh bapak / ibu? Dijual atau dikonsumsi sendiri?

3. Pekerjaan yang paling dominan atau paling banyak di tekuni masyarakat di wilayah sekitar pesisir?

4. Jenis kayu (jenis mangrove) apa yang sering diambil?

5. Apakah ada pembukaan areal di sini? Bila ada industri atau areal usaha apa yang dibuka?

6. Apakah ada usaha yang dilakukan untuk menjaga kelestarian kawasan hutan? Misalnya menanam pohon atau menebang pohon atau membudidayakan hasil laut pada kawasan hutan mangrove?

7. Sejak bapak / ibu tinggal pertama kali disini, kira kira sudah sejauh mana perubahan garis pantai ke daratan? Atau apakah ada perubahan semakin dekatnya air laut ke pemukiman?

Lampiran 5. Kepadatan penduduk berdasarkan kelurahan di kecamatan Medan Belawan (Badan Pusat Statistik kota Medan, 2013)

Kelurahan Banyaknya Rata – Rata

Anggota Rumah Tangga Rumah Tangga Penduduk

(jiwa)

Belawan Pulau Sicanang 3299 14816 4

Belawan Bahagia 2661 11985 5 Belawan Bahari 2676 12092 5 Belawan II 4828 21072 4 Bagan Deli 3356 15987 5 Belawan I 4469 20328 5 Jumlah 21288 96280 5

Dokumen terkait