• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agus Riyanto.(2011).Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta: Nuha Medika. Andhika Setyanti,Christina. (2011). Ulah Orangtua yang Bikin Anak Jadi "Picky Eater".

Andika,Cristina.(2011).http://female.kompas.com/read/2011/11/10/11432661/Ulah. Orangtua.yang.Bikin.Anak.Jadi.Picky.Eater.(Diakses tanggal 18 November 2011). Bulan Febry, Ayu. ( 2008). Buku Pintar Menu Balita. Jakarta: Wahyu Medika.

Chathey M., Gaylord N. (2004). Picky Eater: A Toddler‟s Approach to Mealtime. Pediatric Nurs. 30 (2).

Dubois L (2007). Longitudinal Study in Quebec. International Jornal of Behavioraal Nutrition And Physical Activity, 1:7-9, 10-12,13-14

E. Barasi, Mary. (2007). At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga.

Fazriyati, Wardah (2011). Permainan Kartu untuk Anak "Picky Eater".http://female. kompas.com/read/2011/04/03/12185465/PermainanKartu.untuk.Anak.Picky.E ater. (Diakses tanggal 4 November 2011).

Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Indriasy.(2011).Strategi Hadapi Anak Picky Eater. http://hidupsehatonline.com/ strategi-hadapi-anak-picky-eater/html. (Diakses tanggal 20 November 2011).

J. Gibney, Michael, dkk. (2008). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Kusumah, Indra. (2007). Diet Ala Rasulullah. Jakarta: Qultum Media.

Cathey Maria, Gaylord N. Picky eating: a toddler „approach to mealtime: recommendations for the picky eater. Peditr nurs 30 (2): 101-109, 2004, Jannetti publication.

Markum, AH. (1999). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Marchi M, Cohen P: Early childhood eating behaviours and adolescent eating disorder. J Acad Child Adolesc Psychiatry 1990, 29 : 112-117

Notoatmojdo, Soekidjo.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nyoman Supariasa, I Dewa Nyoman. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Patisto, Arif. (2004). Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta: Gramedia.

Peck P. (2004). Nature not nurture is force driving some picky eaters. Medscape Medical News, 1-2.

Potter, PA. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan Praktik. Edd/4 Vol.1. Jakarta: EGC.

Proverawati,Atikah. (2010).Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan.Yogyakarta: Nuha Medika. Pudjiadi, Solihin. (2000). Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Purwanto, Heri. (1998). Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta: EGC.

Riwidikdo, Handoko. (2009). Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisis Data dalam Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS). Jogjakarta: Mitra Cendikia Press Sanders MR, Patel RK, LeGrice B, Shepherd RW. (1993) Children with persistent eating

problem. An observational analysis of the feeding interaction of problem and non-problem eaters. Journal of Health Psych, 12 : 64-73.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan Riset. Bandung: Alfabeta

Sudarma, Momon. (2008). Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Sutomo, Budi. (2010). Menu Sehat Alami untuk Batita dan Balita. Jakarta: Demedia Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC. Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usia toddler merupakan usia emas (golden period) karena perkembangan

anak di usia ini yaitu usia 1-3 tahun mengalami pertumbuhan dan perkembangan

yang sangat cepat. Sehingga apabila di usia toddler ini mengalami hambatan dalam

pertumbuhan dan perkembangannya maka akan berpengaruh besar pada kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008).

Anak pada usia golden period ini merupakan masa yang penuh tantangan

ditandai dengan perkembangan pesat, senang mencoba hal baru dan meniru perilaku orang terdekatnya. Meskipun ia mulai mendirikan kemerdekaannya, namun masih bergantung pada pengasuh untuk menyediakan semua kebutuhan dasar, terutama dalam hal makan. Hal ini dapat menyebabkan sedikit masalah jika keinginan anak berbeda dari orang tua atau pengasuh. Perilaku ini paling jelas

dalam pengembangan perilaku makan anak yaitu picky eater atau pilih-pilih makan.

Kenyataan di negara kita sangat sering dihadapkan dengan gugup dan cemas orang tua menekankan kebutuhan untuk beberapa nafsu makan anak. Sebagian besar orang tua sangat khawatir tentang penampilan fisik dan pandangan anak, meskipun pada pengukuran antropometrik, mereka dapat diklasifikasikan sebagai anak-anak normal gizi (Jurnal Ilmu Kedokteran Januari 2006, Vol.14, No.1).

2

Fenomena sulit makan pada anak sering menjadi masalah bagi orangtua atau pengasuh anak. Faktor kesulitan makan pada anak inilah yang sering dialami oleh sekitar 25% pada usia anak. Sebuah tinjauan pustaka menunjukkan bahwa

50% dari anak berusia 18-23 bulan diidentifikasi sebagai picky eater. Didapatkan

prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6% pada anak usia toodler. Sebagian besar

79,2% telah berlangsung lebih dari 3 bulan dan berlangsung lama sehingga sering dianggap biasa dan akibatnya dapat timbul komplikasi dan gangguan tumbuh kembang pada anak. Komplikasi yang ditimbulkan adalah seperti kekurangan kalori, protein, vitamin, dan mineral. Jika masalah ini dibiarkan akan mengganggu proses metabolisme dan fungsi tubuh anak sehingga kekurangan gizi adalah resiko yang paling jelas akibat dari sulit makan pada anak. Indikator mengenai status gizinya bisa terbaca dari berat badan dan tinggi badan yang berada di bawah standar (Multiply,2011).

Sejak Dasawarsa 1990-an, kata kunci pembangunan bangsa di Negara berkembang, termasuk di Indonesia adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam menciptakan SDM yang bermutu, perlu ditata sejak dini yaitu dengan memperhatikan kesehatan anak-anak usia dini. Salah satu unsur penting dari kesehatan adalah masalah gizi. Berdasarkan susenas tahun 2006 prevalensi status gizi kurang pada balita 20,1% pada tahun 1999. Tahun 2000 sebanyak 19,08%, dan terjadi peningkatan menjadi 21,1% pada tahun 2002, selanjutnya 20,59% pada tahun 2003 dan 21,5% pada tahun 2005 (Depkes RI. 2005 ).

3

Mengacu pada data tersebut, masalah sulit makan pada anak perlu ditangani dan tentunya hal ini menjadi masalah tersendiri bagi orang tua karena orang tua menyadari betapa pentingnya kebutuhan untuk membentuk kebiasaan makan sehat sejak dini dalam kehidupan serta hubungan antara gizi buruk dengan kondisi kesehatan yang merugikan serta dapat menimbulkan komplikasi dan gangguan tumbuh kembang lainnya pada anak. Salah satu keterlambatan penanganan masalah tersebut adalah pemberian vitamin tanpa mencari penyebabnya sehingga kesulitan makan tersebut terjadi berkepanjangan. Akhirnya orang tua berpindah-pindah untuk mencari pengobatan tetapi masalah tersebut

tidak membaik. Terlebih lagi pada anak usia toddler yang sedang menapaki tahapan

golden period, kekhawatiran orang tua memuncak ketika anak menunjukkan sikap

picky eater dalam masalah makan (Fisher & Birch, 1995).

Menjadi picky eater (pilih-pilih makan) adalah bagian dari fase hidup

seorang toddler dan hal ini sebagai bagian dari normal. Dalam masa pertumbuhan,

anak mengembangkan kebutuhan fisiologis untuk lebih banyak nutrisi yang diikuti

dengan tahap neophobia yaitu keengganan untuk mencoba makanan baru atau tidak

familiar ketika anak mencoba untuk menegaskan kemerdekaan dan otonomi pada

dirinya. Kenyataan bahwa anak usia toddler selalu aktif bergerak, mereka tidak akan

mau duduk tenang dalam waktu lama untuk segala jenis aktivitas, bahkan untuk aktivitas makan dan baru mau makan kalau diajak jalan-jalan, serta memenuhi

kebutuhan mereka dengan penganan kecil (snacks) sepanjang hari kelihatannya

4

meminta mereka untuk duduk manis menghabiskan menu makanan lengkapnya (Johnson, 2000).

Pada dasarnya, makan merupakan proses pembelajaran, sehingga mengenalkan menu makanan pada anak harus dilakukan secara bertahap. Dimulai dari makanan yang bertekstur paling halus sampai yang kasar, dari lauk yang sederhana hingga yang komplit. Kemudian di saat anak sudah mau melakukannya sendiri, orang tua perlu memotivasi. Dengan demikian anak akan merasa nyaman dan jadi bersemangat untuk makan. Justru kenyataan yang terjadi biasanya orang tua atau orang-orang dewasa terdekatnya juga tergolong individu yang juga cenderung pilih-pilih makanan, Terlebih lagi seperti saat ini ditunjang dengan

tersedianya makanan instan siap saji (fast food), lebih memudahkan orang tua tidak

repot mengolahnya. Namun dibalik kemudahan dan kebisaan ini, tanpa disadari perilaku pilih-pilih makan tersebut bisa menjadi media untuk dicontoh anak dalam

memilih makanan karena anak-anak usia toddler merupakan sosok peniru dari

orang-orang terdekatnya. Apapun yang ia lihat, dianggap bahwa hal itu adalah baik dan patut untuk dicontoh, namun terkadang orang tua tidak sampai berfikir bahwa kebiasaannya yang dirasa biasa-biasa saja akan membawa dampak bagi anaknya

(Multiply, Feeding Toddler 2006).

Berdasarkan penelitian, picky eater terjadi pada usia 2,5 sampai 4,5 tahun

dan beresiko dua kali lebih besar untuk mempunyai berat badan rendah pada usia

4,5 tahun dibandingkan anak yang bukan picky eater. Selain itu anak yang picky eater

(pilih-pilih makan) dalam waktu yang lama akan mengalami gangguan pertumbuhan yang ditandai dengan berat badan dan tinggi badan kurang atau

5

kesulitan untuk meningkatkan berat badan. Selain itu picky eating yang ditandai

asupan variasi makanan terbatas juga menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan yang lambat (Dubois, 2007; Wright, 2008; Judarwanto, 2006Alarcon et all, 2003).

Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan informasi kepada orang tua tentang pentingnya memberikan contoh perilaku makan yang baik pada anaknya. Selain itu diharapkan dapat menjadi konsultan dan memberikan solusi bagi orang tua untuk meningkatkan perilaku makan anak untuk mencegah komplikasi yang ditimbulkan sehingga dapat meningkatkan kualitas anak dalam masa tumbuh kembang yang berkaitan erat dengan penentuan kualitas seseorang bila sudah dewasa nantinya (Jurnal Pediatric Nurse 2004; 30(2)).

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti sebelumnya, 15 dari 20 anak

usia toddler di posyandu Kelurahan Ngadirejo Wilayah Kerja UPTD Kesehatan

Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar memiliki masalah sulit makan. Hal ini terlihat dari Kartu Menuju Sehat (KMS) yang menunjukkan berat badan yang

kurang normal sesuai dengan umur anak usia toddler. Melihat kondisi ini dan

dampak yang dapat terjadi akibat sulit makan pada anak yang dapat mempengaruhi tahap tumbuh kembangnya, peniliti bermaksud melakukan penilitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada Hubungan Perilaku Makan Orang Tua dengan

Kejadian Sulit Makan (picky eater) Pada Anak Usia Toddler di Posyandu Kelurahan

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat perumusan

masalah penelitian adalah “adakah hubungan perilaku makan orang tua dengan

kejadian sulit makan (picky eater) pada anak usia toddler di Posyandu Kelurahan

Ngadirejo Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar?’’

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Secara Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

perilaku makan orang tua dengan kejadian sulit makan (picky eater) pada

anak usia toddler di Posyandu Kelurahan Ngadirejo Wilayah Kerja UPTD

Kesehatan Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik orang tua dan anak dalam pola makan.

2. Mengidentifikasi perilaku makan orang tua.

3. Mengidentifikasi kejadian sulit makan pada anak.

4. Mengidentifikasi rentang usia toddler yang rawan mengalami picky eater.

5. Menganalisis hubungan perilaku makan orang tua dengan kejadian

7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4 1 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti di bidang keperawatan anak sehingga dapat dijadikan bekal di masyarakat ketika menemui masalah kesulitan makan pada anak.

1.4.2 Bagi orang tua/ masyarakat

Dapat dijadikan informasi bagi masyarakat khususnya orang tua akan pentingnya memberikan contoh perilaku makan yang baik pada anaknya.

1.4.3 Bagi Keperawatan

Dapat memberikan kesempatan bagi dunia keperawatan untuk terjun ke dalam lingkup komunitas guna memberikan informasi dan promotif kepada orang tua yang memiliki masalah kesulitan makan pada anaknya.

1.4.2 Bagi Institusi

Sebagai masukan untuk menambah informasi tantang hubungan perilaku

makan orang tua dengan kejadian sulit makan (picky eater) pada anak usia

toddler

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan replikasi dari penelitian yang sudah ada sebelumnya. Namun, dari segi subyek dan tempat penelitian ini benar-benar asli dan belum pernah diteliti sebelumnya.

8

Menurut penelitian Mary Catey (2004) yang berjudul “A Toddler’s Approach to Mealtime” mengenai pendekatan pada saat makan kepada anak usia

toddler yang sulit makan, menunjukkan bahwa terdapat tiga komponen utama

yang memainkan peran dalam fenomena picky eater pada anak diantaranya adalah

pembangunan, preferensi pribadi, dan keluarga.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Mary Catey (2004) adalah

penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan terjadinya picky eater (pilih-pilih

makan) yang disebabkan karena mencontoh perilaku makan dari orang tua. Penelitian yang dilakukan oleh Mary Catey (2004) adalah dengan menggunakan

sebuah pendekatan pada saat makan kepada anak usia toddler yang mengalami

sulit makan (picky eater). Dalam hal ini terdapat perbedaan pada variabel dependen

dan subyek yang digunakan. Penelitian ini melibatkan anak usia toddler dan ibunya

yang hadir di Posyandu Kelurahan Ngadirejo Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar.

1.6 Batasan Penelitian

Untuk mempertegas lingkup penelitian, maka penelitian ini diberi batasan sebagai berikut:

1. Perilaku Makan Orang Tua

Setiap masyarakat memiliki persepsi yang berbeda mengenai benda

yang dikonsumsi. Perbedaan persepsi ini sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku di masyarakatnya. Oleh karena itu bila bertemu

9

dengan beberapa orang dengan latar belakang budaya berbeda akan menunjukkan persepsi nilai terhadap makanan yang berbeda.

Yang terjadi pada kenyataan sekarang menurut 3J, yaitu:

 Jadwal

Tingginya jam kerja atau padatnya aktivitas menyebabkan orang harus mengubah jam makan. Efek negatifnya, bagi mereka yang sibuk tetapi kurang mampu mengelola waktu kerap menjadikan pekerjaan sebagai alasan untuk menunda atau menangguh-nangguhkan makan (Momon Sudarma, 2008).

 Jenis

Pola makan masyarakat modern cenderung mengkonsumsi makanan cepat

saji (fast food). Hal ini mereka lakukan karena tingginya jam kerja atau

tingginya kompetisi hidup yang membutuhkan kerja keras. Padahal dibalik pola makan tersebut, misalnya hasil olahan siap santap memiliki kandungan garam yang sangat tinggi.

Di negara-negara industri maju, konsumsi garam relatif tinggi (kira-kira 10-12 g sehari atau setara dengan 2-2,5 sendok teh sehari). Padahal kebutuhan tubuh seseorang hanya sekitar 5-7,5 g sehari bergantung pada usia. National Academyof science (NAS) memperkirakan bahwa jumlah garam dapur yang aman dan layak konsumsi setiap hari ialah 2,75-3,25 g per orang (Momon Sudarma,2009).

10

 Jumlah

Kebanyakan orang pilih-pilih dalam hal makanan, mereka hanya mencukupi dengan karbohidrat sederhana dan karbohidrat pati. Sebaliknya untuk pemenuhan serat biasanya kurang. Begitu juga dengan lemak, sebagian besar orang lebih sering mengkonsumsi lemak steroida, lemak tak jenuh tunggal, daripada mengkonsumsi lemak tak jenuh ganda. Pada dasarnya makanan harus seimbang, tidak harus sama namun proporsional, misalnya mengkonsumsi sayur dan buah empat kali lebih banyak dari mengkonsumsi kuning telur, hidangan laut dan daging merah (Indra Kusumah ,2007).

2. Fase Anak Usia Toddler

Dalam usia toddler ini, anak memasuki suatu masa yang bercirikan

timbulnya perhatian yang luar biasa terhadap lingkungannya. Dengan penuh semangat dan dengan penuh gaya meniru-niru ia akan berusaha melakukan sesuatu terhadap benda di lingkungan sekitarnya. Selama tahun kedua, anak

gemar meniru (imitasi). Ia lebih gemar dan bertambah responsif terhadap

orang lain termasuk saudara atau orang terdekatnya. Sampai akhir tahun kedua ia masih gemar bermain menyendiri dengan aktif berbuat sesuatu terhadap benda-benda di sekitrnya. Selanjutnya tahun ketiga ia makin tertarik pada kegiatan bermain yang diikuti pula oleh anak lain (A.H Markum,1991).

11

3. Kejadian Sulit Makan Pada Anak Picky Eater pada anak

Picky eater didefinisikan sebagai anak yang suka memilih-milih makanan atau hanya mau mengkonsumsi makanan tertentu saja. Menurut

ahli, salah satu penyebab picky eater adalah karena kurang bervariasinya

makanan yang diperkenalkan pada anak (Ayu Bulan Febry, 2008).

Kategori picky eater pada anak dalam berbagai tipe anak yang mengalami

kesulitan dalam makanan adalah:

a. Makan makannya sangat sedikit

b. Hanya menerima beberapa jenis makanan.

c. Tidak berkeinginan mencoba makanan.

d. Hanya makan sedikit buah buahan.

e. Mempunyai gangguan saat makan atau kesulitan dalam makan.

f. Menghabiskan waktu yang lama untuk memakan makananya.

g. Sangat pemilih dalam memilih jenis makanan.

Dokumen terkait