• Tidak ada hasil yang ditemukan

Affandi R, Sjafei DS, Rahardjo MF, Sulistiono. 1992. Iktiologi suatu pedoman kerja laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat antar Universitas Ilmu Hayat IPB. Bogor.

Ballagh AC, Welch DJ, Newman SJ, Allsop Q, Stapley JM. 2011. Stock structure of the blue threadfin (Eleutheronema tetradactylum) across northen Australia derived from life-history characteristics. Fisheries Research 121-122 : 64. Bogarestu SS. 2012. Variasi makanan ikan kuro (Eleuthronema tetradactylum)

terkait perubahan ukuran panjang dan musim di Pantai Mayangan, Jawa Barat [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. (in proses).

Department of Fisheries West Australia. 2010. Species identification guide. [terhubung berkala]. http://fish.wa.gov.au [ 9 Juni 2011].

Djamali A, Burhanuddin, Martosewojo S. 1985. Telaah biologi ikan kuro (Eleuthronema tetradactylum) polynemidae di Muara Sungai Musi Sumatera Selatan in M. Kasim Moosa, Djoko P P, Sukarno (penyunting). Prosiding Perairan Indonesia Biologi, Budidaya, Kualitas Perairan dan Oseanografi. Jakarta : 83-86 hlm.

Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 157 hlm.

Fahmi. 2000. Beberapa jenis ikan pemangsa di tambak tradisional dan cara penanganannya. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. 78 : 26-27.

Harahap TSR & Djamali A. 2005. Pertumbuhan ikan terbang (Hirundichthys oxycephalus) di perairan Binuangen, Banten. Jurnal Iktiologi Indonesia 5(2) : 49-54 hlm.

Hermawati L. 2006. Studi biologi reproduksi ikan terbang (Hirundichtys oxycephalus) di perairan Binuangen, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Banten [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 52 hlm. Jaferian A & Zolgharnian H. 2010. Morphometric study of Eleuthronema

tetradactylum in Persian Gulf Based on the truss network. Journal of Fish and Marine Sciences 2 (5): 401-403.

Kagwade P V. 1970. The polynemid fishes of India. Bulletin of the Central Marine Fisheries Research Institute 18 : 30-31.

22

Motomura H, Senou, Iwatsuki. 2004. Threadfins of the world (Family Polynemidae): An annotated and illustrated catalogue of Polynemid species known to date. FAO Species Catalogue for Fishery Purpose. Rome. 117 p. Simanjuntak CPH. 2002. Kebiasaan makanan beberapa jenis ikan di Perairan

mangrove Pantai Mayangan, Pamanukan, Jawa Barat [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 58 hlm.

Turan C.1998. A Note on the examination of morphometric differentiation among fish population: the truss system. Journal of Zoology 23: 259-263.

Walpole RE. 1993. Pengantar statistic, edisi ke-3. [Terjemahan dari Introduction to statistic 3rd edition]. Sumantri B (penerjemah). PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515 hlm.

Weber M, & de Beaufort LF. 1922. The fishes of the Indo-Australian Archipelago, 4 E.J. Brill : 196 – 200 p.

24

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian

Penggaris Mikroskop Timbangan digital Alat bedah

Kamera digital Tissue Baki Botol sampel

Ikan contoh jaring insang Alat tulis

Lampiran 2. Metode pembuatan preparat histologis (Hermawati 2006) Fiksasi

Gonad difiksasi dengan larutan Bouin selama 24 jam, setelah itu dipindahkan ke alkohol 70% selama 24 jam

Dehidrasi I

Gonad direndam dengan alkohol 70% (24 jam), alkohol 80% (2 jam), alkohol 90% (2 jam), alkohol 95% (2 jam), alkohol 100% (12 jam)

Clearing I (Penjernihan)

Gonad direndam dalam alkohol 100% + Xylol (1:1) selama 30 menit, kemudian diendam dalam Xylol I, Xylol II, Xylol III masing-masing selama 30 menit

Embedding (Penyusupan/infiltrasi)

Gonad direndam dalam Parafin Xylol (1:1) selama 45 menit dalam oven suhu 65-75 °C, selanjutnya direndam dalam Parafin I, Parafin II, Parafin III selama masing-masing 45 menit yang dipanaskan dalam oven suhu 65-75 °C dan kemudian jaringan

dicetak dalam cetakan selama 12 jam (proses blocking)

Pemotongan

Spesimen dipotong sebesar 4-6 µm dengan mikrotom, diapungkan dalam air suam kuku dan diletakkan diatas hot plate 40 °C sampai agak kering

Defarafinasi

Preparat direndam berturut-turut dalam Xylol I dan Xylol II masing-masing selama 5 menit

Dehidrasi II

Preparat direndam berturut-turut dalam alkohol 100% I, alkohol 100% II, alkohol 95%, alkohol 90%, alkohol 80%, alkohol 75%, alkohol 71%, alkohol 50% masing-masing 3 menit, setelah itu preparat dibersihkan dengan akuades sampai putih

Pewarnaan

Preparat direndam dalam larutan Haematoxylin selama 5-7 menit, selanjutnya direndam dengan larutan eosin selama 3 menit dan cuci dengan air mengalir

26

Dehidrasi III

Preparat direndam berturut-turut dengan alkohol 50%, alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 85%, alkohol 90%, alkohol 95%, alkohol 100% I, alkohol 100% II

masing-masing selama 2 menit

Clearing II

Preparat direndam berturut-turut dalam Xylol I, Xylol II dan Xylol III masing-masing selama 2 menit

Mounting

Lampiran 3. Histologi ikan kuro betina

Berikut histologi TKG IV pada ikan betina kuro yang diambil di TPI dengan ukuran panjang ikan sebesar 496 mm.

28

Lampiran 4.Analisis satu arah terhadap nilai b ikan kuro ANOVA df SS MS F Significanc e F Regression 1 2,94162 9 2,94162 9 1370,5 5 8,91E-76 Residual 145 0,31121 5 0,00214 6 Total 146 3,25284 4 Coefficient s Standard

Error t Stat P-value Lower 95%

Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept -5,41196 0,19366 8 -27,9444 3,02E-60 -5,79473 -5,02918 -5,79473 -5,02918 X Variable 1 3,109901 0,08400 4 37,0209 5 8,91E-76 2,943871 3,27593 1 2,94387 1 3,27593 1 Thit = b1 - bo = 3,1099 – (-5,4119) = 101,4461 Sb1 0,084 Ttab = TINV(0,05; n-1) = TINV(0,05; 147-1) = 1,97

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pantai Mayangan terletak di Desa Mayangan, Kecamatan Legon Kulon, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak pada 1070 31’-1070 54’ Bujur Timur dan 60 11’-60 30’ Lintang Selatan. Pantai Mayangan didominasi oleh kawasan hutan mangrove yang merupakan sumber daya alam yang penting di pesisir, khususnya bagi sumber daya hayati yang hidup di pantai Mayangan.

Perairan Pantai Mayangan merupakan daerah yang sangat potensial untuk peningkatan sumber daya perikanan. Selain itu, perairan Pantai Mayangan juga memiliki hasil tangkapan yang beranekaragam, salah satunya adalah ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum, Shaw 1804).

Ikan kuro merupakan ikan tangkapan utama di Pantai Mayangan. Ikan ini banyak diminati dalam bentuk segar atau dibuat sebagai bahan jambal roti. Di perairan utara Australia ikan kuro dapat dimanfaatkan sebagai rekreasi di perairan utara Australia (Ballagh et al. 2011).

Ikan ini memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dengan harga Rp. 30.000/kg sehingga nelayan cenderung mengeksploitasi dalam jumlah besar. Banyaknya permintaan dan tingginya eksploitasi terhadap ikan kuro mengakibatkan berkurangnya populasi ikan ini. Upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi tingginya eksploitasi tersebut yaitu dengan pengelolaan sumberdaya ikan ini agar tetap terjaga kelestariannya. Oleh karena itu, perlu adanya studi ekobiologi tentang karakter morfometrik meristik serta reproduksi ikan kuro yang mencakup masa pemijahan dan tipe pemijahannya. Sejauh ini informasi tentang ikan kuro hanya terbatas pada aspek kebiasaan makanan (Simanjuntak 2002) dan fekunditasnya (Djamali et al. 1985), namun reproduksi ikan kuro di perairan Mayangan belum diteliti.

2

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perkembangan gonad sebagai salah satu aspek reproduksi ikan kuro, serta mendeskripsikan dan mengukur karakter morfometrik dan meristik. Penelitian ini bermanfaat sebagai dasar untuk pengelolaan sumber daya ikan dalam suatu ekosistem perairan.

Dokumen terkait