Annamalai, K., and Puri, I. K. 2006. Combustion Science and Engineering. CRC Press. pp. 851 Balitbang Kehutanan. 2008. Nyamplung Sumber Energi Biofuel yang Potensial. Seminar Nasional 23
September 2008. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Departemen Kehutanan. Bogor.
Couper JR, Penney WR, Fair WR, and Walas SM. 2005. Chemical Process Equipment: Selection and Design. Elsevier. Burlington, USA.
Daywin, F. J., Djojomartono, M., dan Sitompul, R. G. 1991. Motor Bakar Internal dan Tenaga di Bidang Pertanian. JICA. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
[Dept. ESDM]. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Kebijakan Energi Nasional 2003- 2020. 2004.
Desrial, Y.A. Purwanto, I.A. Kartika, J. Pitono dan N. Wahyudi. 2010. Rekayasa sistem penyaluran bahan bakar motor diesel untuk pemakaian minyak nyamplung murni sebagai bahan bakar alternatif. Prosiding Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian 15-16 Desember 2010, Serpong. Dweek, A. C. dan T. Meadows. 2002. Tamanu (Calophyllum inophyllum L.) the Africa, Asia
Polynesia and Pasific Panacea. International J. Cos. Sci., 24:1-8.
Fathiyah, S. 2010. Kajian Proses Pemurnian Minyak Nyamplung Sebagai Bahan Bakar Nabati. Skripsi. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Graco. 1995. Atomization. Graco Inc. Minneapolis, USA.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Terjemahan Balai Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Kamil, S. dan Pawito. 1983. Termodinamika Dan Perpindahan Panas. Depdikbud: Jakarta.
Kilham, C. 2003. Oil of Tamanu (Calophyllum inophyllum L.) http://www.Newchapter.info/media [12 Februari 2011].
Kraftiadi, S. 2011. Analisis Energi Pada Proses Pembuatan Minyak Nyamplung. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nuryanti, S. 2007. Analisis Karakteristik Konsumsi Energi Pada Sektor Rumah Tangga di Indonesia. Disampaikan pada Seminar Nasional SDM Teknologi Nuklir di Surabaya. 21-22 November 2007.
Purwanto, Y.A., Desrial, S. Kraftiadi, N. L. Barlian, M. H. Pardede, dan K. Sunandar. 2011. Uji Karakteristik Minyak Nyamplung Sebagai Bahan Bakar Nabati Secara Langsung. Disampaikan pada Seminar Nasional Perteta di Jember. 19-23 Juli 2011.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2009. Tanaman Perkebunan Penghasil Bahan Bakar Nabati (BBN). IPB Press. Bogor.
Stumpf, J., and Muhlbauer, R. 2002. Jatopha Curcas L.As a Source for the Production of Biofuel in Nicaragua. Bioresource Technology, 58. pp. 77-82.
Suastawa, I. N., W. Hermawan, Desrial, R. G. Sitompul dan Gatot P. 2006. Pedoman Praktikum Alat Dan Mesin Budidaya Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB: Bogor.
Sudradjat, H.R. 2006. Memproduksi Biodiesel Jarak Pagar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sunandar, K. 2010. Kajian Kapilaritas Minyak Nabati Pada Kompor Sumbu. Disertasi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Surya, I.G. 2010. Pendekatan Dengan CFD Untuk Pola Semprotan Single Hole Pada Ruang Bakar Dengan Bentuk D Dan M Design Dengan Bahan Bakar Biodiesel. Tesis. Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Welty, J.R., R.E. Wilson., and C.E. Wick. 1976. Fundamentals of momentum heat and mass transfer. New York. Jhon Wiley and Son. Co.
Wichert, M., and Wilbur, L. C. 1987. Handbook of energi System Engineering Production and Utilization. John Wiley & Son, Inc.
Yunita, Delly. 2008. Uji Performansi Teknis Minyak Jarak Pada Kompor Tekan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
UJI KARAKTERISTIK MINYAK NYAMPLUNG DAN
APLIKASINYA PADA KOMPOR TEKAN
SKRIPSI
MADA HUNTER PARDEDE
F14060138
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Characteristic Performance of Tamanu Oil and Its Application to Pressure Stove Mada Hunter Pardede
Department of Mechanical And Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java,
Indonesia
Phone +62 813 85661396, e-mail: [email protected]
ABSTRACT
In a rural area, tamanu oil is potential to produce energy which is able to replace kerosene as fuel in a pressure stove. To replace kerosene, tamanu oil must meet the likely criterias with kerosene. One of the most important criterias is in the matter of viscosity. Tamanu oil has higher viscosity than kerosene. Heating was done to decrease the viscosity of Tamanu oil. One of many ways to determine that the viscosity criteria of tamanu oil has been nearly equal to the viscosity of kerosene is by studying spraying criteria of tamanu oil. The purpose of this research was to determine and analyze the spraying criteria of tamanu oil in a pressure stove. This research also tested modified burner designed by Lestari (2011). Spraying testing was done by giving a treatment to tamanu oil in a certain temperature. From the testing result, tamanu oil had the nearly equal characteristic with the spraying kerosene when the temperature of tamanu oil reached ± 150oC. In this temperature, diameter and spraying angle of tamanu oil was 65,67 mm and 12.40o. Whereas, diameter and spraying angle of kerosene without heating treatment was 66,75 mm and 12.60o. According to Lestari (2011), heating must be done until the temperature of tamanu oil reached ±161.81oC, so that the viscosity of tamanu oil reached 5 cP or equal with the kerosene. From the result of the modified burner testing, apparently burner in a pressure stove could heat tamanu oil to reach 164.7oC temperature. Thus, we could conclude that modified burner in a pressure stove can decrease the viscosity of tamanu oil to reach a nearly equal with kerosene.
MADA HUNTER PARDEDE F14060138. UJI KARAKTERISTIK MINYAK NYAMPLUNG DAN APLIKASINYA PADA KOMPOR TEKAN. Dibawah bimbingan Usman Ahmad dan Y. Aris Purwanto. 2012
RINGKASAN
Minyak tanah adalah bahan bakar utama untuk keperluan rumah tangga yang digunakan masyarakat di Indonesia. Dengan kelangkaan yang terjadi pada minyak tanah dewasa ini, maka harus dicari solusi untuk mengatasi masalah ini. Salah satu solusinya adalah dengan pemanfaatan minyak nabati menjadi bahan bakar pengganti minyak tanah. Salah satu minyak nabati yang dapat dikembangkan menjadi bahan bakar adalah minyak nyamplung. Secara teknis minyak nyamplung murni dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar, namun kekentalan yang sangat tinggi dan terdapatnya senyawa pengotor dan gum atau getah masih menjadi kendala. Maka perlu dilakukan pengkajian pemurnian minyak nyamplung serta karakterisasi minyak nyamplung terutama viskositasnya agar kriteria minyak nyamplung dapat mendekati kriteria minyak tanah sebagai bahan bakar pada kompor rumah tangga.
Salah satu cara untuk mengetahui kriteria viskositas minyak nyamplung agar mendekati viskositas minyak tanah adalah dengan mempelajari karakteristik penyemprotan minyak nyamplung. Pada penelitian ini diuji karakteristik penyemprotan minyak nyamplung dengan menggunakan kompor tekan dan dibandingkan dengan karakteristik penyemprotan minyak tanah. Data karakteristik minyak nyamplung ini selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk melakukan modifikasi pada kompor tekan. Pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran kinerja burner rmodifikasi pada kompor tekan hasil rancangan Lestari (2011). Pengaplikasian karakteristik semprotan minyak nyamplung pada burner
termodifikasi ini dilakukan dengan mengukur suhu sehingga dapat diketahui apakah burner tersebut dapat memanaskan minyak nyamplung agar memilki karakteristik yang mendekati minyak tanah. Hasilnya dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan pengujian semprot sebelumnya.
Parameter pengujian karakteristik penyemprotan adalah pola semprotan, diameter semprotan, dan sudut semprotan. Pengujian dilakukan dengan memberikan perlakuan panas pada minyak nyamplung. Semakin meningkatnya suhu minyak nyamplung, maka diameter serta sudut semprotan akan semakin tinggi. Karakteristik semprotan minyak nyamplung mendekati karakteristik semprotan minyak tanah diperoleh ketika minyak nyamplung berada pada suhu 150oC. Diameter serta sudut semprotan minyak nyamplung yang diperoleh adalah sebesar 65.67 mm dan 12.49o. Sedangkan diameter serta sudut semprotan minyak tanah tanpa perlakuan panas adalah 66.75 mm dan 12.69o. Jadi pada suhu 150oC, besarnya diameter dan sudut semprotan minyak nyamplung sudah hampir sama dengan diameter dan sudut semprotan minyak tanah.
Dalam pengukuran suhu minyak nyamplung pada burner modifikasi pada kompor tekan,
burner diharapkan dapat memanaskan minyak nyamplung sehingga viskositasnya dapat mendekati viskositas minyak tanah. Minyak tanah memiliki viskositas 5 cP pada suhu ruang. Menurut Lestari (2011) untuk mencapai viskositas tersebut minyak nyamplung harus dipanaskan hingga mencapai suhu ±161.81oC. Setelah dilakukan pengukuran, ternyata burner modifikasi dapat memanaskan minyak nyamplung hingga mencapai suhu 164.70oC.