• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bastaman, D.H. 1995. Integrasi Psikologi Dalam Islam. Yogyakarta: Yayasan Kamil dan Pustaka Pelajar.

1996. Meraih Hidup Bermakna. Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil dan Pustaka Pelajar.

Buchari, M dan Bidiharga. 1982. Pola Hidup Dinamika Orientasi Sosial Budaya Di Lima Masyarakat Indonesia. Jakarta: Prisma.

Frankl, V.E. 2003. Logoterapi Terapi Psikologi Melalui Pemaknaan Eksistensi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Geertz, clifford. 1983. Local Knowledge. New York: Basic Books.

Gymnastiar, A. 2002. 7 T : Kiat Membentuk Pribadi Sukses. Bandung: MQS Pustaka Grafika.

Hadi, S. 1992. Metode Research. (jilid 2). Yogyakarta: Andi Ofset.

Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkembangan: Satu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Koeswara, E. 1987. Psikologi Eksistensial: Suatu Pengantar. Bandung: Eresco.

1992. Logoterapi, Psikoterapi. Yogyakarta: Kanisius.

Masidjo. I. 2009. Psikologi Remaja. Yogyakarta: Bina Dharma Mulia.

Moleong, L.J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Poerwandari. E.K. 1998. Pendekatam Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LP3ES) UI.

Ros. 2002. Dikutip dari: http://indomedia.com/sripo/2002/11/19111gay2.htm.

Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan; Model-model Kepribadian Sehat. Penerjemah. Yustinus. OFM. Yogyakarta: Kanisius.

Sutrisno. 1999. Pengantar Estetika. Yogyakarta: Kanisius.

Sutopo. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Vol. IV. Bandung: PT. CV. ALFABETA.

Wati. 2007. Studi Eksploratif Tentang Konsep Diri Pada Perempuan Alkoholik. Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45.

Lampiran 1

Hasil Observasi

A. Subjek 1

1. Observasi terhadap tempat aktivitas/kegiatan subjek bersama teman komunitasnya

Hari/tanggal Deskripsi

Sabtu, 18 Agustus 2012 21.00-23.00 WIB.

Tugu Yogyakarta menjadi tempat berkumpul subjek bersama teman-teman komunitasnya sepeda tinggi setiap malam minggu. Subjek penelitian adalah seorang pria, berbadan kecil dan kurus, rambut cukup panjang dan hitam, kulit berwarna coklat sawo matang serta beberapa bagian tubuhnya yang ditato. Dibawah terang lampu kota, subjek dan teman-temannya duduk membentuk lingkaran ngobrol-ngobrol sambil merokok dan lotce (minum ciu).

2. Observasi terhadap tempat tinggal subjek

Hari/tanggal Deskripsi

Selasa, 21 Agustus 2012 16.00-17.00 WIB.

Subjek tinggal di daerah Notoyudan, Yogyakarta. Subjek tinggal bersama bersama bapaknya, karena kedua orang tuanya sudah berpisah. Letak rumah yang berada dikawasan padat penduduk tampak kecil dan sempit. Rumah

kecil dengan dua kamar tidur dan satu ruang tamu dengan sebuah televisi tampak bersih. Kebersihan rumah ini tidak didukung oleh keadaan lingkungan yang sempit. rumah ini tidak memiliki halaman dan langsung berhadapan dengan jalan kecil (gang) yang mepet dengan rumah. Keseharian subjek setelah pulang sekolah adalah bermain-main dengan vespanya, sorenya membersihkan rumah dan bermain dengan teman-teman disekitar rumah. Kondisi geografis yang tidak terlalu jauh dari pusat kota membuat subjek tidak sulit mencari hiburan dan berkumpul bersama komunitasnya, namun kawasan ini terasa tidak nyaman untuk tempat tinggal karena letak rumah yang dekat dengan sungai membuat aroma disekitar lingkungan tidak sedap. Di lingkungan tempat tinggal subjek terhitung ada banyak pemuda-pemudi yang bertato.

3. Observasi terhadap subjek saat menghadapi masalah

Hari/tanggal Deskripsi

Sabtu, 25 Agustus 2012 20.00-22.00 WIB

Pribadi subjek yang ramah, santai dan cuek membuat subjek tampak tak pernah punya

masalah. Karena itu subjek cenderung diam dan ingin segera melupakan masalah yang sedang dihadapinya, karena itu subjek memilih jalan lain dengan merokok dan minum-minuman keras (mabuk). Mungkin bagi subjek merokok dan mabuk merupakan cara terbaik bagi subjek untuk melupakan masalah yang sedang dihadapinya. Kiebiasaan ini sangat tampak jelas dalam diri subjek. Subjek mengatakan bahwa setelah melakukan kebiasaan ini subjek bisa benar-benar lega seperti semula sebelum ada masalah.

4. Observasi pada saat wawancara

Hari/tanggal Deskripsi

Minggu, 2 September 2012

11.00-12.30 WIB.

Wawancara dilakukan pada siang hari di rumah subjek. Sebelum wawancara dimulai peneliti dan subjek bersantai-santai dahulu sambil minum es teh. Subjek pun minta ijin untuk memasukkan vespanya karena cuaca mendung.

Proses wawancara ini berlangsung di ruang tamu rumah subjek. Penliti mengeluarkan alat-alat yang digunakan selama proses wawancara yaitu; buku catatan, pena, panduan wawancara, dan HP

untuk merekam. Setelah semuanya siap barulah proses wawancara dimulai. Ketika peneliti mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan subjek tampak sangat bersemangat memberikan jawaban dan penuh hati-hati dalam pemilihan kata yang akan digunakan untuk mewakili maksud yang ingin disampaikan, dan cukup lama subjek dalam memberikan jawaban. Subjek juga tampak sekali nervous, mungkin karena baru pertama kali diwawancarai atau karena tape recorder yang peneliti gunakan. Namun demikian, proses wawancara tetap berjalan lancar dengan jawaban-jawaban yang tegas dan penuh keyakinan subjek mengenai apa yang dialaminya. Untuk membuat suasana lebih nyaman, proses wawancara ini dilakukan sambil merokok dan menghabiskan es teh, juga untuk mengurangi nervous subjek.

Saat akhir wawancara subjek memohon maaf apabila ada jawaban yang kurang tepat serta mengatakan siap untuk diwawancarai ulang.

B. Subjek 2

1. Observasi terhadap tempat aktivitas/kegiatan subjek bersama teman komunitasnya

Hari/tanggal Deskripsi

Sabtu, 18 Agustus 2012 21.00-23.00 WIB.

Subjek terlibat dalam satu komunitas sepeda yang samadeng subjek A. Subjek penelitian adalah seorang pria, berbadan kurus tinggi, rambut ikal dan hitam, kulit berwarna coklat sawo matang. Subjek penelitian ini memiliki beberapa tato di bagian tubuhnya. Penampilan subjek yang sederhana dan tampak rapi memberikan kesan tersendiri pada peneliti

2. Observasi terhadap tempat tinggal subjek

Hari/tanggal Deskripsi

Salasa, 28 Agustus 2012 17.00-18.00 WIB

Tempat tinggal subjek berada di daerah Notoyudan, Yogyakarta. Subjek tinggal bersama kedua orang tua, kakak dan adiknya. Rumah dengan ukuran kecil yang hanya terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu dan dapur yang berhimpitan dengan ruang tamu tampak cukup rapid an terkeksan nyaman. Rumah yang tidak memiliki halaman depan ini berada di kawasan

padat penduduk, jalan masuk menuju rumah subjek hanya gang kecil. Keseharian subjek dirumah setelah pulang sekolah adalah membantu sang ibu membersihkan rumah dan sesudah selesai subjek menghabiskan waktu untuk tidur.

Lingkungan tempat tinggal subjek terlihat sangat sumpek, rumah-rumah di lingkungan ini hanya berjarak dinding tidak ada jarak pembatas. Letak rumah subjek pun terhitung berada dideretan paling pojok di daerah itu. Hampir seluruh rumah yang berada di aderah itu tidak memiliki halaman dan langsung berhadapan dengan jalan kecil berupa gang. Kondisi geografis yang tidak jauh dari pusat kota membuat subjek dan keluarganya tidak kesulitan untuk mencari kebutuhan keluarga dan hiburan. Di lingkungan tempat tinggalnya banyak terdapat orang-orang yang memiliki tato.

3. Observasi terhadap subjek saat menghadapi masalah

Hari/tanggal Deskripsi

Sabtu, 8 September 2012 20.00-21.00 WIB.

Subjek termasuk orang yang pendiam, ramah dan supel, namun berbeda ketika menghadapi

maslah. Saat menhadapi masalah cenderung menceritakan masalah yang dihadapinya kepada teman-teman dan pacarnya. Subjek juga sering mengambil jalan lain ketika menghadapi masalah yaitu dengan mendengarkan musik kesukaannya dengan keras-keras, merokok dan mabuk. Bagi subjek dengan cara ini subjek bisa lebih merasa lega dan santai meski masalahnya masih ada.

4. Observasi pada saat wawancara

Hari/tanggal Deskripsi

Jumat, 14 September 2012

17.00-18.30 WIB

Proses wawancara di lakukan di rumah subjek yang terletak di daerah Notoyudan, Yogyakarta. Wawancara ini di lakukan pada sore hari. Sebelum memulai wawancara peneliti kembali menanyakan kesediaan subjek untuk diwawancarai dan menjelaskan maksud dan tujuan wawancara ini.

Tempat wawancara di lakukan di ruang tamu rumah subjek. Ketika peneliti mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada subjek, tampak subjek sangat bersemangat dan asyik sekali dalam menjawab. Tanpa ada keraguan sama sekali pada

diri subjek saat menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang peneliti ajukan, vokal suara pun sangat jelas dan tegas, mungkin karena karekter subjek yang senang bercerita dengan teman-temannya. Proses wawancara sempat terganggu karena bapak subjek pulang dari kerja, sehingga penelitiharus menyapa dan meminta ijin untuk mewawancarai subjek. Pada akhir wawancara subjek mengatakan bahwa siap untuk diwawancarai lagi apabila masih ada yang kurang atau ada jawaban yang tidak memuaskan.

Lampiran 2

Pedoman Wawancara

1. Sejak kapan anda mulai mengenal tato?

2. Bersediakah anda menceritakan bagaimana awalnya ketertarikan anda untuk merias tubuh dengan tato?

3. Faktor/alasan apa yang membuat anda memutuskan untuk merias tubuh dengan tato?

4. Bagaimana anda memandang keberadaan diri anda sebagai seorang yang memiliki tato?

5. Bagaimana tanggapan orang tua saat mengetahui anda bertato? 6. Kegiatan apa saja yang anda lakukan setiap hari?

7. Apakah dengan tato di tubuh anda, anda mengalami halangan dalam berkgiatan dengan orang lain?

8. Bagaimana tanggapan orang di sekitar anda yang mengetahui anda bertato? 9. Bagaimana hubungan anda dengan orang tua dan orang-orang di sekitar

anda?

10. Jenis tato seperti apa yang anda buat di tubuh anda?

11. Seberapa besar penagaruh tato bagi kehidupan anda sehari-hari?

12. Selama anda memiliki tato adakah harapan atau impian anda yang belum tercapai?

13. Pernahkah tato yang anda miliki menjadi sebuah penghalang dalam meraih harapan atau impian anda selama ini?

14. Bagaimaana anda menanggapi pandangan negatif masyarakat terhadap diri anda yang memiliki tato?

15. Bagaimana makna hidup yang anda miliki setelah anda memutuskan untuk merias tubuh dengan tato?

16. Apakah ada keinginan untuk menghapus tato di tubuh anda?

Laporan Hasil Wawancara

SUBJEK I

Interviewer : Bisa diceritakan sedikit tentang masa kecil anda?

Interviewee : Aduh, piye yo mas agak lupa soalnya, seingatku ya mas baik-baik aja kog semuanya. Nek masih kecil dulu aku pendiam dan jarang banget mau ngomong ma orang lain. Di rumah dengan bapak dan ibu juga baik-baik aja, pokokne jarang banget aku diseneni karo bapak ibu, mas. Mau ribut sama siapa mas, wong aku iki anak tunggal kog. Di TK sampai SMP jarang banget aku ribut-ribut opo neh berkelahi ma temen, wah ra pernah nek kui mas. Soalnya aku orangnya santai sih mas, ada masalah ya tak bawa santai aja, hehehe (ungkap subjek sambil tertawa)

Interviewer : Bagaimana hubungan anda dengan keluarga?

Interviewee : Baik-baik saja mas, gak pernah ada masalah antara saya dengan orang tua. Hanya saja sekakrang bapak dan ibu sudah pisah (cerai), di sini saya tinggal bersama bapak dan ibu sekarang di Prambanan. Kalau kangen saja mas saya baru meen ketempat ibu.

Interviewer : Bagaimana relasi anda dengan teman-teman anda di sekolah? Interviewee : Kalau dengan teman-teman disekolah ya baik-baik saja mas, gak

pernah ada mmasalah dengan mereka. Di sekolah saya dikenal sebagai anak pendiam mas.

Interviewee : Ada mungkin ya cuma udah lupa, dulu juga kan gak tahu trauma itu kayak apa, jadinya untuk mengatakan itu trauma atau bukan susah.

Interviewer : Boleh diceritakan gak, bagaimana awalnya anda tertarik pada tato?

Interviewee : Karena pengaruh lingkungan mas, karena di sekitar lingkungan rumah itu banyak orang-orang yang tatoan dan banyak temen-temen main seperti di komunitas sepeda tinggi itu banyak yang tatoanjuga mas. Satu lagi mas, aku pengen coba ngrasain sakitnya ditato itu gimana?

Interviewer : Lalu apa yang membuat anda berani memutuskan mentato tubuh anda?

Interviewee : Ya itu tadi mas, karena aku pengen nyobain rasa sakitnya ditato itu gimana dan kalau ditato itu kelihatannya bagus mas,

Interviewer : Kapan pertama kali tatoan? Interviewee : Kelas 1 SMA

Interviewer : Di bagian mana itu yang pertama kali ditato dan gambar apa? Interviewee : Di bagian punggung mas, gambar pertama itu cewek.

Interviewer : Andakan masih SMA, tentu pada waktu itu sulit ya memutuskan untuk ditato. Bisa diceritakan ngak bagaimana prosesnya sampai anda yakin untuk ditato?

Interviewee : Awalnya kan aku hanya ngaterin teman mau tatoan, mulai dari situ muncul keyakinan “aku mau ditato juga”.

Interviewer : Lalu bagaimana anda memandang diri anda yang memiliki tato ditenggah situasi masyarakat umum yang memandang bahwa tato identik dengan kejahatan, kriminal, hal-hal negatif atau sebutan lainnya?

Interviewee : Tergantung orangnya, tinggal orangnya itu berpikiran baik atau jelek. Kalau aku ya memandangnya sebagai seni kulit. Terserah orang lain mau memandangnya gimana itu urusan mereka, yang penting aku menikmatinya.

Interviewer : Apakah orang tua anda sudah tahu bahwa anda memiliki tato? Interviewee : Sudah, mas.

Interviewer : Bagaimana ceritanya kog orang tua sampai tahu?

Interviewee : Awalnya yang tahu hanya ibu, waktu itu kan aku lagi jengkel ma cewek, terus aku mbanting HP ke TV, aku diem aja tiduran di kursi tiba-tiba ibu buka jaketku dan lihat tato yang ada di tanggan kananku. Kalau bapak tahunya itu pas aku maen di Kemetiran, bapak lewat dan lihat tato yang ada ditanganku.

Interviewer : Lalu bagaimana tanggapan mereka setelah tahu anda bertato? Interviewee : Nek ibu waktu itu diemin aku selama 3 hari. Kalau bapak sih ngak

marah, cuman diomongin “ gak usah reko-reko, golek duet ki angel, seng uwes kui yo uwes ra usah ditambah-tambahi neh”. Interviewer : Kalau keluarga besar anda bagaimana menanggapinya, ketika

Interviewee : Kalau keluarga besar ya biasa aja mas nanggepinya, sudah tau ya sudahlah gk mau ikut campur mereka. Cuman ada satu mas, mbak keponakan saya yang sepertinya gak suka banget.

Interviewer : Ehmmm…kog bisa gitu, gimana ceritanya?

Interviewee : Dia itu diemin aku, kalau ketemu rupane ki ra penak banget mas. Pernah dia ngomong sama aku gini “golek duet wong tuo ki angel -angel ra mung go kolo ngono”.

Interviewer : Kalau disekolah bagaimana, apakah teman-teman dan guru-guru sudah tahu?

Interviewee : Sudah tahu.

Interviewer : Apa tanggapan mereka?

Interviewee : Kalau teman-teman ada yang baik-baikin ada juga yang jelek-jelekin. Ngak semua baik dan banyak yang munafik mas, sok-sok baik. Kalau guru-guru aku pernah dipanggil keruang BP, tapi pada umumnya mereka hanya menasehati aja mas, gak dimarah kog. Interviewer : Bagaimana kog bisa sampai dipanggil keruang BP?

Interviewee : Waktu itu aku ketahuan mbolos, terus dipanggil keruangan BP. Watu itu juga guru BP tiba-tiba Tanya “kamu tatoan kan?” yaudah akhirnya aku critain semua kalau aku tatoan. Terus Tanya lagi “apa teman-teman sudah tahu?” aku jawab “sudah”. Guru BP itu hanya menasehati aku “ ya sudah kalau teman-teman sudah tahu, saya takut teman-temanmu banyak yang ikut tatoan nantinya, sekarang

selesaikan sekolahmu dan carilah kerja yang sesuai dengan dirimu”. Pesan dari guru BP itu masih aku ingat sampai sekarang. Interviewer : Selama ini sejak anda memiliki tato, apakah ada harapan atau

impian yang belum tercapai?

Interviewee : Ada mas, masih ada gambar yang selama ini aku pengeni mau tak gambar di tubuhku.

Interviewer : Pernah gak tato yang melekat di tubuhmu itu menjadi pengahalang bagimu untuk bergaul dengan orang lain?

Interviewee : Belum pernah kayaknya mas, sepertinya sih biasa-biasa aja. Justru setelah punya tato aku bisa semakin banyak teman. Teman-teman yang kenal dan dekat dengan aku pun tidak pernah mempermasalahkan tato yang aku punya.

Interviewer : Nah sekarang kan anda masih SMA, sudah terpikirkan belum nanti setelah lulus SMA mau lanjut kuliah atau mau langsung kerja?

Interviewee : Mau langsung kerja aja mas.

Interviewer : Lalu bagaimana, misalnya tempat kerja yang anda inginkan itu ternyata tidak menerima orang bertato?

Interviewee : Wah piye yo mas, belum pernah terpikirkan sampai segitu je mas. Tapi nek untuk nantinya nyari kerja ya yang sesuai dengan diriku aja mas. Ya jelas gajinya juga berbeda.

Interviewer : Terimakasih ya, informasi ini sangat penting bagi saya dan orang lain yang ingin tau bagaimana sih makna hidup anda memiliki tato?

Interviewee : Wah seneng juga ya mas, ada orang yang ingin tahu tentang kehidupan orang-orang bertato. Pertamanya mungkin ya dengan tato ini aku jadi lebih enak dan enjoy untuk bergaul serta bisa lebih banyak teman. Yang pastinya aku jadi nyaman dan semakin percaya diri mas dengan tato. Banggalah mas bisa punya tato walau awalnya hanya kepengen karena liat teman ditato, tapi ya inilah aku terserah orang mau ngomong apa yang penting aku nyaman dengan diriku.

Interviewer : Setelah tato yang ada ditubuh anda ini, pernah terpikirkan untuk menambah atau malah menghapusnya?

Interviewee : Kalau menghapus sepertinya tidak, tapi menambah mungkin sekali mas.

Interviewer : Menambah? Gambar apa yang ingin anda tambahkan dan dibagian mana itu?

Interviewee : Pertama aku pengen benerin tato yang dilengan kiri mas, dan buat di lengan kanan atas ini mas. Kalau gambar aku lebih suka gambar-gambar yang relistis aja mas.

Interviewer : Kalau boleh berandai-andai jauh kedepan, apa sih cita-cita yang hendak anda capai dikemudian hari?

Interviewee : Seniman ukiran kayu.

Interviewer : Bila gagal, apa yang akan anda lakukan?

Interviewee : Ya terus belajar sendiri dan tentunya tetap berusaha mas apa pun nantinya yang penting jalani saja apa yang ada sekarang.

SUBJEK II

Interviewer : Gimana sih masa kecil anda dulu?

Interviewee : Seingat aku aja yam as, dulu waktu kecil aku orangnya pendiam, jarang meu komunikasi dengan orang yang belum kenal, biarpun pendiam tapi aku juga jail mas. Kalau di rumah sering sekali aku jailin mbakku.

Interviewer : Bagaimana hubungan anda dengan orang tua?

Interviewee : Baik-baik aja mas, sama dengan keluarga lain pada umumnya. Tapi dirumah aku lebih dekat dengan ibu, mungkin karena ibu itu lebih bisa nenanggin aku saat ada masalah.

Interviewer : Bagaimana relasi anda dengan teman-teman di sekolah?

Interviewee : Baik-baik aja, gak pernah ada masalah dengan teman-teman disekolah.

Interviewer : Pernah tidak mengalami trauma waktu masih kecil?

Interviewee : Pernah mas, waktu SD (tapi lupa kelas berapa). Pada waktu itu subjek bersama dengan teman-teman SD-nya pergi bermain di inggir rel kereta, teman-teman subjek mengajak dirinya untuk menyeberang rel kereta, saat subjek sudah berada diatas rel kereta tetapi subjek tidak berani untuk melompat dan akhirnya subjek terserempet kereta. Sampai sekarang aku gak berani lagi main di sekitar rel kereta.

Interviewee : Karena teman, lihat teman tatoan kog kelihatannya bagus akhirnya aku ikut tatoan dan awalnya sih Cuma pengen nyoba-nyoba gimana rasane ditato.

Interviewer : Lalu apa yang membuat anda berani memutuskan untuk merias tubuh anda dengan tato?

Interviewee : Ya itu mas, aku ingin nyoba gimana rasanya ditato. Interviewer : Kapan pertama kali tatoan?

Interviewee : Kelas 1 SMA.

Interviewer : Di bagian mana dan gambar apa yang pertama? Interviewee : Di punggung, hanya tulisan nama saya kog mas.

Interviewer : Nah tadikan anda bilang kalau anda tatoan karena ingin nyobain gimana rasanya ditato, lalu bagaimana rasanya setelah tatoan ? Interviewee : Wah kalau pas ditatonya sakit mas, tatpi kalau sudah jadi ya

seneng mas.

Interviewer : Sekarang sudah ada berapa tato yang anda miliki? Interviewee : Ada 5 kalau gak 6 mas.

Interviewer : Andakan masih SMA, tentu pada waktu itu sulit ya memutuskan untuk ditato. Bisa diceritakan ngak bagaimana prosesnya sampai anda yakin untuk ditato?

Interviewee : Susah mas, harus berpikir berulang-ulang je. Pertamanya kan aku sudah digambarin sketnya, terus ditempelin ditubuhku tapi aku ngomong sama masnya yang mentato “gak usah aja mas”. Tapi

karena aku gak enak sama masnya yang mentato dan udah di tempat tato ya udah akhirnya ditato juga.

Interviewer : Lalu bagaimana anda memandang diri anda yang memiliki tato di tenggah situasi masyarakat umum yang memandang bahwa tato identik dengan kejahatan, kriminal, hal-hal negatif atau sebutan lainnya?

Interviewee : Kalau aku sendiri mandangnya sebagai sebuah seni yang bisa ditempelkan dikulit dan bisa dibawa sampai mati. Jelas mas, ada yang mandang orang tatoan itu negatif, tapi aku ingin mengubah pandangan mereka kalau itu salah.

Interviewer : Apakah orang tua anda sudah tahu? Interviewee : Sudah mas, tapi hanya ibu yang tahu.

Interviewer : Terus gimana tanggapan ibu setelah tahu anda memiliki tato? Interviewee : Pertamanya marah pas tahu dan sangat jelas ibu kecewa aku

punya tato. Kekecewaan ibu kelihatan kog mas dari wajahnya dan dari sikap ibu terhadap aku.

Interviewer : Bapak anda kan belum tahu, seandainya nanti tahu anda punya tato, apa yang kira-kira akan terjadi dan apa persiapan anda? Interviewee : Piye yo mas, pastine bapak akan sangat kecewa dan marah, tapi

Dokumen terkait