• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.I Kesimpulan 5.I Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan nilai RUE pada penelitian-penelitian sebelumnya, nilai RUE (biomassa total) di Kabupaten Kerinci untuk varietas Granola dan Atlantik masih mendekati nilai-nilai RUE tersebut, terutama RUE biomassa total. Untuk RUE biomassa di atas tanah menghasilkan nilai yang cukup kecil dari kedua varietas. Hal ini terjadi karena biomassa diatas tanah yang dihasilkan varietas Granola dan Atlantik kecil. Secara umum dapat dikatakan bahwa tanaman kentang varietas Granola dan Atlantik efisien dalam memanfaatkan radiasi surya untuk memproduksi umbi, meskipun rata-rata intensitas radiasi surya harian pada wilayah kajian sebesar 8,8 MJ.m-2.hari-1. Hal ini disebabkan oleh kondisi wilayah penelitian tingkat keawanan cukup tinggi. Padahal tanaman kentang menurut Suryanto et al. (2005) membutuhkan intensitas radiasi surya antara 9-16 MJ.m-2.hari-1.

Nilai RUE varietas Atlantik lebih besar dari varieatas Granola mengindikasikan produksi varietas Atlantik akan lebih besar dibandingkan dengan varietas Granola, namun kenyataannya petani lebih suka menanam varietas Granola. Menurut Sailah (1999) dan Sihotang (2011) alasan utama petani lebih menanam kentang varietas Granola adalah kualitas umbi dan permintaan konsumen. Umbi dari varietas Granola menurut petani lebih tahan terhadap penyakit jika disimpan dalam waktu yang cukup lama atau tergores, karena kandungan air dari kentang varietas Granola lebih sedikit dibandingkan dengan varietas Atlantik. Bibit varietas Granola juga lebih mudah didapat dan harganya lebih rendah dibandingkan dengan Atlantik, karena bibit kentang varietas Atlantik sebagian besar masih impor. Hasil kentang varietas Granola lebih mudah dipasarkan, sedangkan kentang varietas Atlantik rata-rata terbatas untuk industri makanan ringan dengan syarat kualitas umbi harus baik. Sistem yang digunakan pada budi daya kentang varietas Atlantik antara petani dan perusahaan adalah sistem kemitraan (Agustian dan Mayrowani 2008). Selain itu permintaan masyarakat untuk konsumsi terhadap kentang varietas Granola lebih banyak dibandingkan Atlantik. Hal ini dikarenakan menurut masyarakat rasa dari Granola lebih enak dibandingkan dengan varietas Atlantik.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.I Kesimpulan

Jumlah radiasi surya yang terintersepsi oleh tajuk mengikuti pola kenaikan nilai LAI. Jarak tanam akan menentukan jumlah dari populasi dan nilai LAI. Perbedaan morfologi tanaman pada varietas Granola dan Atlantik akan menentukan jumlah radiasi yang terintersepsi. Radiasi surya yang terintersepsi selama musim pertumbuhan oleh tanaman kentang pada penelitian ini untuk jarak tanam (20 x 20 cm) dan (40 x 20 cm) pada masing-masing varietas yaitu: varietas Granola sebesar 387,7 MJ.m-2 dan 260,6 MJ.m-2,untuk varietas Atlantik sebesar 355,6 MJ.m-2 dan 255,5 MJ.m-2.

Nilai RUE menentukan produksi yang dihasilkan oleh tanaman kentang. Efisiensi penggunaan radiasi surya yang dihasilkan pada tanaman kentang varietas Granola (AGB) sebesar 0,31 g.MJ-1 dan 2,22 g.MJ-1 (biomassa total), sedangkan RUE kentang varietas Atlantik (AGB) sebesar 0,49 g.MJ-1 dan sebesar 3,02 g.MJ-1 (biomassa total). Tanaman kentang varietas Atlantik pada penelitian ini lebih effisien dalam memanfaatkan radiasi surya yang terintersepsi oleh tajuk tanaman.

5.2 Saran

Penelitian lebih lanjut diperlukan dengan menggunakan varietas kentang yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Agustian A., Mayrowani H. 2008. Pola Distribusi Komoditas Kentang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ekonomi Pembangunan. Vol 9, No 1, Juni 2008: 96-106.

Burhani R. 2011. Mendag: Impor Kentang

Tidak Perlu Dilakukan:

http://www.antaranews.com/berita/281 385/mendag-impor-kentang-tidak-perlu-dilakukan. [24 Oktober 2011]. [BPTP]. Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian. 2004. Teknologi Budidaya Kentang Industri di Lahan Sawah Dataran Medium Kabupaten Sleman D. I. Yogyakarta. Rekomendasi Teknologi Pertanian: 2004.

Baharsjah J. S., Bey A. 1991. Kapita Selekta dalam Agrometeorologi (Hubungan Cuaca-Tanaman). Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan.

Efendi K. 2002. TPS untuk Kultivar Kentang Unggul Baru. Buletin Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Indonesia. Vol. 24 No. 1 Th. 2002: 10. Efendi K. 2002. Kentang Prosesing untuk

Agroindustri. Buletin Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 24 No. 2, 2002.

Firman D., Allen E. J. M. 1989. Relationship Between Light Interception, Ground Cover and Leaf aArea Index in Potatoes. Agricultural Science (1989), 113: 355-359.

Gallagher J. N., Biscoe P. V. 1978. Radiation Absorption Growth and Yield of Cereals. Agric. Sci., Cambridge, 91:47-60.

Government of Alberta Agriculture and Rural Development. 2003. Guide to Commercial Potato Production on the Canadian Prairies. Western Potato Council. Portage la Prairie, Manitoba R1N 3B9.

Handoko. 1994. Dasar Penyusunan dan Aplikasi Model Simulasi Komputer untuk Pertanian. Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor.

Herrmann I., Pimstein A., Karnieli A., Cohen Y., Alchanatis V., Bonfil D. J. 2010. Assessment Of Leaf Area Index By The Red-Edge Inflection Point Derived From Venμs Bands. Proc. Hyperspectral 2010 Workshop, Frascati, Italy, 17–19 March 2010 (ESA SP-683, May 2010).

Hijmans R. J., Spooner M. D. 2001. Geographic Distribution Of Wild Potato Specie. American Journal Of Botany, 88 (11): 2101–2112.

Huaman Z. 1986. Systematic Botany and Morphology of the Potato. Technical Information Bulletin 6. International Potato Centre, Lima, Peru: 22 pp. Jumin H. B. 2002. Dasar-dasar Agronomi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2010. Aturan Pembenihan dan Pengembangan Industri Benih Kentang di Indonesia. Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Republik Indonesia: http://www.hortikultura.go.id. [1 Oktober 2011].

Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2000. Surat Keputusan Menteri Pertanian tentang pelepasan Kentang Atlantik sebagai varietas unggul

dengan nama Atlantik. Malang: http://www.deptan.go.id. [1 Oktober 2011].

Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2005. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 81/Kpts/Sr.120/3/2005. Jakarta: http://www.deptan.go.id. [1 Oktober 2011].

Kline R. A., Halseth, Donald E. 1990. Growing Potatoes in the Home Garden . VC Report 669, Department of Vegetable Crops, Cornell University. Kooman P. L., Fahem M., Tegera P.,

Haverkort H. J. 1996. Effects of Climate on Different Potato Genotypes 1. Radiation Interception, Total and Tuber Dry Matter Production. European Journal of Agronomy 5 (1996) : 193-205.

Kovatch J. T. 2003. Solanum tuberosum. Master Gardeners. March 1, 2003: 224.

Lakoy I. W. M. 2009. Strategi Pengembangan Komoditas Kentang di Kabupaten Minahasa Selatan . Tesis. Program Pascasarjana Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Makarim A. K. 2009. Aplikasi Ekofisiologi Dalam Sistem Produksi Padi Berkelanjutan. Pengembangan Inovasi Pertanian2(1), 2009: 14-34.

Mondani F., Glzardi F., Ahmadvand G., Khorbani R., Moradi R. 2011. Influence Of Weed Competition On Potato Growth, Production And Radiation Use Efficiency. Notulae Scientia Biologicae, 2011, 3(3): 42-52. Monteith J. L. 1977. Climate and the

efficiency of crop production in Britain. Philosophicaln Transactions of the Royal Society of London. B281: 277-294.

Muyan Y. 2010. Efisiensi Penggunaan Radiasi Surya Pada Pertanaman Padi Sawah: Studi Kasus di Daerah Prafi Kabupaten Manokwari Papua Barat. Thesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nurmalan R. 1999. Sebaran Radiasi dan Efisiensi Penggunaan Radiasi Surya Pada Tanaman Kentang Generasi-0 (Solanum tuberosum L.) dan Interaksinya Terhadap Pertumbuhan dan Produksi. Skripsi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor.

Oijen M. V. 1991. Light Use Efficiencies of Potato Cultivar with Late Blight (Phytophthora inventans). Potato Research 13 (1991): 123-132.

Pereira A. B., Shock C. C. 2006. A Review Of Agrometeorology And Potato

Production :

http://www.agrometeorology.org/filead min/insam/repository/gamp_chapter13 e.pdf. [1 Oktober 2011].

Qodarsih T. 2011. Efisiensi Penggunaan Radiasi Surya pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Granola di Galudra, Cianjur. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rezig M., Sahli A., Jeddi F. B., Harbaoui Y.

2010. Adopting Intercropping System for Potatoes as Practice on Drought Mitigation Under Tunisian Conditions. Options Mediterraneennes, A no. 95, 2010: 329-334.

Rubatzky V. E., Yamaguchi M. 1995. Sayuran Dunia 1 Prinsip, Produksi, dan Gizi. Catur Herison, penerjemah; Bandung: ITB. Terjemahan dari : World Vegetable: Principles, Production, and Nutritive Values.

Rukmana R. 1997. Kentang Budidaya dan Pasca Panen. Edisi II. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sailah I. 1999. Kajian Pasar Kentang. Canadian Cooperative Association dan Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Samadi B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Samad S., Mustafa M., Baharuddin,

Rampisela A. 2009. Optimalisasi Produksi Kentang Ramah Lingkungan Parigi Kec. Tinggi Moncong Kab. Gowa. Sains & Teknologi, April 2009, Vol. 9 No. 1: 36 – 43.

Sensus Ekonomi Nasional. 2010. Konsumsi Beras Turun, Terigu dan Kentang Naik: www.bps.go.id. [17 Oktober 2011].

Shah S. F. A., Mckenzie B. A., Gaunt R. E., Marshall J. W., Framton C. M. 2004. Effect Of Production Environments On Radiation Interception And Radiation Use Efficiency of Potato (Solanum tuberosum L.) Grown In Canterbury, New Zealand: New Zealand Journal of Crop and Horticultural Science, 2004, Vol. 32: 113-119.

Shock C., Flock R., Eldredge E., Pereira A., Jensen L. 2006. Successful Potato

Irrigation Scehduling. Sustainable Agriculture Techniques, October 200 Sihotang M. 2011. Kerinci Andalkan 2 Jenis

Varietas Kentang: http://www.bisnis-sumatra.com/index.php/2011/10/. [14 Oktober 2011].

Sitompul S. M. 2002. Radiasi dalam sistem agroforestry dalam Hairiah K, Widianto, Utami SR, Lusiana B (eds) WaNuLCAS: Model simulasi untuk sistem agroforstry. International Centre for Research in Agroforestry. Bogor. Indonesia.

Steyn J. M., Kabago D. M., Annandale J. G. 2007. Potato Growth and Yeild Responses to Irrigation Regimen in Contrasting Season of a Subtropical Region. African Crop Science Conference Proceeding, Vol. 8. pp. : 1647-1651.

Susila A. D. 2006. Panduan Budidaya tanaman Sayuran. Departemen Agronomi dan Holtikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Suryanto A., Guritno B., Sugito Y., Koesmaryono Y. 2005.

Efisiensi

Konversi Energi Surya Pada

Tanaman Kentang (Solanum

tuberosum L.),

Agromet 19 (1) : 39 – 48.

Syarif Z. 2005. Studi Karakteristika Biologi/Agronomi Tanaman Kentang yang Ditopang dengan Turus dalam Sistem Tumpangsari Kentang/Jagung dengan Berbagai Waktu Tanam Jagung di Dataran Medium. Stigma. Volume XIII No.2: April – Juni 2005.

Tjaturetno B. M. J, Prabowo A, Purwanta C. Y. 2006. Pengukuran Kebutuhan Air Tanaman Kentang Dengan Metode Lisimeter untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Air: Prosiding seminar nasional mekanisasi pertanian, Bogor, 5 Agustus 2004.

Wajid A., Ahmad A., Khaliq T., Alam S., Hussaun A., Hussain K., Naseem W., Usman M., Ahmad S. 2010. Quantification Of Growth, Yield And Radiation Use Efficiency Of Promising Cotton Cultivars At Varying Nitrogen Levels. Pak. J. Bot., 42(3): 1703-1711, 2010.

Winch T. 2006. Growing Food a Gude to Food Production. Netherland: Springer.

Lampiran 1. Data Iklim di stasiun Klimatologi pos pengamatan Kayu Aro Tanggal Suhu (˚C) Kelembaban (%)

Kec, Angin (m/s) Curah hujan (mm) Radiasi Surya (MJ.m-2 ) 20/05/2011 19,3 87 1,7 0 8,6 21/05/2011 18,3 88 1 0,2 4,7 22/05/2011 18,9 87 1,8 0 8,5 23/05/2011 18,3 90 1,2 0,2 5,8 24/05/2011 19 86 2 0 8,1 25/05/2011 19,4 84 2,1 0 7,5 26/05/2011 19,8 83 2,6 0,2 9,7 27/05/2011 20 84 2 0 8,6 28/05/2011 19,6 81 3,7 0,2 11,0 29/05/2011 18,6 78 1,5 0 10,5 30/05/2011 20,1 82 1,8 0 7,4 31/05/2011 19 89 1,4 0,2 5,5 01/06/2011 19,1 86 1,8 0 7,4 02/06/2011 18,3 92 2 0 4,5 03/06/2011 19,8 84 3,4 0,2 8,3 04/06/2011 19,2 90 1,7 0 6,6 05/06/2011 18,8 87 2,7 0 8,1 06/06/2011 18,9 67 1,9 0,2 7,3 07/06/2011 19 79 2 0 8,5 08/06/2011 19,8 79 1,9 0 8,3 09/06/2011 20,5 74 2,3 0 10,1 10/06/2011 19,7 79 2,4 0 10,4 11/06/2011 18,4 84 2,5 0 7,8 12/06/2011 19,1 86 1,4 11,7 7,8 13/06/2011 19,6 83 2 9,7 8,7 14/06/2011 19,2 82 2,1 0 6,6 15/06/2011 19,9 80 1,9 0 8,9 16/06/2011 19,3 78 2,1 54,5 6,3 17/06/2011 18,8 83 3 0 7,5 18/06/2011 19,2 78 3,5 0 10,0 19/06/2011 18,9 79 2,3 0 7,6 20/06/2011 19,5 82 1,5 0 7,8 21/06/2011 20 84 2,5 0 7,7 22/06/2011 19,1 85 2 26,9 4,4 23/06/2011 19,2 80 2,5 0 8,5 24/06/2011 19,9 80 2,6 0 8,5 25/06/2011 18,8 88 1,1 0 4,5 26/06/2011 18,1 77 2,4 0 9,0 27/06/2011 19,2 74 1,9 0 9,8 28/06/2011 19 82 2,6 0 7,9 29/06/2011 18,6 79 4,7 0 8,8

30/06/2011 20,6 55 4,6 0 11,1 01/07/2011 18,7 65 3,2 0 10,1 02/07/2011 19,6 60 4,4 0 12,6 03/07/2011 18,4 69 2,9 0 8,3 04/07/2011 18,4 72 2,9 0 10,0 05/07/2011 18,1 73 2,6 0 9,3 06/07/2011 20,1 80 1,9 0 6,2 07/07/2011 19,9 83 1,3 13,0 6,2 08/07/2011 14,4 90 0,7 39,0 0,0 09/07/2011 14,4 83 0,1 0 0,0 10/07/2011 14,4 76 1 0 0,0 11/07/2011 18,4 69 1,1 37,0 5,6 12/07/2011 14,8 97 0,3 0 0,3 13/07/2011 18,1 89 1,5 0 6,9 14/07/2011 19,3 85 2,5 0 10,8 15/07/2011 19 83 3,1 0 6,9 16/07/2011 18,2 84 2,2 0 6,8 17/07/2011 18,3 83 1,2 0 6,5 18/07/2011 21,4 71 1,3 0 14,2 19/07/2011 13,9 93 0,9 0 0,3 20/07/2011 19,2 75 2,5 0 10,3 21/07/2011 18,9 78 1,7 0 7,4 22/07/2011 18,3 86 1,1 0 5,5 23/07/2011 18,9 81 2,1 0 7,1 24/07/2011 20,5 75 3,2 0 12,2 25/07/2011 18,4 77 2,1 0 9,4 26/07/2011 18,3 75 1,9 0 9,9 27/07/2011 20,1 77 2,1 0 10,8 28/07/2011 18 78 2,3 0 9,6 29/07/2011 18,3 79 2,1 0 8,3 30/07/2011 19 74 2,4 0 10,2 31/07/2011 16,6 88 1,4 0 4,2

Lampiran 2 Data berat kering akar

Perlakuan Ulangan

Berat kering akar terukur pada minggu ke- setelah tanam (g.m-2) 4 5 6 7 8 9 10 11 J1V1 1 6,85 8,64 13,58 15,43 33,64 34,97 34,71 8,24 2 6,39 7,47 21,91 31,81 43,87 47,25 40,37 13,91 3 5,31 9,13 31,91 36,32 47,70 50,03 45,55 23,75 J2V1 1 4,79 4,96 8,73 10,87 12,21 14,12 20,75 8,49 2 5,12 5,27 8,88 9,44 15,45 15,57 8,49 1,46 3 3,90 5,89 10,94 18,46 16,14 16,95 38,19 1,35 J1V2 1 10,90 13,40 17,52 24,90 36,33 36,61 47,28 38,01 2 13,59 14,61 28,09 30,87 39,14 37,48 78,89 39,68 3 14,18 16,68 24,65 29,88 36,39 34,92 77,50 28,63 J2V2 1 8,55 11,24 15,28 15,74 33,47 34,85 36,67 30,35 2 7,55 9,52 23,46 13,34 32,08 33,21 39,25 28,29 3 7,77 8,62 14,58 15,42 34,86 40,83 37,44 16,29 Lampiran 3 Data berat kering batang,

Perlakuan Ulangan Berat kering batang terukur pada minggu ke- setelah tanam (g.m -2 ) 4* 5* 6* 7* 8* 9* 10* 11* J1V1 1 6,09 22,81 49,66 50,14 61,39 66,22 42,72 27,92 2 5,59 19,16 75,22 78,14 80,28 108,72 60,74 52,92 3 6,85 16,29 47,42 54,92 64,20 104,14 56,65 64,86 J2V1 1 4,43 11,23 21,94 27,96 38,89 54,28 30,83 26,25 2 3,18 6,93 37,36 43,61 42,46 43,24 46,34 31,03 3 4,40 8,15 27,24 37,43 41,16 53,63 51,38 44,64 J1V2 1 11,18 24,43 69,75 72,60 86,06 92,47 103,59 80,51 2 11,81 23,89 46,39 56,34 83,89 87,19 142,21 54,23 3 9,97 20,58 89,48 116,97 84,69 86,34 147,27 73,72 J2V2 1 8,32 12,49 23,79 42,68 59,57 61,36 58,40 34,95 2 6,36 9,36 28,45 30,30 49,85 54,31 83,45 57,97 3 5,67 15,27 28,72 69,16 77,89 77,86 42,81 25,39 Lampiran 4 Data berat kering daun

Perlakuan Ulangan Berat kering daun terukur pada minggu ke- setelah tanam (g.m -2 ) 4* 5* 6* 7* 8* 9* 10* 11* J1V1 1 28,58 33,91 63,94 93,97 122,48 141,89 159,74 56,25 2 29,56 35,00 100,28 116,89 163,92 247,61 133,38 29,11 3 14,40 33,92 41,68 90,60 131,39 213,92 127,43 61,02 J2V1 1 14,71 15,97 50,00 74,64 99,85 130,69 56,88 20,55 2 13,01 14,89 56,83 76,18 93,83 112,44 73,39 21,35 3 13,79 14,47 48,86 51,98 98,35 105,67 103,54 46,32 J1V2 1 31,00 34,48 83,39 112,87 164,17 194,17 171,26 57,78 2 34,90 37,40 97,69 146,72 197,48 161,33 189,83 74,96 3 32,01 49,76 168,03 111,45 177,50 195,16 222,64 64,34

J2V2

1 18,40 16,12 42,51 88,39 134,83 142,55 180,21 71,91 2 17,75 19,60 56,28 81,65 123,74 126,26 154,59 57,99 3 17,02 18,22 44,60 122,09 161,33 163,86 133,47 26,92 Lampiran 5 Data berat kering umbi

Perlakuan Ulangan

Berat kering umbi terukur pada minggu ke- setelah tanam (g.m-2)

4 5 6 7 8 9 10 11 J1V1 1 - 7,0 72,7 237,4 532,4 854,7 4922,6 6762,8 2 - 11,9 121,7 217,5 608,7 1026,7 6655,9 6806,1 3 - 7,3 139,0 244,1 574,2 1231,7 6313,6 7765,1 J2V1 1 - 3,4 72,2 153,1 445,8 634,4 2633,4 3457,0 2 - 4,1 69,5 160,9 598,8 829,5 2209,7 3980,7 3 - 3,7 76,2 147,3 584,3 891,1 2506,3 7734,9 J1V2 1 - 138,5 272,7 641,2 945,1 1257,2 4571,4 9700,9 2 - 166,3 399,2 364,4 1222,5 1244,6 5000,2 5709,4 3 - 262,5 611,4 831,0 1386,4 1584,1 6211,2 11055,4 J2V2 1 - 138,4 259,6 297,4 760,0 1084,2 3731,9 4208,2 2 - 187,3 194,3 220,3 945,1 1193,2 4055,5 5110,1 3 - 219,4 892,0 912,3 1247,3 1315,0 3461,3 4580,7 Keterangan: - (Contoh tanaman belum memiliki umbi)

Lampiran 6 Nilai LAI tiap perlakuan

Perlakuan Ulangan Nilai LAI terukur pada minggu ke- setelah tanam

2 3 4 5 6 7 8 9 10 J1V1 1 0,4 0,5 0,6 0,7 1,3 1,9 2,4 2,8 3,2 2 0,4 0,5 0,6 0,7 2,0 2,3 3,3 4,9 2,7 3 0,4 0,5 0,6 0,7 1,7 1,8 2,6 4,3 2,5 J2V1 1 0,2 0,3 0,3 0,3 1,0 1,5 2,0 2,6 1,1 2 0,2 0,2 0,3 0,3 1,1 1,5 1,9 2,2 1,5 3 0,2 0,3 0,3 0,3 1,0 1,0 2,0 2,1 2,1 J1V2 1 0,5 0,5 0,6 0,7 1,7 2,3 3,3 3,9 3,4 2 0,6 0,6 0,7 0,7 1,9 2,9 3,9 3,2 3,8 3 0,1 0,3 0,6 1,0 3,3 4,4 3,5 3,9 4,4 J2V2 1 0,1 0,1 0,4 0,3 0,9 1,8 2,7 2,8 3,6 2 0,3 0,3 0,4 0,4 1,1 1,6 2,5 2,5 3,1 3 0,3 0,3 0,3 0,4 0,9 2,4 3,2 3,3 2,7

Lampiran 7 Grafik Hubungan LAI dengan porsi radiasi surya yang ditransmisikan di bawah tajuk tanaman

Lampiran 8 Radiasi surya yang terintersepsi oleh tajuk tanaman Perlakuan Minggu

Ke-

Qint Qint Kum AGB W Total ∆ AGB ∆ W Total (MJ.m-2) (MJ.m-2) (g.m-2) (g.m-2) (g) (g) J1V1.1 4 39,1 154,4 41,5 41,5 23,9 41,5 5 44,1 193,5 65,4 72,3 61,8 72,3 6 44,2 237,6 127,2 199,9 32,4 298,9 7 28,5 281,8 159,5 397,0 58,0 555,7 8 40,6 310,3 217,5 750,0 25,6 547,8 9 54,4 350,9 243,1 1097,8 110,0 4062,1 10 42,8 405,4 237,2 5159,8 -195,6 889,5 J1V1.2 4 51,8 128,1 41,5 41,5 20,1 41,5 5 60,0 179,8 61,6 73,5 135,8 73,5 6 46,0 239,8 197,4 319,1 29,4 125,2 7 29,1 285,8 226,8 444,3 61,2 552,4 8 42,0 314,9 288,1 896,7 115,5 633,5 9 58,4 356,9 403,6 1430,3 120,0 260,2 10 45,3 415,3 234,5 1690,4 -207,9 -1663,8 J1V1.3 4 39,1 115,4 26,6 26,6 32,8 40,0 5 44,2 154,5 59,3 66,6 61,7 293,4 6 45,2 198,6 121,0 260,0 60,8 166,0 7 28,4 243,8 181,8 425,9 61,5 491,6 8 41,0 272,2 243,3 817,5 124,8 667,9 9 57,3 313,1 368,1 1059,8 -138,5 850,0 10 41,7 370,4 229,6 1413,2 -205,7 869,8 J2V1.1 4 27,2 80,5 23,9 23,9 8,2 23,9 5 30,6 107,8 32,2 35,6 48,5 217,3 6 30,9 138,3 80,7 152,9 32,8 298,6 7 19,8 169,2 113,5 266,6 37,5 430,2

8 28,2 189,0 151,0 596,8 48,1 236,7 9 38,3 217,2 199,1 833,5 -90,6 510,5 10 27,5 255,5 108,5 1141,9 80,0 -1120,6 J2V1.2 4 27,1 80,1 21,3 21,3 5,8 9,8 5 30,5 107,3 27,1 31,1 76,0 241,4 6 31,1 137,8 103,1 172,6 26,2 117,6 7 19,8 168,9 129,2 290,1 22,5 460,4 8 28,1 188,7 151,7 750,6 19,5 487,9 9 37,7 216,8 171,3 1000,7 -43,0 1337,2 10 28,1 254,5 128,2 2337,9 -106,1 -2315,8 J2V1.3 4 27,2 80,5 22,1 22,1 6,4 10,2 5 30,5 107,6 28,5 32,2 58,5 231,0 6 30,8 138,1 87,0 163,3 20,8 91,9 7 19,3 169,0 107,9 255,1 47,8 397,7 8 28,2 188,2 155,6 740,0 20,6 427,4 9 37,4 216,4 176,3 1067,4 16,9 1632,1 10 35,5 253,9 193,1 2699,4 -140,0 -2646,4 J1V2.1 4 39,6 117,5 53,1 53,1 19,2 157,8 5 44,4 157,1 72,3 210,8 98,4 232,6 6 42,8 201,5 170,7 443,4 39,7 408,2 7 26,7 244,4 210,4 851,6 76,2 380,0 8 37,1 271,1 286,6 1231,6 36,7 348,8 9 48,8 308,2 323,2 1580,4 -1,1 3313,1 10 37,9 357,0 322,1 4893,5 -261,8 -4833,2 J1V2.2 4 40,2 119,1 60,3 60,3 15,6 181,9 5 45,0 159,2 75,9 242,2 61,8 329,1 6 43,4 204,3 172,2 571,3 61,8 27,0 7 27,1 247,7 233,9 598,4 86,6 944,6 8 37,6 274,7 320,5 1543,0 124,0 -12,4 9 49,5 312,3 286,0 1530,6 124,9 3880,6 10 38,4 361,8 410,9 5411,2 199,9 1110,9 J1V2.3 4 37,9 112,3 56,2 56,2 30,9 293,4 5 42,5 150,1 87,0 349,5 195,2 544,0 6 40,9 192,6 282,2 893,5 40,3 195,8 7 25,5 233,5 258,3 1089,3 17,8 595,6 8 35,4 259,0 298,6 1685,0 132,3 689,0 9 46,7 294,5 316,4 2100,5 131,0 895,8 10 36,2 341,1 447,4 6658,6 4,6 -6623,3 J2V2.1 4 23,6 78,6 35,3 35,3 4,6 143,0 5 24,8 102,2 39,9 178,2 41,7 162,9 6 34,8 127,1 81,6 341,2 65,2 103,0 7 16,2 161,8 146,8 444,2 81,1 543,7 8 28,6 178,0 227,9 987,9 36,5 335,0 9 32,0 206,6 238,8 1322,9 187,3 800,3

10 29,3 238,6 275,3 4007,2 6,8 -3975,5 J2V2.2 4 28,6 84,8 31,7 31,7 6,8 194,2 5 32,1 113,4 38,5 225,8 69,7 76,7 6 30,9 145,5 108,2 302,5 80,4 43,1 7 19,3 176,5 125,3 345,6 80,4 805,1 8 26,8 195,7 205,7 1150,7 8,1 256,2 9 35,3 222,5 213,8 1406,9 63,5 2925,9 10 27,4 257,8 277,3 4332,8 -246,8 -4302,4 J2V2.3 4 28,7 84,9 30,5 30,5 11,7 231,1 5 32,1 113,6 42,1 261,6 45,8 718,3 6 31,0 145,7 87,9 979,9 118,8 139,1 7 19,3 176,7 206,7 1119,0 67,4 402,5 8 26,8 196,0 274,1 1521,4 8,5 76,1 9 35,3 222,8 282,6 1597,5 -68,8 735,7 10 27,4 258,1 213,7 3675,1 -213,7 897,9

Lampiran 9 Kondisi kentang di lahan penelitian

(a) Kentang umur 10 hari setelah tanam

(b) Kentang umur 20 hari setelah tanam varietas Atlantik

Lampiran 9...(Lanjutan).

(d) Kentang varietas Granola umur 36 hari setelah tanam

(e) Kentang umur 38 hari setelah tanam varietas Atlantik

Dokumen terkait