• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Andre, Fian. 2013. Motor Listri tanggal 27 Februari 2015]

Agung, 2011. Rancng Bangun Prototipe Alat Ukur Ketinggian.

Arifin, Ahmad. 2009. “Sejarah, Perkembangan, Bentuk dan Kegunaan Benda Tajam”, Jurnal Teknologi untuk Bahan-Bahan

Atmojo, Suntoro Wongso. 2007. Budidaya Kedelai

. Volume 13 Nomor 4 hal 51.

Amanto, H dan Haryanto., 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, Jakarta.

pada tanggal 27 Februari 2015]

Daryanto, 1984. Dasar-Dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta.

Farizza. 2009. Sejarah Pisa [diakses pada tanggal 14 januari 2014]

Giatman, M., 2006. Ekonomi Teknik. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Halim, A., 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis : Kajian Dari Aspek Keuangan. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Hamdani, Dadan. 2010. Sejarah Pisa Februari 2015]

Idrial. 1987. Peralatan Pengolahan Hasil Pertanian. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ima, 2003. Filtrasi

Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya. Mabie, H. H and F. W. Ocvirk., 1967. Mechanics and Dynamic of Machinery.

Jhon Wiley & Sons, Inc., New York.

Margono, dkk., 2000.Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.

Mangunwidjaja, D dan Sailah, I., 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta.

Muchtaridi, 2008. Pembuatan Susu Kedelai. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, Bandung.

Napitupulu, Robert dkk. 2010. “Rancang Bangun Mesin Pencacah Sampah Plastik”, Jurnal Manutech.

Smith, H. P. dan Lambert, H. W., 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gajah Mada University Press, Yoyakarta.

Soeharno, 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.

Soenarta, N dan S. Furuhama., 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paramita, Jakarta.

Sugijono, 2013. Penetapan Frekuensi Penggunaan Pisau Potong Menggunakan PLC Schneider Twido TWD20DTK.Jurnal Orbith. Vol. 9 No. 1 Maret 2013: hal 1.

Sularso dan K. Suga., 2002. Dasar perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Sumanto, M. A., 1994. Pengetahuan Bahan untuk Mesin dan Listrik. Penerbit AndiOffset, Yogyakarta.

Volume 13 Nomor 3 hal 4.

Roforsyam dan W. D. Putro. Model Matematis Kapasitas Belah Biji Kedelai Pada Mesin Pembelah Sistem Gesek Putar. Politeknik Negeri Semarang, Semarang. Hal 1.

Rukmana, R. dan Y. Yuniarsih, 1996. Kedelai Budidaya dan Pascapanen. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Tusi, Ahmad. 2014. Mekanisasi Pertania tanggal 27 Februari 2015]

Waldiyono., 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar,Yogyakarta.

Dimatikan Alat

Dihitung Berat Sari Kedelai

Dihitung Kapasitas Alat Diambil Hasil Sari

Kedelai

Membandingkan Sari Kedelai yang Dihasilkan Dihitung Waktu yang

Digunakan

Dimasukkan Bahan Kedalam Alat Dihidupkan Alat Pembuat Sari Kedelai

Menyiapkan 2 jenis Mata Pisau yang Akan

Digunakan Menimbang Biji Kedelai

Mulai

Kondisi Lampiran 2. Flowchart perencanaan penelitian

Selesai Menarik Kesimpulan

a

Lampiran 3. Spesifikasi alat 1. Dimensi Panjang = 33,5 cm Lebar = 40 cm Tinggi = 110 cm 2. Bahan

Mata pisau = Stainless steel

Rangka = Besi

Tabung screw = Stainless steel Hopper = Stainless steel

Tabung = Stainless steel

3. Spesifikasi mata pisau

Diameter = 5,4 cm Panjang total = 22 cm Panjang bilah = 4 cm Lebar bilah = 1 cm Tebal bilah = 0,2 cm Berat pisau = 20 gram

Bahan = Stainless steel dilas dengan las argon 4. Motor Listrik

Tenaga = 1 HP Daya listrik = 750 watt Voltase = 220 V

Lampiran 4. Analisis ekonomi

1. Unsur produksi

1. Biaya pembuatan alat (P) = Rp 500.000 2. Umur ekonomi (n) = 5 tahun 3. Nilai akhir alat (S) = Rp 50.000 4. Jam kerja = 8 jam/hari 5. Produksi/hari = 49,12 kg/hari 6. Biaya operator = Rp. 40.000/hari 7. Biaya listrik = Rp 1.149/jam 8. Biaya perbaikan = Rp 22,9/jam

9. Jam kerja alat per tahun = 2400 jam/tahun ( asumsi 300 hari efektif berdasarkan tahun 2015) 2. Perhitungan biaya produksi

a. Biaya tetap (BT)

1. Biaya penyusutan (D)

Dt = (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, n-1)

Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund

Akhir Tahun Ke (P-S) (Rp) (A/F, 8%, n) (F/P, 8%, n-1) Dt

0 - - - - 1 450.000 1 1 450.000 2 450.000 0,4808 1,08 233.669 3 450.000 0,3080 1,166 161.608 4 450.000 0,2219 1,260 125.817 5 450.000 0,1705 1,36 104.346

Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun

Tahun D (Rp) Biaya tetap (Rp)/tahun

1 450.000 450.000

2 233.669 233.669

3 161.608 161.608

4 125.817 125.817

5 104.346 104.346

b. Biaya tidak tetap (BTT)

1. Biaya perbaikan alat (reparasi)

Biaya reparasi =

=

= Rp 2,25/jam 2. Biaya listrik

Motor listrik 1 HP = 0,750 kW

Biaya listrik = 0,750 kW x Rp. 1.532/kWH = Rp. 1.149/jam 3. Biaya operator

Biaya operator = Rp. 5.000 / jam 4. Biaya air bersih

Kapasitas alat = 6,18 kg/jam Air yang digunakan per ulangan 1 kg = 1,5 L

1 galon (19 L) = Rp 5.000 = Rp 263,15/L Maka = Rp 263,15 x 1,5 L x 6,18 = Rp 2439,4/jam

Total Biaya Tidak Tetap (BTT) = Rp 10.590,65 /jam

c. Biaya pembuatan sari kedelai Biaya pokok = + BTT]C

Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun Tahun BT (Rp/tahun) x (jam/tahun) BTT (Rp/jam) C (jam/kg) BP (Rp/kg) 1 450.000 2.400 10.590,65 0,162 1.903,18 2 233.669 2.400 10.590,65 0,162 1.813,04 3 161.608 2.400 10.590,65 0,162 1.783,02 4 125.817 2.400 10.590,65 0,162 1.724,18 5 104.346 2.400 10.590,65 0,162 1.722,72

Lampiran 5. Break even point

Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.

Biaya tidak tetap (V) = Rp 10.590,65 (1 jam = 6,14 kg)

= Rp. 1.724,87/kg

Diasumsikan setiap proses pembuatan sari didapatkan sari sebesar 1,5 L. Harga sari kedelai per liter Rp 7.500,00.

Penerimaan setiap produksi (R) = harga sari kedelai – harga kedelai

= Rp. 15.000 – Rp. 10.000/kg

= Rp. 5.000/kg

Alat akan mencapai break even point jika alat telah membuat sari kedelai sebanyak :

N =

=

Lampiran 6. Net present value

Nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus: CIF-COF ≥ 0

Investasi = Rp. 500.000 Nilai akhir = Rp. 50.000 Suku bunga bank = Rp 8 % Suku bunga coba-coba = Rp 10 % Umur alat = 5 tahun

Pendapatan = penerimaan x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun dengan asumsi alat bekerja pada kapasitas penuh = Rp. 74.160.000/tahun

Pembiayaan = biaya pokok x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun

Tabel perhitungan pembiayaan tiap tahun Tahun BP (Rp/kg) Kap. Alat

(kg/jam) Jam kerja (jam/tahun) Pembiayaan (Rp/tahun) 1 1.903,18 6,18 2400 28.227.964,76 2 1.813,04 6,18 2400 26.891.009,28 3 1.783,02 6,18 2400 26.445.752,64 4 1.724,18 6,18 2400 25.573.037,76 5 1.722,72 6,18 2400 25.551.383,04 Cash in Flow 8 %

1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 8%,5) = Rp. 74.160.000 x 3,993 = Rp. 296.120.880

2. Nilai akhir = Nilai akhir x (P/F, 8%,5) = Rp 50.000 x 0,6806 = Rp. 34.030

Cash out Flow 8%

1. Investasi = Rp. 500.000

2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/F, 8%,n) Tabel perhitungan pembiayaan

Tahun (n) Biaya (P/F, 8%, n) Pembiayaan (Rp/tahun) 1 28.227.964,76 0,9259 26.136.273,50 2 26.891.009,28 0,8573 23.053.662,26 3 26.445.752,64 0,7938 20.992.638,45 4 25.573.037,76 0,7350 18.796.182,75 5 25.551.383,04 0,6806 17.390.271,30 Total 106.369.028,3 Jumlah COF = Rp. 500.000 + Rp. 106.369.028,3 = Rp

.

106.869.028,3 NPV 8% = CIF – COF = Rp. 296.154.910 – Rp. 106.869.028,3 = Rp. 189.285.881,7

Jadi besarnya NPV 8% adalah Rp. 189.285.7881,7 > 0 maka usaha ini layak untuk dijalankan.

Lampiran 7. Internal rate of return

Dengan menggunakan metode IRR akan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % perode waktu. Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi.

Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, pada

discount rate dimana diperolah B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Harga IRR dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

IRR = i1 + (i1 – i2)

Suku bunga bank paling atraktif (i1) = 8% Suku bunga coba-coba ( > dari i1) (i2) = 10%

Cash in Flow 8%

1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 10%,5) = Rp. 74.160.000 x 3,791

= Rp. 281.140.560

2. Nilai akhir = Nilai akhir x (P/F, 10%,5) = Rp. 50.000 x 0,6209 = Rp. 31.045

Jumlah CIF = Rp. 281.140.560 + Rp. 31.045 = Rp. 281.171.605

Cash out Flow 10%

1. Investasi = Rp. 500.000

2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 10%,5)

Tabel perhitungan pembiayaan

Tahun (n) Biaya (P/F, 10%, n) Pembiayaan (Rp/tahun) 1 28.227.964,76 0,9091 25.662.043,67 2 26.891.009,28 0,8264 22.222.730,07 3 26.445.752,64 0,7513 19.868.693,96 4 25.573.037,76 0,6830 17.466.384,79 5 25.551.383,04 0,6209 15.864.853,73 Total Jumlah COF = Rp. 500.000 + Rp. 101.084.706,2 = Rp. 101.584.706,2 NPV 10 % = 281.171.605 – 101.584.706,2 = Rp. 179.586.898,8

Karena nilai X dan Y adalah positif maka digunakan rumus: IRR = i1 + (i1 – i2)

= 8% + x (10% - 8%) = 8% + (19,5x 2%)

Lampiran 8. Gambar teknik mata pisau

NAMA : MHD FADIL

Lampiran 9.Gambarteknik alat pembuat sari pada kacang kedelai

NAMA : MHD FADIL

Lampiran 10.GambarPenelitian

Kacang kedelai yang sudah direndam

Proses pengepresan

Ampas Hasil Press

Lampiran 11. Gambar alat pembuat sari pada kacang kedelai

Tampak depan

Dokumen terkait