• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anonim. 2005. Anda Bertanya, Pakar dan Praktisi Menjawab : Anggrek, Bunga dengan Aneka Pesona Bentuk dan Warna. Jakarta : Agromedia Pustaka. Anwar N. 2007. Pengaruh Media Multiplikasi terhadap Pembentukan Akar pada

Tunas In Vitro Nenas (Ananas comosos (L.) Merr.) cv. Smooth Cayenne di Media Perakaran [skripsi]. Bogor : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Argent G, Saridan A, Campbell EJF, Wilkie P, Fairweather G, Hadiah JT, Middleton DJ, Pendry C, Pinard M, Warwick M, Yulita KS. 1998. Manual of The Larger and More Important Non Dipterocarp Trees of Central Kalimantan, Indonesia. Volume ke-1. Samarinda : Forest Research Institute. Armini NM, Wattimena GA, Gunawan LW. 1991. Perbanyakan Tanaman. Di dalam : Bioteknologi Tanaman. Bogor : Pusat Antar Universitas (PAU) Institut Pertanian Bogor.

Asnawati, Wattimena GA, Machmud M, Purwito A. 2002. Studi Regenerasi dan Produksi Protoplas Mesofil Daun Beberapa Klon Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.). Buletin Agronomi 30 (3) : 87-91.

Boer E dan Lemmens RHMJ. 1998. Combretocarpus Hook. f. Di dalam : Plant Resources of South-East Asia No 5(3). Timber Trees: Lesser-known Timbers. Bogor : Prosea Foundation.

Conger BV. 1981. Cloning Agricultural Plants via In Vitro Technique. Florida : CRC Press Inc.

Darmono DW. 2003. Menghasilkan Anggrek Silangan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Devilana, MR. 2005. Pengaruh Sitokinin (TDZ) dan Auksin (IAA dan NAA) terhadap Multiplikasi Nenas (Ananas comosos (L.) Merr.) cv. Queen dalam Perbanyakan Kultur Jaringan [skripsi]. Bogor : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Gunawan I. 2007. Perlakuan Sterilisasi Eksplan Anggrek Kuping Gajah (Bulbophyllum beccarii Rehb.f) dalam Kultur In Vitro [skripsi]. Bogor : Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Gunawan LW. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Bogor : Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Pusat Antar Universitas (PAU) Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

_____________. 1995. Teknik Kultur Jaringan In Vitro dalam Hortikultura. Jakarta : Penebar Swadaya.

Hartman HT, Kester DE, Davis-Jr FT. 1990. Plant Propagation : Principles and Practices. New Jersey : Prentice-Hall International, Inc.

Hendaryono DPS, Wijayani A. 1994. Teknik Kultur Jaringan : Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif-Modern. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jakarta : Badan Litbang Kehutanan.

Hobir, Sukmadjaja D, Mariska I. 1992. Aplikasi Kultur Jaringan dalam Produksi Bibit pada Beberapa Tanaman Industri. Di dalam : Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Penelitian Aplikasi Bioteknologi Kultur Jaringan pada Tanaman Industri; Bogor, 29 Februari 1992. Bogor : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian-Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.

Huetteman CA, Preece JE. 1993. Thiadizuron : A Potent Cytokinin for Woody Plant Tissue Culture.Plant Cell, Tissue and Organ Culture 33 : 105-109. Isnaeni N. 2008. Pengaruh TDZ terhadap Inisiasi dan Multiplikasi Kultur In Vitro

Pisang Raja Bulu (Musa paradisiacal. AAB. Group) [skripsi]. Bogor : Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Istomo. 2002. Kandungan Fosfor dan Kalsium serta Penyebarannya pada Tanah dan Tumbuhan Rawa Gambut, Studi Kasus di Wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Bagan, Kabupaten Rokan Hilir, Riau [Disertasi]. Bogor : Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Istomo, Hardjanto, Rahaju S, Permana E, Suryawan SI, Hidayat A, Waluyo. 2007. Kajian Perolehan Karbon sebagai Dampak Intervensi pada Lokasi Kegiatan Proyek CCFPI Di Eks-PLG Blok A Mentangai, Kalimantan Tengah dan Sekitar TN. Berbak, Jambi. Bogor : Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan IPB – Wetlands International Indonesia Programme.

Jayusman, Setiawan A. 2006. Inisiasi Tunas Ramin melalui Kultur Jaringan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 3 (1) : 53-62.

Murdiyarso D, Rosalina U, Hairiah K, Muslihat L, Suryadiputra INN dan Jaya A. 2004. Petunjuk Lapangan: Pendugaan Cadangan Karbon pada Lahan Gambut. Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia. Bogor : Wetlands International–Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada.

Parera DF. 1997. Pengaruh Tingkat Konsentrasi Air Kelapa terhadap Pertumbuhan dan Perbanyakan Tanaman Anggrek Dendrobium spp. melalui Teknik Kultur Jaringan. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Universitas Pattimura 2 : 57-64.

Purba HI. 2009. Pengaruh Jenis Media dan Konsentrasi Picloram terhadap Induksi Embrio Somatik Manggis (Garcinia mangostana L.) [skripsi]. Bogor : Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Saito H, Shibuya M, Tuah SJ, Turjaman M, Takahashi K, Jamal Y, Segah H, Putir PE, Limin SH. 2005. Initial Screening of Fast-Growing Tree Spesies being Tolerant of Dry Tropical Peatlands in Central Kalimantan, Indonesia. Journal of Forestry Research 2 (2) : 1-10.

Sandra E. 2003. Kultur Jaringan Anggrek Skala Rumah Tangga. Jakarta : AgroMedia Pustaka.

Santoso U, Nursandi F. 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Semangun H. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta : UGM Press.

Soepadmo E, Mohamed AL, Kiew R, Lee HS, Wong KM. 1995. Tree Flora of Sabah and Sarawak. Volume ke-1. Malaysia : Forest Research Institute Malaysia.

Sukmadjaja D, Mariska I. 2003. Perbanyakan Bibit Jati melalui Kultur Jaringan. Bogor : Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.

Suminar E, Sobardini D, Murgayanti. 2007. Multiplikasi In Vitro Jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis var. chrysocarpha) untuk Perbanyakan Bibit Bebas Penyakit secara Massal. Laporan Penelitian Peneliti Muda (LITMUD) UNPAD. Bandung : Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran.

Suryowinoto M. 1991. Pemuliaan Tanaman secara In Vitro. Yogyakarta : Kanisius.

Wahyunto, Ritung S, Suparto, Subagyo H. 2005. Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon di Sumatera dan Kalimantan. Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia. Bogor : Wetlands International Indonesia Programme-Wildlife Habitat Canada.

Wiart C. 2006. Medicinal Plant of Asia and the Pasific. http://www.drugs well.com/winow/+winowPlants%20of%20Asia%20and%22Pacific/2757842 9-Medicinal-Plants-of-Asia-and-thePacific.htm#LinkTarget_157390m [9 September 2011].

Wibisono ITC, Siboro L, Suryadiputra INN. 2005. Panduan Rehabilitasi dan Teknik Silvikultur di Lahan Gambut. Proyek Climate Change, Forest and Peatland in Indonesia. Bogor : Wetlands International Indonesia Programme-Wildlife Habitat Canada.

Widaningrum WE. 2000. Teknik Sterilisasi dalam Kultur Jaringan Eksplan Tunas Aksilar Bambu Tali (Gigantochloa apus Kurz) [skripsi]. Bogor : Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Witjaksono, Hoesen DSH. 2003. Pertumbuhan Eksplan Tunas Pucuk dan Buku Tunas Asal Kecambah Ulin secara In Vitro. Laporan Teknik Proyek Pengkajian dan Pemanfaatan Sumberdaya Hayati. Bogor : Pusat Penelitian Biologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

______________________. 2005. Pertumbuhan Kultur Jaringan Tumbuhan Ulin (Eusideroxylon swagery) dan Ramin (Gonystylus bancanus). Laporan Teknik Teknologi Perbanyakan Tumbuhan Kayu Endemik. Bogor : Pusat Penelitian Biologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman : Solusi Perbanyakan Tanaman Budi Daya. Jakarta : Bumi Aksara.

KONSERVASI IN VITRO

JENIS TUMBUHAN GAMBUT

TUMIH (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser)

VIANTI

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

RINGKASAN

VIANTI. Konservasi In Vitro Jenis Tumbuhan Gambut Tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser). Di bawah bimbingan EDHI SANDRA dan ISTOMO.

Tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser) merupakan salah satu jenis lokal yang direkomendasikan dalam kegiatan rehabilitasi lahan gambut yang terganggu. Jenis ini dapat diklasifikasikan jenis yang cepat tumbuh dan toleran terhadap kondisi kering dan terbuka sehingga cocok untuk mengawali penanaman dalam usaha rehabilitasi hutan rawa gambut. Salah satu upaya memperbanyak jenis ini untuk pelestarian plasma nutfah yaitu melalui teknik kultur jaringan. Pengembangan kultur jaringan tanaman berkayu masih menemui banyak kesulitan karena sterilisasi eksplan yang sulit, kecepatan multiplikasi sangat rendah dan keluarnya senyawa fenolik sehingga eksplan menjadi berwarna cokelat. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan dalam teknik penyiapan dan sterilisasi eksplan tumih. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi keberhasilan dari teknik penyiapan eksplan dan sterilisasi eksplan tumih dilihat dari peluang hidup, tingkat kontaminasi dan tingkat pencokelatan (browning).

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011 hingga Agustus 2011 di Laboratorium Bioteknologi Lingkungan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), IPB. Bahan tanaman yang digunakan adalah pucuk tumih yang disterilisasi dengan menggunakan deterjen, HgCl2, Clorox dan dibilas dengan air

steril. Eksplan diinisiasi pada media MS dengan penambahan BAP yaitu 0 ml/l; 0,5 ml/l; 1 ml/l dan 1,5 ml/l serta TDZ yaitu 0 ml/l; 0,05 ml/l; 0,1 ml/l dan 0,5 ml/l. Penelitian ini menggunakan 16 perlakuan dan setiap perlakuan terdiri dari 7 ulangan, sehingga secara keseluruhan terdapat 112 satuan percobaan.

Berdasarkan hasil pengamatan, eksplan tumih yang masih bertahan hidup selama 4 minggu berjumlah 25 eksplan dengan ciri-ciri daun dan batang yang masih berwarna hijau, sedangkan 21 eksplan mengalami pencokelatan dengan ciri-ciri eksplan berwarna cokelat, dan 66 eksplan mengalami kontaminasi akibat serangan jamur dan bakteri. Persentase rata-rata peluang hidup pada eksplan tumih mencapai 22,32%, kontaminasi oleh jamur sebesar 57,14% dan oleh bakteri sebesar 1,79% serta persentase rata-rata pencokelatan pada eksplan yaitu sebesar 18,75%. Penelitian pendahuluan yang telah dilakukan dikategorikan berhasil dengan masih bertahannya daun dan batang yang berwarna hijau sebanyak 25 eksplan. Sementara itu, untuk mengurangi kontaminan yang terdapat pada bibit yang digunakan, dilakukan karantina yang lebih intensif dalam rumah kaca yaitu dengan memberikan fungisida dan bakterisida. Hal ini dapat mengurangi tingkat kontaminasi jamur dan bakteri yang terbawa oleh eksplan.

Kata kunci : Combretocarpus rotundatus, rehabilitasi, konservasi in vitro, sterilisasi

SUMMARY

VIANTI. In Vitro Conservation of Peatland Species Tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser). Under supervision of EDHI SANDRA and ISTOMO.

Tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser) is one of local species which is recommended for rehabilitation of disturbed peatland area. This species is classified as fast growing species and tolerant to dry and open area, thus suitable for pioneer plant of rehabilitation efforts in peat swamp forest. One of its multiplication efforts for germplasm conservation is tissue culture. Development of woody plant’s tissue culture is facing difficulties such as in explants sterilization phase, its low rate of multiplication and its phenolic compound which cause explants browning. This research was a preliminary research of explants preparation and sterilization techniques of tumih. The objective of this research was to identify the success of explants preparation and sterilization of tumih, observed from its survival rate, contamination level and browning level.

This research was carried out at March to August 2011 at Environmental Biotechnology Laboratory of Environmental Research Centre of IPB. The tip of tumih were used as explants material. Sterilization included the use of detergent, HgCl2, Clorox, and sterilized water. Those explants were then initiated in MS

media added with BAP with concentration of 0 ml/l; 0,5 ml/l; 1 ml/l and 1,5 ml/l, and TDZ with concentration of 0 ml/l; 0,05 ml/l; 0,1 ml/l and 0,5 ml/l. This research used 16 treatments with 7 repetition of each treatment, thus there are 112 experiment units.

Result showed that there were 25 explants which survived, characterized by green colour on its leaves and stems. Browning, characterized by brown colour of explants, occured on 21 explants, while fungal and bacterial contamination occured on 66 explants. The average percentage of survival explants was 22,32%, contaminated by fungi was 57,14%, contaminated by bacteria was 1,79%, and browning was 18,75%. This preliminary research were categorized into success which was indicated by green colour on the leaves and stems of its 25 survival explants. In order to decrease contaminant contained in plants source, a more intensive quarantine measure was needed. Fungicide and bactericide sprayed on to source of explants could reduce the rate of fungal and bacterial contamination carried by the explants.

Keywords : Combretocarpus rotundatus, rehabilitation, in vitro conservation, sterilization

KONSERVASI IN VITRO

JENIS TUMBUHAN GAMBUT

TUMIH (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser)

VIANTI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Konservasi In Vitro

Jenis Tumbuhan Gambut Tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser)

adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November 2011

Vianti E34070091

Dokumen terkait