• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agustina C. 2002. Keamanan mikrobiologis makanan jajanan dari tiga kantin sekolah di Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Anonim. 2010. Bakso daging [Internet]. [diunduh 2014 Sep 30]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/27073/Tekno%20Pan gan_Bakso%20daging.pdf?sequence=1.

[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Analisis risiko dalam sistem keamanan pangan. Keamanan Pangan. 4(8):1-2. [BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Surat Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.52.4040 tentang Kategori Pangan. Jakarta (ID): BPOM RI.

[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2008. Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) serta upaya penanggulangannya. InfoPOM. 9(6):4-7.

[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2009. Sistem keamanan pangan terpadu pangan jajanan anak sekolah. Food Watch. 1:1-4. [BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2009.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No 00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Jakarta (ID): BPOM RI.

[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2011. Peduli pangan jajanan anak sekolah. InfoPOM: 12(1):1-4

[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2011. Rhodamin B [Internet]. [diunduh 2014 Okt 13]. Tersedia pada: http://ik.pom.go.id/v2012/katalog/Rodamin%20B.pdf.

[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga. Jakarta (ID): BPOM RI.

[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta (ID): BPOM RI.

[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Masyarakat merupakan bagian penting dalam pengawasan pangan. WartaPOM. 15:5.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Nomor 01-2987-1992. Tentang Mi Basah. Jakarta: BSN.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1995. Standar Nasional Indonesia Nomor 01-3829-1995. Tentang Es Batu. Jakarta: BSN.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia Nomor 01-3553-2006. Tentang Air Minum dalam Kemasan. Jakarta: BSN.

Cahyadi W. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Cerveny J, Meyer JD, Hall PA. 2009. Food Microbiology and Food Safety Compendium of the Microbiological Spoilage of Food and Beverages. Sperber WH, Doyle MP, editor. Griffin (US): Springer.

27 Cook FK dan Johnson BL. 2009. Food Microbiology and Food Safety Compendium of the Microbiological Spoilage of Food and Beverages. Sperber WH, Doyle MP, editor. Griffin (US): Springer.

Csuros M dan Csuros C. 1999. Microbiological Examination of Water and Wastewater. Boca Raton (US): CRC Press.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2006. Food Safety Risk Analysis: A Guide for National Food Safety Authorities. Roma (IT): FAO.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2009. Ensuring quality and safety of street foods [Internet]. [diunduh 2014 Nov 4]. Tersedia pada: ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/011/ak003e/ak003e09.pdf.

[FAO] Food and Agricultural Organization. 2009. Food Hygiene. Roma (IT): FAO. Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Fardiaz S dan Jenie BSL. 1989. Mikrobiologi Pangan II. Bogor (ID): Pusat Antar

Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.

Fierliyanti AS. 2006. Evaluasi bakteri indikator sanitasi di sepanjang rantai distribusi es batu di Bogor. J. Il. Pert. Indon. 11(2): 28-36.

Gracecia D. 2005. Profil mi basah yang diperdagangkan di Bogor dan Jakarta [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Juliana AM. 2005. Identifikasi boraks pada bakso sapi bermerek yang dijual di pasar swalayan Kota Semarang [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Kementerian Kesehatan RI. 1985. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 239/Men.Kes/Per/V/85 tentang Zat Warna Tertentu yang Dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya. Jakarta (ID): Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Keamanan Pangan di Sekolah Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS). Jejaring Informasi Pangan dan Gizi. 27(2):4.

Legnani P, Leoni E, Berveglieri M, Mirolo G, Alvaro N. 2004. Hygienic control of mass catering establishments, microbiological monitoring of food and equipment. Food Control. 15: 205-211.

Lues JF, Rasephel MR, Venter P, dan Theron MM. 2006. Assessing food safety and associated food handling practices in street food vending. Int. J. Environ Health. 16(5): 319-328.

Muhandri T dan Kadarisman D. 2012. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. Bogor (ID): IPB Press.

[NPIC] National Pesticide Information Center. 2012. Boric acid technical fact sheet [Internet]. [diunduh 2014 Nov 24]. Tersedia pada: http://npic.orst.edu/ factsheets/borictech.pdf.

Nughrahani MD. 2005. Perubahan karakteristik dan kualitas protein pada mi basah matang yang mengandung formaldehid dan boraks [skripsi] Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Panjaitan L. 2010. Pemeriksaan dan penetapan kadar boraks dalam bakso di Kotamadya Medan [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Priyatna N. 2005. Profil mi basah yang diperdagangkan di Tangerang dan Bekasi

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Saparinto C dan Hidayati D. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

28

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.

Sudjana. 1985. Disain dan Analisis Eksperimen. Bandung (ID): Tarsito. Undang-Undang Republik Indonesia No 18 Tahun 2012 tentang Pangan .

Wijaya R. 2009. Penerapan peraturan dan praktek keamanan pangan jajanan anak sekolah di sekolah dasar Kota dan Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

29

30

Lampiran 1 Perhitungan analisis ragam

Tabel 1.1 Hasil analisis ragam jenis PJAS dengan provinsi lokasi pengambilan sampel Sumber Variasi dk JK RJK F Rata-rata 1 1351984.58 1351984.58 Perlakuan Provinsi 30 122210.73 4073.69 5.813** Jenis PJAS 6 271868.78 45311.46 64.662** Provinsi*PJAS 180 179220.71 995.67 1.421** Kekeliruan 859 601935.56 700.74 Jumlah 1076 2527220.35

 Pada kelompok provinsi, rata-rata TMS berbeda nyata antar kelompok karena nilai F hitung (5.813) > F tabel (1.717) pada taraf nyata 0.01.

 Pada kelompok PJAS, rata-rata TMS berbeda nyata antar kelompok karena nilai F hitung (64.662) > F tabel (2.827) pada taraf nyata 0.01.

 Rata-rata TMS sangat berbeda nyata antar provinsi dan PJAS karena nilai F hitung (1.421) > F tabel (1.309) pada taraf nyata 0.01.

Tabel 1.2 Hasil analisis ragam jenis PJAS dengan parameter keamanan PJAS

Sumber Variasi dk JK RJK F Rata-rata 1 16971.47 16971.47 Perlakuan Parameter 17 33853.37 1991.37 60.446** Jenis PJAS 6 3683.09 613.85 18.633** Parameter*PJAS 102 2240.34 21.96 0.667 Kekeliruan 292 9619.88 32.94 Jumlah 418 66368.14

 Pada kelompok parameter, rata-rata TMS sangat berbeda nyata antar kelompok karena nilai F hitung (60.446) > F tabel (2.037) pada taraf nyata 0.01.

 Pada kelompok PJAS, rata-rata TMS sangat berbeda nyata antar kelompok karena nilai F hitung (18.633) > F tabel (2.877) pada taraf nyata 0.01.

 Rata-rata TMS tidak berbeda nyata antar parameter dan PJAS karena nilai F hitung (0.667) < F tabel (1.3004) pada taraf 0.05.

Tabel 1.3 Hasil analisis ragam pengaruh parameter uji pada bakso

Sumber Variasi dk JK RJK F Rata-rata 1 3593.75 3593.75

Parameter Uji 7 6588.68 941.24 194.35** Kekeliruan 40 193.72 4.84

Jumlah 48 10376.15

Hasil analisis ragam menunjukkan rata-rata TMS antar kelompok sangat berbeda nyata atau F hitung (194.35) > F tabel (3.12) pada taraf nyata 0.01

31 Tabel 1.4 Hasil analisis ragam pengaruh parameter uji pada mi

Sumber Variasi dk JK RJK F Rata-rata 1 378.84 378.84 Parameter Uji 4 226.70 56.67 3.69 Kekeliruan 25 383.99 15.36 Jumlah 29 989.53

Hasil analisis ragam menunjukkan rata-rata TMS antar kelompok berbeda nyata atau F hitung (3.69) > F tabel (2.76) pada taraf nyata 0.05

Tabel 1.5 Hasil analisis ragam pengaruh parameter uji pada makanan ringan

Sumber Variasi dk JK RJK F Rata-rata 1 200.24 200.24

Parameter Uji 9 320.35 35.60 12.22** Kekeliruan 49 142.68 2.91

Jumlah 59 663.27

Hasil analisis ragam menunjukkan rata-rata TMS antar kelompok sangat berbeda nyata atau F hitung (194.35) > F tabel (2.79) pada taraf nyata 0.01

32

Lampiran 2 Perhitungan uji lanjut LSD (Least Significant Difference)

2.1 Uji LSD pada kelompok PJAS

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

� = �/2,���. √ � +

Karena setiap kelompok memiliki ulangan yang berbeda, maka nilai LSD akan berbeda pada tiap pasangan kelompok.

Jika ingin melihat perbedaan nyata rata-rata TMS antara bakso dan jeli:

�/2,��� = 0.05/2, 5

�/2,��� = .

� = . . √ . +

� = .

Selisih rata-rata TMS = rata-rata TMS jeli – rata-rata TMS bakso = 38.7221 – 35.1184

= 3.6037

Karena nilai LSD > selisih rata-rata, maka rata-rata TMS bakso dan jeli tidak berbeda nyata. Berikut matriks hasil uji LSD pada kelompok PJAS:

PJAS

rata-rata MI

M.

RINGAN KUDAPAN BAKSO JELI MINUMAN ES 15.8746 16.0508 27.3895 35.1184 38.7221 52.7584 59.8296 MI 15.8746 0.0000 M.RINGAN 16.0508 0.1762 0.0000 KUDAPAN 27.3895 11.5149 11.3386 0.0000 BAKSO 35.1184 19.2438 19.0676 7.7289 0.0000 JELI 38.7221 22.8475 22.6713 11.3327 3.6037 0.0000 MINUMAN 52.7584 36.8838 36.7076 25.3689 17.6400 14.0363 0.0000 ES 59.8296 43.9550 43.7788 32.4401 24.7112 21.1075 7.0712 0.0000

Keterangan: aaa rata-rata TMS pasangan tidak berbeda nyata 2.2 Uji LSD pada kelompok parameter uji

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

33 Karena setiap kelompok memiliki ulangan yang berbeda, maka nilai LSD akan berbeda pada tiap pasangan kelompok.

Jika ingin melihat perbedaan nyata rata-rata TMS antara ALT dan koliform:

�/2,��� = 0.05/2,2 2

�/2,��� = .

� = . . √ . +

� = .

Selisih rata-rata TMS = rata-rata TMS ALT – rata-rata TMS koliform = 29.832 – 21.307

= 8.5252

Karena nilai LSD > selisih rata-rata, maka rata-rata TMS ALT dan koliform tidak berbeda nyata. Berikut matriks hasil uji LSD pada kelompok PJAS:

34

Matriks Hasil Uji LSD Kelompok Parameter

Metanil yellow Sorbat Salmo nella C. perfri ngens S. aureus Benzoat Rhoda

min b Logam Sakarin

Forma

lin Nitrit Boraks E. coli

Asesul

fam Siklamat

Koli

form AKK ALT

Rata-rata 0.087 0.231 0.564 0.888 1.097 1.108 1.562 1.634 1.983 2.237 2.504 3.878 4.038 5.870 15.802 21.307 24.483 29.832 Metanil yellow 0.087 0.000 Sorbat 0.231 0.144 0.000 Salmonella 0.564 0.477 0.333 0.000 C. perfringens 0.888 0.801 0.657 0.324 0.000 S. aureus 1.097 1.011 0.867 0.533 0.210 0.000 Benzoat 1.108 1.021 0.878 0.544 0.221 0.011 0.000 Rhodamin b 1.562 1.476 1.332 0.998 0.675 0.465 0.454 0.000 Logam 1.634 1.548 1.404 1.070 0.747 0.537 0.526 0.072 0.000 Sakarin 1.983 1.896 1.752 1.419 1.095 0.885 0.874 0.420 0.348 0.000 Formalin 2.237 2.151 2.007 1.674 1.350 1.140 1.129 0.675 0.603 0.255 0.000 Nitrit 2.504 2.417 2.273 1.940 1.616 1.406 1.395 0.941 0.869 0.521 0.266 0.000 Boraks 3.878 3.791 3.647 3.314 2.990 2.780 2.769 2.315 2.243 1.895 1.640 1.374 0.000 E. coli 4.038 3.951 3.807 3.474 3.150 2.941 2.930 2.476 2.404 2.055 1.801 1.534 0.160 0.000 Asesulfam 5.870 5.783 5.639 5.306 4.982 4.773 4.762 4.308 4.236 3.887 3.633 3.366 1.992 1.832 0.000 Siklamat 15.802 15.716 15.572 15.238 14.915 14.705 14.694 14.240 14.168 13.820 13.565 13.299 11.925 11.764 9.932 0.000 Koliform 21.307 21.220 21.076 20.743 20.419 20.209 20.198 19.744 19.672 19.324 19.069 18.803 17.429 17.269 15.437 5.504 0.000 AKK 24.483 24.396 24.252 23.919 23.595 23.386 23.375 22.921 22.849 22.500 22.246 21.979 20.605 20.445 18.613 8.681 3.176 0.000 ALT 29.832 29.745 29.601 29.268 28.944 28.735 28.724 28.269 28.198 27.849 27.594 27.328 25.954 25.794 23.962 14.030 8.525 5.349 0.000 Keterangan: aaa rata-rata TMS pasangan tidak berbeda nyata

Dokumen terkait