• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abednego Bangun. (2012) . Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Bandung: Indonesia Publishing House.

Agung Endro Nugroho . (2010) . Prinsip Aksi dan Nasib Obat dalam Tubuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anggadireja . (1992) . Rumput Laut (Algae Makro Laut) dalam Obat Tradisional Indonesia. Jakarta : Puslitbang Oseanologi LIPI.

Anggadireja JT, Zatnika A, Purwoto H, dan Istini S. (2006). Rumput Laut. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anonim. (2012) . Nanopartikel dan Aplikasinya dibidang medis. Diakses dari http://nano.or.id/article/nanopartikel-dan-aplikasinya-di-bidang-medis pada tanggal 13 Juni 2015.

A.Oktaviana. (2009). Teknologi Pengindraan Mikoskopi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Baitul Herbal, Indonesia. Baitul Herbal Photography: Rimpang Temu Kunci. Diakses dari

http://baitulherbal.com/tanaman-herbal/tanaman-herbal-indonesia-temu-kunci/ pada tanggal 17 Agustus 2015.

Chapman, V. J. & D. J Chapman . (1980) . Seaweed and Their Uses, 3�� ed. New York: Chapman and Hall.

Eriawan, Susi Kusumaningrum, Olivia Bunga, Nizar, dan Marhamah . (2014). Pengujian Aktivitas Antiacne Nanopartikel Kitosan – Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana). Media Litbangkes. Vol. 24 No. 1, Mar 2014, 19 - 27.

Friedli, AC & Schlager IR. (2005) . Demonstrating encapsulation and release: a new take on alginate complexation and the nylon rope trick. Journal ChemistryEducation 82: 1017 - 1020.

Hardjono Sastrohamidjojo. (1995). Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Hardjono Sastrohamidjojo. (2001). Kromatografi Edisi Kedua. Yogyakarta: Liberty

Haskel, D., J. De la Venta, V. Bouzas, A. Pucci, M.A. Laguna, Velthuis, A. Hoffmann, J. Lal, M. Bleuel, G. Ruggeri, C. De Julian Fernandez, & M.A. Gracia. (2009). X-ray Magnetic Circular Dichroism and Small Angle

Neutron Scattering Studies of Thiol Capped Gold Nanoparticles. Journal of Nanoscience and Nanotechnology,Vol 9 6434 - 6438.

Hieronymus Budi Santoso. (1998). Tanaman Obat Keluarga TOGA 1.

Yogyakarta: Kanisius.

Junghanns & Rainer, H. Muller . (2008). Nanocrystal Technology, Drug

Delivery and Clinical Applications. International Journal of

Nanomedicine, 3(3), 295 - 309.

Jurnal IPB, Indonesia. Jurnal IPB Image: Beberapa Struktur Senyawa Aktif pada

Rimpang Temu Kunci.

Kardono L, Artanti N, Dewiyanti I, dan Basuki T. (2003). Iselected Indonesian

Medicinal Plants: Monographs and Descriptions. Jakarta: Gramedia. Kirana, C., G.P Jones, I.R Record, and G.H McIntosh. (2006). Anticancer

Properties of Panduratin A Isolated from Boesenbergia Pandurata (Zingiberaceae). Journal of Natural Medicine. 61: 131 - 137.

K.S, Soppimath, Kulkarni AR, Aminabhavi TM. (2001). Chemically Modified Polyacrylamide-g-guargum-based Crosslinked Anionic Microgels as

pH-sensutive Drug Delivery Systems: Preparation and Characterization. J

Control (10;75(3)).

Lembi, C & Waaland. (1988). Algae and Human Affairs. New York: Chambridge Univ. Press.

Malvern. (2012). Zetasizer Range. Diakses dari http://www.malvern.com/labeng

/products/zetasiser/zetasizer.html pada 3 April 2016, jam 11.30 WIB.

Mansouri, P, SB Bahrami, SS Kordestani, & Hmirzadeh. (2011). Poly (vinyl alcohol)-chitosan Blends: Preparation, Mechanical and Physical Properties. Iranian Polymer Journal 12. Hlmn 139 - 146.

M.I Alif dan T.R Prastyo. (2011). Aplikasi Nanopartikel untuk biomedik. Semarang: Jurusan Fisika MIPA Universitas Negeri Semarang.

Nekkanti, Vijjaykumar., Marella S, R Rudhramaraju & R Pillai. (2010). Media Milling Process Optimization for Manufacture of Drug Nanoparticles

Using Design of Experiments(DOE). AAPS, USA, Nov-10.

Plantus. (2008). Fingerroot (Boesenbergia pandurata Roxb. Schult).Diakses dari

Pourlain, N & E. Nakache. (1998). Nanoparticles from Vesicles Polymerization.II. Evaluation of Their Encapsulation Capacity. Journal Polym.Sci . 36(17): 3035 - 3043.

Pupuh Findia U dan Sari Edi C. (2014). Enkapsulasi Pirazinamid Menggunakan Alginat dan Kitosan. Journal of Chemistry (Vol.3, Nomor 3).

Purwantiningsih Sugita, Napthaleni , Mersi Kurniati, dan Tuti Wukirsari. (2010). Enkaptulasi Ketoprofen dengan Kitosan-Alginat Berdasarkan Jenis dan Ragam Kosentrasi Tween80 dan Span 80. Makara Sains (Vol. 14, No.2). hlmn 107 - 112.

Raditya Iswanda, Effionora Anwar, dan Mahdi Jufri. (2013). Formulasi

Nanopartikel Veramil Hidroklorida dari Kitosan dan Natrium

Tripolofosfat dengan Metode Gelasi Ionik. Jurnal Farmasi Indonesia

(vol.6 No.4). hlmn 201 - 210.

Ronny Martien, Adhyatmika, Iramie D. K. Irianto, Verda Farida, dan Dian Purwita Sari. (2012). Perkembangan Teknologi Nanopartikel sebagai Sistem Penghantaran Obat. Majalah Farmaseutik (Vo;.8, No. 1). Hlmn 133 - 144.

Rusdi. (1990). Tumbuhan sebagai Sumber Bahan Obat. Padang: Pusat Penelitian Andalas.

S.A. Achmad. (1986). Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta:

Karunika Jakarta Universitas Terbuka.

Scheuer, P.J. (1987). Bioorganic Marine Chemistry Vol.1. Berlin : Springer Verlag.

Sri Atun dan Retno Arianingrum. (2015). Synthesis Nanoparticles of Chloroform Fraction from Kaempferia rotunda Rhizome Loaded Chitosan and Biological Activity as an Antioxidant. International Journal of Drug Delivery Technology (5(4)). Hlmn. 138 - 142.

Sudjadi. (2008). Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press.

WH, McNeely & Pettitt DJ. (1973). Algin. Di dalam Whistler RL, editor.

Industrial Gums: Polysaccharides and Their Derivatives. 2nd Ed. New

York:Academic Press.

Yun, J.M., M.H Kweon, H.J Kwon, J.K Hwang, & H Mukhtar. (2006). Induction of Apoptosis and Cell Cycle Arrest by a Chalcone Panduratin A Isolated from Kaempferia pandurata in Androgen-Independent Human Prostate Cancer Cells PC3 and DU145. Carcinogenesis Advance Access. 27(7): 1454 - 1464.

Lampiran 1. Perhitungan Jumlah Bahan yang Digunakan

Berdasarkan variasi komposisi Alginat pada tabel 1 dapat dihitung jumlah bahan yang diperlukan. Untuk alginat setiap persen yang tertera sama dengan gram per

100 ml NaOH 0,1 M dan untuk CaCl2 sama dengan gram per 100 ml akuades.

Setiap komposisi membutuhkan 100 ml alginat dan 350 ml CaC� .

a. Sampel 1

Alginat 0,1 % = 0,1 gram x 3 (3 kali pengulangan) = 0,3 gram CaCl2 0,111 % = 0,111 gram x 4(dibutuhkan 350 ml) x 3(3 kali pengulangan) = 1,332 gram

b. Sampel 2

Alginat 0,3 % = 0,3 gram x 3 (3 kali pengulangan) = 0,9 gram CaCl2 0,111 % = 0,111 gram x 4(dibutuhkan 350 ml) x 3(3 kali pengulangan) = 1,332 gram

c. Sampel 3

Alginat 0,5 % = 0,5 gram x 3 (3 kali pengulangan) = 1,5 gram CaCl2 0,111 % = 0,111 gram x 4(dibutuhkan 350 ml) x 3(3 kali pengulangan) = 1,332 gram

d. Sampel 4

Alginat 0,1 % = 0,1 gram x 3 (3 kali pengulangan) = 0,3 gram CaCl2 0,222 % = 0,222 gram x 4(dibutuhkan 350 ml) x 3(3 kali pengulangan) = 2,664 gram

e. Sampel 5

CaCl2 0,333 % = 0,333 gram x 4(dibutuhkan 350 ml) x 3(3 kali pengulangan) = 3,996 gram

f. Sampel 6

Alginat 0,1 % = 0,1 gram x 3 (3 kali pengulangan) = 0,3 gram CaCl2 0,444 % = 0,444 gram x 4(dibutuhkan 350 ml) x 3(3 kali pengulangan) = 5,328 gram

g. Sampel 7

Alginat 0,1 % = 0,1 gram x 3 (3 kali pengulangan) = 0,3 gram CaCl2 0,01 % = 0,01 gram x 4(dibutuhkan 350 ml) x 3(3 kali pengulangan) = 0,12 gram

h. Sampel 8

Alginat 0,1 % = 0,1 gram x 3 (3 kali pengulangan) = 0,3 gram CaCl2 0,015 % = 0,015 gram x 4(dibutuhkan 350 ml) x 3(3 kali pengulangan) = 0,18 gram

i. Sampel 9

Alginat 0,1 % = 0,1 gram x 3 (3 kali pengulangan) = 0,3 gram CaCl2 0,02 % = 0,02 gram x 4(dibutuhkan 350 ml) x 3(3 kali pengulangan) = 0,24 gram

j. Sampel 10

Alginat 0,1 % = 0,1 gram x 3 (3 kali pengulangan) = 0,3 gram CaCl2 0,03 % = 0,03 gram x 4(dibutuhkan 350 ml) x 3(3 kali pengulangan) = 0,36 gram

k. Sampel 11

Alginat 0,1 % = 0,1 gram x 3 (3 kali pengulangan) = 0,3 gram CaCl2 0,04 % = 0,04 gram x 4(dibutuhkan 350 ml) x 3(3 kali pengulangan) = 0,48 gram

Lampiran 2. Perhitungan Nilai Rf Kromatografi Lapis Tipis

Secara sistematis perhitungan Rf menggunakan rumus:

Rf =

Dengan l = jarak noda dari titik awal ke titik akhir setelah proses pengembangan (cm), dan h = jarak eluen dari titik awal ke batas akhir eluen (cm).

a. Rf A (sampel 7) = � � = 0,66 b. Rf B (sampel 8) = , � � = 0,61 c. Rf C (sampel 9) = , � � = 0,60 d. Rf D (sampel 10) = , � � = 0,60 e. Rf E (sampel 11) = ,9 � � = 0,65

f. Rf F (Ekstrak Etanol Temu Kunci) = , �

Lampiran 3. Dokumentasi

Proses maserasi Hasil maserasi

Proses evaporasi Ekstrak kental temu kunci

Proses pembuatan koloid Nanopartikel Koloid Nanopartikel

Sentrifuge Endapan dicuci dengan akuades

Lampiran 4. Bagan Cara Kerja Larutan 3 350 ml CaC� Larutan 2 100 ml Alginat Larutan 1

1 gram Ekstrak temu kunci, 35 ml etanol, 15 ml akuades

Disimpan dalam lemari es Koloid Nanopartikel ekstrak herbal temu kunci Ditambahkan larutan 3 dan

diaduk dengan magnetic

stirer selama 2 jam Larutan 1 dan Larutan 2 diaduk homogen dalam gelas beker menggunakan

magnetic stirer

Karakterisasi dengan PSA dan zeta sizer

Hasil sentrifuge berupa endapan coklat diletakan di kertas saring untuk dicuci dengan akuades

Endapan yang sudah di cuci dengan akuades diletakan di

frezer (-4°C) selama 2 hari

Endapan kering berupa serbuk kering berwarna coklat muda

Larutan dan endapan

dipisahkan dengan sentrifuge

Endapan yang membeku disimpan dalam lemari es (3°C) hingga mengering

Karakterisasi dengan KLT pada ekstrak etanol dan endapan kering.

Lampiran 22. Hasil SEM Sampel 11

a. Perbesaran 100 x

Perbesaran 100 x pada (i) dan (ii) tidak terdapat perbedaan yang signifikan hanya terlihat pada sisi yang berbeda.

b. Perbesaran 500x

(i)

c. Perbesaran 1000x

Perbesaran 100 x pada (i) dan (ii) tidak terdapat perbedaan yang signifikan hanya terlihat pada sisi yang berbeda.

d. Perbesaran 5000x

(i)

(ii)

(iv) (iii) (ii)

Perbersaran 5000x pada gambar (i), (ii), dan (iii) bentuk partikel tidak beraturan karena diambil dari sisi berbeda dengan gambar (iv) dan (v) yang berbentuk lonjong teratur, sehingga dapat diukur diameter partikelnya.

Dokumen terkait