Agustina, T. 2014. Kontaminasi Logam Berat pada Makanan dan Dampaknya pada Kesehatan. Semarang. Teknobunga. 1(1): 53 – 64.
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan Kedua Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama. Halaman 228, 233 – 235, 249.
Aloysius, H.P., Surdin. 2010. (Penyadur). Kimia Organik Edisi III Jilid 2. Jakarta:
Erlangga. Halaman 407 – 409.
Aminah, S. 2010. Bilangan Peroksida Minyak Goreng Curah dan Sifat Organoleptik Tempe pada Pengulangan Penggorengan. Semarang. Jurnal Pangan dan Gizi. 1(1): 1-5.
Anderson, R., Chapman, N.B. 1987. Sample Pretreatment and Separation.
London: J. Willey and Sons. Halaman 214.
Arifin, Z. 2008. Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro dalam Sistem Biologi dan Metode Analisisnya. Bogor: Jurnal Litbang Pertanian. 27(3): 103.
Arifiyana, D. 2018. Identifikasi Cemaran Logam Berat Timbal (Pb) pada Lipstik yang Beredar di Pasar Darmo Trade Center (DTC) Surabaya dengan Reagen Sederhana. Journal of Pharmacy and Science. 3(1): 13-16.
Astiana, I., Nurjanah, Suwandi, R., Suryani, A.A., Hidayat, T. 2015. Pengaruh penggorengan belut sawah (Monopterus albus) terhadap komposisi asam amino, asam lemak, kolesterol dan mineral. Bogor. Depik. 4(1): 49-57.
Budijanto, S., Sitanggang, A.B. 2010. Kajian Keamanan Pangan dan Kesehatan Minyak Goreng. Jurnal Pangan. 19(4): 1-3.
Cantle, J.E. 1982. Atomic Absorption Spectrometry. Edisi 5. Inggris: Elsevier Scientific Publishing Company. Halaman 245.
Danbrot, M. 2007. Seri Diet Korektif-Diet Cabbage Soup. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Halaman 132.
Darmono. 1995. Logam Berat Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI Press. Halaman 145.
Darmono. 2006. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI Press. Halaman 71.
Dewi, D.C. 2012. Determinasi Kadar Logam Timbal (Pb) Dalam Makanan Kaleng Menggunakan Destruksi Basah dan Destruksi Kering. Alchemy.
2(1): 12-25.
Ditjen POM RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 143.
Ebdon, L., Evans, E.H., Fisher, A., Hill, S.J 1998. An Introduction to Analytical Atomic Spectrometry. England: John Wiley and Sons. Halaman 132.
Ermer, J., Miller, J.H. 2005. Method Validation in Pharmaceutical Analysis. A Guide to Best Practice. Weinheim: Wiley-VchVerlag GmbH & Co.
KGaA. Halaman 171.
Febriansyah, R. 2007. Mempelajari Pengaruh Penggunaan Berulang dan Aplikasi Adsorben Terhadap Kualitas Minyak dan Tingkat Penyerapan Minyak pada Kacang Salut. Fakultas Teknologi Pertanian. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Gandjar, I.G., Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan Kesepuluh.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 298 – 321.
Hambali, E., Mujdalipah, S., Tambunan, A.H., Pattiwiri, A.W., Hendroko, R.
2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Halaman 77.
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode Dan Cara Perhitungannya.
Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): 117-135.
Hasibuan, R., Hasan. W., Naria, E. 2012. Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Minyak Sebelum dan Sesudah Penggorengan yang Digunakan Pedagang Gorengan Sekitar Kawasan Traffic Light Kota Medan Tahun 2012. Jurnal Departemen Kesehatan Lingkungan Universitas Sumatera Utara.
Ismail, E., Sari, T. 2016. Pengaruh Penyuluhan pada Penjual Gorengan tentang Keamanan Pangan terhadap Kandungan Logam Berat (Pb dan Zn) Gorengan di Sepanjang Jalan Kaliurang Yogyakarta. Yogyakarta. Jurnal Nutrisia. 18 (2): 131-137.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan, Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 65.
Ketaren, S. 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press. Halaman 87.
Khopkar, S. M. 1990. Basic Concepts of Analytical Chemistry. Cetakan Pertama.
Jakarta: Penerbit UI-Press. Halaman 288 – 289.
Klassen, C.D., Amdur, J., Doull. 1986. Toxicology The Basic Science of Poisons.
New York: Macmillan Publishing Company. Halaman 146.
Kristianingrum, S. 2012. Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya.
Prosiding Seminar Nasional. Yogyakarta: Jurdik Kimia FMIPA UNY.
Halaman 1-8.
Marbun, N.B. 2010. Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Makanan Jajanan Berdasarkan Lama Waktu Pajanan yang Dijual di Pinggir Jalan Pasar I Padang Bulan Medan Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Mianoki, A., Gofir, A., Nuradyo, D. 2014. Korelasi Antara Indeks Aterogenik Plasma dengan Derajat Defisit Neurologis Pasien Stroke Iskemia Akut.
Klaten. Departemen Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mulja, M., Sukarman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Universitas Airlangga Press. Halaman 233.
Nurdiansyah, R. 2019. Budaya Pola Konsumsi Makanan Cepat Saji dalam Kehidupan Remaja Jakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nuryani, R., Ismail, E., Sari, T. 2017. Tinjauan Keamanan Pangan Makanan Gorengan Berdasarkan Cemaran Kimia. Yogyakarta. Jurnal Nutrisia. 19 (2): 114.
Rohman, A. 2013. Analisis Komponen Makanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Halaman 199.
Roth, H. J., Blaasvhke, G. 1988. Analisis Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press. Halaman 133.
Ruchiyat. 2016. Analisis Kadar Timbal (Pb) Minyak Goreng Beserta Gorengan Yang Dimasak Di Rumah Dan Penjual Gorengan Di Sekitar Kota Garut Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Farmako Bahari.
7(1): 1-6.
Rusnawati, R., Yusuf B., Alimuddin, A. 2018. Perbandingan Metode Destruksi Basah dan Destruksi Kering terhadap Analisis Logam Berat Timbal (Pb) pada Tanaman Rumput Bebek (Lemna Minor). Samarinda. Prosiding Seminar Nasional Kimia.
Sabri, L., Hastono, S.P. 2010. Statistik Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 56.
Sartono. 2002. Racun & Keracunan. Jakarta: Widya Mestika. Halaman 94.
SNI 013142: 1998. 1998. Tahu. Badan Standardisasi Nasional: Jakarta. Halaman 1 – 3.
Stacey, M.N. 2009. Pengaruh Frekuensi Penggorengan Tahu Terhadap Penurunan Kadar Asam Lemak Tidak Jenuh pada Minyak Kelapa Sawit. Skripsi.
Universitas Maranatha Bandung.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Edisi Keenam. Bandung: Tarsito. Halaman 92 – 95.
Sukender, K., Sneha, D., Jaspreet, S., Munish, G. 2012. AAS Estimation of Heavy Metals and Trace elements in Indian Herbal Cosmetic Preparation.
Research Journal of Chemical Sciences. 2(3): 46-51.
Sundari, D., Almasyhuri., Lamid, A. 2015. Pengaruh Proses Pemasakan terhadap Komposisi Zat Gizi Bahan Pangan Sumber Protein. Jakarta. Media Litbangkes. 25 (4): 235 – 242.
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Edisi kelima. Jakarta: Media Pusaka. Halaman 57 – 59.
Vogel, A.I. 1985. Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Edisi Kelima. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka. Halaman 79.
Watson, David G. 2005. Analisis Farmasi Buku Ajar Untuk Mahasiswa Farmasi dan Praktisi Kimia Farmasi, Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Halaman 88.
Widowati, H. 2008. Pengaruh Kadar Logam Cd, Pb Terhadap Perubahan Warna Batang dan Daun Sayuran. El Hayah. 1 (4): 167-173.
Yustinah, Y., Hartini, H. 2011. Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Menggunakan Arang Aktif dari Sabut Kelapa. Jurnal Teknik Kimia UGM: 7.
Zahra, S.L., Dwiloka, B., Mulyani, S. 2013. Pengaruh Penggunaan Minyak Goreng Berulang Terhadap Perubahan Nilai Gizi dan Mutu Hedonik pada Ayam Goreng. Semarang. Animal Agriculture Journal. 2(1): 2-3.
Lampiran 1. Alat – Alat Penelitian
(A) (B)
(C) (D)
Keterangan: A = Spektrofotometer serapan atom B = Tanur
C = Oven D = Timbangan
Lampiran 2. Sampel Tahu
(A) (B) (C) (D)
(E) (F) (G)
Keterangan : A = Sampel tahu
B = Penghalusan tahu tanpa penggorengan C = Penghalusan tahu 1 kali penggorengan D = Penghalusan tahu 5 kali penggorengan E = Penghalusan tahu 10 kali penggorengan F = Hasil pengarangan
G = Hasil pengabuan
Lampiran 3. Pereaksi pada Penelitian
(A) (B)
(C) (D)
Keterangan : A = Reagen HNO3 65 % B = Dithizone
C = Larutan standart D = Kloroform
Lampiran 4. Bagan Kerja Penelitian
Tahu
Dikeringkan dalam oven dengan suhu 600C selama 3 hari guna mengurangi kadar air
Diabukan dalam tanur dengan temperatur awal 100◦C dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 550◦C dengan interval 25◦C setiap 5 menit
Dilakukan selama 8 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator
Abu
Dihaluskan dengan blender
Ditimbang sampel ± 25 gram dalam kurs porselen
Sampel yang telah halus
Dipanaskan diatas penangas listrik atau hotplate secara bertahap
Lampiran 4. (Lanjutan) Sampel yang telah
didestruksi
Sampel hasil destruksi dilarutkan dengan HNO3 0,5 M Dipanaskan sampai volume tinggal 5 ml
Dipindahkan kedalam labu tentukur 50 mL Dibilas krus porselen sebanyak tiga kali dengan 10 ml aqua demineralisata. Dicukupkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda
Dimasukkan kedalam botol Larutan sampel
Disaring dengan kertas saring Whatman No.42
Filtrat
Dibuang 5 mL untuk menjenuhkan kertas saring
Dilakukan analisis kualitatif
Dilakukan analisis kuantitatif dengan
Spektrofotometri serapan atom pada 217 nm untuk timbal dan 213,9 nm untuk seng,
Hasil
Lampiran 5. Hasil Uji Kualitatif Timbal dan Seng
(A) (B) (C)
Keterangan : A = Uji kualitatif seng dengan pereaksi dithizone B = Uji kualitatif seng dengan pereaksi NaOH C = Uji kualitatif seng dengan pereaksi amonia
(A) (B) (C)
Keterangan : A = Uji kualitatif timbal dengan pereaksi dithizone B = Uji kualitatif timbal dengan pereaksi KI C = Uji kualitatif timbal dengan pereaksi NaOH
Lampiran 6. Pembuatan Kurva Standar Timbal a. Pembuatan larutan 1000 ppm menjadi 100 ppm M1 x V1 = M2 x V2
1000 mg/L x V1 = 100 mg/L x 100 mL V1 = 100 mL x 100 mg/L
1000 mg/L V1 = 10 mL
Sehingga larutan 100 ppm dibuat dengan cara dipipet 10 mL dari larutan induk 1000 ppm kedalam labu takar 100 mL kemudian dilarutkan dengan larutan HNO3 0,5 M..
b. Pembuatan larutan 100 ppm menjadi 10 ppm M1 x V1 = M2 x V2
100 mg/L x V1 = 10 mg/L x 100 mL V1 = 100 mL x 10 mg/L
100mg/L V1 = 10 mL
Sehingga larutan 10 ppm dibuat dengan cara dipipet 10 mL dari larutan induk 100 ppm kedalam labu takar 100 mL kemudian dilarutkan dengan larutan HNO3 0,5 M.
c. Pembuatan larutan standar 0,1 mg/L M1 x V1 = M2 x V2
10 mg/L x V1 = 0,1 mg/L x 50 mL V1 = 50 mL x 0,1 mg/L
10 mg/L V1 = 0,5 mL
Lampiran 6. (Lanjutan)
Sehingga larutan 0,1 ppm dibuat dengan cara dipipet 0,5 mL dari larutan induk 10 ppm kedalam labu takar 50 mL kemudian dilarutkan dengan larutan HNO3 0,5 M.
d. Pembuatan larutan standar 0,2 mg/L M1 x V1 = M2 x V2
10 mg/L x V1 = 0,2 mg/L x 50 mL V1 = 50 mL x 0,2 mg/L
10 mg/L V1 = 1 mL
Sehingga larutan 0,2 ppm dibuat dengan cara dipipet 1 mL dari larutan induk 10 ppm kedalam labu takar 50 mL kemudian dilarutkan dengan larutan HNO3 0,5 M.
e. Pembuatan larutan standar 0,4 mg/L M1 x V1 = M2 x V2
10 mg/L x V1 = 0,4 mg/L x 50 mL V1 = 50 mL x 0,4 mg/L
10 mg/L V1 = 2 mL
Sehingga larutan 0,4 ppm dibuat dengan cara dipipet 2 mL dari larutan induk 10 ppm kedalam labu takar 50 mL kemudian dilarutkan dengan larutan HNO3 0,5 M.
Lampiran 6. (Lanjutan)
f. Pembuatan larutan standar 0,5 mg/L M1 x V1 = M2 x V2
10 mg/L x V1 = 0,5 mg/L x 50 mL V1 = 50 mL x 0,5 mg/L = 2,5
mL
10 mg/L
Sehingga larutan 0,5 ppm dibuat dengan cara dipipet 2,5 mL dari larutan induk 10 ppm kedalam labu takar 50 mL kemudian dilarutkan dengan larutan HNO3 0,5 M.
g. Pembuatan larutan standar 1,0 mg/L M1 x V1 = M2 x V2
10 mg/L x V1 = 1,0 mg/L x 50 mL V1 = 50 mL x 1,0 mg/L
10 mg/L V1 = 5 mL
Sehingga larutan 1,0 ppm dibuat dengan cara dipipet 5 mL dari larutan induk 10 ppm kedalam labu takar 50 mL kemudian dilarutkan dengan larutan HNO3 0,5 M.
h. Pembuatan larutan standar 2,0 mg/L M1 x V1 = M2 x V2
10 mg/L x V1 = 2,0 mg/L x 50 mL V1 = 50 mL x 2,0 mg/L
10 mg/L V1 = 10 mL
Lampiran 6. (Lanjutan)
Sehingga larutan 2,0 ppm dibuat dengan cara dipipet 10 mL dari larutan induk 10 ppm kedalam labu takar 50 mL kemudian dilarutkan dengan larutan HNO3 0,5 M.
Lampiran 7. Pembuatan Kurva Standar Seng a. Pembuatan larutan 1000 ppm menjadi 100 ppm M1 x V1 = M2 x V2
1000 mg/L x V1 = 100 mg/L x 100 mL V1 = 100 mL x 100 mg/L
1000 mg/L V1 = 10 mL
Sehingga larutan 100 ppm dibuat dengan cara dipipet 10 mL dari larutan induk 1000 ppm kedalam labu takar 100 mL kemudian dilarutkan dengan larutan HNO3 0,5 M.
b. Pembuatan larutan 100 ppm menjadi 10 ppm M1 x V1 = M2 x V2
100 mg/L x V1 = 10 mg/L x 100 mL V1 = 100 mL x 10 mg/L
100mg/L V1 = 10 mL
Sehingga larutan 10 ppm dibuat dengan cara dipipet 10 mL dari larutan induk 100 ppm kedalam labu takar 100 mL kemudian dilarutkan dengan larutan HNO3 0,5 M.
c. Pembuatan larutan standar 0,05 mg/L M1 x V1 = M2 x V2
10 mg/L x V1 = 0,05 mg/L x 50 mL V1 = 50 mL x 0,05 mg/L
10 mg/L V1 = 0,25 mL
Lampiran 7. (Lanjutan)
Sehingga larutan 0,05 ppm dibuat dengan cara dipipet 0,25 mL dari larutan induk 10 ppm kedalam labu takar 50 mL kemudian dilarutkan dengan larutan HNO3 0,5 M.
d. Pembuatan larutan standar 0,1 mg/L M1 x V1 = M2 x V2
10 mg/L x V1 = 0,1 mg/L x 50 mL V1 = 50 mL x 0,1 mg/L
10 mg/L V1 = 0,5 mL
Sehingga larutan 0,1 ppm dibuat dengan cara dipipet 0,5 mL dari larutan induk 10 ppm kedalam labu takar 50 mL kemudian dilarutkan dengan larutan HNO3 0,5 M.
e. Pembuatan larutan standar 0,2 mg/L M1 x V1 = M2 x V2
10 mg/L x V1 = 0,2 mg/L x 50 mL V1 = 50 mL x 0,2 mg/L
10 mg/L V1 = 1 mL
Sehingga larutan 0,2 ppm dibuat dengan cara dipipet 1 mL dari larutan induk 10 ppm kedalam labu takar 50 mL kemudian dilarutkan dengan larutan HNO3 0,5 M.
Lampiran 7. (Lanjutan)
f. Pembuatan larutan standar 0,4 mg/L M1 x V1 = M2 x V2
10 mg/L x V1 = 0,4 mg/L x 50 mL V1 = 50 mL x 0,4 mg/L = 2
mL
10 mg/L
Sehingga larutan 0,4 ppm dibuat dengan cara dipipet 2 mL dari larutan induk 10 ppm kedalam labu takar 50 mL kemudian dilarutkan dengan larutan HNO3 0,5 M.
g. Pembuatan larutan standar 0,6 mg/L M1 x V1 = M2 x V2
10 mg/L x V1 = 1,0 mg/L x 50 mL V1 = 50 mL x 0,6 mg/L
10 mg/L V1 = 3 mL
Sehingga larutan 0,6 ppm dibuat dengan cara dipipet 3 mL dari larutan induk 10 ppm kedalam labu takar 50 mL kemudian dilarutkan dengan larutan HNO3 0,5 M.
Lampiran 8. Data Kalibrasi Timbal dengan Spektrofotometer Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (R)
No Konsentrasi (mg/L) (X) Absorbansi (Y)
1. 0,0000 -0,0025
- n
{ 2 – 2 n} { 2 – 2/ n}
Lampiran 8. (Lanjutan) b = Y – aX
= 0,0121 - 0,023557823 (0,6) = 0,002034693878
Maka, persamaan garis regresinya adalah: y = 0,023557823x - 0,002034693878
r =
r =
r = 0,9972 r =
0,12008 – (4,2) (0,0872) / 7
{(5,46) - (4,2)2/7}{(0,00266561) - (0,0872)2/7}
r =
0,12008 – 0,05232
{5,46 – 2,52}{0,00266561 – 0,001086262857 } 0,06776
(2,94) (0,001579347143)
Lampiran 9. Data Kalibrasi Seng dengan Spektrofotometer Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (R)
No Konsentrasi
X 0,225 0,173016666 0,069004166 0,095416666 0,050247771 a = ∑ -( ( n
- n
{ 2 – 2 n} { 2 – 2/ n}
Lampiran 9. (Lanjutan) b = Y – aX
= 0,173016666 – 0,671451166 (0,225) = 0,021940154
Maka, persamaan garis regresinya adalah: y = 0,671451166x + 0,021940154
r =
r =
r = 0,9971 r =
0,414025 – (1,35 x 1,0381) / 6
{(0,5725) - (1,35)2/6}{(0,30148663) - (1,0381)2/6}
r =
0,414025 – 0 233572499
{0,5725 – 0 30375}{(0,30148663 – 0,179608601}
0,180452501 (0,26875) (0,121878029)
Lampiran 10. Hasil Analisis Kadar Timbal dan Seng pada Sampel Tahu Walik
Lampiran 11. Perhitungan Kadar Timbal pada Sampel Tahu Walik 1. perhitungan kadar timbal dari tahu walik sebelum digoreng
Berat sampel yang ditimbang = 25,0018 g Absorbansi (Y) = 0,0032
Persamaan garis regresi: Y = 0,023557823x - 0,002034693878 X = 0,00 0,00 0 469 878
= 0,2222 mg/L Konsentrasi timbal = 0,2222 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,00 8 g= 0,4444 mg/kg
2. perhitungan kadar timbal dari tahu walik sebelum digoreng Berat sampel yang ditimbang = 25,0003 g
Absorbansi (Y) = 0,0033
Persamaan garis regresi: Y = 0,023557823x - 0,002034693878 X = 0,00 0,00 0 469 878
= 0,2265 mg/L Konsentrasi timbal = 0,2265 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,000 g= 0,4530 mg/kg
Lampiran 11. (Lanjutan)
3. perhitungan kadar timbal dari tahu walik sebelum digoreng Berat sampel yang ditimbang = 25,0008 g
Absorbansi (Y) = 0,0030
Persamaan garis regresi: Y = 0,023557823x - 0,002034693878 X = 0,00 0 0,00 0 469 878
= 0,2137 mg/L Konsentrasi timbal = 0,2137 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,0008 g= 0,4274 mg/kg
4. perhitungan kadar timbal dari tahu walik satu kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0007 g
Absorbansi (Y) = 0,0040
Persamaan garis regresi: Y = 0,023557823x - 0,002034693878 X = 0,0040 0,00 0 469 878
= 0,2562 mg/L Konsentrasi timbal = 0,2562 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,0007 g= 0,5123 mg/kg
Lampiran 11. (Lanjutan)
5. perhitungan kadar timbal dari tahu walik satu kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0006 g
Absorbansi (Y) = 0,0037
Persamaan garis regresi: Y = 0,023557823x - 0,002034693878 X = 0,00 7 0,00 0 469 878
= 0,2434 mg/L Konsentrasi timbal = 0,2434 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,0006 g= 0,4869 mg/kg
6. perhitungan kadar timbal dari tahu walik satu kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0014 g
Absorbansi (Y) = 0,0038
Persamaan garis regresi: Y = 0,023557823x - 0,002034693878 X = 0,00 8 0,00 0 469 878
= 0,2477 mg/L Konsentrasi timbal = 0,2477 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,00 4 g= 0,4953 mg/kg
Lampiran 11. (Lanjutan)
7. perhitungan kadar timbal dari tahu walik lima kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0009 g
Absorbansi (Y) = 0,0109
Persamaan garis regresi: Y = 0,023557823x - 0,002034693878 X = 0,0 09 0,00 0 469 878
= 0,5491 mg/L Konsentrasi timbal = 0,5491 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,0009 g= 1,0981 mg/kg
8. perhitungan kadar timbal dari tahu walik lima kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0004 g
Absorbansi (Y) = 0,0110
Persamaan garis regresi: Y = 0,023557823x - 0,002034693878 X = 0,0 0 0,00 0 469 878
= 0,5533 mg/L Konsentrasi timbal = 0,5533 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,0004 g= 1,1066 mg/kg
Lampiran 11. (Lanjutan)
9. perhitungan kadar timbal dari tahu walik lima kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0012 g
Absorbansi (Y) = 0,0108
Persamaan garis regresi: Y = 0,023557823x - 0,002034693878 X = 0,0 08 0,00 0 469 878
= 0,5448 mg/L Konsentrasi timbal = 0,5448 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,00 g= 1,0896 mg/kg
10. Perhitungan kadar timbal dari tahu walik sepuluh kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0015 g
Absorbansi (Y) = 0,0110
Persamaan garis regresi: Y = 0,023557823x - 0,002034693878 X = 0,0 0 0,00 0 469 878
= 0,5533 mg/L Konsentrasi timbal = 0,5533 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,00 5 g= 1,1066 mg/kg
Lampiran 11. (Lanjutan)
11. Perhitungan kadar timbal dari tahu walik sepuluh kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0023 g
Absorbansi (Y) = 0,0122
Persamaan garis regresi: Y = 0,023557823x - 0,002034693878 X = 0,0 0,00 0 469 878
= 0,6042 mg/L Konsentrasi timbal = 0,6042 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,00 g= 1,2084 mg/kg
12. Perhitungan kadar timbal dari tahu walik sepuluh kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0005 g
Absorbansi (Y) = 0,0136
Persamaan garis regresi: Y = 0,023557823x - 0,002034693878 X = 0,0 6 0,00 0 469 878
= 0,6637 mg/L Konsentrasi timbal = 0,6637 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,0005 g= 1,3273 mg/kg
Lampiran 12. Perhitungan Kadar Seng pada Sampel Tahu Walik 1. perhitungan kadar seng dari tahu walik sebelum digoreng
Berat sampel yang ditimbang = 25,0018 g Absorbansi (Y) = 0,0479
Persamaan garis regresi: Y = 0,671451166x + 0,021940154 X = 0,0479 - 0,0 940 54
= 0,0387 mg/L Konsentrasi seng = 0,0387 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,00 8 g= 0,0773 mg/kg
2. perhitungan kadar seng dari tahu walik sebelum digoreng Berat sampel yang ditimbang = 25,0003 g
Absorbansi (Y) = 0,0451
Persamaan garis regresi: Y = 0,671451166x + 0,021940154 X = 0,045 - 0,0 940 54
= 0,0345 mg/L Konsentrasi seng = 0,0345 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,000 g= 0,0689 mg/kg
Lampiran 12. (Lanjutan)
3. perhitungan kadar seng dari tahu walik sebelum digoreng Berat sampel yang ditimbang = 25,0008 g
Absorbansi (Y) = 0,0465
Persamaan garis regresi: Y = 0,671451166x + 0,021940154 X = 0,0465 - 0,0 940 54
= 0,0371 mg/L Konsentrasi seng = 0,0371 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,0008 g= 0,0732 mg/kg
4. perhitungan kadar seng dari tahu walik satu kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0007 g
Absorbansi (Y) = 0,0446
Persamaan garis regresi: Y = 0,671451166x + 0,021940154 X = 0,0446 - 0,0 940 54
= 0,0338 mg/L Konsentrasi seng = 0,0338 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,0007 g= 0,0675 mg/kg
Lampiran 12. (Lanjutan)
5. perhitungan kadar seng dari tahu walik satu kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0006 g
Absorbansi (Y) = 0,0455
Persamaan garis regresi: Y = 0,671451166x + 0,021940154 X = 0,0455 - 0,0 940 54
= 0,0351 mg/L Konsentrasi seng = 0,0351 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,0006 g= 0,0702 mg/kg
6. perhitungan kadar seng dari tahu walik satu kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0014 g
Absorbansi (Y) = 0,0449
Persamaan garis regresi: Y = 0,671451166x + 0,021940154 X = 0,0449 - 0,0 940 54
= 0,0342 mg/L Konsentrasi seng = 0,0342 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,00 4 g= 0,0684 mg/kg
Lampiran 12. (Lanjutan)
7. perhitungan kadar seng dari tahu walik lima kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0009 g
Absorbansi (Y) = 0,1628
Persamaan garis regresi: Y = 0,671451166x + 0,021940154 X = 0, 6 8 - 0,0 940 54
= 0,2098mg/L Konsentrasi seng = 0,2098 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,0009 g= 0,0419 mg/kg
8. perhitungan kadar seng dari tahu walik lima kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0004 g
Absorbansi (Y) = 0,1626
Persamaan garis regresi: Y = 0,671451166x + 0,021940154 X = 0, 6 6 - 0,0 940 54
= 0,2095 mg/L Konsentrasi seng = 0,2095 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x ,0004 g= 0,4189 mg/kg
Lampiran 12. (Lanjutan)
9. perhitungan kadar seng dari tahu walik lima kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0012 g
Absorbansi (Y) = 0,1635
Persamaan garis regresi: Y = 0,671451166x + 0,021940154 X = 0, 6 5 - 0,0 940 54
= 0,2108 mg/L Konsentrasi seng = 0,2108 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,00 g= 0,4216 mg/kg
10. Perhitungan kadar seng dari tahu walik sepuluh kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0015 g
Absorbansi (Y) = 0,3647
Persamaan garis regresi: Y = 0,671451166x + 0,021940154 X = 0, 647 - 0,0 940 54
= 0,5105 mg/L Konsentrasi seng = 0,5105 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,00 5 g= 1,0209 mg/kg
Lampiran 12. (Lanjutan)
11. Perhitungan kadar seng dari tahu walik sepuluh kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0017 g
Absorbansi (Y) = 0,3636
Persamaan garis regresi: Y = 0,671451166x + 0,021940154 X = 0, 6 6 - 0,0 940 54
= 0,5089 mg/L Konsentrasi seng = 0,5089 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,00 7 g= 1,0176 mg/kg
12. Perhitungan kadar seng dari tahu walik sepuluh kali penggorengan Berat sampel yang ditimbang = 25,0005 g
Absorbansi (Y) = 0,3633
Persamaan garis regresi: Y = 0,671451166x + 0,021940154 X = 0, 6 - 0,0 940 54
= 0,5084 mg/L Konsentrasi seng = 0,5084 mg/L
Kadar (mg/kg) = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran erat Sampel (g
=
x 50 m x 5,0005 g= 1,0168 mg/kg
Lampiran 13. Perhitungan Statistik Kadar Timbal pada Sampel Tahu Walik 1. Perhitungan statistik kadar timbal dari tahu walik sebelum digoreng
No Kadar timbal pada
Lampiran 13. (Lanjutan)
2. Perhitungan statistik kadar timbal pada sampel tahu walik satu kali penggorengan (TW 1)
Lampiran 13. (Lanjutan)
3. Perhitungan statistik kadar timbal pada sampel tahu walik lima kali penggorengan (TW 5)
Lampiran 13. (Lanjutan)
4. Perhitungan statistik kadar timbal pada sampel tahu sepuluh kali penggorengan (TW 10)
Kadar rata rata timbal pada TW 10:
µ = X ± (t α / 2, dk) x SD / √ = 1,2141 ± (4,303 x 0,1105 / √3 = (1,2141 ± 0,2745) mg/kg
Lampiran 14. Perhitungan Statistik Kadar Seng pada Sampel Tahu Walik
1. Perhitungan statistik kadar seng pada sampel tahu walik sebelum penggorengan No Kadar seng pada TW
Lampiran 14. (Lanjutan)
2. Perhitungan statistik kadar seng pada sampel tahu walik satu kali penggorengan (TW 1)
Lampiran 14. (Lanjutan)
3. Perhitungan statistik kadar seng pada sampel tahu walik lima kali penggorengan (TW 5)
Lampiran 14. (Lanjutan)
4. Perhitungan statistik kadar seng pada sampel tahu walik sepuluh kali penggorengan (TW 10)
Lampiran 15. Tabel Distribusi T
Lampiran 1. Sampel (tahu)
Lampiran 14. Sampel (tahu)
Lampiran 16. Persentase Peningkatan Kadar Timbal pada Sampel Tahu Walik
1. Tahu walik sebelum penggorengan dan 1 kali penggorengan
Kadar rerata timbal pada tahu walik sebelum penggorengan adalah 0,4416 mg/kg Kadar rerata timbal pada tahu walik 1 kali penggorengan adalah 0,4982 mg/kg Persentase peningkatan kadar timbal :
adar tim al kali penggorengan - adar tim al se elum penggorengan
adar rerata tim al kali penggorengan x 100%
( - 0,44 6) mg kg
mg kg x 100%
=
11,36 %2. Tahu walik sebelum penggorengan dan 5 kali penggorengan
Kadar rerata timbal pada tahu walik sebelum penggorengan adalah 0,4416 mg/kg Kadar rerata timbal pada tahu walik 5 kali penggorengan adalah 1,0980 mg/kg Persentase peningkatan kadar timbal :
adar tim al 5 kali penggorengan - adar tim al se elum penggorengan
adar rerata tim al 5 kali penggorengan x 100%
( - 0,44 6 ) mg kg
mg kg x 100%
=
59,78 %3. Tahu walik sebelum penggorengan dan 10 kali penggorengan
Kadar rerata timbal pada tahu walik sebelum penggorengan adalah 0,4416 mg/kg Kadar rerata timbal pada tahu walik 10 kali penggorengan adalah 1,2141 mg/kg Persentase peningkatan kadar timbal :
adar tim al 0 kali penggorengan - adar tim al se elum penggorengan
adar rerata tim al pada ta u walik 5 kali penggorengan x 100%
( - 0,44 6 ) mg kg
mg kg x 100%
=
63,63%Lampiran 17. Persentase Peningkatan Kadar Seng pada Sampel Tahu Walik 1. Tahu walik sebelum penggorengan 1 kali penggorengan
Kadar rerata seng pada tahu walik sebelum penggorengan adalah 0,0731 mg/kg Kadar rerata seng pada tahu walik 1 kali penggorengan adalah 0 0787 mg/kg Persentase peningkatan kadar seng :
adar seng kali penggorengan - adar seng se elum penggorengan
adar rerata seng ta u kali penggorengan x 100%
( - 0,07 ) mg kg
mg kg x 100%
=
7,11 %2. Tahu walik sebelum penggorengan dan 5 kali penggorengan
Kadar rerata seng pada tahu walik sebelum penggorengan adalah 0,0731 mg/kg Kadar rerata seng pada tahu walik 5 kali penggorengan adalah 0 4201 mg/kg Persentase peningkatan kadar seng :
adar seng 5 kali penggorengan - adar seng se elum penggorengan
adar rerata seng ta u 5 kali penggorengan x 100%
( - 0,07 ) mg kg
0,4 0 mg kg x 100%
=
82,60 %3. Tahu walik sebelum penggorengan dan 10 kali penggorengan
Kadar rerata seng pada tahu walik sebelum penggorengan adalah 0,0731 mg/kg Kadar rerata seng pada tahu walik 10 kali penggorengan adalah 1,0184 mg/kg Persentase peningkatan kadar seng :
adar seng 0 kali penggorengan - adar seng se elum penggorengan
adar rerata seng ta u 0 kali penggorengan x 100%
( - 0,07 ) mg kg
x 100% = 92,82 %
Lampiran 18. Recovery Timbal dan Seng Tahu Walik Sebelum Penggorengan 1. Hasil uji recovery timbal setelah ditambahkan larutan baku timbal
Sampel
2. Hasil uji recovery seng setelah ditambahkan larutan baku seng
Sampel
Lampiran 19. Perhitungan Recovery Timbal dan Seng pada Sampel Tahu Walik Sebelum Penggorengan
1. Contoh perhitungan recovery timbal
Persamaan regresi: Y = 0,023557823x - 0,002034693878 Absorbansi (Y) = 0,0049
X = 0,0049 0,00 0 469 878
= 0,2944 mg/L
Konsentrasi timbal setelah ditambah larutan baku = 0,2944 mg/L Kadar timbal dalam sampel setelah ditambah larutan baku (CF) CF = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran
erat Sampel (g
= x 50 m x 5, 00 5 g
= 0,5887 mg/kg
Kadar sampel setelah ditambah larutan baku (CF) = 0,5887 mg/kg
Kadar rata-rata sampel sebelum ditambah larutan baku (CA) = 0,4416 mg/kg Berat sampel rata – rata uji recovery = 25,0025 g
Kadar bahan baku yang ditambahkan (C*A)
C*A = onsentrasi logam yang ditam a kan x olume yang ditam a kan erat Sampel
= mg x ,5 m 5,00 5 g
= 0,1399 mg/kg
Lampiran 19. (Lanjutan)
Persamaan regresi: Y = 0,671451166x + 0,021940154 Absorbansi (Y) = 0,1118
X = 0, - 0,0 940 54
= 0, 6 mg
Konsentrasi seng setelah ditambah larutan baku = 0, 6 mg Kadar seng dalam sampel setelah ditambah larutan baku (CF) CF = onsentrasi (mg x olume (m x aktor pengen eran
erat Sampel (g
= 0, 6 mg x 50 m x 5,00 g
= 0 2652 mg/kg
Kadar sampel setelah ditambah larutan baku (CF) = 0 2652 mg/kg
Kadar rata-rata sampel sebelum ditambah larutan baku (CA) = 0,0773 mg/kg
Kadar rata-rata sampel sebelum ditambah larutan baku (CA) = 0,0773 mg/kg