• Tidak ada hasil yang ditemukan

Afrianto E. 2008. Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Alles et al. 1999. Consumption of fructooligosaccharides does not favorably affect blood glucose and serum lipid concentrations in patients with type 2 diabetes. Am J Clin Nutr: 69: 64–9

Ambarsari I, Qanytah, Sarjana. 2009. Penetapan standar penggunaan pemanis buatan pada produk pangan. Jawa Tengah: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. www.bsn.go.id. [19 Januari 2010]

Andarwulan, N, Hariyadi P. 2004. Perubahan mutu (fisik, kimia, mikrobiologi) produk pangan selama pengolahan dan penyimpanan produk pangan.

Pelatihan Pendugaan Waktu Kedaluwarsa (Shelf Life), Bogor, 1−2 Desember 2004. Pusat Studi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Anjani G. 2003. Perubahan karakteristik fisik dan kimia Gel Aloe Vera Linn selama penyimpanan pasca panen dan pengaruh penambahan asam askorbat dan asam sitrat terhadap aktivitas enzim PPD. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis, 16th. AOAC International, Gaithersburg, Maryland

Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Sedarnawati, Budiyanto. 1989.

Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Bogor: PAU Insititut Pertanian Bogor.

Arpah. 1997. Edible packaging. Paper Metode Penelitian Ilmu Pangan, Program Ilmu Pangan, Program Pasca Sarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor [BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2008.

Pengujian Mikrobiologi Pangan. Vol. 9, No. 2, edisi Maret.

Baraja. 2008. Uji toksisitas ekstrak daun Ficus elastica Nois ex Blume terhadap Artemia salina Leach dan profil kromatografi lapis tipis [skripsi]. Surakarta:

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Bell LN, Labuza TP. 2000. Moisture Sorption (Partical Aspects of Isotherm Measurement and Use). USA: The American Association of Cereal Chemist

Brokker dan Donald B. 1992. Drying and Storage of Grains and Oil Seeds. New York: Van Nostrand.

Brown. 1992. Plastics In Food Packaging Properties Design and Fabrication.New York. Usa

Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wooton M. 1985. Ilmu Pangan. Purnomo H, Adiono, terjemahan dari Food science. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Cahyadi W. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.

Jakarta: Bumi Aksara

Chirife J, Iglesias HA. 1978. Equation for fitting water sorpsi isotherm of food part II. J. Food Tech 13: 319-327

Delarue J, Giampaoli P. 2006. Carbohydrate-Flavour Interactions. France:

Woodhead Publishing Limited.

Delzenne NM, Cani PD, Daubioul C, Neyrinck AM. 2007. Modulation of glucagon-like peptide-1 and energy metabolism by inulin and oligofructose:

experimental data. J Nutr; 137:2547S-2551S. http://jn.nutriton .org/download php?file

Dewi P. 2010. Formulasi produk serbuk minuman berbahan baku fruktooligosakarida (FOS) sebagai pangan fungsional rendah kalori [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Drummond KE, Lisa M B. 2007. Nutrition for Foodservice and Culinary Professionals, 6th ed. New Jersey: John Wiley & Sons, inc

Ekandini AI. 2006. Produksi Sirup FOS (Fruktooligosakarida) dari tepung inulin secara hidrolisis asam [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama [FDA] Food and Drugs Administration. 2000. Generally Recognized As Safe

Notification For Short-Chain Fructooligosaccharide. www.fda.gov. [28 Juli 2010]

Fransisca. 2010.Formulasi tepung bumbu dari tepung jagung dan penentuan umur impannya dengan pendekatan air kritis [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Gaman PM. 1992. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press.

Gibson GR, Fuller F. 1998. The role of probiotics and prebiotics in the functional food concept. In: Sadler, M.J. dan M. Saltmash. 1998. Functional foods, the consumers, the products and the evidence. British Nutrition Foundation. 3 – 13

Gropper S S, Jack L S, dan James L G. 2009. Advanced Nutrition and Human Metabolism 5th Ed. USA: Wadsworth

Hayes PR, Forsythe SJ. 1998. Food Hygiene, Microbiology, and HACCP.

Maryland: An Aspen Publication

Herawati H. 2008. Penentuan umur simpan pada produk pangan. Jurnal Litbang Pertanian, 27 (4)

Isse MG, Schuchmann H, Schubert H. 1983. Divided sorpsi isotherm concept an alternative way to describe sorption isotherm data. J. Food Process Eng 16 (2): 145-147

Juniarti, Osmeli D, Yuhernita. 2009. Kandungan senyawa kimia, uji toksisitas (brine shrimp lethality test) dan antioksidan (1,1-diphenyl-2 pikrilhydrazyl) dari ekstrak daun saga (Abrus precatorius L.). Makara Sains Vol. 13, No.

1: 50-54

Kusnandar F. 2006. Pendugaan Umur Simpan Produk Pangan dengan Metode Accelerated Shelf-life Testing (ASLT). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Kusumaningrum A. 2002. Mempelajari cara penentuan umur simpan produk biskuit di PT. Sanghiang Perkasa [laporan magang]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Labuza TP. 1982. Shelf life dating of foods. Connecticut: Food and nutrition press.

Luo et al. 2000. Chronic consumption of short-chain fructooligosaccharides does not affect basal hepatic glucose production or insulin resistance in type 2 diabetics. J. Nutr. 130: 1572–1577. www.jn.go.id. [27 Juli 2010]

Marliyati SA, Achmad S, dan Faisal A. 1992. Pengolahan Pangan Tingkat Rumah Tangga. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor

Muchtadi D. 1988. Aspek Biokimia Gizi dalam Keamanan Pangan. Bogor:

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Nurjanah S. 2006. Kajian sumber dan analisis bahaya mikrobiologis pangan pada rumah makan di lingkar kampus IPB [laporan akhir penelitian]. Bogor:

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Omaye ST. 2004. Food Nutritional Toxicology. Florida: CRC Press.

Rahayu WP, Nababan H, Budijayanto S, Syah D. 2003. Pengemasan, Penyimpanan dan Pelabelan. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Rollet LML. 1996. Physical Characterization and Nutrient Analysis. Belgium:

Marcel Dekker Inc.

Sulaeman A, Faisal A, Rimbawan, dan Sri AM. 1993. Metode Analisis Komposisi Zat Gizi Makanan. [Diktat]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Syarief R, Halid H. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Bogor: IPB Press

Syarief R, Santausa S, Isyana S. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Bogor:

Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.

Tensiska. 2008. Probiotik dan prebiotik sebagai pangan fungsional.

www.pustaka.unpad.ac.id. [20 Januari 2010]

Troller J dan JHB Christian. 1978. Water Activity and Food. New York: Academic Press.

Vitria M. 2010. Pendugaan umur simpan produk biskuit dengan metode akselerasi berdasarkan pendekatan air kritis [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

[WKNPG] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. 1993. Riset dan Teknologi Unggulan Mengenai Pangan dan Gizi Ganda Pembangunan Jangka Panjang II. Jakarta: LIPI

Winarno. 1980. Kimia Pangan. Bogor: Pusbangtepa-Food Technology Department Center, Institut Pertanian Bogor 

                                     

LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar uji organoleptik

Formulir Uji Organoleptik Produk Minuman Fruktooligoskarida (FOS) Nama Panelis : Tanggal Pengujian :

Jenis Kelamin : L / P Nama Produk : Minuman FOS

Dihadapan Saudara/i disajikan sampel produk Minuman Fruktooligoskarida (FOS). Anda diminta untuk menilai sampel tersebut dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Beri tanda garis vertikal ( I ) pada titik antara skala 1-9 dibawah ini yang tepat

menggambarkan persepsi Saudara/i

2. Silahkan untuk berkumur atau minum terlebih dahulu sebelum Anda menilai sampel berikutnya

3. Mohon tidak membandingkan antar sampel saat Anda melakukan penilaian Hedonik

Lampiran 1 (lanjutan)

Formulir Uji Organoleptik Produk Minuman Fruktooligoskarida (FOS) Nama Panelis : Tanggal Pengujian :

Jenis Kelamin : L / P Nama Produk : Minuman FOS

Dihadapan Saudara/i disajikan sampel produk Minuman Fruktooligoskarida (FOS). Anda diminta untuk menilai sampel tersebut dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Beri tanda garis vertikal ( I ) pada titik antara skala 1-9 dibawah ini yang tepat

menggambarkan persepsi Saudara/i

2. Silahkan untuk berkumur atau minum terlebih dahulu sebelum Anda menilai sampel berikutnya

3. Mohon tidak membandingkan antar sampel saat Anda melakukan penilaian Mutu Hedonik

Lampiran 2 Formula produk serbuk minuman berbahan baku FOS per satuan saji (Dewi 2010)

Bahan % Berat Bahan (g)

FOS - 10,53

Sukralosa (setara 600g gula) 5 0,02

Xanthan Gum 0,005 0,01

Flavor powder 0,25 0,5

Garam 0,01 0,02

Total 11,07 Catatan : Persen dari 200 ml sampel uji

Lampiran 3 Prosedur analisis mikrobiologi Analisis mikrobiologi (Fardiaz 1992)

Sebanyak 5 gram sampel ditimbang secara aseptik, kemudian dimasukkan ke dalam larutan pengencer (0,85% NaCl). Pengenceran dilakukan secara berseri, sehingga diperoleh tiga macam pengenceran, yaitu 1:10, 1:100, dan 1:1000. Setelah itu sebanyak 1 ml sampel dari pengenceran yang dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambah agar cair steril yang sesuai dan telah didinginkan (47-50oC) sebanyak 15-20 ml.

Setelah itu digoyangkan supaya sample menyebar rata. Media agar yang digunakan untuk inokulasi total mikroba adalah PCA (Plate Count Agar).

Inokulasi biakan dilakukan pada suhu 25-30oC selama 48 jam. Koloni yang tumbuh sebagai jumlah mikroorganisme per gram sampel.

Perhitungan:

Koloni per gram sampel = jumlah koloni per cawan x (1/faktor pengenceran)

Lampiran 4 Prosedur analisis kimia

a. Kadar air metode oven (AOAC 1995)

Cawan alumunium dikeringkan dalam oven, didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang. Sejumlah sampel (kurang lebih 3 g) dimasukan ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya. Cawan beserta isi dimasukan ke dalam oven bersuhu 100°C, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Pengeringan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan.

Perhitungan kadar air dilakukan dengan menggunakan rumus:

Kadar air (g/100 g) = x 100%

Keterangan:

W1 = bobot botol timbang/cawan aluminium kosong (g) W2 = bobot botol timbang/cawan aluminium + contoh (g) W3 = bobot botol timbang/cawan aluminium + contoh kering (g) b. Kadar abu metode pengabuan kering (AOAC 1995)

Cawan porselin dikeringkandalam tanur bersuhu 400-600°C, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 3-5 gram sampel ditimbang dan dimasukan ke dalam cawan porselin. Selanjutnya sampel dipijarkan di atas nyala pembakar bunsen sampai tidak berasap lagi, kemudian dilakukan pengabuan di dalam tanur listrik bersuhu 400-600°C selama 4-6 jam atau sampai terbentuk abu berwarna putih. Sampel selanjutnya didinginkan dalam desikator, selanjutnya ditimbang. Perhitungan kadar abu dengan menggunakan rumus:

Kadar abu (g/100g) = x 100% 

Keterangan:

W1 = bobot contoh (g)

W2 = Bobot cawan porselen kosong (g) W3 = bobot cawan porselin + abu (g)

c. Derajat keasaman / pH (Apriyantono et al. 1989)

Mula-mula ukur suhu sampel, set pengatur suhu pH-meter pada suhu terukur, kemudian nyalakan pH-meter dan biarkan selama 15 – 30 menit sampai stabil. Setelah itu, bilas elektroda dengan aliquot sampel atau akuades (jika menggunakan akuades, keringkan elektroda dengan kertas tissue) dan celupkan elektroda pada larutan sampel lalu set pengukuran pH.

Lampiran 4 (lanjutan)

Biarkan elektroda tercelup beberapa saat sampai diperoleh pembacaan yang stabil, lalu catat pH sampel.

d. Kadar total gula

Menurut Sulaeman et al. (1995), pengukuran kadar total gula dapat dilakukan salah satunya dengan metode refraktofotometri. Pengukuran kadar total gula dengan metode refraktofotometri, mula-mula kaca obyek refraktometer dibersihkan dengan kertas tissue yang telah dibasahi alkohol 70% dan didiamkan hingga kering. Setelah itu, satu tetes sampel diletakkan di atas kaca obyek dengan menggunakan pipet lalu kaca obyek tersebut ditutup. Selanjutnya tombol putar refraktometer (pengatur pembacaan kasar dan halus) diputar sedemikian rupa sehingga pada kaca okuler terlihat batas antara gelap dan terang, lalu nilai total gula sampel dibaca dalam bentuk derajat brix (% sukrosa). Nilai total gula dalam satuan persen dihitung dengan menggunakan rumus :

Kadar gula (%) = 100

Lampiran 5 Prosedur uji toksisitas dengan BSLT (Juniarti et al 2009) a. Penetasan larva udang

Disiapkan bejana untuk penetasan telur udang. Di satu ruang dalam bejana tersebut diletakkan lampu untuk menghangatkan suhu dalam penetasan, sedangkan di ruang sebelahnya diberi air laut. Kedalam air laut dimasukkan + 50-100 mg telur udang untuk ditetaskan. Pada bagian telur ditutup dengan aluminium foil, dan lampu dinyalakan selama 48 jam untuk menetaskan telur. Diambil larva udang yang akan diuji dengan pipet.

b. Persiapan larutan sampel

Ekstrak yang akan diuji dibuat dalam konsentrasi 10, 100, 200, 500 dan 1000 ppm dalam air laut.

c. Prosedur uji toksisitas dengan metode BSLT

Udang sebanyak 10-12 ekor dipipet, kemudian dimasukkan ke dalam wadah uji. Di tambahkan larutan sampel yang akan diuji masing-masing sebanyak 100 μL, dengan konsentrasi 10, 100, 200, 500 dan 1000 ppm.

Untuk setiap konsentrasi dilakukan 3 kali pengulangan (triplikat). Larutan diaduk sampai homogen. Untuk kontrol dilakukan tanpa penambahan

Lampiran 5 (lanjutan)

sampel. Larutan dibiarkan selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah larva yang mati dan masih hidup dari tiap lubang. Angka mati dihitung dengan menjumlahkan larva yang mati dalam setiap konsentrasi (3 lubang). Angka hidup dihitung dengan menjumlahkan larva yang hidup dalam setiap konsentrasi (3 lubang).

Perhitungan akumulasi mati tiap konsentrasi dilakukan dengan cara berikut: akumulasi mati untuk konsentrasi 10 ppm = angka mati pada konsentrasi tersebut, akumulasi mati untuk konsentrasi 100 ppm = angka mati pada konsentrasi 10 ppm + angka mati pada konsentrasi 100 ppm, akumulasi mati untuk konsentrasi 200 ppm = angka mati pada konsentrasi 10 ppm + angka mati pada konsentrasi 100 ppm + angka mati pada konsentrasi 200 ppm.

Akumulasi angka mati dihitung sampai konsentrasi 1000 ppm.

Perhitungan akumulasi hidup tiap konsentrasi dilakukan dengan cara berikut:

akumulasi hidup untuk konsentrasi 1000 ppm = angka hidup pada konsentrasi 1000 ppm, akumulasi hidup untuk konsentrasi 500 ppm = angka hidup pada konsentrasi 1000 ppm + angka hidup pada konsentrasi 500 ppm, akumulasi hidup untuk konsentrasi 200 ppm = angka hidup pada konsentrasi 1000 ppm + angka hidup pada konsentrasi 500 ppm + angka hidup pada konsentrasi 200 ppm. Akumulasi angka hidup dihitung sampai konsentrasi 10 ppm. Selanjutnya dihitung mortalitas dengan rumus:

Grafik dibuat dengan log konsentrasi sebagai sumbu x terhadap mortalitas sebagai sumbu y. Nilai LC50 merupakan konsentrasi dimana zat menyebabkan kematian 50% yang diperoleh dengan memakai persamaan regresi linier y = a + bx.

Lampiran 6 Hasil analisis GLM terhadap tingkat kesukaan warna minuman FOS Corrected Total 423.689 299

Lampiran 7 Hasil analisis GLM terhadap tingkat kesukaan warna minuman FOS selama penyimpanan Corrected Total 597.694 298

Lampiran 8 Hasil uji beda lanjut Duncan terhadap tingkat kecerahan minuman

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

Lampiran 9 Hasil analisis GLM terhadap tingkat kesukaan aroma minuman FOS Corrected Total 501.349 299

Lampiran 10 Hasil analisis GLM terhadap tingkat aroma minuman FOS selama penyimpanan Corrected Total 510.117 299

Lampiran 11 Hasil analisis GLM tingkat kesukaan rasa minuman FOS selama penyimpanan Corrected Total 552.546 299

Lampiran 12 Hasil uji beda lanjut Duncan terhadap tingkat kesukaan rasa minuman

Lampiran 13 Hasil analisis GLM terhadap tingkat kemanisan minuman FOS selama penyimpanan Corrected Total 504.882 299

Lampiran 14 Hasil analisis GLM terhadap tingkat kesukaan kekentalan minuman FOS selama penyimpanan Corrected Total 455.474 299

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

Lampiran 15 Hasil uji beda lanjut Duncan terhadap tingkat kesukaan kekentalan minuman

Lampiran 16 Hasil analisis GLM terhadap tingkat kekentalan minuman FOS selama penyimpanan Corrected Total 703.202 299

Lampiran 17 Hasil analisis GLM terhadap tingkat kesukaan keseluruhan minuman FOS selama penyimpanan Corrected Total 393.982 299

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

Lampiran 18 Hasil analisis GLM terhadap kadar air serbuk minuman FOS

Lampiran 19 Hasil uji beda lanjut Duncan terhadap kadar air

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

Lampiran 20 Hasil analisis GLM terhadap kadar abu serbuk minuman FOS

Source Type III Sum

Corrected Total 28.298 39

Lampiran 21 Hasil uji beda lanjut Duncan terhadap kadar abu

Lampiran 22 Hasil analisis GLM terhadap nilai pH serbuk minuman FOS

Source Type III Sum of

Lampiran 23 Hasil uji beda lanjut Duncan terhadap nilai pH

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

Lampiran 24 Hasil analisis GLM terhadap total gula serbuk minuman FOS

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Partial Eta Squared Corrected Model 65.003a 9 7.223 0.791 0.627 0.192

Intercept 323900.828 1 323900.828 3.546E4 0.000 0.999

Suhu 0.016 1 0.016 0.002 0.967 0.000

Waktu 60.875 4 15.219 1.666 0.184 0.182

suhu * waktu 4.113 4 1.028 0.113 0.977 0.015

Error 274.006 30 9.134

Total 324239.837 40 Corrected Total 339.009 39

Lampiran 25 Hasil uji GLM terhadap total mikroba serbuk minuman FOS

Source Type III Sum Corrected Total 20677.500 39

Lampiran 26 Hasil uji beda lanjut Duncan terhadap total mikroba

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

Lampiran 27 Hasil analisis GLM terhadap nilai LC50 serbuk minuman FOS

Error 612648.332 6 102108.055

Total 2.597E7 12

Corrected Total 1917117.749 11

Lampiran 28 Hasil uji organoleptik sampel air kritis

No responden Jam ke-

Lampiran 29 Hasil uji ANOVA organoleptik untuk penentuan kadar air kritis

Lampiran 30 Hasil uji beda lanjut Duncan terhadap organoleptik air kritis

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Lampiran 31 Hasil pengukuran kadar air kritis

1 FOS1a 1,0952 3,0279 5,5287 4,1186 4,4335 3,0234 46,63954 2 FOS1b 1,0679 3,05 5,2969 4,1295 4,229 3,0616 38,13039

42,38497

3 FOS2a 1,088 3,1152 5,631 4,211 4,543 3,123 45,4691 4 FOS2b 1,0398 3,0899 5,4866 4,1227 4,4468 3,0829 44,24081

44,85496

rata-rata 43,61996

Lampiran 32 Hasil penimbangan sampel air kesetimbangan ( minggu ke-1 sd 10)

No Jenis

2,432 5,136 7,567 7,531 7,519 7,527 7,512 7,515 7,511 7,508 7,513 7,510 selisih penimbangan -0,036 -0,013 -0,036 -0,013 0,009 -0,015 0,003 -0,004 -0,004 selisih /gram sampel -0,007 -0,002 -0,007 -0,002 0,002 -0,003 0,001 -0,001 -0,001

2 KI 69

2,478 5,149 7,626 8,001 8,143 8,217 8,277 8,316 8,336 8,363 8,374 8,385 selisih penimbangan 0,3744 0,1422 0,374 0,142 0,075 0,060 0,039 0,020 0,028

2,476 5,391 7,867 8,607 8,988 9,138 9,315 9,379 9,425 9,453 9,428 9,463 selisih penimbangan 0,7403 0,381 0,740 0,381 0,149 0,178 0,063 0,046 0,028 selisih /gram sampel 0,137 0,071 0,137 0,071 0,028 0,033 0,012 0,009 0,005

5 BaCl 90,3

2,507 5,177 7,684 8,667 9,174 9,395 9,663 9,781 9,764 9,930 9,924 9,905 selisih penimbangan 0,9832 0,5074 0,983 0,507 0,221 0,267 0,118 -0,017 0,166 selisih /gram sampel 0,190 0,098 0,190 0,098 0,043 0,052 0,023 -0,003 0,032

6 KNO3 93

2,515 5,066 7,581 8,816 9,281 9,433 9,560 9,664 9,741 9,929 9,911 9,929 selisih penimbangan 1,235 0,4653 1,235 0,465 0,151 0,127 0,105 0,076 0,188 selisih /gram sampel 0,244 0,092 0,244 0,092 0,030 0,025 0,021 0,015 0,037

7 K2SO4 97

2,500 5,302 7,802 8,893 9,640 10,052 10,336 10,516 10,621 10,912 11,047 11,253 selisih penimbangan 1,091 0,7467 1,091 0,747 0,412 0,284 0,180 0,105 0,291 selisih /gram sampel 0,206 0,141 0,206 0,141 0,078 0,054 0,034 0,020 0,055

Lampiran 33 Hasil penimbangan air kesetimbangan (mingggu ke-11 sd 19)

2,500 5,302 11,457 11,602 11,712 11,768 11,867 11,974 12,045 12,087 12,153 selisih penimbangan 0,204 0,204 0,145 0,109 0,057 0,098 0,108 0,071 0,042 selisih /gram sampel 0,039 0,039 0,027 0,021 0,011 0,019 0,020 0,013 0,008

Lampiran 34 Hasil pengukuran kadar air kesetimbangan

N

Lampiran 35 Contoh perhitungan dalam pembuatan kurva sorpsi ishotermis produk minuman serbuk FOS (model persamaan Hasley)

No Jenis garam aw Me percobaan x=log Me y=log(ln(1/aw)) 1 NaOH 0,07 0,04 -1,37 0,43 2 KI 0,69 0,15 -0,84 -0,43

3 NaCl 0,76 0,19 -0,72 -0,55 4 KCl 0,84 0,29 -0,54 -0,76

5 BaCl 0,90 0,43 -0,37 -0,99 6 KNO3 0,93 0,45 -0,35 -1,14 7 K2SO4 0,97 0,83 -0,08 -1,52

Model persamaan Hasley :

Y = a + bx

log (ln(1/aw))= -1,604 - 1,471 log Me maka, a = 1,604 dan b = - 1,471

x = (y + a)/ b

Perhitungan air kesetimbangan (Me) menggunakan model persamaan Hasley:

log Me = (log (ln(1/aw)) + 1,604)/ (-1,471) log Me = (log (ln(1/0,07)) + 1,604)/ (-1,471)

log Me = - 1,38 Me = 0,04

Aw Me percobaan Me model Hasley

0,07 0,04 0,04

0,69 0,15 0,16

0,76 0,19 0,19

0,84 0,29 0,27

0,90 0,43 0,38

0,93 0,45 0,48

0,97 0,83 0,87

Lampiran 36 Kurva sorpsi isothermis model persamaan

Kurva model Hasley Kurva model Chen- Clayton

Kurva model Henderson Kurva model Caurie

Kurva model Oswin

Lampiran 37 Contoh perhitungan nilai MRD (model persamaan Hasley)

Aw Mi mpi (mi-mpi)/mi

0,07 0,04 0,04 0,02 0,02

0,69 0,15 0,16 -0,09 0,09

0,76 0,19 0,19 -0,01 0,01

0,84 0,29 0,27 0,08 0,08

0,90 0,43 0,38 0,11 0,11

0,93 0,45 0,48 -0,08 0,08

0,97 0,83 0,87 -0,05 0,05

∑ 0,44

Nilai MRD 6,22

  MRD = 6,22

Lampiran 38 Penentuan Nilai b (slope)

Aw (sumbu x) Mi (sumbu y)

0,07 0,04

0,69 0,15

0,76 0,19

0,84 0,29

0,90 0,43

0,93 0,45

Persamaan yang dihasilkan adalah y = 0,421x – 0,035 dimana y = a + bx, sehingga nilai b didapat sebesar 0,421.

Lampiran 39 Perhitungan umur simpan minuman serbuk FOS

 

 

 

 

Dokumen terkait