• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasuki, I. M. 1989. Pengaruh suhu pemeraman terhadap perubahan fisik, kimia dan fisiologis buah pisang Ambon. Penel.Hort. 3(4): 28 - 35.

Departemen Pertanian. 2012a. Volume produksi, ekspor dan impor total buah tahun 2011. http://hortikultura.deptan.go.id/?q=node/397. [21 Oktober 2012].

Departemen Pertanian. 2012b. Daerah sentra pisang yang tersebar di Indonesia. http://hortikultura.deptan.go.id/?q=node/333. [21 Oktober 2012].

Diennazola, R. 2008. Pengaruh Sekat Dalam Kemasan terhadap Umur Simpan dan Mutu Buah Pisang Raja Bulu. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 49 hal.

Espino, R. R. C., S. H. Jamaluddin, Bechamas Silayol, and R. E. Nasution. 1992.

Musa L., p. 225 - 233. In E. W. M. Verheij and R. E. Coronel (Eds.) Plant Resources of South-east Asia 2: Edible Fruit and Nuts. Prosea Foundation. Bogor.

Jannah, U. F. 2008. Pengaruh Bahan Penyerap Larutan Kalium Permanganat terhadap Umur Simpan Pisang Raja Bulu. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 48 hal.

Kader, A. A.1992. Postharvest biology and technology. p. 15 - 20. In A. A. Kader (Ed.). Bananas and Plantains. Postharvest Technology of Horticulture Corps. Agriculture and Natural Resources Publication, Univ. California. Bakerley.

Kader, A. A. 1996. Maturity indices - banana ripening chart. http://ucanr.org/sites/postharvest/PFfruits/BananaPhotos. [11 september 2012].

Kholidi. 2009. Studi Tanah Liat Sebagai Pembawa Kalium Permanganat pada Penyimpanan Pisang Raja Bulu. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 52 hal.

Lukum, A. 2009. Produksi dan Distribusi Pellet Kalium Permanganat (KMnO4 )

untuk Menghambat Tingkat Kematangan Buah Pisang.

http://www.ung.ac.id [5 November 2011].

Mulyana, E. 2011. Studi Pembungkus Bahan Oksidator Etilen dalam Penyimpanan Pascapanen Pisang Raja Bulu (Musa sp. AAB Group). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 49 hal.

Murtiningsih, Prabawati .S., Setyadjit dan Sjaifullah. 1994. Evaluation of ripening manual which respect to applicability of the Ambon Putih banana cultivar. Paper presented at AAPSIP Regional Workshop. Jakarta 7 - 9 Juni, 1994.

Nakasone, H.Y. and R.E. Paull. 1998. Tropical Fruit. Seventh Edition. CAB

International. New York. 432 p.

Pantastico, Er.B. 1975. Postharvest Physiology handling and utilization of tropical and subtropical fruits and vegetable. AVI Publ. Co. Inc. Westport, Connecticut.

Pantastico, Er.B., A.K. Matto, dan C.T. Phan. 1989. Peran etilena dalam pemasakan, hal 120 - 135. Dalam Er. B, Pantastico (Ed.). Fisiologi pascapanen, penanganan dan pemanfaatan buah-buahan dan sayur-sayuran tropika dan sub tropika. Terjemahan dari Postharvest Physiology, Handling and Utilization Tropical and Sub-tropical Fruits and Vegetables. Diterjemahkan oleh Kamariyani. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

PKBT. 2005. Laporan Akhir Riset Unggulan Strategis Nasional Pengembangan Buah-buahan Unggul Indonesia. Pisang. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor.

Prabawati, S., Suyanti dan D.A, Setyabudi. 2009. Teknologi Pascapanen dan Pengolahan Buah Pisang. http://www.pascapanen.litbang.deptan.go.id [13 maret 2011].

Purwoko B.S dan D. Juniarti. 1998. Pengaruh beberapa perlakuan pascapanen dan suhu penyimpanan terhadap kualitas dan daya simpan buah pisang Cavendish. Bul. Agron. 26(2) 19-28.

Robinson, J.C. 1996. Bananas and plantains. Fifth edition. CAB International. New York. 231 p.

Samson, J.A. 1980. Tropical Fruit. Longman Scientific and Technical. UK. 336p.

Sholihati. 2004. Kajian Penggunaan Bahan Penyerap Etilen Kalium Permanganat untuk Memperpanjang Umur Simpan Pisang Raja (Musa paradisiaca var.

Sapientum L.). Tesis. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.117 hal.

Sudarmaji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. 138 hal.

Wattimena, G. A. 2010. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wills, R. B. H., T. H. Lee, W. B. Mc Glasson and D. Graham. 1989. Postharvest, and introduction to the Physiology and Handling Fruit and Vegetables. Van Nostand. New York. 150 p.

Winarno, F. G. dan M. A. Wirakartakusumah. 1979. Fisologi Lepas Panen. Sastra Hudaya. Jakarta. 96 hal.

Lampiran 1. Gejala penyakit crown end rot pada buah pisang Raja Bulu

Lampiran 2. Gejala penyakit antraknosa pada buah pisang Raja Bulu

Lampiran 3. Hasil rekapitulasi sidik ragam non destruktif oksidan etilen pascapanen buah pisang Raja Bulu

Peubah Uji F Koefisien Keragaman (%)

Susut bobot buah

3 HSP tn 20.33 6 HSP * 13.14 9 HSP * 15.87 12 HSP tn 24.61 15 HSP * 6.05 16 HSP tn 5.82

Keterangan : * nyata pada taraf 5%. tn tidak nyata

Lampiran 4. Hasil rekapitulasi sidik ragam destruktif oksidan etilen pascapanen buah pisang Raja Bulu

Peubah Uji F Koefisien Keragaman (%)

Destruktif

Kekerasan kulit buah

3 HSP tn 13.42 6 HSP tn 20.24 12 HSP tn 43.09 16 HSP * 10.08 Edible part 3 HSP tn 15.31 6 HSP tn 7.27 12 HSP * 6.78 16 HSP * 9.43

Asam Tertitrasi Total (ATT)

3 HSP tn 22.78

6 HSP tn 28.51

12 HSP tn 27.02

16 HSP * 14.08

Padatan Terlarut Total (PTT)

3 HSP tn 28.50 6 HSP tn 30.39 12 HSP * 13.04 16 HSP tn 4.42 Rasio PTT/ATT 3 HSP tn 36.67 6 HSP tn 46.88 12 HSP tn 35.76 16 HSP tn 12.85 Kandungan vitamin C 3 HSP tn 22.36 6 HSP tn 25.91 12 HSP * 27.34 16 HSP tn 29.01

Keterangan : * nyata pada taraf 5%. tn tidak nyata

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pisang merupakan salah satu komoditas buah unggulan Indonesia yang mudah didapat, memiliki nilai ekonomi, budaya, serta nilai gizi yang tinggi. Selain dimanfaatkan segar, pisang juga dapat dipasarkan dalam beberapa bentuk olahan, diantaranya keripik pisang, sale pisang dan lainnya. Pisang Raja Bulu (Musa sp. AAB group) merupakan pisang yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berpotensi untuk diekspor. Berdasarkan data Departemen Pertanian (2012a) produksi pisang di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 5,899,640 ton, jumlah ekspor pisang di Indonesia sebesar 1,735 ton, dan jumlah impor pisang di Indonesia sebesar 1,631 ton. Daerah sentra pisang di Jawa Barat tersebar di Bogor, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Garut, Sumedang, dan Ciamis (DEPTAN, 2012b). Pisang Raja Bulu memiliki karakteristik yaitu rasa buah lebih manis dan tekstur buah lebih lunak, penampilan buahnya menarik dan memiliki kandungan karoten yang tinggi (PKBT, 2005).

Pisang merupakan salah satu produk hortikultura mudah rusak (perishable), karena proses metabolisme tetap berlangsung setelah pemanenan, sehingga kualitas buah akan menurun selama penyimpanan. Kehilangan hasil pascapanen dapat mencapai 20 - 30% yang disebabkan oleh produksi skala kecil dan tersebar serta sarana pendukung penyimpanan yang kurang memadai. Oleh karena itu, diperlukan bahan oksidator etilen dan pembagian pembungkusan yang tepat untuk mempertahankan umur simpan dan mutu buah pisang.

Pisang tergolong buah klimakterik sehingga setelah dipanen masih melangsungkan proses fisiologi dengan laju respirasi yang meningkat drastis selama proses pematangan buah. Diketahui bahwa hormon yang berpengaruh terhadap proses pematangan adalah etilen. Kesempurnaan hasil pemeraman dipengaruhi oleh dosis bahan pemacu pematangan, suhu, kelembaban dan sirkulasi udara. Proses pematangan yang berjalan sempurna menghasilkan warna kulit buah pisang kuning merata, rasa buah manis, aroma kuat dan tidak mudah rontok. Proses pematangan menyebabkan pemecahan klorofil, pati, pektin, dan

tanin yang diikuti dengan pembentukan senyawa etilen, pigmen, flavor, energi dan polipeptida (Pantastico, 1975).

Perlakuan pascapanen pisang yang baik dalam penyimpanan buah pisang bertujuan untuk menghambat proses enzimatis yang meminimalkan respirasi dan transpirasi sehingga daya simpan buah lebih lama. Sebagai buah klimaterik, pisang mengalami kenaikan respirasi dan produksi etilen yang tinggi selama proses pematangan. Keadaan tersebut menyebabkan daya simpan pisang menjadi singkat, sehingga berakibat cepat menurun kualitasnya.

Perlakuan bahan kimia dalam penyimpanan pisang umunya menggunakan pengoksidasi gas etilen yaitu KMnO4 (Kalium Permanganat). Menurut Sholihati (2004) penggunaan KMnO4 sebagai bahan penyerap etilen mampu menghambat pematangan, yaitu dengan cara menekan produksi etilen dan mempertahankan warna hijau, tekstur dan aroma pisang Raja selama 15 hari pada suhu 28˚ C dan

45 hari pada suhu 13˚ C. Penggunaan KMnO4 tidak dianjurkan secara langsung karena bentuknya cair dan berwarna ungu pekat. Oleh karena itu, diperlukan bahan pembawa KMnO4 agar tidak mencemari kulit buah.

Salah satu bahan yang dapat dijadikan pembawa KMnO4 adalah tanah liat. Menurut Lukum (2009) penggunaan pellet yang terbuat dari campuran tanah liat dan sekam dengan perbandingan 1:1 yang kemudian dicelupkan kedalam KMnO4 20% dapat memperlambat pematangan buah pisang. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui banyaknya campuran tanah liat dan KMnO4 sebagai bahan oksidan etilen yang tepat untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan mutu buah. Menurut Mulyana (2010) dosis 30 g serbuk oksidan etilen (campuran 75 g KMnO4 dalam 1 kg tanah liat) dengan pembungkus kertas serat nilon dan kain kassa mampu mempertahankan umur simpan selama 12 hari. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui besarnya bahan oksidan dan pembagian pembungkusan etilen sebagai bahan penyerap etilen yang tepat untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan mutu buah.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas oksidan etilen dengan dosis 30 g yang terbagi dalam beberapa kemasan untuk memperpanjang umur simpan pisang Raja Bulu.

Dokumen terkait