• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saran

Untuk mendapatkan bahan dasar pelumas dari pelumas bekas dengan perolehan kembali yang lebih baik dan memenuhi spesifikasi baku teknisnya, perlu diujikan penggunaan campuran berbagai adsorben lain.

DAFTAR PUSTAKA

[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2004. ASTM E 2412-04, Condition monitoring of used lubricants by trend analysis using Fourier transform infrared (FTIR) spectrometry. West Conshohocken (US): ASTM International.

[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2004. ASTM D 2270-04, Calculation viscosity index from kinematic viscosity at 40 C and 100 C. West Conshohocken (US): ASTM International.

[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2004. ASTM D 1500-04a, Color of petroleum products (ASTM color scale). West Conshohocken (US): ASTM International.

[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2001. ASTM D 189-01, Conradson carbon residue of petroleum products. West Conshohocken (US): ASTM International.

[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2003. ASTM D 482-03, Ash from petroleum products. West Conshohocken (US): ASTM International.

[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2004. ASTM D 974-04, Acid and base number by color-indicator titration. West Conshohocken (US): ASTM International.

[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2009. ASTM D 445-09, Standard test method for kinematic viscosity of transparent and opaque liquids and calculation of dynamic viscosity. West Conshohocken (US): ASTM International.

[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2004. ASTM D 6304-04a, Determination of water in petroleum products, lubricating oils, and additives by coulometric Karl Fischer titration. West Conshohocken (US): ASTM International.

[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2005. ASTM D 97-05,

Pour point of petroleum products. West Conshohocken (US): ASTM International.

[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2009. ASTM D 5185-09, Determination of the particle size of powdered activated carbon by inductively couple plasma (ICP). West Conshohocken (US): ASTM International.

[API] American Petroleum Institute. 2004. Spesification 5L Forth. Spesification for line pipe Ed ke-2. Washington (US): API.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Tingkat Konsumsi Minyak Pelumas untuk Sektor Industri dan Otomotif. Jakarta (ID): BPS.

15

Bath DS, Jenal MS, Turmuzi L. 2012. Penggunaan tanah bentonit sebagai adsorben logam Cu. J Tek Kim. 1(1):1-12.

Fajar R, Yubaidah S. 2007. Penentuan kualitas pelumas mesin. J Lub Sci Tech. 1(9): 8-15.

Fikri ME, Reni K. 2010. Regenerasi bentonit bekas secara kimia fisika dengan aktivator asam klorida dan pemanasan pada proses pemucatan CPO [skripsi]. Lampung (ID): Universitas Lampung.

Harjono H. 2001. Teknologi Minyak Bumi. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr.

Hairil P. 2001. Pemanfaatan zeolit lampung yang diaktivasi dengan NaOH sebagai adsorben uap pada kondensasi uap industri karet remah (crumb rubber) [skripsi]. Lampung (ID): Universitas Lampung.

Hilyati, Widihastono B. 1991. Adsorpsi zat warna tekstil pada zeolit alam dari Bayah. J Kim Terapan Indones. 1(2):47-53.

Joseph U. 2010. A comparative study of recycling of used lubrication oils using distillation, acid and activated charcoal with clay methods. J Petroleum & Gas Eng. 2(2):12-19.

Katti K, Katti D. 2001. Effect of Clay-Water Interactions on Swelling in Montmorillonite Clay. Fargo (US): North Dakota State University.

Kumar P, Jasra RV. 1995. Evolution of porosity and surface acidity in montmorillonite clay on acid activation, Chem Res. 34:1440-1448.

Ladha S, Molyneux P, Wang JX, Wang KR, Buckley JS. 2010. Evaluasi pengelolaan limbah pelumas sebagai limbah B3 [makalah]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.

Lianna J, Yunia K, Haerry S. 2012. Penjernihan minyak pelumas bekas dengan metode adsorpsi suatu usaha pemanfaatan kembali minyak pelumas bekas sebagai base oil. J Teknol Kim & Industri Univ Diponegoro. 1(1):252-257. Naibaho ABF. 2008. Pengaruh kekentalan dan tekanan terhadap jumlah persen

volume fraksi bensin [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Pertamina. 1998. Pelumas dan Pelumasan. Cilacap (ID): Pertamina.

Rahmawati E. 2006. Adsorpsi senyawa residu klorin pada karbon aktif termodifikasi zink klorida [skripsi]. Bogor (ID): Intstitut Pertanian Bogor Rizvi SQA. 1992. Lubricant Additive and Their Function. Di dalam: Robinson

NB, editor. ASM Handbook Friction, Lubrication, and Wear Technology. Maryland (US): ASM International.

Rolly F. 2009. Pelumas Menurut Bahan Dasar dan Aditif. Jakarta (ID): Gramedia. Sardjito. 2006. Panduan Tentang Pelumas dan Pelumasan Edisi Pertama. Jakarta

(ID): Petrolab Services.

Sanusi W. 2006. Bahan Dasar Pelumas dan Formulasi Pelumas. Ed ke-1. Jakarta (ID): Buletin MASPI.

Setiyono. 2006. Potensi limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di wilayah DKI Jakarta dan strategi pengelolaannya. J Teknol Lingk. 3(1):1-20.

Sudrajat R, Ariatmi R, Setiawan D. 2007. Pengolahan minyak jarak pagar menjadi epoksi sebagai bahan dasar pelumas. J Petroleum & Gas Eng. 3: 1-22. Troyer D, Fitch J. 2001. Oil Analysis Basic. Ed ke-2. Texas (US): Noria

Corporation.

Yoga P, Henry TP. 2007. Coal fly ash conversion to zeolite for removal of chromium and nickel from wastewaters. J Environ Tech.3:1–5.

16

Bentonit

Lampiran 1 Diagram alir penelitian Aktivasi Bentonit Metode Kerja Pelumas:Bentonit Teraktivasi (1:1) Pelumas Bekas  Ditambahkan 40 mL H2SO4 p.a

 Lapisan atas dipisahkan lalu dipanaskan suhu 120 oC

 Ditambahkan bentonit. Bentonit Aktif  Ditambahkan HCl 1 N (1:1)  Direfluks selama 2 jam.

 Disaring dan dicuci dengan akuades.  Dikeringkan

Diaduk selama 3 jam kemudian didiamkan selama 24 jam, lalu disaring

17

Lampiran 2 Hasil pengendapan pelumas dengan H2SO4

Lampiran 3 Hasil adsorpsi dengan bentonit (a), zeolit (b) dan silika (c)

18 Lampiran 4 Contoh perhitungan indeks kekentalan (ASTM D 2270)

Sampel Suhu (C) Faktor Tabung (C) Waktu (det) V (cSt) VI Pelumas bekas 40 0.2376 407.28 96.77 134 100 0.0376 349.91 13.16 Bahan dasar pelumas hasil perolehan 40 0.2337 323.4 75.58 143 100 0.0353 323.72 11.42

Contoh perhitungan kekentalan: Kode viskometer Ostwald 1786/150

V = kekentalan kinematik (mm2/det atau cSt) C = tetapan dari viskometer yang dikalibrasi t = waktu alir rerata

maka nilai kekentalan

Perhitungan Nilai VI

Kekentalan pada 100 C = 13.16 cSt Kekentalan pada 40 C = 96.77 cSt Nilai L

Kekentalan kinematik pada 100oC = 13.16 pada tabel terletak di antara 13.10 dan 13.20

13.10 nilai L = 235.0 13.20 nilai L = 238.1

Nilai H

Kekentalan kinematik pada 100 oC = 13.16 pada tabel terletak di antara 13.10 dan 13.20

19

lanjutan Lampiran 4 13.20 nilai H = 124.2

Mencari Nilai N

U = nilai kekentalan pada 40 oC Y = nilai kekentalan pada 100 C

20 lanjutan Lampiran 4

21

Lampiran 5 Perhitungan bilangan asam total (ASTM 974–04 2004 Standardisasi larutan KOH

Bobot KHP (kalium hidrogenftalat) = 0.2015 g

Volume Blangko = 0.05 mL

Volume KHP = 10.96 mL

Va = Larutan KOH yang diperlukan untuk titrasi sampel (mL) Vb = Larutan KOH yang diperlukan untuk titrasi blangko (mL) Wp = Bobot sampel (g)

Bilangan Asam Total

Sampel Bobot sampel (g) Volume (mL) TAN (mg KOH/g) Blangko (B) Sampel (A) Pelumas bekas 10.1213 0.1 3.75 1.82

Bahan dasar pelumas hasil

perolehan 12.6543 0.1 0.25 0.06

22 Lampiran 6 Perhitungan kadar abu (ASTM D 482-01 2001) dan kadar residu

karbon (ASTM D 189-01 2001)

Sampel Bobot (g) Kadar Abu

(%) Cawan Kering Sampel Cawan + Abu

Pelumas bekas 38.6190 5.0753 38.6837 1.27 Bahan dasar pelumas hasil perolehan 38.1881 5.2481 38.1881 0 Contoh perhitungan : Sampel

Bobot (g) Kadar Residu

karbon (%) Cawan Kering sampel Cawan + Abu

Pelumas Bekas 27.1281 5.0372 27.2295 2.01

Bahan dasar pelumas hasil

perolehan 26.9291 5.1645 26.9320 0.06

23

Lampiran 7 Spektrum FTIR pelumas bekas dan bahan dasar pelumas hasil perolehan kembali

24

Dokumen terkait