• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adam Y, Somchit MN, Sulaiman MR, Nasaruddin AA, Zuraini A, Bustamam AA, Zakaria ZA. 2009. Diuretic properties of Orthosiphon stamineus Benth. J. Ethnopharmacol. 124(1):8-154.doi: 10.1016/j.jep.2009.04.014.

Admodjo MCT. 2005. Penelitian aplikasi pupuk organik berimbang pada budidaya tanaman obat kumis kucing (Orthosiphon aristatus) di Negara Bumi Ilir-Lampung Tengah. Di dalam: Suprapto, Yufdy MP, Utomo SD, Timotiwu PB, Basuki TR, Prabowo A, Yani A, editor. Prosiding Lokakarya Nasional Pengembangan Lahan Kering; 2005 Sep 20-21; Lampung, Indonesia. Bandar Lampung (ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. hlm 189-192.

Ameer OZ, Salman IM, Asmawi MZ, Ibraheem ZO, Yam MF. 2012. Orthosiphonstamineus: tradisional uses, phytochemistry, pharmacology, and toxicology. Jurnal of Medical Food. 15(8):1-13. doi: 10.1089/jmf.2011.1973.

34

Aminudin I. 2004. Kandungan sinensetin dan kalium pada kumis kucing (Ortosiphon aristatus (Bl) Miq) di bawah berbagai tingkat penutupan tajuk [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Anggraeni, Triantoro. 1992. Kandungan utama daun kumis kucing. Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Hasil Penelitian Plasma Nutfah dan Budidaya Tanaman Obat; 1992 Maret 2-3; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. hlm 165-170.

[BALITTRO]. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 1994. Budidaya Tanaman Kumis Kucing. Bogor (ID): BALITTRO.

Dalimartha S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta (ID): Trubus Agriwidya.

De Padua LS, Bunyaprahatsara N, Lemmens RHMJ. 1999. Medicinal and poisonous plants 1. Bogor (ID): Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) Foundation No. 15.

[DepkesRI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Jakarta (ID): Depkes RI.

Dorly. 2006. Struktur sekretori tanaman bahan ramuan obat diabetes. J. Ilmu Pertanian Indonesia. 11(1):7-12.

DzulkarnainB, Widowati L,Isnawati A, Thijssen HJC. 1999. Orthosiphon aristatus (Blume) Miq. Di dalam: L.S. de Padua, N. Bunyapraphatsara, dan R.H.M.J. Lemmens (Eds.). Medicinal and Poisonous Plants 1. Bogor (ID): Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) Foundation No. 12 (1):368-371.

Ermiati, Hasnah M, Sukarman. 2005. Analisi kelayakan usahatani kumis kucing (Orthosiphon grandiflarus) di Kabupaten Sukabumi. Bul. Penelitan Tanaman Rempah dan Obat. 16(2):91-102.

Fadhlina A. 2008. Kesan suhu dan massa fermentasi terhadap komposisi kimia terpilih, antioksidan dan kualiti teh misai kucing (Orthosiphon stamineus) [tesis]. Malaysia: Universiti Sains Malaysia.

Febriana S. 2009. Pengaruh konsentrasi zat pengatur tumbuh dan panjang stek terhadap pembentukan akar dan tunas pada stek apokad (Persea americana Mill.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Flachsman. 1985. HPLC Determinan Of Sinensetin in Orthosiphon. Swizerland. Gatari DD. 2014. Pertumbuhan dan produktivitas tanaman tempuyung (Sonchus

arvensis L.) dengan komposisi media tanam yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Sjamsudin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research.

Guritno B, Sitompul SM. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Harjadi SS. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 506 hal.

Hartati S. 2011. Tanaman Berkhasiat Obat. Bogor (ID): IPB Press.

Herawati D, Nuraida L, Sumarto. 2012. Cara Produksi Simplisia yang Baik. Seafast Center. Insititut Pertanian Bogor. 26 hal.

Hossain MA, Ismail Z. 2012. Quantification and enrichment of sinensetin in the leaves of Orthosiphon stamineus. Arabian Journal of Chemistry. hlm 1-4.

35 Kunle OF, Engharevba HO, Ahmadu PO. 2012. Standarization of herbal medicine - a review. Internasional Journal of Biodiversity and Conservation. 4(3):101-112. doi: 10.5897/IJBC11.163.

Kusumaningrum I. 2005. Mempelajari toksisitas minuman seduhan bubuk daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) terhadap tikus percobaan secara in vivo [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian .

Moko H, Rosita SMD, Djauhariyah E. 1997. Dampak beberapa cara pemetikan dan pemberian nitroaromatik terhadap pertumbuhan dan produksi daun kumis kucing. The Indonesia Assosiation of Natural. Bogor (ID): Perhimpuan Penelitian Bahan Obat Alami. hlm 11-13.

Mursito B. 2002. Ramuan Tradisional untuk Gangguan Ginjal. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Mursito B, Prihmantoto H. 2002. Tanaman Hias Berkhasiat Obat. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Mutiarawati T. 2007. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Bandung (ID): Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran.

Nora Z. 2007. Pengaruh ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) dan bunga kenop (Gomphrena globosa L.) terhadap ploliferasi sel limfosit tikus [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nurmalina R, Valley B. 2012. 24 Herbal Legendaris untuk Kesehatan Anda. Jakarta (ID): PT Gramedia.

Pangestuti SD, Sulistyaningsih E, Sunarwinto BH. 2006. Pengaruh pemberian pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas bawang daun. Jurnal Ilmu Pertanian. 13(2):151-162.

Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Lukman DR, Sumaryono, penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung (ID): Penerbit ITB. Terjemahan dari: Plant Physiology. Ed ke-4.

Samanhudi, Muliawati ES, Setyorini E. 2010. Kajian frekuensi pemberian air dan macam pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kumis kucing. Jurnal Faperta Unikal. 13 (8): 70-85.

Sentosa D. 2013. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sudiarto HM, Hermanto, Anggraeni. 1996. Pola tanam kumis kucing (Orthosiphon aristatus Bl. Miq) dan variasi kandungan kimianya. Prosiding simposium Nasional I Tumbuhan Obat dan Aromatik. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. hlm 435-444.

Sumarni N, Rosliani R. 2001. Media tumbuh dan waktu aplikasi larutan hara untuk penanaman cabai secara hidroponik. J. Hortikultura. 11(4):227-243. Sumaryo W. 1990. Qualitative and Quantitative Analysis of The Fenolic

Constituens Ortjosiphon aristatus Planta Medica. Journal Of Medical Plant; 1991/57. New York.

Suryana WN. 2010. Optimasi ekstraksi sinensetin dari daun kumis kucing [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Susilowati YE. 2006. Pengaruh macam pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas bawang daun. Jurnal Universitas Tidar Magelang. 26(2):252-266.

36

Syahadat RM. 2012. Pengaruh komposisi media dan fertigasi pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack) di pembibitan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Taryono, Sudiarto. 1996. Peluang peningkatan produktivitas mengacu kandungan berkhasiat tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus). Di dalam: Sitepu D, Sudiarto, Supriadi, Murdiati, T B, Rosita SMD, Januawati M, Moko H, Kardinan A, Risfaheri, editor. Prosiding Simposium Penelitian Bahan Obat Alami VIII; 1994 Nov 24-25; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Perhimpuan Penelitian Bahan Obat Alami. hlm 149-152.

Widyastuti ET. 2013. Identifikasi karakter tanaman dan kadar minyak atsiri beberapa aksesi kemangi (Ocimum canum sims) [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Wiranthi PE. 2011. Analisis strategi bisnis kumis kucing kering pada PT Poros Nusantara Utama Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yilmaz G, Kandemir NK, Kinalioglu K. 2004. Effect of different prunning

interval on fresh shoot yield and some quality propertis of tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) in Turkey. Park J Biol Sci. 7(7):1208-1212.

Yuniarti T. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta (ID): Media Pressindo.

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data iklim bulanan Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor Bulan Temperatur (°C) Kelembaban udara (%) Curah hujan (mm) Intensitas matahari (cal cm-2) Okt-13 26.1 80 394 - Nov-13 25.3 78 187 - Des-13 25.5 86 411 279 Jan-14 24.6 89 702 214 Feb-14 25.0 89 337 233 Mar-14 25.6 87 281 298

Sumber: Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika, Dramaga Bogor 2014

Lampiran 2 Data analisis kadar sinensetin tanaman kumis kucing Perlakuan Bobot Contoh yang ditimbang (g) Waktu retensi (menit) Area di bawah puncak Volume larutan (ml) Fp Konsentrasi sinensetin (ppm) Kadar sinensetin (mg g-1) Kadar sinensetin (%) Standar 6.357 9032088 21.58 2 MST 1.03 6.317 404503 10 5 4.83 0.0468 0.0047 4 MST 1.03 6.313 772111 10 5 9.22 0.0899 0.0090 6 MST 1.02 6.327 1483251 10 5 17.72 0.1740 0.0174 SB 1.01 6.317 996581 10 5 11.91 0.1176 0.0118 1 MSB 1.00 6.273 2410357 10 5 28.79 0.2868 0.0287 2 MSB 1.06 6.330 1977828 10 5 23.63 0.2231 0.0223 Contoh perhitungan:

Penentuan konsentrasi sinensetin dalam contoh (observasi 1 MSB) menggunakan rumus (Suryana 2010) :

Kadar sinensetin

rea di ba ah puncak contoh

rea di ba ah puncak standar konsentrasi standar fp bobot sample yang ditimbang

ppm ml ml m l ml g

38

Lampiran 3 Alat HPLC yang digunakan dalam penelitian

Gambar 2 Alat HPLC Kondisi alat HPLC sebagai berikut :

Alat HPLC Hitachi 1610.024 Panjang gelombang 340 µm Flow rate 1 ml menit-1

Pelarut Metanol : Air : THF = 100 : 50 : 100 Detektor µ v

Kolom : Linchrocart R 125-4 Volume : 20 µm

Lampiran 4 Kromatogram HPLC dari masing-masing sample umur panen

39

(b)

(c)

(d)

40

(f)

(g)

Keterangan: Kromatogram HPLC (a) standar sinensetin, (b) umur panen 2 MST, (c) umur panen 4 MST, (d) umur panen 6 MST, (e) umur panen SB, (f) umur panen 1 MSB, dan (g) umur panen 2 MSB

Lampiran 5 Komposisi daun tua dan daun muda pada umur panen 6 MST

Gambar 3 Komposisi daun tua dan daun muda pada umur panen 6 MST a. Daun muda; b. Daun tua

a

41

Dokumen terkait