• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abbas, Ahmad Sudirman, Pengantar Pernikahan (Analisa Perbandingan Antar Madzhab), Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006.

Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993.

Abdullah, Abdul Gani, Himpunan Perundang-undangan dan Peraturan Peradilan Agama, Jakarta : Intermasa, 1991.

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Akademika Pressindo, 1992, Cet Ke-1.

Al-Ansori, Abi Yahya Zakaria, Fathul Wahab, Indonesia: Dar ahya kutub al-Arabiyyah.

Al-Habsyi, M. Baqir, Fiqih Praktis; Menurut al-Qur‟an, al-Sunah, dan Pendapat Para Ulama, Bandung: Mizan, 2002, Cet. Ke-2.

Al-Hamdani, Risalah Nikah, Pekalongan: Raja Murah, 1980.

Al-Jaziri, Abdurrahman, Al-fiqh „ala Madzahib. al-Arba‟ah, Kairo, Dar al-Fikr, t.th, Juz Ke-4.

Al-Kaaf, Zaky Abdullah, Ekonomi Dalam Persepektif Islam, Jakarta : CV Pustaka Setia,2002.

Al-Munawir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, Cet Ke-14.

Al-Zuhaily, Wahbah, Al-Fiqh Al Islam wa Adillatuhu, Beirut: Dar el Fikr, t.th, Juz Ke-7.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996, cet. Ke-10.

Aripin, Jaenal, Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Arto, Mukti, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Asqalani, al, Ibnu Hajar, Bulugh al-Maram. Jakarta:Daar al-Kutub al-Islamiyah, 2002.

Daud, Sunan Abi, Bab Thalaq. Beirut: Daru Ibn Hizam,1998 Departemen Agama R.I., Al-Qur‟anul Karim dan Terjemahan

---Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, serta Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Direktorat Jendral Agama Islam, 2004. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 1988.

Djamal, R. Abdul, Hukum Islam, Bandung: CV. Mundur Maju, 1992, Cet. Ke-1. Haikal, Abduttawab, Rahasia Perkawinan Rasulullah: Pologami dalam Islam vs

Monogami Barat, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993.

Ibrahim, Johnny, Teory dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia Publishing, 2007, Cet. Ke-3.

Jawad, Mughniyyah, M. Ahwal al-syakhshiyah, Beirut:Dar al-„ilmi lil Malayin, 1964. Kamal, Muktar, Azas-Azas Hukum Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1993, Cet.

Ke-3.

Kamil, Faizal, Asas Hukum Acara Perdata, Jakarta: Badan Penerbit Iblam,2005. Kuzari, Achmad, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: PT. Raja Grafido Persada, 1995),

cet. Ke-1.

Latief, Jamil, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, Jakarta: Ghaila Indonesia, 1981.

Moleong, Lexy. J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Mujieb, M. Abdul, Tholhah, Mabruri, dan AM. Syafi‟ah, Kamus Istilah Fikih, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.

Mukhtar, Kamal, Asas-Asas Hukum islam Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, Cet. Ke-2.

Prodjohamidjojo, Martiman, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Indonesia Legal central Publishing, 2002.

Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Jakarta: Attahiriyya, , 1976, Cet Ke-6.

Rasjidi, Lili, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia, Bandung: Alumni, 1982.

Rasyid, Sulaiman, Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1985.

Rifa‟I, M., Salomo, M. Zuhri, Tarjamah Khulasha Kifayatul Akhyar, Semarang: CV. Toha Putera, 1983.

Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Rusyd, al-Faqih Abu Wahid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Ibnu, Terjemah

Bidayatul mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid ( Analisis Fiqh Para Mujtahid ), Penerjemah, Imam Ghazali Said dkk, Jakarta: Pustaka Amani, t.th.

Sabiq, Sayyid, Fiqih al-sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, 1983, Cet. Ke-4, jilid 2. Salam Madkur, Muhammad. Al-Qadha u fi al-Islam. Daar Nahdhah Arabiyah, t.th. Shidik, Ahmad, Hukum Talak Dalam Agama Islam, Surabaya: Putera Pelajar, 2001,

Cet Ke-1.

Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: CV. Rajawali, 1985.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2007.

Syaltout, Syaikh Mahmoud dan Al-Sayis, Syaikh M. Ali, perbandingan mazhab dalam masalah fiqih, Cet. Ke-7, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Antara fiqh munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Persada Media, 2006.

--- Garis-garis Besar Fiqih, Jakarta: Prenada Media, 2003.

---Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Prenada Media, 2007, cet ke 2.

Taqiyudin. Kifayah al-Ahyar. Bandung: Al-Maarif, Juz II.

Thalib, Sayuti. Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta: Ulp, 1997, Cet. Ke-2. Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974

Yunus, Mahmud, kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur‟an, 1973.

PEDOMAN WAWANCARA

1. Selama Ibu bertugas di Pengadilan Agama Tangerang, Apakah pernah Ibu menangani perkara perceraian karena isteri mafqud?

2. Apa tindakan Ibu Hakim, agar mereka tidak bercerai?

3. Sumber utama apa yang dipakai oleh Majelis Hakim dalam memutuskan perceraian karena isteri mafqud dan dalilnya?

4. Apakah isteri mafqud berpengaruh terhadap pernikahan? sedangkan di lain sisi suami dapat berpoligami!

5. Apakah perceraian karena isteri mafqud masih banyak terjadi di Pengadilan Agama Tangerang?

6. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya mafqud (bagi isteri)? 7. Apakah Hakim mengabulkan permohonan talak (cerai talak) suami karena isteri mafqud? Padahal isteri baru (6) enam bulan mafqud sedangkan batas minimum di Kompilasi Hukum islam (KHI) pasal 116 point b yaitu (2) dua tahun?

HASIL WAWANCARA

8. Selama Ibu bertugas di Pengadilan Agama Tangerang, Apakah pernah Ibu menangani perkara perceraian karena isteri mafqud?

Sering, baik talak cerai maupun talak gugat yang mafqud. Istilah yang digunakan di Pengadilan Agama Tangerang ini bukan mafqud melainkan ghaib. Ghaib yaitu orang yang tidak diketahui alamat tempat tinggalnya berada.

9. Apa tindakan Ibu Hakim, agar mereka tidak bercerai?

a. Mediasi, kalau pihak isteri datang memenuhi panggilan yang diumumkan

melalui media massa tetapi alat media yang digunakan di Pengadilan Agama Tangerang biasanya menggunakan jasa radio, agar tidak memberatkan pihak yang dibebankan menanggung biayanya yaitu suami.

b. menyarankan agar suami dapat sabar menunggu isterinya kembali

pulang.

c. Memutuskan dengan cerai, dengan talak raj‟i.

10.Sumber utama apa yang dipakai oleh Majelis Hakim dalam memutuskan perceraian karena isteri mafqud dan dalilnya?

Surat al-Ruum: 21                            

Artinya :Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

b. Ushul fiqih

Isteri meninggalkan tanggung jawab dan menghilangkan mafsadat bagi suami.

حلاصملا ب ج ي ع دقم دسا ملاءرد 11.Apakah isteri mafqud berpengaruh terhadap pernikahan? sedangkan di lain

sisi suami dapat berpoligami!

Berpengaruh, karena syarat poligami yaitu; suami harus menghadirkan isteri dan bukti tertulis yang menyatakan kesedian isteri pertama untuk dipoligami di Pengadilan Agama (pasal 5 UU. No.1 tahun 1974). Oleh karena itu suami diharuskan mengurus perkara isterinya yang mafqud tersebut ke Pengadilan Agama jika ia ingin mendapat status yang jelas dalam pernikahannya dan atau ingin menikah lagi dengan wanita lain.

12.Apakah perceraian karena isteri mafqud masih banyak terjadi di Pengadilan Agama Tangerang?

Masih, terakhir ada dua orang yang kasusnya sedang saya tangani sekarang. Tetapi kasus yang biasanya banyak terjadi yaitu; kasus perkara perceraian karena suami mafqud sedangkan kasus perkara perceraian karena isteri mafqud jarang sekali terjadi.

13.Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya mafqud (bagi isteri)?

a. Ekonomi suami yang pas-pasan

b. Suami tidak tanggung jawab

c. Poligami tidak sehat

d. Pihak ke-3 (isteri) melarikan diri dengan kekasih gelapnya.

14.Apakah Hakim mengabulkan permohonan talak (cerai talak) suami karena isteri mafqud? Padahal isteri baru (6) enam bulan mafqud sedangkan batas minimum di Kompilasi Hukum islam (KHI) pasal 116 point b yaitu (2) dua tahun?

Hakim mengabulkan permohonan talak (cerai talak) tersebut karena hakim mempunyai pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

a. Suami tidak sabar menunggu sehingga membuat hakim di Pengadilan

Agama menjadi dilema dan kasihan terhadapnya.

b. Banyak alasan dan banyak pertimbangan (suami ingin cepat nikah lagi

dan butuh status karena suami tidak bisa menikah lagi jika tidak ada putusan dari Pengadailan Agama yang menyatakan mereka telah bercerai).

Pewawancara Narasumber

Dokumen terkait