• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan (YPFK). Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Alikodra HS. 1990. Pengelolaan Satwaliar (1). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor. Bogor.

[Anonim I]. 2010 . Varanus melinus Bohme & Ziegler 1997 Quince monitor. http://www.monitorlizards.net/species/euprepiosaurus/melinus.html. 10 Juni 2010.

[Anonim II]. 2010. Blue Tail Monitor (Varanus doreanus) http://www.reptipro.com/care-sheets/lizards/47-blue-tail-monitor-varanus- doreanus-care-sheet.html. 10 Juni 2010.

[Anonim III]. 2010. Varanus doreanus. http://www.varanus.nl/V doreanus_beschr htm. 10 Juni 2010.

[Anonim IV]. 2010. Varanus melinus. http://www.varanus.nl/V_melinus_ eng.htm. 10 Juni 2010.

[Anonim V]. 2010. Dumeril's Monitor (Varanus dumerilii) Care Sheet. http://www.reptipro.com/care-sheets/lizards/52-dumerils-monitor-varanus-dumerilii-care-sheet-.html. 21 September 2010.

[Anonim VI]. 2010. Peta Indonesia. http://gambar-peta.blogspot.com/2010/09/

http://gambar-peta.blogspot.com/2010/09/peta-indonesia-dunia-of-atlas.html. 18 Februari 2011.

[Anonim VII]. 2010. Varanus dumerilii. http://www.varanus.nl/V_dumerilii _dumerilii_beschr_eng.htm. 21 September 2010

Astyawati T, Wulansari R. 2007. Penanggulangan caplak Rhipicephalus sansuineus dengan vaksinasi [tesis]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Bayless MK, Adragna JA (1999): The Banggai Island monitor. Notes on distribution, ecology, and diet of Varanus melinus. The Vivarium 10 (4): 38-40.

Bennet D. 1993a. A Note on a Newly Hatched Varanus tristis tristis in the Great Victoria Desert, Western Australia.

Bennet D. 1998. Monitor lizards. Natural history, biology and husbandry. Edition Chimaira, Frankfurt am. Main, 352 pp.

Bennett D. 1995. Dumeril's monitor lizard (Varanus dumerilii). Reptilian 3: 35– 37.

Bohme W, Horn, HG., Zielger T. 1994. Zur Taxonomie der Pazifikwarane (Varanus indicus-Komplex).

Borror DJ, Triplehorn, CA, Johnson, NF. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Eccleston KJ. 2009. Animal welfare di Jawa Timur : model pendidikan kesejahteraan binatangdi Jawa Timur. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik [skripsi]. Malang : Program Sarjana, Universitas Muhammadiyah Malang.

Elbl A, Anastos G. 1996a. Ixodid Ticks (Acarina,Ixodidae) Of Central Africa Volume I General Introduction Genus Amblyomma Koch, 1844. Department of Zoology, University Of Maryland, College Park, Maryland.

Elbl A, Anastos G. 1996b. Ixodid Ticks (Acarina,Ixodidae) Of Central Africa Volume IV General Introduction Genera Aponoma Neumann, 1899 Boophilus Curtice, 1891 Dermacentor Koch, 1844 Haemaphysalis Koch, 1844 Hyaloma Koch, 1844 And Rhipicentor Nuttal And Warburton, 1908. Department of Zoology, University Of Maryland, College Park, Maryland

Gumilang R. 2001. Populasi dan Penyebaran Biawak Air Asia (Varanus salvator) di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Jakarta [skripsi]. Bogor : Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Guzinski J. 2008. Investigating genetic population substructure of an Australian reptile tick, Bothriocroton hydrosauri, using highly polymorphic microsatellite markers. Faculty of Science and Engineering, Flinders University. Thesis.

Hadi UK, Gunandini DJ, Sovianna S, Sigit SH. 2008. Penuntun Praktikum Parasitologi Veteriner Ektoparasit. IPB Press.

Hadi UK, Soviana S. 2000. Ektoparasit : Pengenalan, Diagnosis, dan Pengendaliannya. Laboratorium Entomologi. Fakultas Kedokteran Hewan. IPB. Bogor.

Hoogstral H. 1956a. African Ixodidae, I. Ticks of the Sudan (with spesial references to Equotaria Province with preliminary reviews of the genera

Boophilus margaropus & Hyalomma). Res. Rep NM 005.050.29.07, 1101 pp Washington D.C Dep Navy, Bur. Med. Surg.

Iyai D, Freddy P. 2005. Diversitas dan Ekologi Biawak (Varanus indicus) di Pulau Pepaya Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Irian Jaya Barat. Universitas Negeri Papua.

45

Katia JS, Simmons LW. 2001. Effects of Macrocheles mites on longevity of males of the dimorphic dung beetle Onthophagus binodis. Department of Zoology, University of Western Australia, Nedlands, WA 6907, Australia . Printed in the United Kingdom. J. Zool., Lond. (2001) 254, 441-445.

Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor : 369.a/kpts/PD.670.210/L /10/2008 Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Instalasi Karantina Hewan Untuk Reptil Dan Amfibi (Herpetofauna).

Kolonin GV. 2009. Fauna of Ixodid ticks of the world. www.kolonin.org. 16 Februari 2011.

Krantz GW. (1998) Reflections on the biology, morphology and ecology of the Macrochelidae. Experimental and Applied Acarology, 22(3), 125–137. Lehner PN. 1979. Handbook of Ethological Methods. Garland STPM Press. New

York.

Levine ND.1990. Parasitologi Veteriner. Gatut A, penerjemah; Wardiarto, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari : Textbook of Veterinary Parasitology.

Maulidzar D. 2010. Manajemen pemeliharaan ular sanca patola (Morelia amesthistina Schneider, 1801) dan penetasan telur secara buatan di PT Mega Citrindo [skripsi]. Bogor : Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Merino S, Vásquez RA, Martínez J, et al. 2008. A Sarcocystid misidentified as Hepatozoon didelphydis: molecular data from a parasitic infection in the blood of the Southern mouse opossum (Thylamys elegans) from Chile". J. Eukaryot. Microbiol. 55 (6): 536–40.

Peebles P. 1994. Animal behaviour. http://www.accessexcellence.org/AE/AEC /AEF/1994/peebles_behavior.php. 18 Februari 2011.

Purba P. 2008. Studi perilaku harian biawak komodo (Varanus komodoensis

Ouwens, 1912) pada berbagai kelas umur di pulau Rinca, Taman Nasional Komodo [skripsi]. Bogor : Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Shine R, Ambariyanto, PS Harlow, Mumpuni. 1998. Ecological Traits of Commercially Harvested Water Monitor, Varanus salvator, in Northern Sumatra. Wildlife Research. 437-447.

Soifer FK. 1977. Anthelmintics for exotic and zoo animals. In Kirk, R. W. (ed) : Current Veterinary Therapy VI. Philadelphia, W.B. Saunders Co.

Suratmo GF. 1979. Prinsip Dasar Tingkah Laku Satwaliar. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tandon SK. 1991. Records of the zoological survey of india : The Ixodid ticks of Zambia (Acarina : Ixodidae) (a study of distribution, ecology, and host relationships). The Director of Zoological Survey of India. Calcutta

Thohari M. 1987a. Upaya Penangkaran satwaliar. Media Konservasi, Vol. I, No.3 : 21-26. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB.

Usboko E. 2009. Studi pola penggunaan ruang berbagai kelas umur biawak komodo (Varanus komodoensis Ouwens) di Loh Buaya-Pulau Rinca Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur [skripsi]. Bogor : Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Wall R, Shearer D. 2001. Veterinary Ectoparasites : Biology, Pathogy and Control. Blackwell Science Ltd.

Wooley TA. 1988. Acaralogy : mites and human welfare. A Willey-Interscience Publication. Printed in the United States of America.

Yong DL, Fam DS, Ng JJ. 2008. Rediscovery of Dumeril’s Monitor Varanus dumerilii (Varanidae)in Singapore. National University of Singapore.

Lampiran 1 Hasil pengamatan perilaku

Tabel 8 Perilaku biawak kuning

No Waktu (WIB)

Perilaku

Diam Berjalan Menjulurkan

lidah Berjemur Buang kotoran 1. 08.00 – 08.10 - - - - 2. 08.10 – 08.20 - - - - 3. 08.20 – 08.30 - - - - 4. 08.30 – 08.40 - - - - 5. 08.40 – 08.50 - - - 6. 08.50 – 09.00 - 7. 14.00 – 14.10 - - - - 8. 14.10 – 14.20 - - - 9. 14.20 – 14.30 - - - 10. 14.30 – 14.40 - - - - 11. 14.40 – 14.50 - - - - 12. 14.50 – 15.00 - - - -

Tabel 9 Perilaku biawak ekor biru

No Waktu (WIB)

Perilaku

Diam Berjalan Menjulurkan

lidah Berjemur Buang kotoran 1. 08.00 – 08.10 - - - - 2. 08.10 – 08.20 - - - - 3. 08.20 – 08.30 - - - - 4. 08.30 – 08.40 - - - 5. 08.40 – 08.50 - - - - 6. 08.50 – 09.00 - - - 7. 14.00 – 14.10 - 8. 14.10 – 14.20 - - 9. 14.20 – 14.30 - - - 10. 14.30 – 14.40 - - - 11. 14.40 – 14.50 - - - - 12. 14.50 – 15.00 - - - -

49

Tabel 10 Perilaku biawak dumeril

No Waktu (WIB)

Perilaku

Diam Berjalan Menjulurkan

lidah Berjemur Buang kotoran 1. 08.00 – 08.10 - - - - 2. 08.10 – 08.20 - - - - 3. 08.20 – 08.30 - - - - 4. 08.30 – 08.40 - - - - 5. 08.40 – 08.50 - - 6. 08.50 – 09.00 - 7. 14.00 – 14.10 - - - - 8. 14.10 – 14.20 - - - - 9. 14.20 – 14.30 - - 10. 14.30 – 14.40 - - - 11. 14.40 – 14.50 - - - 12. 14.50 – 15.00 - - - -

Lampiran 2 Langkah-langkah Pembuatan Preparat

Preparat Caplak

1. Spesimen caplak dibunuh dengan chloroform atau alkohol 70%. 2. Dimasukkan perlahan-lahan ke dalam KOH 10%

a. Jika dalam temperatur kamar selama 2-3 hari tergantung kepada tebal atau tipis dari lapisan kitinnya, akan tetapi sekurang-kuragnya direndam selama 12 jam

b. Untuk mempercepat dipanaskan, tetapi tidak sampai mendidih.

3. Dicuci dengan air dibilas sampa bersih 3-4 kali. Jika bagian caplak mengembung dapat ditusuk dengan jarum halus supaya isi dari abdomen dapat keluar.

4. Dehidrasi dengan alkohol 70%, 80%, dan 90% tiap fase masing-masing selama 10 menit.

5. “Clearing” dapat dilakukan dengan merendam caplak sampai selama 15-30 menit di dalam minyak cengkeh.

6. Cuci insekta dengan larutan xylol, pencucian pertama akan berkabut. Buang larutan xylol ganti dengan yang baru.

7. Buat slide preparat dengan medium canada balsam.

Preparat Tungau

1. Spesimen yang berasal dari alkohol, dikeluarkan dari botol, kemudian dicuci dengan air.

2. Untuk spesimen yang tebal lapisan chitinenya dapat diketahui jika warna spesimen coklat sampai coklat tua dan kehitam-hitaman. Spesimen ini dapat ditipiskan lapisan chitinenya supaya tampak lebih jernih dengan larutan lactophenol. Selain itu larutan ini dapat melembekkan bagian intrnal dari spesimen.

51

b. Dipanaskan dengan larutan lactophenol (tidak sampai mendidih). Cara ini untuk mempercepat proses penjernihan, untuk tungau yang besar, bagian abdomen ditusuk dengan jarum supaya larutan lactophenol dapat masuk ke dalam tubuh tungau.

3. Spesimen dicuci kembali dengan air (jika baru direndam lactophenol) 3 sampai 4 kali, sampai air tidak berkabut.

4. Teteskan 1-2 larutan Hoyer diatas objek glass yang akan dipakai.

5. Letakkan spesimen ke dalam larutan Hoyer dengan cara ditenggelamkan ke dalam tetesan Hoyer.

6. Tutup dengan cover glass dan usahakan jangan terdapat gelembung udara. 7. Jika ada gelembung udara, panaskan objek glass di atas api perlahan-lahan.