• Tidak ada hasil yang ditemukan

Boerhendhy I, Agustina DS. 2006. Potensi Pemanfaatan Kayu Rakyat Untuk Mendukung Peremajaan Perkebunan Karet Rakyat. Palembang: Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet, J. Litbang Pertanian, 25(2). Edinintyas D. 1993. Zat Ekstraktif Tiga Jenis Kayu Awet Indonesia dan

Efikasinya Terhadap Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus Light. [Skripsi]. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Fengel D, Wegener G. 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi.

Sastrohamidjojo H, penerjemah. Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Wood: Chemistry, Ultrastructure, Reactions.

Fitriyani I. 2010. Pengujian Ketahanan Alami Kayu Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) dan Sugi (Cryptomeria japonica (L. f) D. Don) terhadap Jamur Pelapuk Kayu Schizophyllum commune Fr. [Skripsi]. Bogor: Departemen Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB.

Herliyana EN. 1994. Bioekologi Jamur Pelapuk Schizophyllum commune Fr. dan Siklus Pelapukannya. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Herliyana EN. 1997. Potensi Schizophyllum commune dan Phanerochaete chrysosporium untuk Pemutihan Pulp Kayu Acacia mangium dan Pinus merkusii. [Thesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Irawati, D. 2006. Pemanfaatan Serbuk Kayu untuk Produksi Etanol. [Thesis].

Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

[JIS] Japan Industrial Standard. 2004. Test Methods for Determining The Effectiveness of Wood Preservativeness of Wood Preservatives and Their Performance Requirement. JIS K 1571-2004.

Malik J, Santoso A, Rachman O. Tanpa tahun. Sari Penelitian Mangium (Acacia mangium Willd.). Pusat Penelitian Hasil Hutan Bogor.

Mandang YI, Pandit IKN. 1997. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan. Bogor: Yayasan Prosea Bogor.

Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, Prawira SA. 1981. Atlas Kayu Indonesia, Jilid 1. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor.

Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, Prawira SA. 1989. Atlas Kayu Indonesia, Jilid 11. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor.

Nandika D. 1986. Kerusakan Kayu oleh Jasad Hidup Selain Rayap. Disampaikan pada Penataran Supervisor/Teknisi. Pest Control DKI Jakarta. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Pandit IKN, Ramdan H. 2002. Anatomi Kayu, Pengantar Sifat Kayu sebagai Bahan Baku. Bogor: yayasan penerbit Fakultas Kehutanan, IPB.

Pari G. 1996. Analisis Komponen Kimia dari Kayu Sengon dan Kayu Karet pada Beberapa Macam Umur. Bogor: Buletin Penelitian Hasil Hutan, 14(8): 321- 327.

Partini. 2003. Daya Tahan Papan Partikel dari Limbah Serbuk Kayu Sengon (P. falcataria) dan Plastik Polypropilene Daur Ulang terhadap Serangan Jamur S. commune. [Skripsi]. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Pratiwi GA. 2009. Sifat Ketahanan dan Pengawetan Beberapa Jenis Kayu Rakyat. [Skripsi]. Bogor: Departemen Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB.

Ramadhani J. 2006. Peningkatan Ketahanan Kayu Gmelina arborea Roxb. dari Serangan Jamur Pelapuk dengan Bahan Pengawet Alami. [Skripsi]. Bogor: Departemen Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB.

Rosyadi A.1992. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan dan Umur Pohon Sengon terhadap Daya Tahan Papan Partikel dari Serangan Jamu Pelapuk Kayu (Schizophyllum commune). [Skripsi]. Bogor: Departemen Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB.

Safitri ES. 2003. Analisis Komponen Kimia dan Dimensi Serat Kayu Karet (Hevea brasliensis Muell. Arg.) Hasil Klon. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, IPB.

Seng OD. 1990. Berat Jenis Kayu-kayu Indonesia dan Pengertian dari Berat Kayu Untuk Keperluan Praktek. Bogor: Pengumuman No.13. Lembaga Penelitian Hasil Hutan.

Sjostrom E. 1981. Kimia Kayu, Dasar-dasar dan Penggunaannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2006. Uji Ketahanan Kayu dan Produk Kayu Terhadap Organisme Perusak Kayu. Badan Standarisasi Nasional. SNI 01.7207-2006. Jakarta .

Tobing TL. 1977. Pengawetan Kayu. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Yoedodibroto H. 1987. Kemunduran (Deteriorasi) Kayu dan Pencegahannya dengan Perlakuan-perlakuan Pengawetan. Surabaya: Airlangga University Press.

Schizophyllum commune Fr. SEBAGAI JAMUR UJI

KETAHANAN KAYU STANDAR NASIONAL INDONESIA

PADA EMPAT JENIS KAYU RAKYAT: SENGON, KARET,

TUSAM, DAN MANGIUM

LAILA FITHRI MARYAM

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

RINGKASAN

LAILA FITHRI MARYAM. E44062717. Schizophyllum commune Fr. Sebagai Jamur Uji Ketahanan Kayu Standar Nasional Indonesia pada Empat Jenis Kayu Rakyat: Sengon, Karet, Tusam, dan Mangium. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Elis Nina Herliyana, M.Si dan Prof. Dr. Ir. Yusuf Sudo Hadi, M.Agr

Schizophyllum commune Fr. merupakan jamur pelapuk kayu yang cukup ganas karena dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kehilangan berat sampai 70 %. Jamur ini dapat menyerang berbagai jenis kayu (lebih dari 25 spesies kayu), telah tersebar luas terutama di daerah tropis, serta mudah tumbuh dan berkembang pada berbagai kondisi.

Jamur pelapuk kayu mempunyai kemampuan menguraikan komponen- komponen sel kayu melalui proses enzimatik dari bentuk yang kompleks menjadi lebih sederhana. Ketahanan kayu sangat dipengaruhi oleh kandungan zat ekstraktifnya meskipun tidak semua zat ekstraktif bersifat racun bagi organisme perusak kayu. Berdasarkan sifat ketahanannya, sebagian besar kayu rakyat memiliki kelas ketahanan yang rendah (kelas III, IV, dan V). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan empat jenis kayu rakyat yaitu kayu sengon (P. falcataria), karet (H. brasiliensis), tusam (P. merkusii), dan mangium (A. mangium) terhadap serangan jamur pelapuk S. commune berdasarkan SNI 01.7202-2006.

Parameter ketahanan kayu terhadap serangan jamur S. commune dilihat dari nilai kehilangan bobot contoh uji. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa kayu sengon termasuk ke dalam kelas ketahanan IV-V (tidak tahan sampai sangat tidak tahan terhadap serangan jamur) dengan nilai kehilangan bobot sengon longitudinal dan sengon cross berturut-turut adalah 32.2 dan 15.5 %. Kayu karet termasuk ke dalam kelas ketahanan IV (tidak tahan terhadap serangan jamur) dengan nilai kehilangan bobot karet longitudinal dan karet cross berturut-turut adalah 13.8 dan 12.0 %. Kayu tusam dan mangium termasuk ke dalam kelas ketahanan III (agak tahan). Nilai kehilangan bobot tusam longitudinal dan tusam cross berturut-turut adalah 8.0 dan 9.3 %. Sedangkan nilai kehilangan bobot mangium longitudinal dan mangium cross berturut-turut adalah 6.3 dan 6.3 %.

Dengan demikian, jenis kayu yang dianjurkan untuk menjadi kayu kontrol dalam pengujian ketahanan kayu terhadap jamur S. commune adalah kayu sengon dengan arah serat longitudinal. Jamur S. commune dapat digunakan sebagai standar dan direkomendasikan menjadi jamur untuk pengujian ketahanan alami kayu karena dapat menyebabkan kehilangan bobot hingga 32.2 % pada kayu sengon dengan arah serat longitudinal.

Kata kunci: ketahanan kayu, kayu sengon, kayu karet, kayu tusam, kayu mangium, dan kehilangan bobot

SUMMARY

LAILA FITHRI MARYAM. E44062717. Schizophyllum commune Fr. As Indonesian National Standard Wood Resistance Test Fungi on Four Kinds of Community Wood: Sengon, Rubber, Tusam, and Mangium. Under Guidances:

Dr. Ir. Elis Nina Herliyana, M.Si and Prof. Dr. Ir. Yusuf Sudo Hadi, M.Agr

Schizophyllum commune Fr. is a vicious wood decaying fungi that in several cases could cause to 70 % weight loss. These fungi could attack various kind of woods (more than 25 wood species). It has been widely distributed especially in tropical area, and could easily grow in many conditions.

This wood decaying fungi has an ability to decompose cell components of the woods through enzymatic processes from a complex to simpler form. Resistance of wood is strongly influenced by the content of extractive substances, although not all of these extractive substances are nocuous to wood destroying organisms. Based on the resistance, most common community woods have a low grade of resistance (grade III, IV, and V). This study aimed to determine the resistance of the four kind community woods which are sengon wood (P. falcataria), rubber (H. brasiliensis), tusam (P. merkusii), and mangium (A. mangium) against S. commune based on SNI 01.7202-2006.

Parameters of the wood resistance against S. commune attack could be seen from the sample of weight loss. Based on the results of testing, it was known that sengon wood resistance was classified to a class IV-V (weak to extremely weak resistance to fungal attack) with the weight loss of longitudinal sengon and cross sengon respectively 32.2 and 15.7 %. Rubber wood resistance was classified to a class IV (weak resistance) with the weight loss value of longitudinal rubber and cross rubber respectively 13.8 and 12.0 %. Tusam and mangium wood’s resistance was clasified to a class III (moderate resistance) with the weight loss value of longitudinal tusam and cross tusam respectively 8.0 and 9.3 %. As for the mangium, the weight loss of longitudinal mangium and cross mangium respectively 6.3 and 6.3 %.

Thus, the recommended wood as the control for the test of resistance against S.commune attack was sengon wood with the longitudinal direction of fiber. Fungi S. communne could use as the standard and was a recommended fungi for the the resistance test of the wood as it could cause the weight loss up to 3.2 % on sengon wood with the longitudinal direction of fiber.

Key words: wood resistance, sengon wood, rubber wood, tusam wood, mangium wood, and weight loss

Schizophyllum commune Fr. SEBAGAI JAMUR UJI

KETAHANAN KAYU STANDAR NASIONAL INDONESIA

PADA EMPAT JENIS KAYU RAKYAT: SENGON, KARET,

TUSAM, DAN MANGIUM

Skripsi

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Dokumen terkait