• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abdurrahman. 2004. Kajian Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Lingkungan Perairan untuk Pengembangan Tambak Udang Semi Intensif di Wilayah

Pesisir Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau. Thesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Afrianto E dan E Liviawaty. 1991. Teknik Pembuatan Tambak Udang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Aguilar-Manjarrez J and LG Ross. 1993. Aquaculture development and GIS. Construction of a GIS for Tabasco State Mexico, and the establisment of technical and social decision models for aquaculture development. Proceedings of the Mapping Awareness and GIS in Europe 7 (4): 49-52.

Aguilar-Manjarrez J and LG Ross. 1995. Geographical information system (GIS) environmental models for aquaculture development in Sinaloa

State, Mexico. Aquaculture International 3: 103-115

.

Amri K dan I Kanna. 2008. Budidaya Udang Vaname Secara Intensif, Semi Intensif, dan Tradisional. Jakarta: PT. Gramedia.

Aronoff S. 1991. Geographic Information Systems: a management perspective. Ottawa: WDL Publications.

Asbar. 2007. Optimalisasi Pemanfaatan Kawasan Pesisir untuk Pengembangan Budidaya Tambak Berkelanjutan di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Bappeda Indramayu. 2007. Laporan Akhir Pemetaan dan Studi Abrasi – Deposisi Pesisir Kabupaten Indramayu. Indramayu: CV.Marga Bhuana.

Boyd CE. 1991. Water quality management and aeration in shrimp farming. Fisheries and Allied Aquacultures Dept., Auburn University. Auburn. Boyd CE. 2002. Mangroves and Coastal Aquaculture. In: RR Stickney and JP

McVey (Ed.), Responsible Marine Aquaculture. USA: CABI Publishing. pp. 145-157.

Boyd CE dan Clay JW. 2002. Evaluation of Belize Aquaculture Ltd: A superintensive shrimp aquaculture system. Report prepared under the World Bank, NACA, WWF and FAO Consortium Program on Shrimp Farming and the Environment. Consortium, NACA, Bangkok.

Boone. 1931. Litopenaeus vannamei. http://www.itis.gov (11 Januari 2010)

BPPT. 1995. Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marin: Laporan Akhir Pelaksanaan Proyek MREP Jawa Timur dan Lombok Tahun 1994/ 1995. Tidak diterbitkan. Jakarta.

Briggs M, Smith SF, Subasinghe R, and Phillips M. 2004. Introduction and Movement of Penaeus vannamei and Penaeus stylirostris in Asia and The Pacific. RAP Publication.

Burrough PA. 1986. Principles of Geographic Information Systems. Second edition. New York: Oxford University Press.

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. 2007. Data Abrasi Pantai di Kabupaten Indramayu Tahun 2006. Indramayu.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2009. Statistik Budidaya 2009. http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id/. (20 Juni 2011)

Dahuri R, J Rais, SP Ginting, dan MJ Sitepu. 2008. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Cetakan keempat. Jakarta: PT. Pradya Paramita.

Davis G. 1999. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005. Revitalisasi Perikanan Budidaya 2006 - 2009. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.

Dinas Perikanan dan Kelautan. 2007. Data Abrasi Pantai di Kabupaten Indramayu Tahun 2006. Indramayu: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu.

Duraippah, Israngkura A, and Sae Hae S. 2000. Sustainable Shrimp Farming: Estimation of Survival Function. CREED Publicion, working paper: 31. Effendi I.1998. Faktor- Faktor Eksternal yang Mengancam Kelestarian

Produktivitas Tambak. PKSPL-IPB. Bogor. Tidak diterbitkan.

---.2009. Pengantar Akuakultur. Cetakan kedua. Jakarta: Penebar Swadaya.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Fathansyah. 2002. Basis Data (Cetakan Keempat). Bandung: Penerbit Informatika.

[FAO] Food and Agriculuture Organization. 1976. A framework for land evaluation. In: FAO Soil Bulletin 32. Rome: FAO.

Hadikusumah. 2009. Karakteristik Gelombang dan Arus di Eretan, Indramayu. Makara Sains 13 (2): 163 – 172.

Hardjowigeno S, Soekardi M, Djaenuddin D, Suharta N, dan Jordens ER. 1996. Land Suitability for Brackishwater Fishpond. Center for Soil and Agroclimate Research. Bogor.

Hardjowigeno S. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Tanah. Bogor: Gajah Mada Press.

Hendrajat EA, M Mangampa, H Suryanto. 2007. Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Pola Tradisional Plus di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Media Akuakultur 2 (2): 67-70.

Hoffer J, A Prescott, MB McFadden, Fred R. 2005. Modern Database Management. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Jamulya dan Sunarto. 1996. Kemampuan Lahan. Makalah dalam Pelatihan Evaluasi Sumberdaya Lahan. Angkatan IV. Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Jory D and T Cabrera. 2003. Marine Shrimp. In: JS Lucas and PC Southgate (ed.), Aquaculture Farming Aquatic Animals and Plants. Pages: 382- 419. Australia: Fishing New Books.

Kadir A. 2008. Tuntunan Praktis Belajar Database Menggunakan MySQL. Yogyakarta: Andi Offset.

---. 2009. Dasar Perancangan dan Implementasi Database Relasional. Yogyakarta: Andi Offset.

Kapetsky JM, Travaglia C. 1995. Geographical information systems and remote sensing: an overview of their present and potential applications in aquaculture. In: Nambiar KPP and Singh T. (ed.), AquaTech 94: Aquaculture Towards the 21st Century. Kuala Lumpur: INFOFISH.

Kapetsky JM and SS Nath. 1997. A strategic assessment of the potential for freshwater fish farming in Latin America. Rome: FAO.

Kordi MGH dan AB Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Jakarta: Rineka Cipta.

Laudon KC and JP Laudon. 1998. Management Information System New Approaches to Organization and Technology. New Jersey: Prentice Hall.

Martosudarmo B dan Ranomihardjo BS. 1992. Rekayasa Tambak. Jakarta: Penebar Swadaya.

Meade JW. 1989. Aquaculture Management. New York: Chapman and Hall. Inc.

Meaden GJ and JM Kapetsky. 1991. Geographical information systems and remote sensing in inland fisheries and aquaculture. In: FAO Fisheries Technical Paper 318.

Midlen A and TA Redding. 2000. Environmental Management for Aquaculture. Netherlands: Kluwer Academic Publishers.

Mulyanto A. 2009. Sistem Informasi Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Nurdjana ML. 2005. Iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan akuakultur di Indonesia. Direktur Jendral Perikanan Budidaya. Konferensi Nasional Akuakultur 2005, Makasar.

Nath SS, Bolte JP, Lindsay GR, Jose Aguilar-Manjarrez. 2000. Applications of geographical information systems (GIS) for spatial decision support in aquaculture. Aquacultural Engineering 23: 233–278.

O’Brien JA. 2005. Introduction to Information System. 12th edition. The McGraw-Hill Companies. Inc.

Pillay, TVR and MN Kutty. 2005. Aquaculture Principles and Practices, Second edition. UK: Blackwell Publishing.

Poernomo A.1992. Pemilihan Lokasi Tambak Udang Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Prahasta E. 2001. Konsep- Konsep Dasar Sistem Informasi Geografi. Bandung: Penerbit Informatika.

Prahasta E. 2009. Konsep- Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis (Perspektif Geodesi dan Geomatika). Bandung: Penerbit Informatika.

Rossiter DG 1996 A theoretical framework for land evaluation (with discussion). Geoderma 72: 165-202.

Salam MA and LG Ross. 2000. Optimizing sites selection for development of shrimp (Penaeus monodon) and mud crab (Scylla serrata) culture in Southwestern Bangladesh. Proceeding of the GIS in Canada.

Salam MA, LG Ross, and CMM Beveridge. 2003. A comparison of development opportunities for crab and shrimp aquaculture in southwestern Bangladesh, using GIS modelling. Aquaculture 220: 477-494.

Siahaan D. 2010. Data survey lapang pengukuran pasang surut di Eretan, Indramayu bulan Oktober 2010. Jawa Barat.

Soeseno S. 1988. Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. Jakarta: PT. Gramedia.

Tahe S. 2008. Pengaruh starvasi ransum pakan terhadap pertumbuhan, sintasan, dan produksi udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) dalam wadah terkontrol. J.Ris. Akuakultur 3 (3): 401-412.

Tim Survei Tanah Pusat Penelitian Tanah dan Agro Klimat. 1990. Laporan Akhir Penelitian Kesesuaian Lahan untuk Intensifikasi Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Tran, N.T. and Demaine, H. (1996) Potentials for different models for freshwater aquaculture development in the Red River Delta (Vietnam) using GIS analysis. Naga 19: 29-32.

Wardiyanto S. 2008. Evaluasi Budidaya Udang Putih (Litopenaeus vannamei) dengan Meningkatkan Kepadatan Tebar di Tambak Intensif. Dalam: Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lampung. pp: 237-242.

Wyban JA dan Sweeney JN. 1991. Intensive shrimp production technology. Hawaii: High Health Aquaculture.

Wyban JA, Walsh WA, Godin, DM, 1995. Temperature effects on growth, feeding rate and feed conversion of the Pacific white shrimp (Penaeus vannamei). Aquaculture 138: 267–279.

Lampiran 3. Metode pengukuran dan foto alat pengambilan data kualitas air a. Suhu

Suhu perairan diukur dengan menggunakan termometer, yakni dengan mencelupkan termometer kedalam air selama  5 menit, kemudian diangkat dan dilakukan pembacaan terhadap nilai terukur.

Termometer

b. Salinitas

Salinitas diukur dengan cara meneteskan contoh air keatas prisma refraktometer yang telah dibersihkan terlebih dahulu dengan aquadest dan dikeringkan dengan tisu. Cover prisma refraktometer ditutup secara perlahan, agar tidak menimbulkan gelembung udara. Pembacaan nilai salinitas dilakukan dengan melihat batas yang ditunjukkan pada lensa okuler refraktometer.

c. pH

pH diukur dengan pH-meter digital. pH-meter dicelupkan dan digerakkan memutar secara perlahan di dalam wadah berisi contoh air. Pengukuran dilakukan selama beberapa saat hingga layar pH-meter menunjukkan nilai pH secara pasti.

pH-meter digital

d. Alkalinitas

Alkalinitas diukur dengan AQUA AM Test Kit. Prosedur pengukuran nilai alkalinitas perairan dengan test kit adalah:

- Bilas gelas ukur dengan air contoh yang akan diukur - Isi gelas ukur dengan air contoh sebanyak 5 ml

- Beri 1 tetes REAGENT-2, kemudian aduk. Jika air berubah warna menjadi merah muda (pink).

- Tambahkan tetes demi tetes REAGENT-1 sembari dilakukan pengadukan hingga warna air berubah dari merah muda menjadi bening kembali. Catat jumlah tetes REAGENT-1 yang telah diberikan.

- Beri 1 tetes REAGENT-3, kemudian aduk hingga air berubah warna menjadi biru.

- Tambahkan tetes demi tetes REAGENT-3 sembari dilakukan pengadukan hingga warna air berubah dari biru menjadi jingga. Catat jumlah tetes REAGENT-3 yang telah diberikan.

- Baca nilai Total Alkalinitas (TA) dan Bikarbonat (CO32-) dari tabel yang ada dalam paket tes kit berdasarkan jumlah tetes masing- masing REAGENT yang digunakan.

AQUA BASE Alkalinity Test Kit

e. Amoniak

Prosedur pengukuran kandungan amoniak dengan test kit adalah: - Bilas gelas ukur dengan air contoh yang akan diukur

- Isi gelas ukur dengan air contoh sebanyak 5 ml - Beri 2 tetes AMMONIA-1, kemudian aduk - Beri 2 tetes AMMONIA-1, kemudian aduk - Beri 2 tetes AMMONIA-1, kemudian aduk - Beri 2 tetes AMMONIA-1, kemudian aduk

- Setelah didiamkan selama 20 menit, bandingkan warna pada air contoh (warna air dilihat dari sisi atas gelas ukur) dengan tabel kisaran warna.

AQUA AM Ammonia Test Kit

f. Nitrit

Prosedur pengukuran nitrit dalam perairan dengan test kit adalah: - Bilas gelas ukur dengan air contoh yang akan diukur

- Isi gelas ukur dengan air contoh sebanyak 5 ml - Beri 2 tetes NITRATE-1, kemudian aduk

- Beri 2 tetes NITRATE -1, kemudian aduk

- Setelah didiamkan selama 7 menit, bandingkan warna pada air contoh (warna air dilihat dari sisi atas gelas ukur) dengan tabel kisaran warna.

g. Oksigen terlarut (DO)

Pengukuran kandungan oksigen terlarut (DO) dapat dilakukan dengan DO-meter dan metode titrasi Winkler.

 Prosedur pengukuran DO dengan DO-meter adalah:

- Atur nilai salinitas pada DO-meter, disesuaikan dengan salinitas air contoh - Celupkan DO-meter kedalam air contoh, diamkan beberapa saat, kemudian

baca nilai DO terukur pada layar DO-meter.

DO-meter

 Prosedur pengukuran DO dengan metode titrasi Winkler adalah:

- Bilas botol BOD dengan air contoh, kemudian isi penuh botol BOD dengan air contoh dengan menghindari proses bubbling

- Fiksasi oksigen terlarut dengan menambahkan 20 tetes mangan sulfat (MnSO4H2O) dan dilanjutkan dengan pemberian 20 tetes NaOH + KI, kemudian kocok botol

- Diamkan larutan selama beberapa saat hingga terbentuk Supernatan dan natan

- Ambil 10 ml cairan supernatan dari botol BOD, tanpa gangguan terhadap cairan natan

- Tambahkan 20 – 40 tetes H2SO4 pekat, hingga larutan berubah menjadi jingga

- Masukkan kembali 10 ml cairan supernatan

- Kocok larutan hingga homogen, kemudian ambil 25 ml larutan

- Lakukan titrasi larutan dengan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) hingga larutan berubah warna dari jingga menjadi kuning muda

- Tambahkan 2 tetes amilum hingga larutan berwarna biru

- Titrasi kembali dengan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) hingga larutan berwarna bening

- Catat volume Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) yang digunakan dalam titrasi - Hitung DO, dengan rumus :

DO (mg/l) =

Keterangan : vol. Reagen (ml) = vol. NaOH+KI + vol. MnSO4H2O

Lampiran 4. Peta awal tambak PT. Indonusa Yudha Perwita

Lampiran 5. Kualitas sumber air tawar dan air laut budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita No Stasiun Posisi Waktu Suhu Salinitas pH DO

insitu

BOD5 Organophospat nitrit alkalinitas amoniak keterangan

Lat Lon (hh.mm) (°C) (‰) (mg/l) (mg/l) ppm ppm ppm ppm 1 1 6.28609 108.0037 10:30 29 25 8.5 7.23 53.47 < 0,01 ppm

(hampir tidak terdeteksi dari sampel air laut)

0.2 120 0 sumber air laut; kondisi laut pesisir

tenang 2 2 6.28805 107.99974 15:00 34.9 3 8.9 6.86 33.47 0 160 0 diambil dari saluran

inlet air tawar yang mengalir

Lampiran 7. Tabel data dan peta sebaran salinitas pesisir

Stasiun Posisi Waktu Suhu

(°C)

Salinitas

(‰) Keterangan Stasiun Posisi Waktu Suhu (°C) Salinitas (‰) Keterangan

Lintang Bujur Lintang Bujur

1 -6.31432 108.076 8:53 29 30 14 -6.27501 107.98265 10:53 31 26 Perairan di wilayah

PLTU

2

-6.315029

108.0596 9:15 29 5 Aliran air sungai mengarah ke laut cukup

deras 15 -6.26447 107.97428 11:02 31 24 Pelabuhan non umum 3 -6.314789 108.05899 9:18 29.5 7 Mengarah ke muara sungai 16 -6.25725 107.95508 11:15 31 25 Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai

4 -6.314064 108.0583 9:20 30 15 Mengarah ke muara sungai 17 -6.25262 107.94033 11:30 31 30 200 meter dr muara sungai 5 -6.311519 108.05134 9:25 30.5 25 Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai 18 -6.290329 108.03846 11:45 31 26 Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai

6

-6.310236

108.04588 9:31 30.5 25 Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai

19 -6.297303 108.05422 12:02 31 26 Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai

7

-6.308097

108.03992 9:38 31 25 Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai

20 -6.300865 108.07636 12:15 31 27 Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai

8

-6.305036

108.03396 9:45 31 23 Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai

21 -6.305476 108.09087 12:45 31.5 26 Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai

9

-6.302206

108.02797 9:55 30.5 28 Stasiun memiliki kondisi air keruh akibat aktifitas kapal muatan/ bondeng

22 -6.31843 108.08867 13:15 31 11 Ujung barrier

10 -6.29742 108.02036 10:06 30.5 25 Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai

23 -6.3209 108.09128 13:19 31.5 25 Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai

11

-6.294216

108.01514 10:12 30 9 Posisi stasiun dekat dengan muara sungai

24 -6.321145 108.09128 13:20 30.5 10 Memasuki muara sungai

12

-6.285263

108.00332 10:25 30 24 Pipa sumber air laut PT Indonusa Yudha Perwita 25 -6.32339 108.08698 13:24 31 5 Sungai 13 -6.28244 107.9966 10:35 31 27 Pesisir ± 50 - 100 meter dari pantai 26 -6.325145 108.083 13:40 31 3 Sungai

Lampiran 9. Data curah hujan BULAN 2006 2007 2008 2009 2010 CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH JAN 590.0 22 160.0 7 147.0 14 461 16 260 20 PEB 172.0 8 630.0 16 454.0 27 317 15 123 10 MAR 174.0 12 269.0 10 135.0 11 55 6 150 9 APR 69.0 7 153.0 13 93.0 10 101 7 115 7 MEI 138.0 9 63.0 6 56.0 2 101 8 185 11 JUN 16.0 1 103.0 4 22.0 2 64 2 69 7 JUL 43.0 2 3.0 1 - - 1 1 99 5 AGS 0.0 0 - - 2.0 1 - - 9 2 SEPT 0.0 0 - - 5.0 1 - - OKT 30.0 2 149.0 6 37.0 4 10 1 NOP 50.0 5 - - 235.0 6 63 5 DES 110.0 5 306.0 12 227.0 14 *) *) JML 1392.0 73.0 1836.0 75.0 1413.0 92.0 1173.0 61.0 1010.0 71.0 RATA2 116.0 204.0 128.5 130.3 126.3

RATA2 CURAH HUJAN 5 TAHUNAN : 1364.8

Keterangan

CH Curah Hujan (mm)

HH Hari Hujan

Lampiran 10. Peta penggunaan lahan (Landuse) Kecamatan Patrol

Lampiran 11. Peta kualitas tanah Kecamatan Patrol a. Jenis tanah

Lampiran 11. (Lanjutan) b. Tekstur tanah

Lampiran 12. Peta aksesibilitas dan buffer jalan

Lampiran 15. Panduan penggunaan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita

Menu dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita berkaitan dengan informasi yang menyangkut kegiatan budidaya serta kesesuaian lokasi tambak. Fungsi utama sistem informasi ini adalah memasukkan data (input), menyimpan data dalam database, dan mengeluarkan atau menampilkan data (output) yang berkaitan dengan proses budidaya udang vannamei. Dalam Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita terdapat beberapa menu, yakni:

a. File

Menu File memiliki submenu Logout dan Exit untuk berhenti dan keluar dari sistem informasi

b. Administrasi

Menu Administrasi berhubungan dengan manajemen pengguna sistem informasi. Dalam menu ini terdapat submenu Ubah Password untuk mengubah password yang dimiliki oleh seorang pengguna sistem informasi, dan submenu Tambah User, yang dapat digunakan untuk mengatur username dan password seorang pekerja yang dipercaya sebagai pengguna sistem informasi.

Mekanisme penggantian password dalam submenu Ubah Password adalah:  Ketik nama dalam kolom Username

 Ketik password lama

 Ketik password baru dan konfirmasi ulang password baru, kemudian tekan tombol “Ganti Password”

Mekanisme pengubahan identitas pengguna sistem informasi dalam submenu

“Tambah User” adalah:

 Penambahan jumlah user sistem informasi dilakukan dengan:

Pilih tombol “Tambah” pada window “Tambah User”

 isi kolom Nama  isi kolom Username  isi kolom Password

 isi kolom Ulangi Password  isi kolom No. Telp/ HP

 pilih jenis pengguna: User atau Administrator  tekan tombol “Simpan”

 Pengurangan jumlah user sistem informasi dilakukan dengan: Pilih data user dalam tabel pada window “Tambah User”

 Jawab pertanyaan kepastian penghapusan data dengan menekan tombol “OK”

 tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.  Pengubahan identitas user dilakukan dengan:

Tekan tombol “Update” pada window “Tambah User”

 pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data  lakukan pengubahan pada data yang aktif dalam kolom pengisian c. Menu Data Tambak

Menu yang berhubungan langsung dengan kegiatan tambak adalah Data Tambak yang berisi sub menu input dengan opsi Data Kualitas Air, Data Plankton, dan Data Pakan, dan sub menu output dengan opsi tabel dan grafik.

d. Menu Peta

Disediakan untuk melihat Denah Tambak secara mendetail.

e. Menu Kegiatan Budidaya

Kegiatan Budidaya yang berisi rincian kegiatan dalam masa penyiapan lahan tambak, pembesaran hingga masa panen dalam bentuk slide show, dan narasi mengenai objek budidaya.

f. Menu Formasi Data

Formasi Data yang berfungsi untuk menentukan pengelompokkan jenis data yang berkaitan dengan kegiatan budidaya.

g. Shortcut IKW Tambak

Selain menu yang berkaitan dengan kegiatan budidaya, terdapat shortcut yang mengandung Informasi Kesesuaian Wilayah Tambak secara geografis (IKW Tambak). Shortcut IKW Tambak memberikan informasi tentang kondisi kualitas tanah, kualitas air, cuaca dan iklim, rona lingkungan, kemudahan akses lokasi secara spasial, hingga informasi kesesuaian wilayah tambak yang dituangkan dalam bentuk peta dan narasinya.

 Prosedur Penggunaan Sistem Informasi

Prosedur penggunaan Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita terbagi menjadi enam bagian, yakni:

a. Akses sistem informasi

Pengamanan data budidaya dalam sistem informasi dilakukan dengan membatasi pengguna yang dapat mengakses sistem informasi. Pengguna yang bertanggung jawab akan penambahan, pembaharuan, dan pemakaian data budidaya dari sistem informasi diberikan satu username dan password untuk masuk (login).

b. Input data formatur

Input data formatur diperlukan untuk mempermudah pengisian data budidaya yang membutuhkan pilihan nilai secara otomatis, serta jenis pilihan nilainya selalu sama dan berulang penggunaannya. Data formatur terdiri atas data blok,

data kolam, data jenis pakan, data jenis plankton, data status anco, dan data waktu pemberian pakan.

Setelah berhasil mengakses sistem informasi, maka pengguna akan melihat tampilan awal sistem informasi yang dilengkapi dengan menu utama, seperti gambar berikut:

Input data formatur dilakukan dengan memilh menu FORMASI DATA:

Menu FORMASI DATA memiliki beberapa submenu yang terbagi menjadi: Penambahan Blok

Submenu Penambahan Blok digunakan apabila terdapat perubahan blok tambak PT. Indonusa Yudha Perwita. Perubahan mencakup proses penambahan atau pengurangan jumlah blok, serta perubahan nama blok.

 Penambahan jumlah blok dilakukan dengan:

Pilih tombol “Tambah” pada window “Blok”

 isi kolom Id Blok  isi kolom Nama Blok  tekan tombol “Simpan”

 Pengurangan jumlah blok dilakukan dengan:

Pilih data blok dalam tabel pada window “Blok”

 tekan tombol “Hapus”

 Jawab pertanyaan kepastian penghapusan data dengan menekan tombol “OK”

 tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.  Pengubahan identitas blok dilakukan dengan:

Tekan tombol “Update” pada window “Blok”

 pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data  lakukan pengubahan pada data yang aktif dalam kolom pengisian (Id Blok dan Nama Blok).

Penambahan Kolam

Submenu Penambahan Kolam digunakan apabila terdapat perubahan jumlah kolam pada tambak PT. Indonusa Yudha Perwita. Perubahan mencakup proses penambahan atau pengurangan jumlah kolam, serta perubahan identitas kolam.

 Penambahan jumlah blok dilakukan dengan:

Pilih tombol “Tambah”pada window “Input Kolam”  isi kolom Id Blok (tempat dimana kolam tergabung)  isi kolom Id Kolam

 isi kolom Nama Kolam

 isi kolom Koordinat (posisi geografis masing- masing kolam)  tekan tombol “Browse” untuk input foto kolam

 tekan tombol “Simpan”

 Pengurangan jumlah kolam dilakukan dengan: Pilih data kolam dalam tabel pada window “Input Kolam”

 tekan tombol “Hapus”

 Jawab pertanyaan kepastian penghapusan data dengan menekan tombol “OK”

 tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.  Pengubahan identitas kolam dilakukan dengan:

Tekan tombol “Update” dalam window “Input Kolam”

 pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data

 lakukan pengubahan data yang aktif pada kolom pengisian data kolam (Id Blok, Id Kolam, Nama Kolam, dan lainnya).

Penambahan Plankton

Submenu Penambahan Plankton digunakan apabila terdapat perubahan data jenis plankton yang ditemukan dalam air budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita. Perubahan mencakup proses penambahan atau pengurangan, serta perubahan jenis plankton.

 Penambahan jenis plankton dilakukan dengan:

Pilih tombol “Tambah”pada window “Input Plankton”  isi kolom Id Plankton

 isi kolom Nama Plankton  tekan tombol “Simpan”

 Pengurangan data plankton dilakukan dengan: Pilih data kolam dalam tabel pada window “Input Plankton”

 tekan tombol “Hapus”

 Jawab pertanyaan kepastian penghapusan data dengan menekan tombol “OK”

 tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.  Pengubahan identitas plankton dilakukan dengan:

 pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data

 lakukan pengubahan data yang aktif pada kolom pengisian data Plankton (Id Plankton, Nama Plankton, dan lainnya).

Penambahan Pakan

Submenu Penambahan Pakan digunakan apabila terdapat perubahan data jenis pakan yang digunakan dalam proses pembesaran udang vannamei di tambak PT. Indonusa Yudha Perwita. Perubahan mencakup proses penambahan atau pengurangan, serta perubahan jenis pakan.

 Penambahan jenis plankton dilakukan dengan:

Pilih tombol “Tambah”pada window “Input Pakan”  isi kolom Id Pakan

 isi kolom Nama Pakan  tekan tombol “Simpan”

 Pengurangan data pakan dilakukan dengan: Pilih data kolam dalam tabel pada window “Input Pakan”

 tekan tombol “Hapus”

 Jawab pertanyaan kepastian penghapusan data dengan menekan tombol “OK”

 Pengubahan jenis pakan dilakukan dengan: Tekan tombol “Update” dalam window “Input Pakan”

 pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data