• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap III. Uji Tantang Salmonella sp dengan Cacing Tanah pada Ayam Broiler

DAFTAR PUSTAKA

Agricultural Research Service. 2002. A focus on Salmonella.

Ardiansyah. 2012.laporan penghitungan koloni bakteri. Laboratorium Mikrobiologi Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP). Gowa

Baehaki, A., Rinto., Budiman, A. 2011. Isolasi dan Karakterisasi Protease dari Bakteri Tanah Rawa Indralaya, Sumatera Selatan. J.Teknol dan Industri Pangan, 22 (1): 37-42.

Banong, S. dan Hakim, M.R. (2011). Pengaruh Umur dan Lama Pemuasan Terhadap Performa dan Karakteristik Karkas Ayam Pedaging. JITP. 1(2): 98 – 106.

Brooks, Geo, F., Janet, S. B., Stephen, A. M., 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.

Capuccino, J. G., dan Sherman, N., 1978. Microbiology A Laboratory Manual. Rockland Community Collage. Suffern. New York.

Cho, J.H., C.B. Park, Y.G. Yoon dan S.C. Kim. (1998). Lumbricin I, a Novel Proline-Rich Antimicrobial Peptide from the Earthworm: Purification, cDNA Cloning and Molecular Characterization. Biochim. Biophys. Acta. 1408 (1): 67–76.

Damayanti, E., A. Sofyan, H. Julendra and T. Untari. (2009). The Use of Earthworm Meal (Lumbricus rubellus) as Anti-pullorum Agent in Feed Additive of Broiler Chicken. JITV 14(2): 83–89.

Davison, S., C.E. Benson dan R.J. Eckroade. 1995. Comparison of environmental monitoring protocols for the detection of Salmonella in poultry houses. Avian Dis. 39: 475-179 .

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi 4. Kadar Larutan. Hal 1.

Dharmojono. 2001. Penyakit Tifus (Salmonellosis). Dalam Penyakit menular dari binatang ke manusia . Edisi Pertama . Milenia Populer. him. 111-121.

Duguid, J .P. dan R.A .E . North. 1991. Eggs and Salmonella food-poisoning : an evaluation. J. Med. Microbiol. 34 : 65-72 .

Edwards, C.A. 1985. Production of feed protein from animal waste by earthworms. Phil. Trans. R. Soc. Lond. B 310: 299–307.

Gast, R.K. 1997. Paratyphoid infections . In Disease of Poultry. Tenth Edition. Calnek, B.W., H.J. Barnes, C.W.Beard, L.R.Mcdougald And Y.M. Saif. (Eds. Pp.97-112). Iowa State university Press, Ames, Iowa, USA.

Gold Biotechnology. 2009. Material Safety Data Sheet: D-Proline. 4 pp.

Hartoyo. E, Ari.Y, dan Lia.B. 2006. Uji Sensitivitas Salmonella typhi Terhadap Berbagai Antibiotik di Bagian Anak RSUD ULIN Banjarmasin. Sari Pediatri. Vol. 8 No 118-121.

Jay, J.M., 2000. Modern Food Microbiology, 6th.Ed. Aspen Publisher, Inc., Maryland. Julendra, H. 2003. Uji Aktivitas Antibakteri dari Cacing Tanah (Lumbricus terestris)

sebagai Bahan Pakan Ayam terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella pullorum secara In Vitro. 9 hal.

Julendra, H dan A. Sofyan. 2007. Uji In Vitro Penghambatan Aktivitas Escherichia coli dengan Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). Media Peternakan 30 (1): 1-7.

Lay, B.W (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada. hlm. 68. Jakarta

Liu, Y-Q., Z-J. Sun, C. Wang, S-J. Li, and Y-Z. Liu. (2004). Purifi cation of a Novel Antibacterial Short Peptide in Earthworm Eisenia foetida. Acta Biochimica et Biophysica Sinica, 36 (4): 297–302

Mcmullin, P. 2004. A Pocket Guide to Poultry Health and Disease. 5M Enterprises Limited. Sheffield. Musnelina lili. 2004. Analisis Efektivitas Biaya Pengobatan Demam Tifoid Anak Menggunakan Kloramfenikol dan Seftriakson di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001–2002. http://repository.ui.ac.id (diakses tanggal 10November 2009).

Mihara, H., H. Sumi, T. Yoneta, H.Mizumoto, R. Ikeda, M. Seiki dan M. Maruyama. 1991. A novel fibrinolityc enzyme extracted from the earthworm, Lumbricus rubellus. Japan J. Physiol. 41: 461–472.

Miyamoto, T., T. Horie, E. Baba, K. Sasai, T. Fukata dan A. Arakawa. 1998. Salmonella penetration through eggshell associated with freshness on laid eggs and refrigeration. J . of Food Protect. 61(3) : 350-353 .

Office International Des Epizooties. 2000. Fowl Typhoid and Pullorum Disease . In : Manual of Standards for Diagnostic Test and Vaccines . pp. 697-698.

Palungkun, R. 2008. Sukses Beternak Cacing Tanah Lumbricus rubellus. Penebar Swadaya. Jakarta. hal. 5-15.

Popovic, M., M. Grdisa and T.M. Hrzenjak. (2005). Glycolipoprotein G-90 Obtained from The Earthworm Eisenia foetida Exerts Antibacterial Activity. Veterinarski Arhiv. 75 (2): 119–128.

Porter, R.E. 1998. Bacterial enteritides of poultry. Poult. Sci. 77: 1159-1165.

Portillo, F .G. 2000 . Molecular and cellular biology of Salmonella pathogenesis in microbial foodborne disease: Mechanisms of pathogenesis and toxin synthesis. First Edition. CARY, J.W, J.E. LINZ and D . BHATNAGAR (Eds .). Technomic Publishing Company. Inc. 851 New Holland Avenue Box 3535 . Lancester, Pennysylvania 17604 USA . pp . 3-7.

Purnomo, J.S. 2004. Variasi tipe antigen Salmonella pullorum yang ditemukan di Indonesia dan penyebaran serotipe Salmonella pada ternak. Wartazoa 14: 143-159.

Purwaningrrom, D.L. 2010. Uji In Vitro Pengaruh Jenis Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus dan Pheretima aspergillum) dengan Variasi Suhu Pengolahan (50°, 60° dan 70°) terhadap Penghambatan Pertumbuhan Bakteri Salmonella thypi. Fakultas Ilmu Biologi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang. 98 hal. Rattanachuay, P., D. Kantachote, M. Tantirungkij, T. Nitoda and H. Kanzaki. 2010.

Inhibition of Shrimp Pathogenic Vibrios by Extracellular Compounds from a Proteolytic Bacterium Pseudomonas sp. W3. Journal of Biotechnology 13(1) : 1-11.

Serbeniuk, F. 2002. Non-typhoidal Salmonella. httP://www.wou.edu/las/natsci_math/biologv/boomer/Bio440/emerging2002/Salm onella2. (25 Maret 2003) .

Seeley, H.W., P.J. Van Demark And J.J. Lee. 2001. Microbes In Action: A Laboratory Manual Of Microbiology 4th Edition. W.H. Freeman And Company, New York. Shivaprasad, H.L. 2003. Pullorum Disease and Fowl Typhoid. in: Disease of Poultry.

SAIF, Y.M. (Ed). 11th Edition. Iowa State Press, Ames, Iowa.

Supardi, 1. dan Sukamto. 1999. Mikroorganisme penyebab penyakit menular. Dalam: Mikrobiologi dalam pengolahan dan keamanan pangan. Edisi Pertama, Yayasan Adikarya IKAPI dengan The Ford Foundation. him. 157-173.

Suswanti, I. dan Ayu J. 2009. Sensitivitas Salmonella typhi terhadap Kloramfenikol dan Seftriakson di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Tahun 2008-2009. Departemen mikrobiologi. Skripsi. Fakultas kedokteran universitas muhammadiah. Malang.

Syamsiah, S.I. dan Tajuddin. (2005). Khasiat dan Manfaat Bawang Putih Raja Antibiotik Alami. Cetakan IV. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Tafsin, M. 2007. Kajian Polisakarida Mannan dari Bungkil Inti Sawit Sebagai Pengendali Salmonella Thypimurium dan Immunostimulan Pada Ayam. IPB Press. Bogor Tasiemski, A., D. Schikorski, F.L. Marrec-Croq, C.P-V. Camp, C. Boidin-Wichlacz and

P.E. Sautiere. (2006). Hestidin: A Novel Antimicrobial Peptide Containing Bromotryptophan Constitutively Expressed in The NK Cells-like of The Marine Annelid, Nereis diversicolor. Developmental and Comparative Immunology, 31: 749–762.

Uma, A., K. Saravanabava, R. Singaravel and A. Koteeswaran. 2005. Antibiotic Resistant Vibrio harveyi Isolated from Swollen Hindgut Syndrome (SHG) Affected Penaeud monodon Post Larcae from Commercial Shrimp hatcheries. Tamilnadu Veterinary and Animal Sciences University, Madhavaram Milk Colony, Chennai. 4 pp.

Windyaanita, H. 2006. Daya Antibakteri Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) yang Diekstraksi dengan Etanol dan yang Diekstraksi dengan Air Terhadap Aeromonas hydrophilla Secara In Vitro. Universitas Airlangga Surabaya. 57 hal.

Dimaserasi kembali dengan 250 ml etanol 0,6% kemudian disaring Ekstrak cair dievaporasikan 5 % Diendapkan

200g cacing tanah segar dibersihkan

Cacing tanah dihaluskan

Lampiran 1. Pembuatan ekstrak cacing tanah

Gambar 7. Alur pembuatan ekstrak cacingtanah L.rubellus

ampas Filtrat II

Diendapkan Larutan disaring

Cacing tanah dimaserasi dengan 750 ml etanol 0,6%

Diamkan sambil diaduk selama 5 hari

Filtrat I ampas

Lampiran 2. Pembuatan tepung cacing tanah

Gambar 8. Alur pembuatan tepung cacing tanah L.rubellus

Disiapkan cacing tanah lalu dibersihkan dari cacing yang mati dan sampah dari biakannya

Cacing tanah dihangatkan dengan suhu 300C mengunakan lampu pijar selama 24 jam

Cacing tanah disiram dengan air mendidih di atas tirisan bertujuan menghilangkan lendir pada cacing

Cacing tanah dihaluskan

Cacing tanah diovenkan selama 4 jam dengan suhu 450C

Lampiran 3. Pembuatan bubur cacing tanah

Gambar 9. Alur pembuatan bubur cacing tanah L. rubellus

Disiapkan cacing tanah sembari dibersihkan dari sampah ikutan dari media biakan dan cacing tanah yang mati

Cacing tanah disiram mengunakan air mendidih bertujuan menghilangkan lendir sembari ditiriskan

Cacing tanah di rendam dengan aquadas 0,5 L setiap 200g bahan kering cacing tanah

Cacing tanah dihaluskan

Cacing tanah dipasteorisasi dengan suhu 65-800C selma 10 menit

Dokumen terkait