• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abdel-Hay, M., Azza, A. G., Ekran, M. H., dan Tarek, S. B. (2008). Derivative and Deriative Ratio Spectrophotometric Analysis of Antihypertensive Ternary Mixture of Amilaride Hydrochloride, Hydrochlorthiazide and Timolol Maleate. Journal of The Chinese Chemical Society. 55: 971-978.

Ali, N.W., Abdelwahab, N.S., Abdelkawy, M., Emam A.A. (2012). Validated Spectrophotometric and Spectrodensitometric Method for Determination of a Ternary Mixture of Analgesic Drugs in Different Dosage Forms.

Bulletin of Faculty Pharmacy. 50: 99-109.

Ansel H.C, (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi 4, Penerjemah Farida Ibrahim, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Hal. 155-164.

Auterhoff, H., dan Kovar, A. (1987). Identifikasi Obat, ITB Press, Bandung.

Hal.165, 176.

Carstensen, J.T, dan Rhodes, C.T. (2000). Drug Stability Principles and Practices, Third Edition. New York.

Damayanti, S., Ibrahim, S., Firman, K., dan Tjahjono, D.H. (2003). Penetapan Secara Simultan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Indonesian Journal of Chemistry, 3(1), 9-13.

Depkes RI. (2014). Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal.144, 728, 998, 1585.

Derry, C.J., Sheena, D., dan R., A. M. (2012). Caffeine as Analgesic Adjuvant for Acute Pain in Adults. Cochrane Library. (3):1.

Ditjen, POM. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Halaman 1067.

Ermer, J. dan John, H. M. M. (2005). Method Validation in Pharmaceutical Analysis.Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KgaA. Hal. 3-19.

Gallego, J.M.L., dan Arroyo, J.P. (2001). Spectrophotometric Resolution of Ternary Mixtures of Dexamethasone, Polymixin B and Trimethoprim in Synthetic and Pharmaceutical Formulation. Analytica Chimica Acta. 437:

247-257.

Ganjar, I.G., dan Rohman, A. (2012). Analisis Obat Secara Spektroskopi dan Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal.109, 110, 468-497.

Hajian, R., Afshari, N. (2012). The Spectrophotometric Multicomponent Analysis of Ternary Mixtre of Ibuprofen, Caffeine and Paracetamol by The Combination of Double Divisor-Ratio Specra Derivative and H-Point Standard Addition Method. E-Journal of Chemistry. 9(3): 1154-1155.

Hajian, R. dan Soltaninezhad, A. (2012). The Spectrophotometric Multicomponent Analysis of a Ternary Mixture of Paracetamol, Aspirin, and Caffein by the Double Divisor-Ratio Spectra Derivative Method.

Journal of Spectroscopy. http://dx.doi.org/10.1155/2013/405210.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Terbitan Kedua. Terjemahan Kokasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung : Penerbit ITB.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. I(3). Halaman 117-128.

Hayun, Harianto dan Yenti. (2006). Penetapan Kadar Triprolidina Hidroklorida Dan Pseudoefredina Hidroklorida dalam Tablet Anti Influenza Secara Spektrofotometri Derivatif. Majalah Ilmu Kesehatan. Vol. III. No. 1. Hal.

94-96.

Kabra, P.V., Nargund L.V.G., Murthy M.S. (2014). Development and Validation of a Stability-Indicating LC-UV Method for Simultaneous Determination of Ketotifen and Cetirizine in Pharmaceutical Dosage Forms. Tropical Journal of Pharmaceutical Research. 13(7): 1141-1147.

Kamble, M.R., dan Singh, G.S. (2012). Stability-Indicating RP-HPLC Method for Analysis of Paracetamol and Tramadol in a Pharmaceutical Dosage Form.

E-Journal of Chemistry. 9(3): 1347-1356.

Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L. (1986). Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi ketiga, diterjemahkan oleh: Suyatmi, S., Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Hal. 760-779, 1514-1587.

Luawo, E.F., Citraningtyas, G., Kojong N. (2012). Pengaruh Suhu Terhadap Stabilitas Berbagai Produk Tablet Nifedipin. Pharmacon. Vol 1, No 2.

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/507:112-118 Moffat, A.C., Osselton, M.D., dan Widdop, B. (2007). Clarke’s Analysis of Drugs

and Poisons. Third Edition. London: Pharmaceutical Press. Halaman 1142, 1534.

Moffat, A.C., Osselton, M.D., dan Widdop, B. (2011). Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons. 4th Edition. London: Pharmaceutical Press. Halaman 924, 1028.

Noerdin, 1985. Elusidasi Struktur Senyawa Organik. Bandung: Penerbit Angkasa.

Nurhidayati, L. (2007). Spektrofotometri Derivatif dan Aplikasinya dalam Bidang Farmasi. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 5(2) : 93-99.

Özdemir A., Dinҫ E., Onur F. (2004). Utilization of Multivariate Calibration Techniques For The Spectrofotometric Simultaneous Determination of Paracetamol, Aspirin and Caffein in a Pharmaceutical Formulation.

Turkish Journal Pharm. Sci. 1(3) : 139-151.

Pathak, A., dan Rajput, S.J. (2009). Development of Stability-Indicating HPLC Method for Simultaneous Determination of Olanzapine and Fluoxetine in Combined Dosage Forms. Journal of Chromatographic Science.

Vol.47: 605-611.

Sastrohamidjojo, H. 1985. Spektroskopi. Edisi I. Cetakan I. Yogyakarta : Liberty.

Hal. 1- 3.

Sayyed, Z.M., Shinde, S.A., Chaware, V.J., Chaudhari, B.P., Biyani, K.R.(2015) Development and Validation of UV-Spectrophotometric Method for Simultaneous Estimation of Amlodipine Besylate and Hydrochlorothiazide in Combined Dosage Form Including Stabiity Study. JPharm Sci Bioscientific Res. 5(5): 487-493.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito. Halaman 93, 145, 201, 225.

Tjay, T. H. dan Rahardja, K. (2013). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 154-159.

Tsvetkova B., Kostova B., Pencheva I., Zlatkov A., Rachev D., Peikov P. (2012).

Validated LC Method For Simultaneous Analysis of Paracetamol and Caffein in Model Tablet Formulation. Academic Sscience. 4(4): 680.

USP 30-NF 25. (2007). The United States Pharmacopoeia 30 and The National Formulary. 30th edition: The United States Pharmacopoeial Convention.

Halaman 2412, 3128.

Wajiha Gul., Sania Basheer., Fouzia Karim., Sidra Ayub. (2015). Effect of Acid, Base, Temperature and U.V Light on Amlodipine Besylate. International Journal of Advanced Research in Chemical Science (IJARCS).Volume 2 pp 21-24.

Walash, M.I., El-Enany, N., Eid, M.I., Fathy, M. (2013). Stability-Indicating Spectrofluorimetric Methods for the Determination of Metolazone and Xipamide in Their Tablets. Application to Content Uniformity Testing.

J Fluoresc. DOI 10.1007/s 10895-013-1301-z.

Waney, R., Gayatricitraningtyas., Abidjulu, J. (2012). Pengaruh Suhu Terhadap Stabilitas serta Penetapan Kadar Tablet Furosemida Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Pharmacon. Vol 1, No 2.

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/504:93-97.

Wijaningtyas, T. D. H. 2015. Kombinasi Spektrofotometri UV dan Kalibrasi Multivariat Untuk Analisis Parasetamol, Asetosal dan Kafein Dalam Sediaan Tablet. Skripsi. Fakultas Farmasi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Halaman. 24-28.

Lampiran 1. Sampel PoldanMig® (Sanbe)

Spesifikasi sampel

Nama : POLDANMIG®

Nomor Bet : TH8046A

Tanggal Kadaluarsa : Februari 2019

Komposisi : Parasetamol : 400 mg Asetosal : 250 mg

Kofein : 65 mg

Lampiran 2. Alat

Spektrofotometri UV-Vis (Shimadzu 1800) dan Seperangkat PC dengan Software UV Probe 2.42

Sonicator (Branson) Timbangan (Boeco)

Lampiran 3. Titik zero crossing untuk metode zero crossing

a. Nilai absorbansi pada titik zero-crossing absorbansi campuran parasetamol, asetosal, dan kofein dan absorbansi parasetamol, asetosal, dan kofein pada absorbansi 1 Δλ 2

b. Nilai absorbansi pada titik zero-crossing absorbansi campuran parasetamol, asetosal dan kofein dan absorbansi parasetamol, asetosal dan kofein pada absorbansi 1 Δλ 4

Lampiran 3 (Lanjutan).

c. Nilai absorbansi pada titik zero-crossing absorbansi campuran parasetamol, asetosal dan kofein dan absorbansi parasetamol, asetosal dan kofein pada absorbansi 1 Δλ 8

d. Nilai absorbansi pada titik zero-crossing absorbansi campuran parasetamol, asetosal dan kofein dan absorbansi parasetamol, asetosal dan kofein pada absorbansi 1 Δλ 16

Lampiran 3 (Lanjutan)

e. Nilai absorbansi pada titik zero-crossing absorbansi campuran parasetamol, asetosal dan kofein dan absorbansi parasetamol, asetosal dan kofein pada absorbansi 2 Δλ 2

Lampiran 3 (Lanjutan)

f. Nilai absorbansi pada titik zero-crossing spektrum campuran parasetamol, asetosal dan kofein dan spektrum parasetamol, asetosal dan kofein pada derivat 2 Δλ 4

g. Nilai absorbansi pada titik zero-crossing spektrum campuran parasetamol, asetosal dan kofein dan spektrum parasetamol, asetosal dan kofein pada derivat 2 Δλ 8

Lampiran 3 (Lanjutan)

h. Nilai absorbansi pada titik zero-crossing spektrum campuran parasetamol, asetosal dan kofein dan spektrum parasetamol, asetosal dan kofein pada derivat 2 Δλ 16

i. Nilai absorbansi pada titik zero-crossing spektrum campuran parasetamol, asetosal dan kofein dan spektrum parasetamol, asetosal dan kofein pada derivat 3 Δλ 2

Lampiran 3 (Lanjutan)

j. Nilai absorbansi pada titik zero-crossing spektrum campuran parasetamol, asetosal dan kofein dan spektrum parasetamol, asetosal dan kofein pada derivat 3 Δλ 4

k. Nilai absorbansi pada titik zero-crossing spektrum campuran parasetamol, asetosal dan kofein dan spektrum parasetamol, asetosal dan kofein pada derivat 3 Δλ 8

l. Nilai absorbansi pada titik zero-crossing spektrum campuran parasetamol, asetosal dan kofein dan spektrum parasetamol, asetosal dan kofein pada derivat 3 Δλ 16

Lampiran 3 (Lanjutan)

m. Nilai absorbansi pada titik zero-crossing spektrum campuran parasetamol, asetosal dan kofein dan spektrum parasetamol, asetosal dan kofein pada derivat 4 Δλ 2

n. Nilai absorbansi pada titik zero-crossing spektrum campuran parasetamol, asetosal dan kofein dan spektrum parasetamol, asetosal dan kofein pada derivat 4 Δλ 4

o. Nilai absorbansi pada titik zero-crossing spektrum campuran parasetamol, asetosal dan kofein dan spektrum parasetamol, asetosal dan kofein pada derivat 4 Δλ 8 dan derivat 4 Δλ 16.

Tidak ada titik zero-crossing ditemukan

Lampiran 4. Panjang gelombang analisis untuk parasetamol, asetosal dan kofein.

Zat Derivat Panjang

Gelombang Δλ Lineraitas

Parasetamol

1 272,6 2 0,997

301,8 2 0,995

217,0 16 0,997

217,6 16 0,997

273,0 16 0,994

3 267,6 2 0,999

Asetosal

2 211,6 4 0,991

3 236,2 2 0,995

206,8 8 0,992

Kofein

1 216,0 2 0,994

216,4 2 0,995

217,0 2 0,993

217,4 8 0,993

218,0 8 0,993

218,6 8 0,993

219,0 8 0,990

221,2 8 0,993

2 222,2 2 0,992

235,8 16 0,996

Lampiran 5. Kurva dan perhitungan kalibrasi parasetamol dengan menggunakan metode zero-crossing pada derivat ketiga panjang gelombang 267.6 nm dengan Δλ 2

No. X Y XY X2 Y2

Jumlah 22.50000 1.27800 6.33000 111.25000 0.360238 Mean 3.75000 0.21300 1.05500 18.54167 0.060039

Lampiran 5 (Lanjutan).

Maka persamaan garis regresinya adalah: Y = 0,05720X – 0,00150

= 

Lampiran 6. Kurva dan perhitungan kalibrasi asetosal dengan menggunakan metode zero-crossing pada derivat ketiga panjang gelombang 236,2 nm dengan Δλ 2

Jumlah 45.00000 1.18100 11.67700 445.00000 0.30709 Mean 7.50000 0.19683 1.94617 74.16667 0.05118

Lampiran 6 (Lanjutan).

Maka persamaan garis regresinya adalah: Y = 0,02623X + 0,000124

=

Lampiran 7. Kurva dan perhitungan kalibrasi kofein dengan menggunakan metode zero-crossing pada derivat kedua panjang gelombang 235,8 nm dengan Δλ 16

Jumlah 50.00000 1.23900 14.12750 562.50000 0.35568 Mean 8.33333 0.20650 2.35450 93.75000 0.05928

Lampiran 7 (Lanjutan).

Maka persamaan garis regresinya adalah: Y = 0,02606X 0,01010

= 

Lampiran 8. Perhitungan Batas Deteksi (Limit of Detection, LOD) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation, LOQ) Parasetamol

Y = 0,05720X – 0,00150

Lampiran 9. Perhitungan Batas Deteksi (Limit of Detection, LOD) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation, LOQ) Asetosal

Y = 0,02623X + 0,000124

1 0.0 0.00000 0,000124 0,000124 0,000000015376 2 5.0 0.12300 0,00281 0,00019 0,0000068211081 3 7.0 0.18000 0,00387 0,00013 0,0000013786369 4 9.0 0.25600 0,00493 0,00007 0,0000393347889 5 11.0 0.29400 0,00599 0,00001 0,000028933641 6 13.0 0.32800 0,00705 -0,00005 0,0000170955625

Jumlah 0,00067524998

Lampiran 10. Perhitungan Batas Deteksi (Limit of Detection, LOD) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation, LOQ) Kofein

Y = 0,02606X 0,01010

Lampiran 11. Hasil perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi

Batas deteksi dan batas kuantitasi metode zero-crossing

Zat Slope Standar Deviasi LOD LOQ

Parasetamol 0,05720 0,004022 0,23200 0,70311

Asetosal 0,02623 0,012993 1,63484 4,95405

Kofein 0,02606 0,009213 1,16673 3,53556

Lampiran 12 . Contoh perhitungan kadar parasetamol, asetosal, dan kofein pada sediaan tablet

i. Perhitungan volume analisis untuk parasetamol, asetosal, dan kofein Berat 20 tablet adalah 18672,8 mg

Ditimbang analit setara dengan 100 mg parasetamol, maka jumlah analit yang ditimbang adalah

= 233,41 mg

Kemudian dihitung kesetaraan asetosal yang terkandung dalam 233,41 mg

= 62,5 mg

Kemudian dihitung kesetaraan kofein yang terkandung dalam 233,41 mg

= 16,25 mg

Dilarutkan dengan etanol 96% dalam labu tentukur 100 ml sampai garis tanda.

Larutan kemudian dihomogenkan dengan sonicator selama 15 menit. Larutan kemudian disaring, lebih kurang 25 ml filtrat pertama dibuang. Filtrat selanjutnya ditampung. Dipipet 0,1 mL filtrat tersebut, dimasukkan kedalam labu 25 mL tambahkan etanol sampai garis tanda. Larutan ini selanjutnya digunakan untuk analisis.

Konsentrasi parasetamol :

Lampiran 12 (Lanjutan) Konsentrasi asetosal :

Konsentrasi kofein

Konsentrasi analisis untuk asetosal 10 dan kofein 12 , sedangkan konsentrasi dalam asetosal adalah 2,5 dan kofein 0,65 . Maka untuk mendapatkan konsentrasi analisis dilakukan penambahan bahan baku asetosal dan kofein untuk metode adisi. Penambahan baku dilakukan dengan pembuatan LIB asetosal konsentrasi 625 dan LIB kofein konsentrasi 162,5 .

Konsentrasi asetosal yang dibutuhkan dari adisi :

Volume asetosal dari LIB

0,30 ml Maka volume analisis asetosal adalah :

= Volume awal asetosal + volume asetosal yang ditambahkan

= 0,10 ml + 0,30 ml

= 0,40 ml

Jadi konsentrasi asetosal

10,0 µg/ml

Lampiran 12 (Lanjutan)

Konsentrasi kofein yang dibutuhkan dari adisi :

Volume kofein dari LIB

,70 ml Maka volume analisis kofein adalah :

= Volume awal kofein + volume kofein yang ditambahkan

= 0,10 ml + 1,70 ml

= 1,80 ml

Jadi konsentrasi kofein

11,70 µg/ml

(ii) Perhitungan kadar parasetamol, asetasol, dan kofein dalam Tablet PoldanMig® Berat serbuk tablet yang ditimbang adalah 233,5 mg, maka terlebih dahulu dihitung konsentrasi teoritis.

Konsentrasi Parasetamol

Konsentrasi Asetosal

Konsentrasi Kofein

Lampiran 12 (Lanjutan)

Konsentrasi praktek dihitung dari persamaan kurva kalibrasi.

Absorbansi parasetamol pada derivat ketiga panjang gelombang 267.6 nm dengan Δλ 2 metode zero-crossing adalah 0,2280

Persamaan kurva kalibrasi untuk parasetamol adalah Y = 0,05720X – 0,00150 Konsentrasi praktek

Kadar Parasetamol

Absorbansi asetosal pada derivat ketiga panjang gelombang 236.2 nm dengan Δλ 2 metode zero-crossing adalah 0,2710

Persamaan kurva kalibrasi untuk asetosal adalah Y = 0,02623X + 0,000124 Konsentrasi praktek

Kadar Asetosal

Lampiran 12 (Lanjutan)

Absorbansi kofein pada derivat kedua panjang gelombang 235.8 nm dengan Δλ 16 metode zero-crossing adalah 0,3150

Persamaan kurva kalibrasi untuk kofein adalah Y = 0,02606X 0,01010

Konsentrasi praktek Kadar kofein

Lampiran 13. Kadar parasetamol, asetosal, dan kofein dalam sediaan tablet

Kadar parasetamol dalam sediaan tablet Berat sampel

(mg) Absorbansi Konsentrasi sesuai label (µg/mL)

Kadar asetosal dalam sediaan tablet Berat sampel

(mg) Absorbansi Konsentrasi sesuai label (µg/mL)

Kadar kofein dalam sediaan tablet Berat sampel

(mg) Absorbansi Konsentrasi sesuai label (µg/mL)

Lampiran 14 . Perhitungan statistik kadar parasetamol dengan

Jumlah 601,19 8,285484

Rata-rata 101,198 (X) 1,380914

√∑

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6; dk = n-1= 5, dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel, maka t(α/2,dk) = 4,0321

Data ditolak jika t hitung ≥ t tabel atau t hitung ≤ - t tabel

t hitung 5 =

|

√ ⁄

| |

√ ⁄

|

=

t hitung 6 =

|

√ ⁄

| |

√ ⁄

|

=

karena semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

√ µg/mL

Kadar parasetamol dalam tablet =

x 400 mg

= 396,32 – 413,27 mg

Lampiran 15. Perhitungan statistik kadar asetosal dengan menggunakan tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel, maka t(α/2,dk) = 4,0321

Data ditolak jika t hitung ≥ t tabel atau t hitung ≤ - t tabel

t hitung 5 =

|

√ ⁄

| |

√ ⁄

|

=

t hitung 6 =

|

√ ⁄

| |

√ ⁄

|

=

karena semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

√ µg/mL

Kadar asetosal dalam tablet =

x 250 mg

= 256,93 – 271,96 mg

Lampiran 16 . Perhitungan statistik kadar kofein dengan menggunakan

Rata-rata 107,74 2,1351

√∑

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6; dk = n-1= 5, dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel, maka t(α/2,dk) = 4,0321

Data ditolak jika t hitung ≥ t tabel atau t hitung ≤ - t tabel

t hitung 5 =

|

√ ⁄

| |

√ ⁄

|

=

t hitung 6 =

|

√ ⁄

| |

√ ⁄

|

=

karena semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

√ µg/mL

Kadar kofein dalam tablet =

x 65 mg

= 68,32 – 71,75 mg

Lampiran 17 . Contoh perhitungan % perolehan kembali (% recovery)

Berat 20 tablet adalah 18672,8 mg

Berat kesetaraan penimbangan sampel pada penetapan kadar = 100 mg Perolehan 80%

Parasetamol

80 mg parasetamol tersebut berasal 70% dari tablet dan 30% berasal dari baku parasetamol

Maka sampel yang ditimbang setara dengan

Oleh karena itu sampel yang ditimbang adalah

Baku parasetamol yang ditambahkan adalah

Asetosal

Asetosal yang terdapat dalam mg sampel

Baku asetosal yang ditambahkan adalah

Lampiran 17 ( Lanjutan)

Kofein

Kofein yang terdapat dalam mg sampel

Baku kofein yang ditambahkan adalah

Perolehan 100%

Parasetamol

100 mg parasetamol tersebut berasal 70% dari tablet dan 30% berasal dari baku parasetamol

Maka sampel yang ditimbang setara dengan

Oleh karena itu sampel yang ditimbang adalah

Baku parasetamol yang ditambahkan adalah

Lampiran 17 ( Lanjutan)

Asetosal

Asetosal yang terdapat dalam 163,387 mg sampel

Baku asetosal yang ditambahkan adalah

Kofein

Kofein yang terdapat dalam 163,387 mg sampel

Baku kofein yang ditambahkan adalah

Perolehan 120%

Parasetamol

120 mg parasetamol tersebut berasal 70% dari tablet dan 30% berasal dari baku parasetamol

Maka sampel yang ditimbang setara dengan

Lampiran 17 ( Lanjutan)

Oleh karena itu sampel yang ditimbang adalah

Baku parasetamol yang ditambahkan adalah

Asetosal

Asetosal yang terdapat dalam mg sampel

Baku asetosal yang ditambahkan adalah

Kofein

Kofein yang terdapat dalam mg sampel

Baku kofein yang ditambahkan adalah

Lampiran 17 ( Lanjutan)

Contoh perhitungan % recovery pada perolehan 80%

Misalnya absorbansi analisis (Y) :

Penimbangan sampel = 128,50 mg Parasetamol (λ= 267,6 nm) = 0,1800 Asetosal (λ= 236,2 nm) = 0,2160 Kofein (λ= 235,8 nm) = 0,2450

Persamaan regresi pada panjang gelombang analisis parasetamol (λ= 267,6 nm) adalah Y =0,05720X – 0,00150

Konsentrasi parasetamol (X)

Jumlah sampel setelah penambahan baku (CF):

Lampiran 17 ( Lanjutan)

Jumlah sampel sebelum penambahan bahan baku (CA) :

(CA)

Keterangan:

A = Berat sampel yang akan ditimbang setara 56 mg sampel parasetamol 70%

B = Sampel parasetamol 70%

C = Kadar rata-rata sampel

(CA) Jumlah baku yang ditambahkan (C*A) = D x E

Keterangan: D = Baku parasetamol 30% (yang ditambahkan) E = % kadar baku parasetamol dari sertifikat analisis (C*A)

Maka % perolehan kembali parasetamol :

Persamaan regresi pada panjang gelombang analisis asetosal (λ= 236,2 nm) adalah Y = 0,02623X + 0,000124

Lampiran 17 ( Lanjutan)

Konsentrasi asetosal (X)

Jumlah sampel setelah penambahan baku (CF):

Jumlah sampel sebelum penambahan bahan baku (CA):

(CA)

Keterangan:

A = Berat sampel yang akan ditimbang setara 56 mg sampel parasetamol 70%

B = Jumlah Asetosal dalam 128,50 mg berat sampel yang akan ditimbang C = Kadar rata-rata sampel

(CA)

Lampiran 17 ( Lanjutan)

Jumlah baku yang ditambahkan (C*A) = D x E

Keterangan: D = Baku Asetosal 30% (yang ditambahkan) E = % kadar baku Asetosal dari sertifikat analisis

(C*A)

Maka % perolehan kembali asetosal:

Persamaan regresi pada panjang gelombang analisis kofein (λ= 235,8 nm) adalah Y = 0,02606X 0,01010

Konsentrasi Kofein (X)

Jumlah sampel setelah penambahan baku (CF):

Lampiran 17 ( Lanjutan)

Jumlah sampel sebelum penambahan bahan baku (CA):

(CA)

Keterangan:

A = Berat sampel yang akan ditimbang setara 56 mg sampel parasetamol 70%

B = Jumlah Kofein dalam 128,50 mg berat sampel yang akan ditimbang C = Kadar rata-rata sampel

(CA) Jumlah baku yang ditambahkan (C*A) = D x E

Keterangan: D = Baku Kofein 30% (yang ditambahkan) E = % kadar baku Kofein dari sertifikat analisis (C*A)

Maka % perolehan kembali kofein:

Lampiran 18. Spektrum uji perolehan kembali

1. Spektrum uji perolehan kembali 80% metode zero-crossing

2. Spektrum uji perolehan kembali 100% metode zero-crossing

3. Spektrum uji perolehan kembali 120% metode zero-crossing

Lampiran 19. Data hasil persen perolehan kembali parasetamol, asetosal, dan kofein dengan menggunakan metode zero crossing

Parasetamol

Lampiran 20 . Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Relatif Standar Deviasi Perolehan Kembali Parasetamol

No Kadar Perolehan Kembali (X) (%)

Xi-X (Xi-X)2

1. 98,68 -0,33 0,1089

2. 98,08 -0,93 0,8649

3. 99,07 0,06 0,0036

4. 99,52 0,51 0,2601

5. 99,53 0,52 0,2704

6. 100,26 1,25 1,5625

7. 98,10 -0,91 0,8281

8. 98,48 -0,53 0,2809

9. 99,33 0,32 0,1024

X = 99,01 4,2818

SD =√

RSD = X 100%

=

X 100%

Lampiran 21. Perhitungan Rata-Rata, Standart Deviasi dan Relatif Standar Deviasi Perolehan Kembali Asetosal

No Kadar Perolehan Kembali (X) (%)

Xi-X (Xi-X)2

1. 100,32 0,28 0,0784

2. 100,28 0,24 0,0576

3. 101,68 1,64 2,6896

4. 98,35 -1,69 2,8561

5. 99,53 -0,51 0,2601

6. 100,04 0,00 0,0000

7. 98,91 -1,13 1,2769

8. 100,28 0,24 0,0576

9. 100,96 0,92 0,8464

X = 100,04 8,1227

SD =√

RSD = X 100%

=

X 100%

Lampiran 22 . Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi dan Relatif Standar Deviasi Perolehan Kembali Kofein

No Kadar Perolehan Kembali (X) (%)

Xi-X (Xi-X)2

1. 101,31 1,80 3,2400

2. 99,41 -0,10 0,0100

3. 100,58 1,07 1,1449

4. 98,21 -1,30 1,6900

5. 99,01 -0,50 0,2500

6. 99,33 -0,18 0,0324

7. 98,97 -0,54 0,2916

8. 99,12 -0,39 0,1521

9. 99,64 0,13 0,0169

X = 99,51 6,8279

SD =√

RSD = X 100%

=

X 100%

Lampiran 23. Tabel Distribusi t

Lampiran 24. Sertifikat Analisis Bahan Baku Parasetamol

Lampiran 25. Sertifikat Analisis Bahan Baku Asetosal

Lampiran 26. Sertifikat Analisis Bahan Baku Kofein

Dokumen terkait