• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

C. Pembahasan Hasil Analisa Penelitian

Penghitungan nilai z-score menunjukkan selama tahun 2007 sebanyak 5 perusahaan masuk dalam kriteria abu-abu,menurut kriteria Altman berada pada 1,20<z-score<2,90 sehingga masuk dalam kriteria abu-abu (gray Area). Sedangkan sebanyak 9 perusahaan masuk dalam kriteria z-score<1,20 dimana perusahaan berada potensi bangkrut. Pada tahun 2007 tidak terdapat perusahaan yang berada pada keadaan sehat dimana z-score >2,90. Penghitungan nilai z-score untuk tahun 2008 terdapat 9 perusahaan berada pada keadaan abu-abu, terjadi peningkatan dari tahun 2007, terdapat 4 perusahaan yang berpotensi bangkrut pada tahun 2007 berada pada area abu-abu selama tahun 2008. Sedangkan pada tahun 2008 terdapat 5 perusahaan yang mengalami potensi bangkrut, dan perusahaan yang masuk dalam kategori sehat tidak terdapat dalam tahun 2008. Tahun 2009 seluruh perusahaan yang diuji masuk dalam kategori potensi bangkrut. Penilaian potensi bangkrut dalam rumusan Altman z-score tidak dapat dipakai dalam menentukan tingkat kebangkrutan sebuah perusahaan

go public. Hal ini dapat diketahui dari aktifitas perusahaan yang masih terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia walaupun menurut hasil perhitungan perusahaan telah berada dalam potensi bangkrut selama 3 tahun berturut-turut, sehingga dapat kita tarik kesimpulan bahwa dalam perhitungan z-score tidak dapat dijadikan alat penilaian apakah perusahaan perbankan tersebut dikatakan bangkrut atau sehat.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa z-score tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perbankan yang terdapat di bursa efek

Indonesia dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fakhrurozie (2007) yang menyatakan “bahwa z-score memiliki pengaruh terhadap harga saham”. Penelitian ini berbeda karena memiliki tahun penelitian atau periode penelitian yang berbeda. Sementara penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan penelitian Rini Widyastuti (2006) yang menyatakan “bahwa nilai dari Z-score tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham”. Perbedaan yang terjadi dalam penelitian ini sesuai dengan konsep

irrelevance theory dimana terjadi ketidakrelevanan antara teori yang ada dengan kenyataan dilapangan. Dimana teori yang ada mengatakan bahwa secara teoritis informasi fundamental berpengaruh terhadap harga saham. Pengaruh informasi fundamental terhadap harga saham berbeda untuk kelompok industri tertentu. Ketidak relevanan tersebut terjadi disinyalir karena keadaan bursa saham Indonesia berbeda dengan kondisi bursa saham Internasional. Bursa saham Indonesia dalam pengelolaannya masih terdapat intervensi atau campur tangan dari pemerintah atau BAPEPAM, hal ini tentunya mempengaruhi kebijakan dana iklim perkembangan dunia pasar saham. Kondisi tersebut diatas sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa informasi fundamental berpengaruh terhadap harga saham tidak akan berlaku apabila dalam bursa tersebut masih terdapat campur tangan dari pihak lain.Hal ini sesuai dengan Anoraga (2008) “yang menyimpulkan bahwa pasar modal Indonesia yang diwakili Bursa Efek Indonesia tidak efisien”.

Tabel 4.8

Perbandingan Terhadap Penelitian Terdahulu

Nama Variabel yang digunakan T Hitung T Keteran gan Hasil Penelitian Aprilia Nugraheni 2005 Nilai Z-score Harga Saham 2,11 1 Thitung > Ttabel Berpengaruh Fakhrurozie 2007 Nilai Z-Score Harga Saham 4,182 1 Thitung > Ttabel Berpengaruh Rini Widyastuti 2006 Nilai Z-Score Harga Saham 0,840 1 Thitung < Ttabel Tidak Berpengaruh Yosafat M Tarigan Nilai Z-Score Harga Saham 0,212 2 Thitung < Ttabel Tidak Berpengaruh

Hasil regresi menunjukkan bahwa R2 =0,033 dimana dalam penelitian ini z-score tidak mampu menjelaskan harga saham karena hubungan korelasi sangat tidak erat, melihat jumlah R2 yang sangat kecil. Tingkat hubungan yang kecil ini dapat dilihat dalam tabel pedoman untuk memberikan korelasi koefisien. Nilai R squared dari penelitian ini sebesar 0,001 berarti 0,1% , dimana faktor-faktor dari Z-score hanya mampu menjelaskan harga saham sebesar 0,1% sedangkan sisannya 99,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Kemudian standard error of the estimate adalah sebesar

0,1685 dimana semakin kecil angka ini maka model regresi semakin tepat dalam memprediksi hargas saham. Variabel dari z-score memiliki koefisien korelasi yaitu positif sebesar 0,212 menunjukkan bahwa setiap penambahan dari nilai Z-score sebesar 1% atau 1 satuan tidak akan diikuti dengan penambahan dari harga saham sebesar 0,212 satuan dimana asumsi variabel lain dianggap tetap.

BAB -V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini mengguji apakah prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode Altman z-score memiliki pengaruh terhadap harga saham, penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini dilakukan dari tahun 2007-2009. Setelah melakukan seleksi terhadap sampel perusahaan perbankan maka diperoleh 14 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian yang dibahas dalam bab empat maka dapat disimpulkan dalam 2 bagian.

1.Pengujian terhadap perusahaan perbankan go public dengan menggunakan rumusan Altman z-score belum dapat menentukan keadaan perusahaan yang sebenarnya hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan score.Pada penilaian z-score terdapat perusahaan yang tiga tahun berturut masuk dalam kategori potensi bangkrut. Melalui kriteria Altman dapat terlihat bahwa meskipun perusahaan dikatakan bangkrut namun dalam keadaan sebenarnya perusahaan masih dapat beroperasi. Sehingga dapat dikatakan Altman belum dapat dijadikan patokan dalam melihat keadaan perusahaan.

2.Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara Altman z-score dengan harga saham. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan korelasi determinan sebesar 0.033 atau 3,3% ini menunjukkan z-score akan sangat rendah pengaruhnya dalam menjelaskan harga saham. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fakrurozie (2007) dan Nugraheni (2005) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara z-score dengan harga saham. Perbedaan penelitian ini terdapat pada periode yang berbeda, selain itu penelitian yang dilakukan terdapat pada periode krisis keuangan sehingga memungkinkan hasil yang berbeda. Namun penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rini Widyastuti (2006) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara z-score dengan harga saham.

Dokumen terkait