• Tidak ada hasil yang ditemukan

Halaman

1 Indeks klasifikasi kematangan buah manggis ... 9 2 Korelasi antar parameter morfologi dan fisiologi... 44

2 Pertumbuhan dan perkembangan bunga manggis... 22 3 Diameter buah manggis pada berbagai tingkat umur... 25 4 Pertumbuhan dan perkembangan buah manggis... 26 5 Kuncup bunga manggis 32 HSI... 27 6 Kuncup bunga manggis 39 HSI... 27 7 Manggis dengan 1 biji... 27 8 Manggis tanpa biji... 27 9 Bobot basah dan bobot kering buah manggis pada berbagai tingkat

umur petik... 29 10 Total kerontokan buah manggis pada berbagai tingkat umur... 31 11 Kadar air buah manggis pada berbagai tingkat umur petik... 34 12 PTT buah manggis pada berbagai tingkat umur petik... 35 13 Kadar gula total buah manggis pada berbagai tingkat umur petik... 36 14 Kadar ATT buah manggis pada berbagai tingkat umur petik... 38 15 Kadar vitamin C buah manggis pada berbagai tingkat umur petik... 39 16 Kadar auksin kulit buah manggis pada berbagai tingkat umur petik... 40 17 Kadar klorofil kulit buah manggis pada berbagai tingkat umur petik... 42 18 Kadar antosianin kulit buah manggis pada berbagai tingkat umur petik... 42

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan satu di antara 400 spesies yang terdapat pada genus Garcinia pada family Guttiferae (Verheij 1991), dan merupakan allotetraploid hasil persilangan dari Garcinia hombrioniana dengan Garcinia malacensis (Yaacob & Tindal 1995). Tanaman ini adalah tanaman asli Asia Tenggara dan secara lebih spesifik merupakan tanaman asli Indonesia (Almeyda & Martin 1976). Manggis merupakan salah satu buah tropik yang memiliki kekhasan dari segi bentuk dan rasa. Perikarpnya mengandung xanthone yang dapat berperan sebagai anti inflammatory, anti bakteri, dan anti kanker.

Tanaman manggis tersebar hampir di seluruh pulau di Indonesia, dengan populasi terbesar terdapat di pulau Sumatra dan Kalimantan, akan tetapi pusat produksi manggis di Indonesia berada di Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali (Sobir & Poerwanto 2007). Manggis merupakan komoditas buah segar terpenting di Indonesia. Hal ini terlihat dari nilai ekspornya yang cenderung terus meningkat, yaitu dari 4.743 ton pada tahun 1999 menjadi 5.697 ton pada tahun 2006, 7.411 ton pada tahun 2007 dengan nilai US$ 3.81 juta, dan 9000 ton pada tahun 2008 (Deptan 2009). Indonesia juga merupakan eksportir terpenting manggis di dunia, dan untuk mendukung daya saing industri manggis di Indonesia diperlukan kajian ilmiah dalam hal perkembangan morfologi dan fisiologi buah manggis selama pertumbuhan dan pematangan untuk mendapatkan buah manggis yang berkualitas tinggi dan memenuhi standar.

Mekanisme pembentukan biji manggis berbeda dengan kebanyakan tanaman pada umumnya. Biji manggis terbentuk tanpa melalui proses penyerbukan (polinasi) sehingga tidak terjadi penggabungan gamet (fertilisasi), fenomena ini dikenal sebagai agamospermi, yaitu produksi biji tanpa melalui penggabungan gamet (Thomas 1997). Berdasarkan reproduksi tersebut , manggis digolongkan sebagai tanaman apomiksis. Apomiksis pada manggis sama halnya dengan pada anggrek, jeruk dan mangga yaitu embrio yang terbentuk merupakan embrio adventif. Embrio adventif adalah embrio yang berasal dari sel somatik yang menyusun ovul (bakal biji), seperti nuselus dan integumen (Asker & Jerling

1992). Sampai saat ini penelitian mengenai perkembangan morfologi dan fisiologi bunga dan buah manggis masih langka, sehingga menarik untuk dikaji bagaimana mekanisme pembentukan dan perkembangan bunga manggis melalui pendekatan morfologi dan perkembangan buah secara morfologi dan fisiologi. Penelitian-penelitian yang mengarah kepada perkembangan bunga dan buah manggis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka peningkatan pengembangan budidaya manggis.

Proses pembungaan pada umumnya dimulai setelah terjadi induksi bunga, yang selanjutnya akan terjadi proses diferensiasi, pendewasaan organ-organ bunga, antesis, dan polinasi (Bernier et al. 1985). Pada tanaman manggis, akhir induksi atau awal diferensiasi secara visual ditandai dengan munculnya tunas bunga pada ujung pucuk (Rai 2006). Perkembangan bunga manggis yang selanjutnya akan membentuk buah dan proses pematangannya perlu dipahami sebagai dasar untuk dapat meningkatkan kualitas buah sehingga mampu bersaing di pasar internasional.

Pertumbuhan dan perkembangan buah manggis dapat diidentifikasi melalui perubahan-perubahan yang terjadi, baik perubahan morfologi maupun perubahan fisiologi, diantaranya perubahan warna kulit buah. Perubahan warna kulit menjadi ungu kemerahan sampai ungu kehitaman merupakan indeks kematangan primer buah manggis yang biasa digunakan untuk menentukan waktu panen. Kualitas buah manggis ditentukan berdasarkan karakter morfologi dan fisiologi, diantaranya ukuran, bentuk dan warna kulit buah (Kader 2004). Pemanenan pada tingkat ketuaan dan waktu yang tepat menghasilkan buah berkualitas tinggi. Buah-buah yang masih muda, bila dipanen akan memiliki kualitas yang rendah dengan pematangan yang tidak sempurna. Sebaliknya, penundaan waktu panen akan meningkatkan sensitivitas buah terhadap pembusukan, sehingga kualitas dan nilai jualnya rendah.

3

Perumusan Masalah

Manggis (Garcinia mangostana) merupakan salah satu komoditas hortikultura buah-buahan tropik Indonesia yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Richards (1990) mengkategorikan manggis sebagai apomiksis. Menurut Mansyah (2002) tidak terdapat serbuk sari pada bunga manggis baik didasarkan pada pengamatan visual maupun melalui analisis secara kimia menggunakan KI, sehingga polinasi tidak terjadi pada bunga manggis.

Penelitian terhadap komoditas apomiksis yang mengarah kepada pertumbuhan dan perkembangan buah, terutama untuk tanaman-tanaman yang mempunyai masa hidup yang lama dan bersifat musiman, seperti duku dan manggis masih sangat langka. Adanya penelitian mengenai perkembangan buah manggis diharapkan dapat memberikan gambaran secara umum mengenai perkembangan buah-buah apomiktik lainnya dan untuk mendapatkan gambaran secara khusus mengenai perkembangan buah manggis itu sendiri, dalam rangka pengembangan budidayanya sehingga buah manggis kita mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran global.

Pemanenan buah manggis di tingkat petani umumnya berdasarkan pada perubahan warna yang terjadi pada kulit buah sehingga sulit ditentukan waktu panennya dengan tepat. Selain itu penentuan tingkat kematangan buah manggis tidak cukup hanya dengan melihat perubahan warna yang terjadi pada kulit buah, tetapi juga harus memperhatikan aspek fisiologisnya. Hal ini disebabkan oleh proses pematangan buah lebih terkait pada perubahan-perubahan fisiologi sedangkan perubahan morfologi seperti perubahan warna kulit buah merupakan manifestasi dari adanya perubahan fisiologi. Untuk itu diperlukan adanya penelitian mengenai perkembangan morfologi dan fisiologi buah manggis selama proses pertumbuhan dan pematangan untuk dapat menentukan secara lebih tepat waktu panen buah manggis dengan kualitas hasil yang tinggi.

Tujuan Penelitian

Penelitian dengan judul Perkembangan Morfologi dan Fisiologi Buah Manggis selama Proses Pertumbuhan dan Perkembangan ini bertujuan:

1 Mempelajari perkembangan morfologi bunga manggis mulai dari inisiasi tunas bakal bunga, pertumbuhan dan perkembangan kuncup hingga anthesis.

2 Mempelajari perkembangan morfologi buah manggis mulai dari anthesis hingga matang yang didasarkan pada diameter dan bobot buah serta perubahan warna pada kulit buah.

3 Mempelajari perkembangan fisiologi buah manggis selama proses pendewasaan (maturity) dan pematangan (ripening), berdasarkan kadar air buah, padatan total terlarut (PTT), kandungan gula total, asam total tertitrasi (ATT), vitamin C, auksin, klorofil dan antosianin.

TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen terkait