• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

B. Penyajian Data

4. Daftar Tentang Jawaban Angket

BAB IV : ANALISIS DATA

Bab ini membahas tentang analisis pendahuluan dan analisis uji hipotesis

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari Kesimpulan, Saran-saran dan Penutup.

Kemudian bagian akhir penulis lampirkan Daftar Kepustakaan. Lampiran-lampiran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tadarus Al-Qur’an

1. Pengertian Tadarus

Tadarus adalah kegiatan qira’ah sebagian orang atas sebagian yang lain sambil membetulkan lafal-lafalnya dan mengungkap makna-maknanya, (Syarifuddin, 2004:49). Kegiatan tadarus Al-Qur’an

merupakan kegiatan membaca Al-Qur’an yang disertai dengan memahami bacaan dari Al-Qur’an itu sendiri, serta merupakan upaya

dalam memperbaiki bacaan lafal-lafal Al-Qur’an.

2. Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an menurut bahasa adalah bacaan atau yang dibaca,

(Ash Shiddieqy, 1954:1). Al-qur’an dapat diartikan kalam Allah yang tiada tandingannya (mukjizat), diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., penutup para Nabi dan Rasul dengan perantaraan malaikat jibril alaihis salam, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nash, dan ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir (oleh orang banyak), serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah, (Ash-Shaabuuniy, 1999:15). Berikut ini beberapa pengertian Al-Qur’an menurut beberapa Ulama’:

a. Menurut Muhammad Abd. Azim Az-Zarqani Al-Qur’an adalah kitab yang menjadi mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW. tertulis dalam mushaf disampaikan secara

mutawatir yang membacanya merupakan ibadah.

b. Menurut Syekh Muhammad Khudari Beik Al-Qur’an ialah firman

Allah yang berbahasa Arab diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. untuk difahami isinya dan di ingat selalu, disampaikan kepada kita secara mutawatir, ditulis dalam mushaf dimulai surah fatihah diakhiri surah nas.

c. Menurut Syekh Muhammad Abduh Al-Kitab yakni Al-Qur’an

ialah bacaan yang telah tertulis dalam mushaf yang terjaga dalam hafalan-hafalan umat islam. (Asnawi, 2004:3)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan Allah kepada nabi

Muhammad melalui perantara malaikat jibril untuk di sampaikan kepada umat muslim di muka bumi ini, di mulai dari surah al-Fatihah dan di akhiri dengan surah nas, membacanya merupakan suatu ibadah tersendiri dan Al-Qur’an di tulis dalam bahasa Arab.

3. Nama-nama Al-Qur’an

Diantara nama lain Al-Qur’an diantaranya sebagai berikut:

a. Al-Kitab, artinya buku atau tulisan, (Syafaat, 2008:20-21). Arti ini untuk mengingatkan kaum muslim untuk membukukannya menjadi buku, agar dapat di jaga kemurniannya bahwa Al-Qur’an

itu merupakan petunjuk bagi umat muslim. Seperti dinyatakan dalam surat Al-Baqarah ayat 2

َيِقَّتُمْلِل ىًدُه ِهيِف َبْيَر لا ُباَتِكْلا َكِلَذ

Artinya: Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya;

petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Departemen Agama RI, 2007:2)

b. Al-Qur’an, artinya bacaan, (Abdullah, 1995:9). Arti ini untuk mengingatkan supaya ia dipelihara/dihafal bacaannya diluar kepala. Diberi nama Al-Qur’an karena Allah menjelaskan sendiri

dalam kitab Al-Qur’an. diantaranya terdapat di dalam surat Qaaf

ayat 1

ِدي ِجَمْلا ِنآْرُقْلاَو ق

Artinya : Qaf. Demi Al-Qur’an yang mulia. (Departemen Agama

RI, 2007:747)

Nama Al-Qur’an adalah nama yang paling banyak dikenal dan

disebut oleh banyak orang.

c. Adz-Dzikr, artinya peringatan yakni peringatan bagi yang lupa, (Syafaat, 2008:20-21). Arti ini untuk mengingatkan kepada umat muslim bahwa yang menurunkan Al-Qur’an adalah Allah dan

Allah juga lah yang memelihara Al-Qur’an yang merupakan

petunjuk untuk mengarungi kehidupan di dunia. Seperti pada al-Hijr : 9

َنوُظِفاََلَ ُهَل اَّنِإَو َرْكِّذلا اَنْلَّزَ ن ُنَْنَ اَّنِإ

Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya. (Departemen Agama RI, 2007:355)

d. Al-Furqan, artinya pembedanya yang hak dengan batil, (Syafaat, 2008:20-21). Arti ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an juga

berfungsi sebagai pembeda antara yang hak dengan yang bathil. Seperti pada ayat al-Furqan : 1

َيِمَلاَعْلِل َنوُكَيِل ِهِدْبَع ىَلَع َناَقْرُفْلا َلَّزَ ن يِذَّلا َكَراَبَ ت

اًريِذَن

Artinya: Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia). (Departemen Agama RI, 2007:502)

e. Tanzil, berarti yang diturunkan, (Syafaat, 2008:20-21). Arti ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an itu benar-benar diturunkan oleh Allah untuk umat muslim. Seperti pada ayat asy-Syu’ara : 192

ِّبَر ُليِزْنَ تَل ُهَّنِإَو

َيِمَلاَعْلا

Artinya : Dan Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh Alam, (Departemen Agama RI, 2007:527).

f. Suhuf, berarti lembaran-lembaran, (Asnawi, 2004:6). Arti ini menunjukkan bahwa dalam penurunan Al-Qur’an itu tidak secara

langsung turun dengan segala kesempurnaannya, Al-Qur’an turun

dalam kondisi lembaran-lembaran yang suci, yang diharuskan untuk disatukan menjadi buku kitab pedoman umat muslim. Seperti pada ayat al-Bayyinah : 2

ِهَّللا َنِم ٌلوُسَر

ًةَرَّهَطُم اًفُحُص وُلْ تَ ي

Artinya: (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang suci (Al Quran),

(Departemen Agama RI, 2007:904). 4. Fungsi dan Peranan Al-Qur’an

Allah SWT menurunkan Al-Qur’an kepada umatnya dengan

segala kesempurnaan yang menyertainya. Al-Qur’an juga mempunyai banyak fungsi, diantaranya yang paling pokok adalah sebagai berikut: a. Sebagai sumber pokok ajaran islam

Al-Qur’an diturunkan sebagai pokok ajaran islam, yang

mendasari ajaran-ajaran hukum, hal serta peraturan perundangan yang lain juga sebagai peringatan, bimbingan dan penyadaran dari sikap dan perilaku manusia yang tercela. Dalam hal ini diterangkan dalam QS. An-Nisa’: 105

َكْيَلِإ اَنْلَزْ نَأ اَّنِإ

اَِبِ ِساَّنلا َْيَ ب َمُكْحَتِل ِّقَْلَاِب َباَتِكْلا

لاَو ُهَّللا َكاَرَأ

اًميِصَخ َيِنِئاَخْلِل ْنُكَت

Artinya: Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an)

kepadamu (Muhammad) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat. (Departemen Agama RI, 2007:125)

b. Peringatan dan pelajaran bagi manusia

Dalam memberikan bimbingan kepada manusia, Al-Qur’an

seringkali menjelaskan melalui fakta sejarah, baik yang positif maupun negatif yang pernah dialami oleh orang-orang yang terdahulu, dengan maksud agar manusia masa sekarang dapat mengambil pelajarannya atau sebagai peringatan baginya. Ayat yang menjelaskan fungsi Al-Qur’an sebagai peringatan dan

pelajaran bagi manusia antara lain QS. Asy-syura : 7

اَنْ يَحْوَأ َكِلَذَكَو

ْنَمَو ىَرُقْلا َّمُأ َرِذْنُ تِل اًّيِبَرَع اًنآْرُ ق َكْيَلِإ

اََلَْوَح

ِةَّنَْلْا ِفِ ٌقيِرَف ِهيِف َبْيَر لا ِعْمَْلْا َمْوَ ي َرِذْنُ تَو

ِفِ ٌقيِرَفَو

ِيِعَّسلا

Artinya: Dan Demikianlah Kami wahyukan Al-Qur’an kepadamu

dalam bahasa Arab, agar kamu memberi peringatan kepada penduduk ibukota (Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) di sekelilingnya serta memberi peringatan tentang hari berkumpul (Kiamat) yang tidak di ragukan adanya. segolongan masuk surga, dan segolongan masuk neraka. (Departemen Agama RI, 2007:693)

Ayat tersebut menegaskan bahwa:

1) Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. dalam Bahasa Arab

2) Berfungsi sebagai peringatan dan pemberi pelajaran bagi orang Mekah dan orang-orang seluruh dunia

c. Di akhirat nanti orang yang mengikuti ajaran Al-Qur’an masuk

surga sedang yang menentang masuk neraka. (Asnawi, 2004:6). Al-Qur’an merupakan petunjuk untuk mengarungi kehidupan

umat manusia di dunia.

d. Sebagai pengukuh dan penguat kebenaran adanya kitab-kitab suci yang pernah diturunkan sebelum Al-Qur’an, dan kebenaran tentang adanya para nabi dan rasul beserta kitab sucinya msing-masing yang sudah tidak asli lagi, karena diubah-ubah oleh para pemuka dan pemimpin mereka, (http://aprililmuttaqin. blogspot. com/ 2014/ 01/ pengertian kedudukan dan fungsi al. html). Diakses tanggal 19 November 2014 pukul 11.37 WIB.

5. Adab Membaca Al-Qur’an

Manusia lazimnya hidup di dunia ini dengan bertutur kata yang indah, berkelakuan yang baik dan sopan serta memiliki adab agar memiliki nilai pahala tersendiri di hadapan Allah. Dalam buku Departemen Agama RI (2007:VI) ada beberapa adab yang kiranya dapat dilakukan dalam membaca Al-Qur’an, diantaranya adab-adab tersebut adalah sebagai berikut :

a. Disunahkan membaca Al-Qur’an sesudah berwudlu (suci dan bersih). Kemudian mengambil Al-Qur’an hendaknya dengan

tangan kanan dan memegangnya dengan kedua tangan.

c. Hendaknya menghadap kiblat, membacanya dengan khusyu’,

tenang dan dengan berpakaian yang pantas dan menutup aurat. d. Mulut hendaknya bersih, disunahkan membersihkan mulut dan

gigi terlebih dahulu.

e. Sebelum membaca hendaknya membaca ta’awudz dan basmalah,

kecuali surat At-Taubah tanpa basmalah.

f. Hendaknya dengan suara yang bagus (merdu), tartil, yaitu dengan bacaan yang pelan, tenang, teliti, hati-hati, sabar dan sesuai dengan kaidah tajwid.

g. Hendaknya dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang makna dan maksud ayat-ayat yang dibacanya serta penuh penjiwaan terhadap kejadian yang digambarkan oleh ayat tersebut, misalnya tentang surga, neraka, rahmat, rizki, kaum yang mendapat murka, kaum yang penuh kasih sayang, tentang hukum-hukum dan sebagainya serta melakukan sujud tilawah jika membaca ayat-ayat sajdah misalnya.

h. Sedapat-dapatnya, janganlah memutuskan membaca Al-Qur’an

karena hendak berbicara dengan orang lain, juga dilarang tertawa-tawa, sambil bermain-main dan semacamnya.

i. Hendaknya memperhatikan tanda-tanda waqaf dan ibtida’, tanda -tanda baca panjang pendek dan semua kaidah ilmu tajwid lainnya.

6. Keutamaan membaca Al-Qur’an

Bagi muslimin Al-Qur’an itu bacaan yang pertama dan utama,

bacaan bagi umat muslim di kala dalam keadaan senang maupun dalam keadaan sulit. Menurut Syarifuddin (2004:46-48) di antara keutamaan membaca Al-Qur’an antara lain:

a. Nilai pahala

Kegiatan membaca Al-Qur’an per satu hurufnya di nilai satu kebaikan dapat dilipat gandakan hingga sepuluh kebaikan. b. Obat (terapi jiwa yang gundah)

Membaca Al-Qur’an bukan saja amal ibadah, namun juga

bisa menjadi obat dan penawar jiwa gelisah, pikiran kusut, nurani tidak tentram dan sebagainya, Allah berfirman dalam Al-Israa’:82

ِنآْرُقْلا َنِم ُلِّزَ نُ نَو

لاَو َيِنِمْؤُمْلِل ٌةَْحَْرَو ٌءاَفِش َوُه اَم

َّظلا ُديِزَي

لاِإ َيِمِلا

اًراَسَخ

Artinya : Dan kami turunkan dari Al Qur’an sesuatu yang

menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, (Departemen Agama RI, 2007:396)

Dalam ilmu jiwa (psikologi) modern dinyatakan bahwa berkomunikasi dengan orang lain sangat efektif untuk mengurangi beban berat yang di tanggung jiwa. Para psikolog menyarankan orang-orang yang jiwanya telah menanggung beban berat untuk berkomunikasi dengan orang lain, bicara dari hati ke hati, agar terkurangi bebannya.

Sementara membaca Al-Qur’an ibaratnya adalah

komunikasi dengan Allah. Secara otomatis, dengan komunikasi tersebut, orang yang membaca Al-Qur’an jiwanya akan menjadi

tenang dan tentram, lebih-lebih bila dihubungkan bahwa malaikat akan turun memberikan ketenangan kepada orang yang tengah membaca Al-Qur’an. hal ini akan memberikan kenyamanan

dalam jiwa orang yang membacanya karena selain mendapatkan pahala juga mendapatkan ketentraman jiwa.

c. Memberikan syafaat

Di saat umat manusia diliputi kegelisahan pada hari kiamat. Al-Qur’an bisa hadir memberikan pertolongan bagi orang-orang yang senantiasa membacanya di dunia. Dalam hadis riwayat

muslim diperintahkan “Bacalah Al-Qur’an karena sesungguhnya

ia pada hari kiamat akan hadir memberikan pertolongan kepada orang-orang yang membacanya”.

d. Menjadi nur di dunia sekaligus menjadi simpanan di akhirat Dengan membaca Al-Qur’an, muka seorang muslim akan

ceria dan berseri-seri. Ia akan tampak anggun dan bersahaja karena akrab bergaul dengan kalam Tuhannya. Lebih jauh lagi, ia akan dibimbing oleh kitab suci Al-Qur’an dalam meniti jalan

kehidupan yang lurus. Selain itu di akhirat, membaca Al-Qur’an

akan menjadi deposito besar yang membahagiakan. Al-Qur’an

para pembacanya yaitu orang-orang yang berpegang teguh pada petunjuk-petunjuknya.

e. Malaikat turun memberikan rahmat dan ketenangan

Jika Al-Qur’an dibaca malaikat akan turun memberikan si

pembaca itu rahmat dan ketenangan. Seperti diketahui ada segolongan malaikat yang khusus ditugaskan untuk mencari majlis atau forum zikir dan membaca Al-Qur’an. Jika malaikat

menurunkan rahmat dan ketenangan otomatis orang yang membaca Al-Qur’an hidupnya akan selalu tenang, tentram,

tampak anggun, indah, disukai orang dan bersahaja.

Rumah yang di dalamnya digemakan suara Al-Qur’an,

rumah itu akan banyak kebaikannya. Sebaliknya bila di dalam rumah tidak digemakan suara Al-Qur’an sama sekali, maka

sedikitlah kebaikannya. Rumah terasa sempit dan gelap seperti hati penghuninya yang susah, gelisah dan gulana.

7. Komitmen Terhadap Al-Qur’an

Sebagai seorang muslim tentu tidak hanya membaca saja akan tetapi harus memahami, mengerti dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap komitmen terhadap Al-Qur’an ini seperti sikap meyakini terhadap Al-Qur’an bahwasanya Al-Qur’an itu merupakan

wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad sebagai petunjuk bagi manusia dan Al-Qur’an bukan sebagai hasil karya Nabi Muhammad SAW sendiri.

Kemudian meyakini bahwa Al Qur’an itu memang benar-benar merupakan kalamullah yang kebenarannya itu tidak diragukan dan tidak ada bandingannya, sehingga akan tumbuh dalam diri kita untuk mencintainya. Wujud rasa cinta terhadap Al-Qur’an itu sebagai upaya untuk bisa membacanya sejak kecil kita belajar dari tidak tahu menjadi tahu mentadaruskan sampai pada tingkat memahaminya, dan beristiqamah membacanya seperti yang diungkapkan dalam bukunya (Syarifuddin, 2004:49) hal terpenting dalam kegiatan membaca

Al-Qur’an ini adalah rutinitas atau keajegan (keistiqamahan), yakni

membacanya secara berkesinambungan dan terus menerus (Estafet). Membaca dalam hal ini bukan hanya sekedar asal membaca saja akan tetapi membaca dengan mengandung makna yang lebih luas seperti memahami, mentadaburkan, menghayati, dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan perintah dilaksanakan dan larangan untuk dijauhi.

B. Akhlak Siswa

1. Pengertian Akhlak

Yang dimaksud dengan akhlak (moral) adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa, (Abdul, 2004:27). Ada pendapat lain yang mengungkapkan bahwa akhlak yaitu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang melahirkan

perbuatan, mungkin baik, mungkin buruk, (Daud, 2008:345).

Pengertian akhlak menurut beberapa ulama’ antara lain:

a. Menurut Imam Al-Ghazali akhlak adalah ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tidak memerlukan pertimbangan/pikiran (lebih dahulu), (Zainuddin, 1991:102).

b. Menurut Ibnu Maskawih akhlak adalah sikap seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan (lebih dahulu). (Syafaat, 2008:59).

c. Menurut Muhammad bin Ali Asy-Syariif Al-Jurjani Akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berfikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir perbuatan-perbuatan yang indah menurut akal dan syariat dengan mudah, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang baik. Sedangkan jika darinya terlahir perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang buruk. (Abdul, 2004:34)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak itu merupakan segala perbuatan yang dilakukan tanpa disengaja atau dengan kata lain secara spontan dilakukan oleh manusia dan tidak dengan paksaan, jadi akhlak itu bukanlah perbuatan melainkan gambaran bagi jiwa yang tersembunyi.

2. Fungsi Akhlak

Akhlak memiliki manfaat dan perannya tersendiri dalam kehidupan seorang muslim, baik bagi orang lain maupun bagi dirinya sendiri juga bagi masyarakat luas. Diantara fungsi akhlak menurut Ahmadi (2004:19) antara lain :

a. Akhlak bukti nyata keimanan. b. Akhlak hiasan orang yang beriman.

c. Akhlak amalan yang paling berat timbangannya. d. Akhlak mulia simbol segenap kebaikan.

e. Akhlak merupakan pilar bagi tegaknya masyarakat yang diidam-idamkan.

f. Akhlak adalah tujuan akhir diturunkannya islam. 3. Faktor Pembentuk Akhlak

Akhlak bisanyanya terbentuk dari bermacam-macam faktor yang dapat mempengaruhinya, diantara faktor-faktor yang membentuk akhlak antara lain :

a. Faktor genetik

Akhlak biasanya terbentuk dari jenis keturunan yang ditularkan kepada anak dari orang tuanya, pola dasar manusia mewarisi beberapa sifat tertentu dari kedua orang tuanya, bisa mewarisi sifat jasmaniah juga mewarisi sifat-sifat rohaniahnya, (Rahmaniyah, 2010:100). Orang tua yang memiliki akhlak baik

keturunannya (anaknya), yang dimaksud disini adalah akhlakul karimah dari orang tua akan mempengaruhi akhlak keturunannya (anaknya). Begitupula orang tua yang berakhlak buruk tentunya akan menurunkan sifat akhlak buruknya kepada anaknya.

Islam sangat memperhatikan masalah keturunan, bahkan seorang muslim yang akan menikah lebih dianjurkan untuk memilih calon pasangan hidupnya kelak berasal dari keturunan yang baik. Hal ini dianjurkan karena dapat mempengaruhi akhlak yang baik (Lestari, 2009:26).

b. Kebiasaan

Kebiasaan merupakan tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, (Rahmaniyah, 2010:98). Jika seseorang memiliki kebiasaan yang baik untuk berakhlakul karimah tentunya akan melahirkan dampak yang positif yaitu memiliki jiwa untuk berakhlak yang baik, begitu pula dengan sebaliknya jika seseorang memiliki kebiasaan berakhlak yang buruk tentunya akan melahirkan dampak yang negatif dengan memiliki akhlak yang buruk pula.

c. Pendidikan

Pendidikan merupakan sebagian dari fenomena interaksi kehidupan sosial manusia, (Huda, 2008:1). Dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan perilaku

akhlak seseorang. ( http://gudangmakalahku. blogspot. com/ 2013/ 04/ factor factor yang mempengaruhi. html. Diakses tanggal 19 November 2014 pukul 11.45 WIB.)

Pendidikan juga merupakan faktor pembentuk akhlak, sebab dari sinilah anak banyak mempelajari ilmu pengetahuan, anak dalam kurun waktu kurang lebih 8 jam menjalankan proses pendidikan di sekolah setiap harinya, tidak dapat dipungkiri bahwasanya pola interaksi kehidupan anak akan terbentuk dari sini dan dipengaruhi dari nilai-nilai pendidikan yang ditanamkan orang tuanya karena pada dasarnya anak dilahirkan dalam keadaan fitrah yang belum mengetahui segala sesuatu apapun. d. Lingkungan

Salah satu aspek yang juga memberikan sumbangan terhadap terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor lingkungan dimana ia berada, (Rahmaniyah, 2010:101). Dari lingkungan anak belajar dan meniru apapun untuk diterapkan dalam kehidupannya, dari perkataan dan perbuatan serta tingkah laku anak.

Lingkungan yang baik akan mempengaruhi anak untuk berakhlak yang baik, dan lingkungan yang buruk akan mempengaruhi akhlak anak yang buruk pula. Seperti yang diungkapkan Al-Ghazali “dan dilarang pula bergaul dengan

Sebab kata-kata jahat itu akan menular kepadanya dari teman- teman yang jahat itu, (Zainuddin, 1991:92).

4. Pentingnya Akhlak

Akhlak menentukan derajat keislaman dan keimanan seseorang, seseorang yang imannya baik, maka akhlaknya akan baik pula karena senantiasa diawasi oleh Allah begitupula dengan orang yang imannya lemah akhlaknya juga akan buruk. Menurut Lestari (2009:28-29) pentingnya akhlak sebagai berikut:

a. Keluhuran akhlak merupakan amal terberat hamba di akhirat Orang yang berakhlak baik akan menyebabkan timbangan amalnya selama di dunia baik di akhirat kelak. Salah satu amal manusia yang paling mulia di hadapan Allah dan paling berat timbangannya disisi-Nya adalah akhlak, (Ahmadi, 2004:27). b. Akhlak merupakan lambang kualitas seorang hamba

Akhlaklah yang membedakan antara manusia dengan hewan, karena manusia diciptakan oleh Allah dengan akal dan hewan tidak dianugerahi oleh Allah akal pikiran, sehingga manusialah yang memiliki akhlak.

c. Akhlak adalah buah ibadah

Setelah melakukan ibadah seseorang manusia akan memiliki akhlak yang baik seperti halnya setelah seseorang melakukan ibadah shalat, maka akan senantiasa melakukan

akhlak yang baik. Karena ibadah shalat bisa mencegah perbuatan buruk.

5. Macam-macam Akhlak

a. Akhlak kepada Allah

Manusia harus menerapkan akhlak yang baik kepada Allah, dengan cara beriman kepada Allah, tetapi iman kepada Allah tidak cukup hanya sekedar mempercayai akan adanya Allah saja, melainkan sekaligus juga harus diikuti dengan beribadah atau mengabdi kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari, yang realisasinya/manifestasinya berupa diamalkannya segala perintah Allah dan dijauhinya segala larangan Allah. Dan semuanya ini dikerjakan dengan tulus ikhlas, semata-mata hanya karena Allah saja, (Tatapangarsa, 1980:20)

Akhlak kepada Allah ada bermacam macam, diantaranya adalah:

1) Melaksanakan ibadah shalat lima waktu setiap hari

Shalat merupakan ibadah yang paling utama, (Ibrahim, 2007:61). Manusia merupakan makhluk yang diciptakan Allah dari tanah kemudian menerima tugas dan memiliki kewajiban pada Allah untuk mengabdi (menyembah) secara sungguh-sungguh dan benar lahir batin, sehingga akan menemukan ketenangan tersendiri dari ibadah shalat.

Ibadah shalat menjadi ibadah yang sangat pokok daripada ibadah yang lain seperti puasa, zakat, dan menunaikan ibadah haji, dikarenakakan shalat itu merupakan tiang agama. Kelak amal yang pertama-tama ditanya Allah kepada hambanya di hari kiamat adalah amalan shalat, jika shalatnya diterima maka akan diterima pula seluruh amalnya di dunia, begitupun sebaliknya jika shalatnya tidak diterima maka seluruh amalnya tidak diterima pula.

Nabi telah mengisyaratkan, bahwa di dalam melaksanakan shalat, beliau selalu melaksanakan dengan serius dan penuh hormat. Karena beliau menyadari sedang bertemu dengan Allah subhanahu wata’ala, (Sangkan,

2006:26). Ibadah shalat perlu dilaksanakan dengan khusyu’

dikarenakan manusia akan mengalami dan menjumpai ketenangan yang luar biasa didalamnya, ruhnya akan merasakan kedamaian ketika bertemu dengan Allah.

2) Bersyukur Atas Nikmat Allah

Manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Allah dengan segala bentuk kesempurnaannya, manusia diajarkan untuk mensyukuri atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah berikan kepadanya, (Daud, 2008:356). Orang yang bersyukur atas nikmat Allah akan ditambah

kenikmatan oleh Allah seperti yang di jelaskan dalam

Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 7

Dokumen terkait