Menimbang, bahwa Majelis Hakim akan mempertimbangkan eksepsi Tergugat tentang Kewenangan Mengadili (Kompetensi Absolut);
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ditegaskan bahwa “ Eksepsi tentang kewenangan absolut Pengadilan dapat diajukan setiap waktu selama pemeriksaan dan meskipun tidak ada eksepsi tentang kewenangan absolut Pengadilan apabila Hakim mengetahui hal itu, ia karena jabatannya wajib menyatakan bahwa Pengadilan tersebut tidak berwenang mengadili sengketa yang bersangkutan;
Hal 50 dari 64 Hal. Put. No. 24/G/2014/PTUN-Pbr Menimbang, bahwa oleh karena Majelis Hakim baru mengetahui perihal kewenangan absolut Peradilan Tata Usaha Negara dalam memeriksa dan mengadilii perkara a quo pada saat acara pembuktian, maka Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut :
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, telah diatur tentang kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara, dimana Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara;
Menimbang, bahwa kompetensi absolut suatu badan pengadilan adalah kewenangan yang berkaitan untuk mengadili suatu perkara menurut objek atau materi atau pokok sengketanya;
Menimbang, bahwa kompetensi absolut Pengadilan Tata Usaha Negara diatur dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang menyebutkan:
“Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau Badan Hukum Perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik dipusat maupun didaerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku” ;
Menimbang, bahwa yang dimaksud Keputusan Tata Usaha Negara menurut ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang menyebutkan:
“Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisikan
Hal 51 dari 64 Hal. Put. No. 24/G/2014/PTUN-Pbr tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkret, individual, dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.”
Menimbang, bahwa selain itu kompetensi Peradilaan Tata Usaha Negara termasuk pula ketentuan yang terdapat dalam ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yaitu dalam hal Badan/Pejabat Tata Usaha Negara Tidak mengeluarkan suatu keputusan yang dimohonkan kepadanya sedangkan hal itu merupakan kewajibannya;
Menimbang, bahwa akan tetapi kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara dibatasi oleh ketentuan Pasal 2, Pasal 48, Pasal 49 dan Pasal 142 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara, sehingga pembatasan terhadap objek sengketa Pengadilan Tata Usaha Negara tersebut dibedakan menjadi : Pembatasan langsung, pembatasan tidak langsung dan pembatasan langsung bersifat sementara;
Menimbang, bahwa persengketaan dalam perkara ini timbul karena terbitnya Keputusan objek sengketa (vide bukti T-1 = T. II Int – 4);
Menimbang, bahwa Sertipikat Hak Atas Tanah adalah termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara (vide Putusan Mahkamah Agung R.I. Nomor : 140/K/TUN/2000), dan telah pula memenuhi unsur Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009, karena merupakan penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, Keputusan mana berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara, yang berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, bersifat konkret, individual, dan final, serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata, karenanya terhadap pihak-pihak baik itu orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan dengan diterbitkannya Keputusan Tata Usaha
Hal 52 dari 64 Hal. Put. No. 24/G/2014/PTUN-Pbr Negara tersebut, dapat mengajukan gugatan tertulis ke Pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah (vide Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004) ;
Menimbang, bahwa namun apabila yang disengketakan dalam perkara ini adalah menyangkut kepemilikan atau mengenai hak-hak keperdataan sebagaimana disebutkan dalam putusan Mahkamah Agung RI No. 88/K/TUN/1993 tanggal 7 September 1994 yang berbunyi, Meskipun sengketa itu dari adanya surat keputusan pejabat, tetapi jika dalam perkara tersebut menyangkut pembuktian hak kepemilikan atas tanah, maka gugatan atas sengketa tersebut harus diajukan terlebih dahulu ke pengadilan umum ;
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mempelajari dengan seksama gugatan Para Penggugat, jawaban Tergugat, Tergugat II Intervensi, alat-alat bukti surat yang diajukan para pihak di persidangan, pemeriksaan setempat dan mendengar keterangan saksi di persidangan, maka Majelis Hakim memperoleh fakta – fakta hukum sebagai berikut :
- Bahwa alas hak kepemilikan tanah Penggugat I berasal dari Surat Keterangan Ganti Kerugian antara Jasman dengan Darlis (Penggugat I) tanggal 03 September 2008 yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah Karya Indah (vide bukti P-7), dimana Surat Keterangan Ganti Kerugian tersebut aslinya ada pada pihak PT Bank Rakyat Indonesia Unit Kota Bertuah Cabang Tuanku Tambusai (vide bukti P-8);
- Bahwa alas hak kepemilikan tanah Penggugat II berasal dari Akta Jual Beli No. 282/PPAT/1983 tanggal 23 April 1983 antara Dahnial dengan Tamzil, M (Penggugat II) dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang bernama Drs Rachiemi, MS (vide bukti P-4) ;
- Bahwa Tergugat dalam menerbitkan Sertipikat Hak Milik Nomor 4177 Desa Karya Indah Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Provinsi Riau
Hal 53 dari 64 Hal. Put. No. 24/G/2014/PTUN-Pbr tanggal 11 Maret 2008, Surat Ukur Nomor 3181/ 18.22/ R/ 2008 tanggal 15 Februari 2008 dengan luas 19.197 M2 dahulu atas nama Johari sekarang atas nama Ir. Firdaus, M.T. (vide bukti T-1 = T. II Int – 4) berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kampar Nomor: 623.520.1.05.2007 tanggal 12 Desember 2007 (vide bukti T-2);
- Bahwa tanah milik Tergugat II Intervensi awalnya berasal dari Akta Jual Beli No. 104/PPAT/1982 tanggal 03 Februari 1982 antara Sjahroel Moekmin dengan Johari dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang bernama Drs Rachiemi Mohd Said (vide bukti T-3 dan T.II Intv-1);
- Bahwa Johari dengan Tergugat II Intervensi (Ir Firdaus MT) melakukan jual beli berdasarkan Akta Jual Beli No. 1113/2008 tanggal 14 April 2008 dihadapan Ali Arben, SH (vide bukti T-6 dan T.II.Intv-3);
- Bahwa Pengadilan Negeri Bangkinang telah juga memutus perkara antara Firdaus, ST, MT dengan Darlis alias Idar dalam Register Perkara No. 06/PDT.G/2014/PN.BKN tanggal 01 Desember 2014 (vide bukti T.II.Intv-16);
- Bahwa berdasarkan pemeriksaan setempat sempadan batas tanah antara para pihak berbeda dan juga ukurannya ;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum diatas Majelis Hakim menyimpulkan bahwa terhadap adanya perbedaan Surat dasar atau alas hak kepemilikan dari para pihak tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa dalam perkara ini Para Penggugat harus memastikan terlebih dahulu bahwa bidang tanah objek sengketa a quo adalah benar - benar bidang tanah yang dimaksud dalam Surat Keterangan Ganti Kerugian antara Jasman dengan Darlis (Penggugat I) tanggal 03 September 2008 yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah Karya Indah (vide bukti P-7) dan Akta Jual Beli No. 282/PPAT/1983 tanggal 23 April 1983 antara Dahnial dengan Tamzil, M
Hal 54 dari 64 Hal. Put. No. 24/G/2014/PTUN-Pbr (Penggugat II) dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang bernama Drs Rachiemi, MS (vide bukti P-4) yang telah dimiliki Para Penggugat secara sah di hadapan hukum, atau dengan pengertian lain bahwa sebelum menggugat Sertipikat Hak Milik objek sengketa a quo, Para Penggugat harus dapat membuktikan terlebih dahulu bahwa pihak Tergugat II Intervensi selaku pemegang hak dari objek sengketa a quo adalah benar-benar pihak lain yang sama sekali tidak memiliki hak atas bidang tanah objek sengketa a quo, yaitu dengan membuktikan terlebih dahulu bahwa penerbitan Akta Jual Beli No. 104/PPAT/1982 tanggal 03 Februari 1982 antara Sjahroel Moekmin dengan Johari dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang bernama Drs Rachiemi Mohd Said (vide bukti T-3 dan T.II Intv-1) yang merupakan alas hak terbitnya objek sengketa adalah tidak benar kepemilikannya atau telah diterbitkan dengan melanggar peraturan perundang – undangan yang berlaku, atau setidak-tidaknya dengan membuktikan terlebih dahulu bahwa bidang tanah yang dimaksud dalam Sertipikat Hak Milik objek sengketa a quo, bukanlah bidang tanah yang berasal atau dimaksud dalam Akta Jual Beli No. 104/PPAT/1982 tanggal 03 Februari 1982 antara Sjahroel Moekmin dengan Johari dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang bernama Drs Rachiemi, Mohd Said (vide bukti T-3 dan T.II Intv-1);
Menimbang, bahwa dalam rangka untuk mencari kepastian hukum siapa sebenarnya pemilik yang sah tanah yang disengketakan, dengan demikian yang harus diselesaikan secara hukum terlebih dahulu oleh para pihak adalah tentang sengketa kepemilikan terhadap tanah yang disengketakan, dimana sengketa kepemilikan antara Darlis alis Idar (Penggugat I) dengan Tergugat II Intervensi masih dalam tahap banding di Pengadilan Tinggi Pekanbaru, sedangkan bagi Tamzil, M (Penggugat II) sengketa kepemilikan dengan Tergugat II Intervensi harus diselesaikan secara hukum terlebih dahulu;
Hal 55 dari 64 Hal. Put. No. 24/G/2014/PTUN-Pbr Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 142 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang menyebutkan: “Sengketa Tata Usaha Negara yang pada saat terbentuknya Pengadilan menurut Undang-Undang ini belum diputus oleh Pengadilan dilingkungan Peradilan Umum tetap diperiksa dan diputus oleh Pengadilan di lingkungan Peradilan Umum”;
Menimbang, bahwa pembatasan kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara karena Yurisprudensi MARI, dimana sengketa kepemilikan tanah kaidah hukumnya adalah bahwa Keputusan Tata Usaha Negara yang berkaitan dengan kepemilikan tanah tidak termasuk dalam wewenang Peradilan Tata Usaha Negara, melainkan wewenang Peradilan umum dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan. Putusan Mahkamah Agung (No. 22 K/TUN/1998 tanggal 27-7-2001 jo No. 16 K/TUN/2000 tanggal 28-2-2001 jo No. 93 K/TUN/1996, tanggal 24-2-1998);
Menimbang, bahwa berdasarkan keseluruhan pertimbangan diatas, maka Majelis Hakim berpendapat, bahwa pokok gugatan yang mendasari Para Penggugat dan dalil bantahan Tergugat serta Tergugat II Intervensi merupakan sengketa hukum dalam ranah hukum perdata dan bukan sengketa Tata Usaha Negara yang dapat diajukan di Pengadilan Tata Usaha Negara tetapi harus diselesaikan melalui Peradilan Umum, oleh karena itu Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru harus menyatakan tidak berwenang secara absolut untuk memeriksa dan mengadili perkara tersebut ;
Menimbang, bahwa oleh karena Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru tidak berwenang untuk memeriksa perkara ini, maka dengan demikian eksepsi Tergugat tentang kewenangan mengadili (kompetensi absolut), beralasan hukum untuk dinyatakan dikabulkan ;
Hal 56 dari 64 Hal. Put. No. 24/G/2014/PTUN-Pbr Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan eksepsi Tergugat yang kedua dan Tergugat II Intervensi yang pertama, terkait dengan “Gugatan yang diajukan Para Penggugat lewat waktu” ;
Menimbang, bahwa sepanjang yang berkaitan dengan tenggang waktu mengajukan gugatan, para Penggugat di dalam gugatannya mendalilkan hal-hal yang pada pokoknya sebagai berikut :
“ bahwa Sertipikat Hak Milik Nomor 4177 Desa Karya Indah Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Provinsi Riau tanggal 11 Maret 2008, Surat Ukur Nomor 3181/ 18.22/ R/ 2008 tanggal 15 Februari 2008 dengan luas 19.197 M2 dahulu atas nama Johari sekarang atas nama Ir. Firdaus, M.T. (vide bukti T-1 = T. II Int – 4) diketahui para penggugat berdasarkan bukti tertulis dalam perkara perdata No. 06/PDT.G/2014/PN.BKN pada tanggal 20 Mei 2014, oleh karena itu gugatan ini masih dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh Undang-Undang sesuai Pasal 55 UU No. 5 Tahun 1986 jo Undang – Undang Nomor 9 tahun 2004 jo Undang – Undang Nomor 51 tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara”;
Menimbang, bahwa untuk mempertimbangkan apakah gugatan Para Penggugat dalam perkara ini, diajukan masih dalam tenggang waktu menggugat atau sebaliknya telah melampaui tenggang waktu menggugat, Majelis Hakim berpedoman pada ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Jo Yurisprudensi Mahkamah Agung RI masing-masing Nomor : 41 K/TUN/1994, tanggal 10 Nopember 1994, Nomor : 270 K/TUN/2001, tanggal 4 Maret 2002, Jo SEMA R.I. Nomor : 2 Tahun 1991, angka V ;
Menimbang, bahwa dalam ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 diatur, bahwa gugatan dapat diajukan hanya dalam
Hal 57 dari 64 Hal. Put. No. 24/G/2014/PTUN-Pbr tenggang waktu Sembilan puluh hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara ;
Menimbang, bahwa selanjutnya di dalam penjelasan Pasal 55 tersebut dinyatakan bahwa, “bagi pihak yang namanya tersebut dalam Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat, maka tenggang waktu sembilan puluh hari itu dihitung sejak hari diterimanya Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat”, artinya ketentuan Pasal 55 tersebut adalah berlaku bagi pihak yang dituju langsung oleh Keputusan Tata Usaha Negara, sedangkan bagi pihak ketiga yang tidak dituju langsung oleh Keputusan Tata Usaha Negara, yaitu yang tidak menerima atau tidak mengetahui akan adanya Keputusan Badan / Pejabat Tata Usaha Negara yang merugikan kepentingannya, seperti halnya Para Penggugat dalam perkara ini, berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI masing-masing Nomor : 41 K/TUN/1994, tanggal 10 Nopember 1994, Nomor : 270 K/TUN/2001, tanggal 4 Maret 2002, Jo SEMA R.I. Nomor : 2 Tahun 1991, angka V, tengggang waktu 90 (Sembilan puluh) hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 dihitung secara kasuistis, yakni sejak Penggugat mengetahui adanya Keputusan Tata Usaha Negara, dan merasa kepentingannya dirugikan oleh Keputusan Tata Usaha Negara tersebut ;
Menimbang, bahwa unsur mengetahui, dan merasa kepentingannya dirugikan tersebut bersifat kumulatif, sehingga tidak bisa dipisah-pisahkan, artinya kedua unsur tersebut harus terpenuhi ;
Menimbang, bahwa selanjutnya yang akan dipertimbangkan oleh Majelis Hakim adalah, sejak kapan Para Penggugat terbukti mengetahui dan merasa kepentingannya dirugikan dengan diterbitkannya Keputusan obyek sengketa oleh Tergugat ;
Menimbang, bahwa untuk mempertimbangkan kedua unsur tersebut di atas, maka Majelis Hakim akan mempertimbangkannya berdasarkan
bukti-Hal 58 dari 64 bukti-Hal. Put. No. 24/G/2014/PTUN-Pbr bukti yang diajukan oleh Para Pihak selama persidangan berlangsung, sepanjang bukti-bukti tersebut berkaitan dengan pertimbangan tentang tenggang waktu Para Penggugat mengajukan gugatan, di Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru ;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah membaca dan mencermati bukti-bukti yang berkaitan dengan tentang tenggang waktu Para Penggugat mengajukan gugatan, dan dari bukti – bukti yang terkait tersebut, Majelis Hakim telah mendapatkan fakta-fakta hukum yang pada pokoknya sebagai berikut :
- Bahwa Darlis alias Idar (Penggugat I ), menguasai tanah objek sengketa dari H. Jasman, SH berdasarkan Surat Keterangan Ganti Kerugian atas nama Penggugat I Nomor : 1430/ SKGR/TP/08 tanggal 28 November 2008 seluas 800 M2 (vide bukti P-7);
- Bahwa alas hak kepemilikan tanah Penggugat II berasal dari Akta Jual Beli No. 282/PPAT/1983 tanggal 23 April 1983 antara Dahnial dengan Tamzil, M (Penggugat II) dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang bernama Drs Rachiemi, MS (vide bukti P-4);
- Bahwa tergugat II Intervensi menguasai tanah objek sengketa berdasarkan akta jual beli No. 104/ PPAT/ 1982 tanggal 3 Februari 1982 antara sjahroel mukmin dengan johary (vide bukti T. II Int – 1) dan akta jual beli No. 1113/ 2008 tertanggal 14 April 2008 antara Johary dengan Ir. Firdaus, M.T. (Tergugat II Intervensi) (vide bukti T-6 = T.II Int – 3);
- Bahwa pada tanggal 5 februari 2014 Tergugat II intervensi mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum ke pengadilan negeri bangkinang dengan register no: 06/ PDT.G/2014/PN.BKN atas dasar penguasaan Penggugat I terhadap sebidang tanah milik tergugat II intervensi (vide bukti T. II Int- 11) dan persidangan pertama digelar
Hal 59 dari 64 Hal. Put. No. 24/G/2014/PTUN-Pbr pada tanggal 24 februari 2014 dimana penggugat I telah dipanggil secara patut oleh pengadilan negeri bangkinang pada tanggal 18 Februari 2014 (vide bukti T.II Int-12b) ;
- Bahwa pada tanggal 19 Desember 2014 Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa sengketa a quo telah melakukan sidang pemeriksaan setempat dimana para pihak menunjuk lokasi yang sama sebagai objek sengketa;
Menimbang, bahwa fakta-fakta hukum yang terungkap di atas, dikaitkan dengan unsur mengetahui, dan merasa kepentingannya dirugikan, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa dengan adanya gugatan perbuatan melawan hukum yang diajukan oleh tergugat II intervensi atas penguasaan Penggugat I terhadap sebidang tanah milik tergugat II intervensi yang merupakan objek sengketa a quo ke pengadilan negeri bangkinang dengan register no: 06/ PDT.G/2014/PN.BKN tanggal 5 februari 2014 (vide bukti T. II Int- 11) dan persidangan pertama digelar pada tanggal 24 februari 2014 dimana penggugat I telah dipanggil secara patut oleh pengadilan negeri bangkinang pada tanggal 18 Februari 2014 (vide bukti T.II Int-12b) menurut pengetahuan Majelis Hakim, para Penggugat terbukti sudah mengetahui ;
Menimbang, bahwa unsur mengetahui berbeda maknanya dengan menerima, artinya Para Penggugat bukanlah pihak yang dituju oleh Keputusan obyek sengketa, sehingga Para Penggugat tidak harus menerima Keputusan objek sengketa, tetapi cukup mengetahui saja, maka unsur mengetahui tersebut telah terpenuhi dengan adanya gugatan perbuatan melawan hukum yang diajukan oleh tergugat II intervensi atas penguasaan Penggugat I terhadap sebidang tanah milik tergugat II intervensi yang merupakan objek sengketa a quo ke pengadilan negeri bangkinang dengan register no: 06/ PDT.G/2014/PN.BKN tanggal 5 februari 2014 (vide bukti T. II Int- 11) dan persidangan pertama digelar pada tanggal 24 februari 2014
Hal 60 dari 64 Hal. Put. No. 24/G/2014/PTUN-Pbr dimana penggugat I telah dipanggil secara patut oleh pengadilan negeri bangkinang pada tanggal 18 Februari 2014 (vide bukti T.II Int-12b), maka telah pula membuktikan bahwa Para Penggugat merasa kepentingannya telah dirugikan akibat diterbitkannya Keputusan obyek sengketa karena tidak akan mungkin Para Penggugat menghadiri sidang pada pengadilan negeri bangkinang jika bukan karena Para Penggugat merasa kepentingannya dirugikan, dengan demikian maka secara hukum unsur mengetahui dan merasa kepentingannya dirugikan, keduanya telah terpenuhi ;
Menimbang, bahwa terhadap dalil gugatan Para Penggugat yang menyatakan baru mengetahui Keputusan obyek sengketa Sertipikat Hak Milik Nomor 4177 Desa Karya Indah Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Provinsi Riau tanggal 11 Maret 2008, Surat Ukur Nomor 3181/ 18.22/ R/ 2008 tanggal 15 Februari 2008 dengan luas 19.197 M2 dahulu atas nama Johari sekarang atas nama Ir. Firdaus, M.T. (vide bukti T-1 = T. II Int – 4), baru diketahui Para Penggugat berdasarkan bukti tertulis dalam perkara perdata No. 06/PDT.G/2014/PN.BKN pada tanggal 20 Mei 2014, oleh karena terungkap fakta hukum bahwa ternyata setidak-tidaknya sejak tanggal 24 Februari 2014, Para Penggugat sudah terbukti mengetahui dan merasa kepentingannya dirugikan dengan diterbitkannya Keputusan obyek sengketa, maka dengan demikian beralasan hukum bagi Majelis Hakim untuk mengenyampingkan dalil Para Penggugat tersebut ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, oleh karena secara hukum Para Penggugat telah mengetahui dan merasa kepentingannya dirugikan, setidak-tidaknya terhitung sejak tanggal 24 Februari 2014, sedangkan gugatan Para Penggugat baru terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 15 Agustus 2014, di bawah register perkara Nomor : 24/ G/ 2014/ PTUN-Pbr maka dengan demikian gugatan Para Penggugat tersebut
Hal 61 dari 64 Hal. Put. No. 24/G/2014/PTUN-Pbr diajukan telah melampaui tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 55 Undang-undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Jo Yurisprudensi Mahkamah Agung RI masing-masing Nomor : 41 K/TUN/1994, tanggal 10 Nopember 1994, Nomor : 270 K/TUN/2001, tanggal 4 Maret 2002, Jo SEMA R.I. Nomor : 2 Tahun 1991, angka V ;
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan para Penggugat diajukan telah melampaui tenggang waktu menggugat, maka dengan demikian eksepsi Tergugat danTergugat II Intervensi tentang “Gugatan yang diajukan Para Penggugat lewat waktu”, beralasan hukum dinyatakan dikabulkan ; DALAM POKOK PERKARA :
Menimbang, bahwa oleh karena eksepsi Tergugat dan Tergugat II Intervensi dinyatakan dikabulkan, maka pokok perkara dalam gugatan Para Penggugat tidak perlu dipertimbangkan lagi, dan menurut hukum gugatan Para Penggugat harus dinyatakan tidak diterima (Niet Onvantkelijke Verklaard) ;
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Para Penggugat dinyatakan tidak diterima, maka berdasarkan ketentuan Pasal 110 Undang-undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, kepada Para Penggugat dihukum untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini, yang besarnya akan disebutkan dalam amar Putusan ;
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan segala sesuatu yang terjadi dalam pemeriksaan persidangan, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 107 Undang-undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Majelis Hakim dapat menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian, serta penilaian pembuktian, atas dasar itu terhadap alat-alat bukti baik surat, maupun keterangan saksi-saksi yang diajukan para pihak dipersidangan menjadi bahan pertimbangan, namun untuk mengadili
Hal 62 dari 64 Hal. Put. No. 24/G/2014/PTUN-Pbr dan memutus khususnya terkait eksepsi yang diajukan pihak Tergugat dan Tergugat II Intervensi, hanya dipakai alat-alat bukti yang relevan saja, dan terhadap alat – alat bukti selebihnya tetap dilampirkan dan menjadi satu kesatuan dengan berkas perkara ;
Mengingat, Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dan terakhir telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, serta Peraturan Perundang-undangan dan ketentuan hukum lain yang berkaitan dengan perkara ini ;
M E N G A D I L I :