• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menimbang, bahwa eksepsi Tergugat pada angka pertama, berkaitan dengan “kompetensi absolut Pengadilan Tata Usaha Negara”, yang termasuk dalam eksepsi kewenangan Pengadilan, sedangkan eksepsi Tergugat angka kedua dan eksepsi Para Tergugat II Intervensi angka pertama berkaitan dengan “Gugatan yang diajukan Penggugat lewat waktu”, yang termasuk dalam eksepsi lain yang tidak mengenai kewenangan Pengadilan, oleh karena itu maka berdasarkan ketentuan Pasal 77 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986

tentang Peradilan Tata Usaha Negara, terlebih dahulu Majelis Hakim akan mempertimbangkan eksepsi Tergugat angka pertama sepanjang berkaitan dengan kewenangan absolut Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai berikut;

Menimbang, bahwa Sertipikat Hak Milik No. 390/ Kel. Jadirejo, Kec. Sukajadi, Kota Pekanbaru tanggal 9 Juli 2007 seluas 2.133 m2, Surat Ukur No. 171/ Jadirejo/ 2005, tertanggal 31 Oktober 2005 atas nama Ir. Yusmadi ( vide bukti T-1 = T.II.Intervensi.1); adalah termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara (vide Putusan Mahkamah Agung R.I. Nomor : 140/K/TUN/2000), dan telah pula memenuhi unsur Pasal 1 angka 9 Undang-undang Nomor : 51 Tahun 2009, karena merupakan penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, Keputusan mana berisi tindakan hukum tata usaha negara, yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, bersifat konkret yaitu tentang pemberian hak milik tanah, individual yaitu ditujukan kepada Ir. Yusmadi, dan final artinya tidak perlu persetujuan lagi dalam hal ini diterbitkan oleh pejabat tata usaha negara yang punya kewenangan tersebut yaitu Kepala Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru (Tergugat), serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata yaitu adanya legalitas kepemilikan tanah kepada Ir. Yusmadi, karenanya terhadap pihak-pihak baik itu orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan dengan diterbitkannya Keputusan Tata Usaha Negara tersebut, dapat mengajukan gugatan tertulis ke Pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah sesuai dengan ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004;

Menimbang, bahwa dengan demikian sepanjang yang disengketakan dalam perkara ini adalah mengenai soal sah atau tidaknya suatu penetapan tertulis, sebagaimana dimaksud dalam Keputusan obyek sengketa yang diterbitkan oleh Tergugat, yang menurut Penggugat telah mengakibatkan kerugian bagi pihak Penggugat, dan bukan menyangkut pembuktian hak kepemilikan atas suatu bidang tanah, maka yang menjadi wewenang Peradilan Tata Usaha Negara hanya mengenai Sertipikatnya, apakah penerbitannya sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik, dari aspek kewenangan, prosedural dan substansial, dan bukan menyangkut mengenai kepemilikan atau mengenai hak-hak keperdataan yang merupakan kewenangan Peradilan Umum (Pengadilan Negeri) untuk memeriksanya ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum diatas, maka eksepsi Tergugat angka pertama, berkaitan dengan “kewenangan absolut Pengadilan Tata Usaha Negara” tidak beralasan hukum, dan harus dinyatakan tidak diterima ;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan

mempertimbangkan eksepsi Tergugat angka kedua dan eksepsi Para Tergugat II Intervensi angka pertama, terkait dengan “Gugatan yang diajukan Penggugat lewat waktu”;

Menimbang, bahwa untuk mempertimbangkan apakah gugatan Penggugat dalam perkara ini, diajukan masih dalam tenggang waktu menggugat atau sebaliknya telah melampaui tenggang waktu menggugat, Majelis Hakim berpedoman pada ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Jo Yurisprudensi Mahkamah Agung RI masing-masing Nomor : 41

K/TUN/1994, tanggal 10 Nopember 1994, Nomor : 270 K/TUN/2001, tanggal 4 Maret 2002, Jo SEMA R.I. Nomor : 2 Tahun 1991, angka V;

Menimbang, bahwa dalam ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 diatur, bahwa gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu Sembilan puluh hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara ;

Menimbang, bahwa selanjutnya di dalam penjelasan Pasal 55 tersebut dinyatakan bahwa, “bagi pihak yang namanya tersebut dalam

Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat, maka tenggang waktu sembilan puluh hari itu dihitung sejak hari diterimanya Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat”, artinya ketentuan Pasal 55 tersebut adalah

berlaku bagi pihak yang dituju langsung oleh keputusan tata usaha negara, sedangkan bagi pihak ketiga yang tidak dituju langsung oleh keputusan tata usaha negara, yaitu yang tidak menerima atau tidak mengetahui akan adanya Keputusan Badan / Pejabat Tata Usaha Negara yang merugikan kepentingannya, seperti halnya Penggugat dalam perkara ini, maka berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI masing-masing Nomor : 41 K/TUN/1994, tanggal 10 Nopember 1994, Nomor : 270 K/TUN/2001, tanggal 4 Maret 2002, Jo SEMA R.I. Nomor : 2 Tahun 1991, angka V, tengggang waktu 90 (Sembilan puluh) hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 dihitung secara kasuistis, yakni sejak Penggugat mengetahui adanya Keputusan Tata Usaha Negara, dan merasa kepentingannya dirugikan oleh Keputusan Tata Usaha Negara tersebut ;

Menimbang, bahwa unsur mengetahui, dan merasa

kepentingannya dirugikan tersebut bersifat kumulatif, sehingga tidak bisa dipisah-pisahkan, artinya kedua unsur tersebut harus terpenuhi;

Menimbang, bahwa selanjutnya yang akan dipertimbangkan oleh Majelis Hakim adalah, sejak kapan Penggugat terbukti mengetahui dan merasa kepentingannya dirugikan dengan diterbitkannya Keputusan obyek sengketa oleh Tergugat;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah membaca dan mencermati bukti-bukti yang berkaitan dengan tentang tenggang waktu Penggugat mengajukan gugatan dan keterangan saksi yang dihadirkan para pihak, dan dari bukti-bukti dan keterangan saksi yang terkait tersebut, Majelis Hakim telah mendapatkan fakta-fakta hukum yang pada pokoknya sebagai berikut :

- Bahwa Hj. Dahniar (Ibu Penggugat), membeli sebidang tanah seluas lebih kurang 2.133 m2 yang terletak di Jalan Nenas/ Gang Abadi, Kelurahan Jadirejo, Kecamatan Sukajadi, Kota Pekanbaru yang dibeli sejak tahun 1957 bersama suaminya ST. Taharuddin (Ayah Tiri Penggugat);

- Bahwa dari pernikahan Hj. Dahniar (Ibu Penggugat) dengan ST. Taharuddin mempunyai satu orang anak yaitu Ir. Yusmadi (Adik Penggugat/ pemegang objek sengketa) (vide bukti T II. Intervensi-5); - Bahwa setelah ST. Taharuddin meninggal, sekitar tahun 2004 Ibu

Penggugat meminta Ir. Yusmadi untuk mengurus Sertifikat Hak Milik tanah Ibu Penggugat;

- Bahwa pada tahun 2012 setelah Ir. Yusmadi meninggal, Ibu Penggugat meminta Penggugat untuk mencari tahu tentang tindak lanjut pengurusan sertifikat hak milik objek sengketa yang diurus Ir. Yusmadi;

- Bahwa Saksi Penggugat bernama Zakirudin yang merupakan adik kandung Hj. Dahniar (Ibu Penggugat) dibawah sumpah menerangkan bahwa Hj. Dahniar mengetahui diatas tanah miliknya telah terbit

Sertifikat Hak Milik atas nama Ir. Yusmadi lebih kurang satu tahun setelah Ir. Yusmadi meninggal dunia;

- Bahwa pada tanggal 19 Agustus 2013, Penggugat dan Ibu Penggugat melalui kuasa hukumnya Mince Hamzah mengirimkan somasi (vide bukti T-3) kepada Yulita (Tergugat II Intervensi) yang merupakan Istri dari Ir. Yusmadi berdasarkan surat keterangan ahli waris No. 477.20.5/ X/disdukcapil/2013/630 (vide bukti T II. Intervensi-4) yang ditembuskan kepada Tergugat;

- Bahwa pada tanggal 3 September 2013, Penggugat dan Ibu Penggugat melalui kuasa hukumnya Mince Hamzah kembali mengirimkan somasi (vide bukti T-4) kepada Yulita (Tergugat II Intervensi ) yang juga ditembuskan kepada Tergugat;

- Bahwa berdasarkan somasi Penggugat dan Ibunya tersebut Tergugat mengirimkan undangan gelar kasus/ mediasi no. 1241/ 600-14.71/X/2013 tertanggal 29 Oktober 2013 kepada Yulita (Tergugat II Intervensi) yang merupakan istri sekaligus ahli waris Ir. Yusmadi (vide bukti T II Intervensi-6) dan hal ini dibenarkan oleh saksi Para Tergugat II Intervensi bernama Mutaslim dan Syamsurizal;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum yang tersebut

diatas, dikaitkan dengan unsur mengetahui, dan merasa

kepentingannya dirugikan, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa dengan adanya somasi dari Penggugat dan Ibunya melalui kuasa hukum mereka yang bernama Mince Hamzah kepada Yulita (Tergugat II Intervensi) yang merupakan istri sekaligus ahli waris dari Ir. Yusmadi tertanggal 19 Agustus 2013 dan 3 September 2013 serta undang gelar kasus/ mediasi dari Tergugat tertanggal 29 Oktober 2013 menurut pengetahuan Majelis Hakim, Penggugat sudah mengetahui;

Menimbang, bahwa unsur mengetahui berbeda maknanya dengan menerima, artinya Penggugat bukanlah pihak yang dituju oleh Keputusan obyek sengketa, sehingga Penggugat tidak harus menerima Keputusan obyek sengketa, tetapi cukup mengetahui saja, maka unsur mengetahui tersebut telah terpenuhi dengan diajukannya somasi oleh Penggugat dan Ibunya melalui kuasa hukum mereka yang bernama Mince Hamzah kepada Yulita yang merupakan istri sekaligus ahli waris dari Ir. Yusmadi tertanggal 19 Agustus 2013 dan 3 September 2013 serta undangan gelar kasus/ mediasi dari Tergugat tertanggal 29 Oktober 2013 tersebut, maka telah pula membuktikan bahwa Penggugat merasa kepentingannya telah dirugikan akibat diterbitkannya Keputusan obyek sengketa karena tidak akan mungkin Penggugat mengajukan somasi kepada Yulita yang merupakan istri sekaligus ahli waris dari Ir. Yusmadi tertanggal 19 Agustus 2013 dan 3 September 2013 jika bukan karena Penggugat merasa kepentingannya dirugikan, dengan demikian maka secara hukum unsur mengetahui dan merasa kepentingannya dirugikan, keduanya telah terpenuhi;

Menimbang, bahwa terhadap dalil gugatan Penggugat yang menyatakan baru mengetahui Keputusan obyek sengketa a quo, pada tanggal 28 Juni 2014 setelah diperlihatkan oleh anak-anak Almarhum Ir. Yusmadi tidak beralasan hukum, dan gugatan Penggugat baru terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 16 Juli 2014, di bawah register perkara Nomor : 18/ G/ 2014/ PTUN-Pbr oleh karenanya gugatan Penggugat tersebut diajukan telah melampaui tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 55 Undang-undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Jo Yurisprudensi Mahkamah Agung RI masing-masing Nomor : 41 K/TUN/1994, tanggal 10 Nopember 1994,

Nomor : 270 K/TUN/2001, tanggal 4 Maret 2002, Jo SEMA R.I. Nomor : 2 Tahun 1991, angka V, maka beralasan hukum bagi Majelis Hakim untuk menyatakan eksepsi Tergugat dan eksepsi Para Tergugat II Intervensi tentang gugatan Penggugat telah lewat tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari dinyatakan diterima;

Menimbang, bahwa dengan dinyatakan diterimanya eksepsi Tergugat dan esepsi Para Tergugat II Intervensi mengenai gugatan yang diajukan Penggugat lewat waktu maka eksepsi Tergugat dan eksepsi Para Tergugat II Intervensi selain dan selebihnya tidak perlu dipertimbangkan lagi;

Dokumen terkait