• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Menurut Termohon Mahkamah Konstitusi tidak berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2020 yang diajukan oleh Pemohon, karena alasan-alasan sebagai berikut:

1) Bahwa ketentuan Pasal 156 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 1 tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-undang, telah dengan tegas menyatakan:

Ayat (1): “Perselisihan hasil pemilihan merupakan perselisihan antara KPU provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota dan peserta pemilihan mengenai penetapan perolehan suara hasil pemilihan“.

Ayat (2): “Perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemilihan sebagaimana dimaksud ayat 1 adalah perselisihan penetapan perolehan suara yang signifikan dan dapat mempengaruhi penetapan calon terpilih”.

2) Bahwa Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 6 tahun 2020 tentang Tata Beracara Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota (selanjutnya cukup disebut “Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 6 tahun 2020”), Pasal 2 menegaskan bahwa: “objek

dalam perkara perselisihan hasil pemilihan adalah keputusan Termohon mengenai penetapan perolehan suara hasil pemilihan yang signifikan dan dapat mempengaruhi penetapan calon terpilih”;

3) Bahwa selanjutnya, BAB IV Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 6 tahun 2020 telah secara tegas mengatur tentang tata cara dan jangka waktu pengajuan permohonan, syarat-syarat yang harus dilengkapi Pemohon pada saat mengajukan permohonan, hal-hal yang harus dimuat dalam permohonan yang diajukan pemohon;

4) Bahwa Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 6 tahun 2020, Pasal 8 ayat (3) huruf b angka 4 dan angka 5 telah menegaskan bahwa permohonan yang diajukan pemohon antar lain memuat uraian yang jelas mengenai “alasan-alasan permohonan, yang pada pokoknya memuat penjelasan mengenai kesalahan hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh pemohon dan hasil penghitungan suara yang benar menurut pemohon dan Petitum yang memuat permintaan untuk membatalkan penetapan perolehan suara hasil pemilihan yang ditetapkan oleh Termohon dan menetapkan hasil penghitungan yang benar menurut Pemohon;

5) Bahwa selanjutnya, dalam Lampiran I Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 6 tahun 2020 tentang Tata Beracara Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota, pada pokoknya Mahkamah Konstitusi juga telah menentukan bahwa, Pemohon dalam mengajukan permohonan wajib menguraikan alasan-alasan atau sebab-sebab terjadinya pengurangan suara Pemohon secara berjenjang di tingkat Rekapitulasi KPU (in chasu KPU Kabupaten Mandailing Natal ) atau Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) atau ditingkat penghitungan di TPS dan/atau alasan-alasan/sebab penambahan suara bagi Pasangan Calon lain di tingkat Rekapitulasi KPU Kabupaten Mandailing Natal atau PPK dan/atau Penghitungan di TPS;

6) Bahwa keseluruhan uraian dalil-dali Permohonan pemohon angka 1 (satu) sampai dengan angka 25 (dua puluh lima ), pemohonan sama

sekali tidak menguraikan alasan-alasan yang berkaitan dengan kesalahan hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon dan hasil Penghitungan suara yang benar menurut Pemohon, atau dengan kata lain nyata bahwa permohonan pemohon telah disusun tidak sesuai dengan pasal 2 Peraturan Mahkamah Kostitusi No. 6 tahun 2020 dan tidak sesuai dengan Format permohonan sebagaimana diatur dalam Lampiran I Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 6 Tahun 2020;

7) Bahwa Pemohon dalam dalil-dalil pokok permohonan angka 1 sampai dengan angka 12, tidak menguraikan dalil-dalil terkait dengan kesalahan hasil penghitungan suara yang ditetapkan Termohon dan hasil penghitungan suara yang benar menurut Pemohon namun pemohon hanya menguraikan dalil-dalil tentang aktifitas pasangan calon Bupati nomor urut 2 atas nama H. Dahlan Hasan Hasibuan pada tahun 2010 terkait dengan kegiatan Pemilukada kabupaten Mandailing Natal tahun 2010 dan Kegiatan Kepala Dinas PMD Kabupaten Mandailing Natal terkait dengan penyaluran dana BLT DD tahap 7 dan 8 pada tanggal 7 s/d 8 Desember 2020 dan sama sekali Pemohon tidak menguraikan tentang perselisihan perolehan suara antara Pemohon dengan Pasangan Calon Nomor urut 2 dan pasangan lainnya.

8) Bahwa selanjutnya Pemohon dalam dalil-dalil uraian Permohonannya pada angka 15 sampai dengan angka 25 Pemohon juga tidak menguraikan sama sekali dalil-dalil yang berkaitan dengan kesalahan penghitungan suara yang dilakukan Termohon dan penghitungan suara yang benar menurut Pemohon akan tetapi justru menguraikan tentang dugaan kecurangan yang terstruktur dan massif melalui keuangan negara, melalui Dana Desa/BLT/PKH/Bedah Rumah Layak Huni dan Keterlibatan Pejabat (ASN) juga pegawai honorer secara sistematis serta kepala desa dan perangkat desa untuk memenangkan Paslon 02 pada Pemilihan Bupati/Wakil Bupati Kabupaten Mandailing Natal tahun 2020.

9) Bahwa selanjutnya dalam dalil Permohonan pemohon angka 10, angka 21 dan petitum angka 3, Pemohon telah mengajukan permohonan

kepada Mahkamah untuk mendiskualifikasi pasangan calon Bupati dan wakil Bupati Kabupaten Mandailing Natal tahun 2020 Nomor urut 2 sebagai pemenang pemilihan Bupati dan wakil Bupati Kabupaten Mandailing Natal tahun 2020.

10) Bahwa selanjutnya Pemohon dalam dalil permohonannya angka 14 huruf a.1, a.2, a.3, a.4, a.5, a.6, a.7, b.1, b.2, b.3, c.1, c.2, c.3, c.4, c.5, c.6, c.7, c.8 Pemohon telah mendalilkan tentang tidak independennya Termohon sebagai penyelenggara mulai dari Tingkat TPS, PPS, PPK dan KPU Mandailing Natal yang menambah dan menggelembungkan perolehan suara pasangan calon nomor urut 2 (Dahlan-Aswin) dengan berbagai cara yaitu kecurangan dalam pembagian undangan memilih (C. Pemberitahuan), adanya surat suara tercoblos dan menjadi suara sah paslon 02 melebihi pemilih yang hadir berdasarkan absen, penulisan Formulir Model C.Hasil KWK memakai pensil, banyak pemilih yang terdaftar dalam DPT tidak hadir tapi suara mereka tercoblos di TPS, kotak suara 13 unit tidak dalam keadaan terkunci, Panwas Kecamatan tidak memberikan rekomendasi PSU di desa Bandar Panjang Tuo, manipulasi daftar pemilih, pada TPS 01 Desa Huta Tinggi, Kecamatan Panyabungan Timur jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih mencapai 100%, padahal ada pemilih yang telah meninggal dunia, ada pemilih yang sedang menjalani proses hukum dan berhalangan ke TPS akan tetapi tercatat menggunakan hak pilih;

11) Bahwa berdasarkan pada fakta-fakta hukum yang didalilkan Pemohon pada uraian angka 1 sampai dengan angka 12 , angka 14 huruf a.1 s/d a.7 , b.1 s/d b.3 dan c.1 s/d c.7 , dan angka 15 s/d angka 25 telah terungkap bahwa dalil-dalil permohonan Pemohon bukan merupakan dalil hukum terkait dengan objek Perselisihan Hasil Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Mahkamah Konsititusi Nomor 6 tahun 2020 juncto pasal 156 undang-undang nomor 10 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang nomor 1 tahun 2015 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang yang seterusnya dalam jawaban Termohon ini

disebut dengan Undang-Undang Pemilihan melainkan hanya memuat dalil-dalil yang berhubungan dengan adanya pelanggaran Administrasi Pemilihan yakni pelanggaran terhadap Tatacara, Prosedur, dan Mekanisme yang berkaitan dengan Adminstrasi Pelaksana Pemilihan dalam setiap tahapan penyelenggaraan pemilihan termasuk tahapan Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS bukan menjadi kewenangan Mahkamah untuk memeriksa dan mengadilinya;

12) Bahwa berdasarkan Undang-Undang Pemilihan pasal 139 disebutkan: Ayat (1) : Bawaslu Provinsi dan/atau Panwaslu Kabupaten/Kota membuat Rekomendasi atas hasil kajiannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 134 ayat (5) terkait pelanggaran administrasi pemilihan.

13) Bahwa Peraturan Badan Pengawas Pemilhan Umum RI Nomor 8 Tahun 2020 tentang Penanganan Pelanggaran Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota, Pasal 2 ayat (1), menegaskan :

“Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa dan Pengawas TPS

berwenang melakukan pananganan dugaan pelanggaran

pemilihan pada setiap tahapan penyelenggaraan pemilihan” 14) Bahwa berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Pemilhan Umum RI

Nomor 8 Tahun 2020 tentang Penanganan Pelanggaran Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota, Pasal 10 ayat (2), bentuk dugaan pelanggaran sebagaimana dimaksud Pasal 2 terdiri dari :

a. Dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilihan; b. Dugaan pelanggaran administrasi pemilihan;

c. Dugaan sengketa Pemilihan; d. Dugaan Tindak Pidana Pemilihan;

e. Dugaan pelanggaran administrasi pemilihan yang bersifat terstruktur, sistematis, dan massif; atau

15) Bahwa berdasarkan Pasal 12 ayat (3) Peraturan Badan Pengawas Pemilhan Umum RI Nomor 8 Tahun 2020 tentang Penanganan Pelanggaran Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota disebutkan :

Pasal 12 ayat (3) “ Hasil kajian awal berupa dugaan pelanggaran adminstrasi pemilihan yang bersifat tersturktur, sistematis, dan massif sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 huruf e disampaikan kepada pelapor dan ditindaklanjuti berdasarkan Peraturan BAWASLU yang mengatur mengenai tata cara penanganan pelanggaran adminstrasi pemilihan yang bersifat terstruktur, sistematis dan massif sebagaimana diatur didalam Peraturan BAWASLU Nomor 9 Tahun 2020 tentang Tata cara Penanganan Pelanggaran Adminstrasi Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati Serta Walikota dan Wakil Walikota”.

16) Berdasarkan Pasal 139 UU Pemilihan juncto Peraturan Badan Pengawas Pemilu RI Nomor 9 Tahun 2020 BAB II Pasal 3 ayat (1) disebutkan :

Ayat (1) “Bawaslu Provinsi berwenang melakukan penanganan pelanggaran adminstrasi pemilihan TSM”.

17) Bahwa dengan demikian menurut Termohon, Bahwa dari seluruh uraian Pemohon dalam pokok permohonan-nya, kiranya jelas bahwa substansi dan objek permohonan Pemohon bukan merupakan objek dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan;

18) Mahkamah tidak berwenang mengadili Permohonan pemohon sebagaimana ditentukan oleh Peraturan Perundang-undangan;

b. PERMOHONAN PEMOHON TIDAK JELAS (OBSCUUR LIBEL) Menurut Termohon, Permohonan Pemohon tidak jelas dengan alasan: 1) Bahwa berdasarkan Pasal 156 ayat (1) dan (2) Undang-undang

Pemilihan disebutkan sebagai berikut : ayat (1) “ Perselisihan hasil pemilihan merupakan perselisihan antara KPU provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota dan peserta pemilihan mengenai penetapan perolehan

suara hasil pemilihan “. Ayat (2) “Perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemilihan sebagaimana dimaksud ayat 1 adalah perselisihan penetapan perolehan suara yang signifikan dan dapat mempengaruhi penetapan calon terpilih”.

2) Bahwa berdasarkan Pasal 2 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 6 tahun 2020 menyatakan objek dalam perkara perselisihan hasil pemilihan adalah keputusan Termohon mengenai penetapan perolehan suara hasil pemilihan yang signifikan dan dapat mempengaruhi penetapan calon terpilih.

3) Berdasarkan Pasal 8 ayat (3) huruf b angka 4 Peraturan dan lampiran I Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 6 tahun 2020 tentang tata beracara dalam perkara hasil pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota, Pemohon dalam mengajukan permohonan wajib menguraikan mengenai alasan-alasan permohonan yang pada pokoknya memuat penjelasan mengenai kesalahan hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon dan hasil penghitungan suara yang benar menurut pemohon dan menguraikan sebab pengurangan suara pemohon pada tingkat rekapitulasi di KPU Mandailing Natal Selatan atau Rekapitulasi di tingkat PPK atau penghitungan suara di TPS dan penambahan suara pasangan lain pada tingkat rekapitulasi di KPU kabupaten Mandailing Natal Selatan atau rekapitulasi di Tingkat PPK atau penghitungan suara di tingkat TPS.

4) Bahwa Pemohon telah menyajikan Tabel perolehan suara masing-masing pasangan calon sesuai dengan keputusan Termohon dan Tabel 7 tentang perolehan suara versi Pemohon yaitu sebagai berikut:

Tabel 1 Perolehan Suara masing-masing paslon menurut (Versi Termohon)

No. Nama Pasangan Calon Perolehan Suara

1. H. Muhammad Jafar Sukhairi Nst-Atika Azmi Utammi

2. Drs. H. Dahlan Hasan Nasution-H. Aswin

79.293

3. HM. Sofwat Nasution-Ir. H. Zubeir Lubis 44.993

Total Suara Sah 203.207

Tabel 7 Perolehan suara masing-masing Pasangan Calon (Versi Pemohon)

No. Nama Pasangan Calon Perolehan Suara

1. H. Muhammad Jafar Sukhairi Nst-Atika Azmi Utammi

78.903

2. Drs. H. Dahlan Hasan Nasution-H. Aswin

78.762

3. HM. Sofwat Nasution-Ir. H. Zubeir Lubis 44.986

Total Suara Sah 202.651

5) Bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya sebagaimana tertuang dalam Tabel 7 Pemohon telah menyajikan tabel 2, 3, 4, 5 dan 6 tentang perolehan suara masing-masing pasangan calon menurut Pemohon.

Tabel 2 : Menurut Pemohon hasil suara yang digelembungkan wajib dikurangi.

No Perolehan suara paslon menurut Termohon TPS 1

Bandar Panjang Tou

Suara Sah Menurut Pemohon Suara Paslon 02 harus dikurangi karena curang 01 H. Muhammad jafar

Sukhairi NST-Atika Azmi Utammi 11 0 02 Drs. H. Dahlan Hasan Nasution-H. Aswin 279 -220 03 H. M. Sofwat Nasution-Ir. H. Zubeir Lubis 14 0

Keterangan Tabel: Bahwa berdasarkan suara yang melebihi dari absen hadir Pemilih, suara Paslon 02 ada yang digelembungkan sebanyak 220 suara harus dibatalkan, sehingga suara Paslon 02 yang sah berjumlah 59 suara.

Tabel 3 : Perolehan suara masing-masing Paslon menurut Pemohon No Perolehan suara paslon

menurut Termohon TPS 1 Desa Silogun Suara Sah Menurut Pemohon Suara masing-masing Paslon dikurangi menjadi 01 H. Muhammad jafar

Sukhairi NST-Atika Azmi Utammi 4 0 02 Drs. H. Dahlan Hasan Nasution-H. Aswin 57 0 03 H. M. Sofwat Nasution-Ir. H. Zubeir Lubis 0 0

Bahwa menurut Pemohon, perolehan suara semua paslon lebih adil bila dibatalkan secara keseluruhan dari pada terdapat suara pemilih yang tidak hadir digunakan oleh orang lain.

Tabel 4 : Menurut Pemohon, Perolehan suara di Desa Huta Tinggi yang layak di Hapuskan.

No Perolehan suara paslon menurut Termohon TPS 1 Huta Tinggi Suara Sah Menurut Pemohon

Suara Seluruh Paslon dikurangi karena penyelenggara yang

tidak independent 01 H. Muhammad jafar Sukhairi

NST-Atika Azmi Utammi

10 0 02 Drs. H. Dahlan Hasan Nasution-H. Aswin 202 0 03 H. M. Sofwat Nasution-Ir. H. Zubeir Lubis 1 0

Bahwa menurut Pemohon, pemungutan suara ulang (PSU) sekalipun tetap tidak bisa merubah perilaku yang curang oleh karenanya suara seluruh Paslon di buat 0 (nol).

Tabel 5 : Menurut Pemohon, Perolehan Suara Paslon yang wajib di 0 (nol) kan karena curang.

No Perolehan suara paslon menurut Termohon TPS

02 Bandar Lancat

Suara Sah Menurut Pemohon

Suara semua paslon dikurangi karena penyelenggara tidak

independen 01 H. Muhammad jafar

Sukhairi NST-Atika Azmi Utammi 4 0 02 Drs. H. Dahlan Hasan Nasution-H. Aswin 52 0 03 H. M. Sofwat Nasution-Ir. H. Zubeir Lubis 6 0

Menurut Pemohon, TPS 02 Banjar Lancat terdapat kecurangan karena suara orang yang meninggal dunia dipergunakan, sehingga lebih tepat bila seluruh perolehan suara di batalkan.

Tabel 6 : Menurut Pemohon, Suara Paslon setelah di 0 (nol) TPS Tempat Curang.

Suara Sah Menurut Pemohon

No Nama Paslon Bandar

Panjang Tuo TPS 1 Silogun TPS 01 Huta Tinggi TPS 01 Bandar Lancat TPS 02 Jumlah KET 01 H. Muhammad jafar Sukhairi NST-Atika Azmi Utammi 11 0 0 0 78.903

02 Drs. H. Dahlan Hasan Nasution-H. Aswin 59 0 0 0 78.762 03 H. M. Sofwat Nasution-Ir. H. Zubeir Lubis 14 0 0 0 44.986

6) Bahwa Penghitungan perolehan suara sebagaimana di uraikan dan disajikan Pemohon sebagaimana dituangkan dalam Tabel 2, 3, 4, 5 dan 6 sama sekali tidak memiliki dasar hukum dan dasar penghitungan yang jelas, serta jika diterapkan akan mengakibatkan hilangnya hak suara pemilih;

7) Bahwa penghitungan perolehan suara masing-masing pasangan calon yang dilakukan Pemohon sebagaimana tertuang dalam Tabel 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 tidak dapat dibenarkan berdasarkan peraturan perundang-undangan karena perubahan terhadap data suara sah akan mengakibatkan perubahan pada data jumlah pengguna hak pilih dan Data jumlah surat suara yang digunakan.

8) Bahwa berdasarkan lampiran Peraturan Komisi Pemilihan Umum No.18 tahun 2020 tentang Perubahan atas peratutan KPU No.8 tahun 2018 tentang pemungutan dan penghitungan suara pemilihan gubernur dan wakil gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan atau walikota dan wakil walikota telah diatur dan ditentukan tentang format dan model formulir penghitungan dan rekapitulasi perolehan suara pasangan calon Bupati dan wakil Bupati Kabupaten Mandailing Natal yaitu sebagai berikut : Untuk pencatatan hasil penghitungan suara di TPS menggunakan format formulir Model C- Hasil KWK, untuk pencatatan rekapitulasi hasil penghitungan suara di tingkat kecamatan (PPK) menggunakan Formulir Model D. Hasil Kecamatan KWK, dan untuk pencatatan rekapitulasi di tingkat KPU Kabupaten Mandailing natal menggunakan Formulir Model D Hasil Kabupaten KWK.

9) Bahwa berpedoman pada format formulir penghitungan dan rekapitulasi suara tesebut maka dapat dipastikan apabila terjadi perubahan pada data jumlah suara sah maka data jumlah surat suara yang digunakan dan data jumlah pengguna hak pilih dapat dipastikan akan mengalami perubahan. Pemohon sama sekali tidak dapat menjelaskan berapa jumlah pengguna hak pilih berdasarkan DPT, DPTb, dan DPPh dan berapa jumlah surat suara yang digunakan sebagai akibat adanya pengurangan surat suara sah yang didalilkan Pemohon ;

10) Bahwa akibat tidak adanya penjelasan yang memadai dari pemohon tentang sebab dan dasar hukum pengurangan suara seluruh pasangan calon dan pengurangan suara sah telah menyebabkan kekacauan terhadap data hasil penghitungan suara yang dilakukan Pemohon karena tidak singkronnya data jumlah Pengguna hak pilih dan data jumlah surat suara yang digunakan dengan jumlah surat suara sah dan tidak sah, dengan demikian maka berdasarkan pasal 8 ayat (3) poin b.4 PMK No.6 tahun 2020 permohonan pemohon terkait selisih penghitungan perolehan suara antara Pemohon dengan pasangan lainnya menjadi tidak jelas atau kabur.

11) Bahwa selanjutnya dalam dalil permohonannya pada Petitum angka 6 Pemohon telah memohon kepada Mahkamah untuk memerintahkan kepada Termohon melaksanakan Pemungutan dan Penghitungan Suara Ulang pada 1008 TPS se-Kabupaten Mandailing Natal tanpa didasari alasan yang jelas dan dipertanggungjawabkan secara hukum; 12) Bahwa akan tetapi sepanjang uraian dalam posita dalil-dalil

permohonannya Pemohon sama sekali tidak menguraikan alasan-alasan dan bukti-bukti terkait dengan petitum angka 6 tersebut, dengan demikian permohonan Pemohon menjadi tidak jelas dan kabur.

13) Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, menurut Termohon, Permohonan Pemohon tidak jelas atau kabur.