• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lembaga jaminan lain seperti gadai dan hipotik dianggap belum memenuhi keinginan masyarakat untuk mendapat kredit dari Bank. Karena menggunakan dengan lembaga gadai dan hipotik, maka benda yang dijaminkan harus berada ditangan kreditur. Berbeda dengan jaminan fidusia, dimana benda sebagai objek jaminan itu benda jaminan tetap berada ditangan debitur, agar dapat dipergunakan untuk kelancaran usahanya sehingga debitur dapat membayar utang beserta bunga pada Bank sesuai dengan waktu yang ditentukan.

20

19

Gunawan Widjaja, Ibid, hal 134

20

H. Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia, Bandung : Alumni, 2004, hal 232

C. Asas-Asas Dalam Jaminan Fidusia

Dalam menganalisis jaminan fidusia sebagai hak jaminan atas benda baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak. Dapat kita lihat bahwa nsecara umum adanya asas-asas Hukum kebendaan. Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, sekurang-kurangnya ada sepuluh asas mengenai hukum kebendaan yaitu:

Siska Yolanda T. : Aspek Hukum Perjanjian Kredit Usaha Kecil (KUK) Bank Dengan Jaminan Fidusia (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Melati Medan), 2008.

USU Repository © 2009

1) Hukum kebendaan merupakan hukum yang bersifat memaksa

(dwingendrecht) yang tidak dapat disimpangi oleh para pihak.

2) Dapat dipindahkan, artinya bahwa kecuali bertentangan dengan Undang-Undang, kesusilaan, dan ketertiban umum, hak milik atas kebendaan dapat dialihkan dari pemiliknya semula kepada pihak lainnya dengan segala akibat hukumnya.

3) Individualiteit, artinya yang dapat dimiliki sebagai kebendaan adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat ditentukan (individueel

bepaald).

4) Totaliteit, menyatakan bahwa kepemilikan oleh individu atas suatu kebendaan bearti kepemilikan menyeluruh atas setiap bagian dari kebendaan tersebut.

5) Asas tidak dapat dipisahkan (onsplitsbaarbeid), bahwa seseorang tidak dimungkinkan untuk melepaskan hanya sebagian dari hak miliknya atas suatu kebendaan yang utuh.

6) Asas prioriteit, bahwa atas suatu kebendaan dimungkinkan untuk diberikan jura in re aliena yang memberikan hak kebendaan yang terbatas kebendaan tersebut.

7) Asas campuran (vermenging), asas ini merupakan hukum kebendaan pemegang hak milik atas kebendaan yang diberikan hak kebendaan terbatas tidak mungkin menjadi pemegang hak kebendaan terbatas tersebut.

8) Asas publiciteit, asas ini mengenai fungsi dan kewajiban pencatatan dan publisitas.

9) Asas perlakuan yang berbeda atas kebendaan bergerak dan kebendaan tidak bergerak, bahwa meskipun diberlakukannya Undang-Undang Pokok Agraria. Pembedaan atas kebendaan bergerak dan tidak kebendaan tidak bergerak tidak begitu relevan lagi dan cenderung untuk bergeser ke arah kebendaan tanah dan bukan tanah.

10)Adanya sifat perjanjian dalam tiap-tiap pengadaan atau pembentukan hak kebendaan, asas ini mengigatkan kita kembali bahwa pada dasarnya tiap-tiap hukum perjanjian terkandung pula asas kebendaan dan dalam tiap-tiap hak kebendaan melekat pula sifat hukum perjanjian didalamnya.21

Salah satu unsur yuridis dalam sistem hukum jaminan adalah asas hukum. Sebelum menguraikan lebih lanjut mengenai asas-asas jaminan fidusia, perlu dijelaskan pengertian asas. Istilah asas merupakan terjemahan dari bahasa Latin “Principium”, bahsa Inggris “Principle” dan bahasa Belanda

“Beginsel”, yang artinya dasar yaitu sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir

21

Siska Yolanda T. : Aspek Hukum Perjanjian Kredit Usaha Kecil (KUK) Bank Dengan Jaminan Fidusia (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Melati Medan), 2008.

USU Repository © 2009

atau berpendapat. Kata “Principle” atau asas adalah sesuatu, yang dapat dijadikan sebagai alas sebagai dasar, sebagai tumpuan, sebagai tempat untuk menyandarkan, untuk mengembalikan sesuatu hal, yang hendak dijelaskan.22

Asas hukum bukanlah suatu perintah hukum yang konkret yang dapat dipergunakan terhadap peristiwa konkret dan tidak pula memiliki sanksi yang tegas. Hal-hal tersebut hanya ada dalam norma hukum yang konkret seperti peraturan yang sudah dituangkan dalam wujud pasal-pasal Perundang-Undangan. Asas hukum diperoleh dari proses analitis (konstruksi yuridis) yaitu dengan menyaring (abstraksi) sifat-sifat khusus yang melekat pada aturan-aturan yang konkret untuk medmperoleh sifat-sifatnya yang abstrak.

Pengertian asas dalam bidang hukum yang lebih memuaskan dikemukakan oleh para ahli hukum antara lain “A principle is the broad

reason which lies at the base of a rule of law”. Ada dua yang terkandung

dalam makna asas tersebut yakni:

Pertama : asas merupakan pemikiran, pertimbangan, sebab yang luas atau umum, abstrak (the broad reason),

Kedua : asas merupakan hal yang mendasari adanya norma hukum (the

base of rule of law).

23

Dalam Undang Jaminan Fidusia (UUJF), pemebentuk Undang-Undang tidak mencantumkan secara tegas asas-asas hukum jaminan fidusia yang menjadi fundemen dari pembentukan norma hukumnya. Oleh karena itu,

22

Abdurrahman, dan Samsul Wahidin, beberapa Catatan tentang Hukum Jaminan Atas Tanah, Alumni, bandung, 1995.

23

Sri Soedewi Masjchoen. Hukum Jaminan di Indonesia, Pokok-Pokok Hukum Jaminan Dan Jaminan Perorangan, Fakultas Hukum UGM Yogyakarta, 1990.

Siska Yolanda T. : Aspek Hukum Perjanjian Kredit Usaha Kecil (KUK) Bank Dengan Jaminan Fidusia (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Melati Medan), 2008.

USU Repository © 2009

sesuai dengan teori dari asas hukum tersebut diatas, maka asas hukum jaminan fidusia dpat ditemukan dengan mencarinya dalam pasal-pasal dari UUJF. Asas-asas hukum jaminan fidusia yang terdapat dalam UUJF adalah :

1. Asas bahwa kreditur penerima fidusia berkedudukan sebagai kreditur yang diutamakan dari kreditur-kreditur lainnya.

Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1 anhgka 2 UUJF. Pasal 27 UUJF dijelaskan pengertian tentang hak yang didahulukan tehadap kreditur-kreditur lainnya. Hak yang di dahulukan adalah hak penerima fidusia untuk mengambilpelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

2. Asas bahwa jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda itu berada.

Dalam UUJF menunjukkan bahwa jaminan fidusia merupakan hak kebendaan (zakelijkrecht) dan bukan hak perorangan (persoonlijkrecht). Dengan demikian, hak jaminan fidusia dapat dipertahankan terhadap siapapun juga dan berhak untuk menuntut siapa saja yang mengganggu hak tersebut.

3. Asas bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikut yang lazim disebut asas asesoritas.

Asas ini mengandung arti bahwa keberadaan jaminan fidusia ditentukan oleh perjanjian lain yakni perjanjian utama atau perjanjian principal. Asas ini mengandung arti bahwa keberadaan jaminan fidusia ditentukan oleh perjanjian lain yakni perjanjian utama atau perjanjian principal.

Siska Yolanda T. : Aspek Hukum Perjanjian Kredit Usaha Kecil (KUK) Bank Dengan Jaminan Fidusia (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Melati Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Janjian utama bagi jaminan fidusia adalah perjanjian hutang piutang yang melahirkan hutang yang dijamin dengan jaminan fidusia.

Dalam UUJF, secara tegas dinyatakan bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok. Sesuai dengan sifat assessor ini, bearti hapusnya jaminan fidusia juga ditentukan oleh hapusnya hutang atau karena pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh kreditur penerima jaminan fidusia.

4. Asas bahwa jaminan fidusia dapat diletakkan atas hutang yang baru akan ada (kontinjen).

Dalam UUJF ditentukan bahwa objek jaminan fidusia dapat dibebankan kepada hutang yang telah ada dan yang akan ada. Mengandung arti bahwa pada saat dibuatnya akta jaminan fidusia, hutang tersebut belum ada tetapi sudah diperjanjian sebelumnya dlam jumlah tertentu.

5. Asas bahwa jaminan fidusia dapat dibebankan terhadap benda yang akan ada.

Pengaturan asas ini adalah untuk mengantisipasi perkembangan dunia bisnis dan sekaligus dapat menjamin kelenturan objek jaminan fidusia yang tidak terpaku pada benda yang sudah ada. Perwujudan asas tersebut merupakan penuangan cita-cita masyarakat dalam bidang hukum jaminan.

6. Asas bahwa jaminan fidusia dapat dibebankan terhadap bangunan/rumah yang terdapat diatas tanah milik orang lain.

Siska Yolanda T. : Aspek Hukum Perjanjian Kredit Usaha Kecil (KUK) Bank Dengan Jaminan Fidusia (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Melati Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Penegasan asas ini dapat menampung pihak pencari kredit khususnya pelaku usaha yang tidak memiliki tanah tetapi mempunyai hak atas bangunan/rumah. Biasanya hubungan hukum antara pemilik tanah dan pemilik bangunan adalah perjanjian sewa.

7. Asas bahwa jaminan fidusia berisikan uraian secara detail terhadap subjek dan objek jaminan fidusia.

Subjek jaminan fidusia yang dimaksud adalah identitas para pihak yakni pemberi dan penerima jaminan fidusia, sedangkan objek jaminan yang dimaksud adalah data perjanjian pokok yang dijaminan fidusia, uraian mengenai benda jaminan fidusia, nilai penjaminan dan nilai benda yang menjadi objek jaminan.

8. Asas bahwa pemberian jaminan fidusia harus orang yang memiliki kewenangan hukum atas objek jaminan fidusia.

Asas ini menegaskan bahwa pemberi jaminan fidusia bukanlah orang yang wenang berbuat. Dalam UUJF, asas ini belum dicantumkan secara tegas.

9. Asas bahwa jaminan fidusia harus didaftarkan ke kantor pendaftaran fidusia.

Dengan dilakukannya pendaftaran akta jaminan fidusia, berarti perjanjian fidusia lahir dan momentum tersebut menunjukkan perjanjian fidusia adalah perjanjian kebendaan.

Siska Yolanda T. : Aspek Hukum Perjanjian Kredit Usaha Kecil (KUK) Bank Dengan Jaminan Fidusia (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Melati Medan), 2008.

USU Repository © 2009

10. Asas bahwa benda yang dijadikan objek jaminan fidusia tidak dapat

dimiliki oleh kreditur penerima jaminan fidusia sekalipun hal itu diperjanjikan, dalam ilmu hukum disebut asas pendakuan.

11. Asas bahwa jaminan fidusia memberikan hak prioritas kepada kreditur

penerima fidusia yang terlebih dahulu mendaftarkan ke kantor fidusia dari pada kreditur yang mendaftrakan kemudian.

12. Asas bahwa pemberian jaminan fidusia yang tetap menguasai benda

jaminan harus mempunyai itikad baik (te goeder trouw, in good faith). Asas itikad baik di sini memiliki arti subjektif sebagi kejujuran bukan arti objektif sebagai kepatutan seperti dalam hukum perjanjian. Dengan asas ini diharapkan bahwa pemberi jaminan fidusia wajib memelihara benda jaminan, tidak mengalihkan, menyewakan dan mengadaikannya kepada pihak lain.

13. Asas bahwa jaminan fidusia mudah dieksekusi.

Kemudahan pelaksanaan eksekusi dilakukan dengan mencantumkan irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa” pada sertifikat jaminan fidusia.24

Ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang – Undang Jaminan Fidusia menyatakan bahwa Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana

Dokumen terkait