• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Boraks Bagi Kesehatan

Dalam dokumen Laporan Praktikum Dan Keamanan Pangan (Halaman 92-105)

BAB I PENDAHULUAN

G. Dampak Boraks Bagi Kesehatan

Sering mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak dan ginjal. Mengkonsumsi boraks dalam kanan secara tidak langsung dapat erakibat buruk karena sifatnya terakumulasi di dalam tubuh sedikit demi sedikit. Boraks bukan hanya mengganggu enzim-enzim metabolism tetapi juga dapat mengganggu alat reproduksi pada pria. Menurut Adidwisastra tahun 1987 pengaruh racun boraks dalam tubuh meiputi:

1. Kejang – kejang 2. Tidak napsu makan 3. Dehidrasi

4. Dermatitis 5. Sakit kepala

6. Sakit perut sebelah atas, muntah dan mencret 7. Wajah dan kulit pucat15

82 BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu Praktikum

Praktikum Boraks pada Makanan dilaksanakan pada Rabu, 20 April 2016 pukul 13.00 sampai selesai.

B. Tempat Praktikum

Praktikum Boraks pada Makanan dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

C. Alat

1. Rak dan tabung reaksi 2. Pipet tetes 3. Beaker glass 4. Gelas ukur 10 ml 5. Spatula 6. Bulb 7. Mortar 8. Corong 9. Vortex 10.Timbangan analitik D. Bahan

1. Tes kit boraks 2. Kertas pH/ lakmus 3. HCl 10% 4. NaOH 10% 5. Sampel (cilok) 6. Aquadest 7. Kertas saring

E. Teknik sampling

Pada praktikum boraks pada makanan, sampel yang digunakan yaitu cilok yang berada di jalan sirojudin. Waktu pengambilan sampel yaitu pada hari Rabu, 20 April 2016 pukul 12.00 WIB.

F. Metode yang digunakan

Dalam praktikum boraks pada sampel cilok menggunakan metode uji warna dengan tes kit boraks.

G. Prosedur Kerja

Gambar 3.1 Skema Kerja Pada Metoda Uji Warna Dengan Tes Kit Boraks Sampel makanan(cilok) dihaluskan dengan mortar

10gr sampel dimasukkan ke dalam beaker glass dan kemudian ditambahkan air panas 30ml, diaduk hingga larut

10ml sampel dimasukkan ke tabung reaksi dan ditambahkan 3 tetes HCl hingga mencapai pH 1-2, dicek dengan kertas pH

Dicelupkan kertas kit boraks ke dalam sampel, kemudian diambil dan dikeringkan

Jika warna berubah menjadi merah orange maka diduga sampel positif mengandung boraks

Dilakukan uji lanjutan dengan meneteskan NaOH hingga terjadi perubahan warna

Jika berubah warna hijau kehitaman maka positif mengandung boraks, jika berubah warna merah kecoklatan maka sampel

84 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil praktikum uji kandungan boraks pada sampel cilok adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Praktikum Boraks pada Cilok Sampel Uji Warna Tes Kit Penambahan NaOH

Cilok Sebelum dicelupkan Setelah dicelupkan Warna sebelum penambahan

Warna setelah penambahan

Kuning Kuning Media tegak EMBA

Terdapat (sedikit) koloni bakteri berwarna putih berbentuk bulat

Keterangan :

Negative (-) : tes kit boraks tidak berubah warna (kuning), setelah penambahan NaOH, larutan berubah warna menjadi merah kecoklatan atau tidak berubah warna

Positif (+) : warna tes kit boraks berubah menjadi merah orange, setelah penambahan NaOH, larutan berubah warna menjadi hijau kehitaman

Gambar 4.1 Hasil Uji Tes Kit Boraks Pada Sampel Cilok

Gambar 4.1 Menunjukkan kertas tes kit sebelah kiri yaitu hasil uji pratikum dengan sampel cilok dimana kertas tes kit tidak berubah warna atau

tetap berwarna kuning (negative) dan kertas tes kit sebelah kanan merupakan pembanding (positif mengandung boraks)

B. Pembahasan

Pada praktikum ini, pengujian yang digunakan untuk memeriksa ada tidaknya kandungan boraks dalam sampel cilok digunakan menggunakan uji kertas tes kit. Proses pengujian diawali dengan menghaluskan sampel cilok menggunakan mortar. Setelah sampel cilok halus, kemudian ditimbang pada timbangan analitik untuk memperoleh takaran sampel sebanyak 10 mg.

Setelah sampel ditimbang kemudian sampel dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan 30ml air panas. Dihomogenkan dengan spatula, kemudian disaring menggunakan kertas saring. Filtrat yang didapatkan kemudian diambil menggunakan pipet ukur sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

Filtrat ditambahkan 3 tetes HCl 10% lalu di vortex dengan kecepatan 3-12 selama 1 menit. pH larutan dipastikan diantara 1-2 dengan mencelupkan kertas pH. Kemudian kertas tes kit dicelupkan ke larutan. Diamati perubahannya. Sampel (+) jika warna kertas tes kit berubah menjadi merah orange. Kemudian dilakukan uji larutan dengan ditetesi NaOH sebanyak satu tetes. Diamati perubahan warnanya. Sampel dinyatakan (+) mengandung boraks jika berubah menjadi hijau kehitaman dan sampel dinyatakan (-) jika warna larutan menjadi merah kecoklatan atau tidak berubah.

Hasil praktikum uji boraks dengan sampel cilok menunjukkan hasil negatif boraks dengan tanda tidak adanya perubahan warna tes kit boraks ketika dicelupkan ke dalam larutan sampel dan tidak berubah warna keika ditetesi NaOH. Tidak adanya boraks pada cilok menandakan pedagang cilok tersebut telah melaksanakan Permenkes No 33 tahun 2012. Pada lampiran II peraturan tersebut dicantumkan bahwa boraks dilarang penggunaan sebagai ahan tambahan pangan karena membahayakan kesehatan manusia.

86 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hasil uji kandungan boraks pada cilok adalah negatif hal tersebut dibuktikan dengan tes kit boraks yang tidak berubah warna menjadi merah orange. Setelah itu larutan uji juga ditambahkan dengan NaOH dan hasilnya warna larutan tidak berubah yaitu putih pekat.

2. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 33 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan bahwa boraks termasuk kedalam golongan senyawa yang tidak boleh digunakan ke dalam makanan karena berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi.

B. Saran

1. Dibutuhkan keakuratan dalam proses penambahan zat-zat yang digunakan sebagai pereaksi untuk menghindari kesalahan hasil akhir.

2. Praktikan lebih memahami prosedur kerja sebelum melakukan praktikum agar dapat meminimalkan kesalahan pada pelaksanaannya.

3. Dalam praktikum, semua harus aseptis untuk menghindari adanya kontaminasi silang.

87

1. Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia Edisi 111. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 1995.

2. Fadhilah. Identifikasi Kandungan Bahan Tambahan Makanan (BTM) pada Makanan JajananAnak SDN Kompleks Kota Palopo Tahun 2006. Makassar : Universitas Hassanuddin.2006.

3. Suhanda, Rikky. Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Analisa Boraks Pad Bubur Ayam Yang Dijual Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012. Medan : Universitas Sumatera Utara.2012

4. Saparinto, C dan Handayanti, D. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius.2006.

5. Hardiansyah dan Sumali. Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan. Jakarta : Koswara.2001.

6. Cahyadi, W. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi 2 cetakan 1. Jakarta :Bumi Aksara. 2008.

7. Seto, S. Pangan dan Gizi Ilmu Teknologi Industri dan Pembangunan Internasional. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian. 2001.

8. Syah, D, dkk. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor : Himpunan Alumni Fakutas Teknologi.2005

9. Marwati, Siti. Uji Boraks dalam Makanan. Staff.uny.ac.id/sties/default/ files/pendididkan/Siti Marwati,M.Si/ uji boraks dalam makanan.pdf (diakses tanggal 28 April 2016)

10.Sugiyatmi,Sri. Analisis Faktor-Faktor Risiko Pencemaran Bahan Toksik Boaks dan Pewarna pada Makanan Jajanan Tradisional yang Dijual di Pasar-Pasar Kota. Universitas Diponegoro.2006

11.Riandini, N. Bahan Kimia dalam Makanan dan Minuman. Bandung : Sakthi Adiluhung. 2008

12.Widyanigsih,T.D. dan Murtini,ES. Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk Pangan. Jakarta : Trubus Agrisarana. 2006

13.Stefania,AS. Identifikasi Boraks dalam Bakso yang Dijual pada Warung X Ciliwung Malang. Malang.2007

88

14.Rohman, A dan Sumantri. Analisis Makanan. Bandung : Intitut Teknologi Bandung.2007

15.Adiswastre,A. Keracunan Sumber Bahaya serta Penanggulangannya. Jakarta:Gramedia.1987

89 A. Dokumentasi Praktikum Uji Boraks

Sampel cilok disiapkan 10gr sampel cilok Larutan HCl dan NaOH

Penyaringan sampel pH larutan = 2 Hasil uji tes kit boraks

90

92 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pangan merupakan komoditi utama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dewasa ini, jenis pangan yang dijual di pasaran sangat beraneka ragam dan tidak jarang mengandung bahan tambahan makanan.1 Keberadaan bahan tambahan makanan adalah untuk membuat makanan tampak lebih berkualitas, lebih menarik serta rasa dan teksturnya lebih sempurna. Zat-zat itu ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun hasilnya memuaskan bagi konsumen dan produsen.2

Sering tidak kita sadari bahwa dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari ternyata mengandung zat-zat kimia yang bersifat racun, baik itu sebagai pewarna, penyedap rasa dan bahan campuran lain. Zat-zat kimia ini berpengaruh terhadap tubuh kita, sehingga kebanyakan kita akan mengetahui dampaknya dalam waktu yang lama.

Beberapa jenis bahan makanan yang diuji Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan (BPOM) mengandung bahan berbahaya seperti pewarna tekstil, kertas, dan cat (rhodamin b), methanyl yellow, dan amaranth. Pemakaian ini sangat berbahaya karena bisa memicu terjadinya kanker serta merusak ginjal dan hati yang disebabkan oleh bahan-bahan yang ditambahkan pada jajanan seperti es sirup atau cendol, minuman ringan seperti limun, kue, gorengan, kerupuk, dan saus sambal.3

Salah satu pewarna sintetis yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan adalah Rhodamin B.1 Rhodamin B merupakan zat pewarna sintetis berbentuk serbuk Kristal berwarna kehijauan, dalam bentuk larutan pada konsentrasi tinggi berwarna merah keunguan dan konsentrasi rendah berwarna merah terang.4,5 Termasuk golongan pewarna xanthenes basa, dan terbuat dari meta-dietilaminofenol dan ftalik anhidrid, suatu bahan yang tidak bisa dimakan serta sangat berfluoresensi.5

Rhodamine B merupakan zat warna yang berbahaya yang disalahgunakan dalam mewarnai berbagai makanan dan minuman. Biasanya dalam makanan

rhodamin digunakan untuk pewarnaan diantaranya kerupuk (58%), terasi (51%), dan makanan ringan (42%). Konsumsi rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh dan dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati.6

Pada praktikum kali ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengujian terhadap kandungan rhodamin pada sampel uji dan mampu menganalisi hasil yang didapat kaitannya dengan kesehatan.

B.Tujuan Praktikum

1. Praktikan mengetahui adanya kandungan Rhodamin B pada bahan makanan

2. Praktikan memahami dan mampu melakukan pengujian Rhodamin B dengan metode uji reaksi khusus Rhodamin B

C.Manfaat Praktikum

1. Dapat mengetahui apakah sampel uji sirup burjo mengandung Rhodamin B atau tidak

2. Mengetahui proses pengujian kandungan zat pewarna Rhodamin B dalam makanan menggunkan uji reaksi khusus Rhodamin B

3. Meningkatkan kewaspadaan dalam pemilihan pangan yang akan dikonsumsi

94 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Bahan Tambahan Pangan

Pangan merupakan komoditi utama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dewasa ini, jenis pangan yang dijual di pasaran sangat beraneka ragam dan tidak jarang mengandung bahan tambahan makanan.1 Pengertian Bahan Tambahan Makanan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 772/Menkes/Per/IX/88 No. 1168/menkes/PER/X/1999 secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan.

Tujuan penggunaan Bahan Tambahan Makanan adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan makanan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan makanan. Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang diizinkan penggunaannya antara lain antioksidan, antikempal, pengatur keasaman, pemanis buatan, pemutih, pengental, pengawet, pengeras, pewarna, penyedap rasa, dan sekuesteran.7

Dalam dokumen Laporan Praktikum Dan Keamanan Pangan (Halaman 92-105)

Dokumen terkait