BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Gangren
2.2.5. Dampak Gangren
Adanya komplikasi luka gangren akan berdampak pada kehidupan penderita diabetes. Dampak-dampak tersebut diantaranya berupa dampak fisik, psikologis,dan ekonomi. Penderita diabetes yang mengalami gangren akan mengalami penurunan petahanan imun yang meyebabkan sulitnya untuk sembuh yang sekaligus berdampak pada psikologis pasien yang membuat pasien merasa putus asa serta mengalami harga diri rendah yang dapat diperhatikan pada sikap penderita yang merasa malu akan luka dan bau oleh gangren yang dialami, termasuk perubahan struktur, penampilan dan fungsi tubuh (Lestari, 2016).
Lama masa pengobatan pasien juga berdampak pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Biaya tersebut diantaranya merupakan biaya mulai dari terapi pengobatan dan layanan yang dijalankan oleh penderita diabetes, obat-obatan yang dikonsumsi hingga biaya amputasi yang lebih besar bila diperlukan (Wulandari, 2019).
20 2.3. Perilaku
Perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara berbuat kelakuan perbuatan, laku berarti, kelakuan, perbuatan. Perilaku terjadi karena adanya aksi reaksi organisme terhadap lingkungan. Perilaku merupakan gambaran berbagai pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang kemudian diterapkan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/ reaksi seseorang terhadap suatu rangsangan yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmodjo, 2010).
Perilaku adalah kegiatan yang dilakukan mencakup berjalan, berinteraksi, berpikir, berpendapat, emosional dan sebagainya (Putra, Adyatma, & Normelani, 2016). Perilaku kesehatan merupakan kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan perawatan dan pengembangan kesehatan (Darmawan, 2015).
Perilaku umumnya dapat berpengaruh pada kesehatan seseorang yang juga berlaku sebaliknya. Perilaku dilakukan secara sadar dan tidak sadar. Perilaku sehat yang dilakukan dengan menjaga dan merawat kesehatan dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Perilaku merupakan respon yang di pengaruhi oleh pikiran, emosinal, imajinasi, daya ingat seseorang yang berbeda-beda (Adliyani, 2015).
Menurut Adliyani (2015), perilaku dapat dikelompokkan menjadi perilaku tertutup (covert behaviour) dan perilaku terbuka (overt behaviour)
Perilaku tertutup masih sulit diamati oleh orang lain dengan jelas. Hal ini dapat diterima dalam bentuk perhatian, pendapat, perasaaan dan sikap. Perilaku
21
yang dapat diamati oarang lain yang berupa tindakan dan dapat diterapkan atau dicontoh oleh orang lain merupakan perilaku terbuka.
2.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Perubahan dapat terjadi pada perilaku manusia yang dipengaruhi berbagai faktor yang mencakup faktor internal dan faktor eksternal. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan baik atau tidak. Perubahan yang mengarah pada tindakan yang baik seperti gaya hidup sehat dapat mengubah masa depan seseorang menjadi lebih baik (Marsilia & Mahmudi, 2015).
Menurut Sucipto dan Suryanto (2015) ada tiga domain yang mempengaruhi perilaku yaitu domain pengetahuan (Cognitif Domain) yang diukur melalui tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu objek dengan tahapan mengetahui, memahami, menganalisa dan menilai. Kedua domain sikap (affective domain) yang diukur melalui sikap kesiapan dan menentukan suatu pilihan dan
menilai hal tersebut untuk diterima atau ditolak. Domain ini juga memiliki tahapan yaitu menerima dan menolak yang berkembang dari proses menerima, menanggapi, dan bertanggungjawab. Domain ketiga adalah domain keterampilan (psychomotor domain) yang terjadi setelah melakukan dua tahap sebelumnya.
Domain keterampilan ini merupakan suatu sikap yang direalisasikan dalam wujud tindakan.
2.3.2. Proses Pembentukan Perilaku
Menurut teori Psikologi Humanistik Abraham Harold Maslow yang dikutip oleh Irwan dalam buku Etika dan Perilaku Kesehatan (2017), perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Terdapat lima tingkat kebutuhan
22
dasar, yaitu, kebutuhan fisiologis dan biologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan fisiologis dan biologis merupakan kebutuhan paling dasar yang bisa menjadi masalah jika tidak terpenuhi. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka dapat mengakibatkan gangguan kejiwaan atau penyimpangan perilaku yang menyebabkan tidak berkembangnya kehidupan individu. Kebutuhan-kebutuhan yang dimaksud seperti kebutuhan makanan, minuman, kebutuhan seks, tempat berteduh dan oksigen.
Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan rasa aman yang mencakup rasa aman fisik,stabilitas dan ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari ancaman seperti takut dan cemas. Kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total karena manusia tidak bisa terhindar sepenuhnya dari ancaman seperti bencana alam atau perilaku bahaya dari orang lain. Kebutuhan mencintai dan dicintai meliputi dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat dengan keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta yang bila terpenuhi dapat menjadikan individu merasa percaya diri, dengan perasaan yang sehat dan berharga (Hikma, 2015).
Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang lebih rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan status, ketenaran, reputasi, dominasi, pengakuan dari orang lain. Sedangkan kebutuhan yang lebih tinggi adalah kebutuhan penghormatan dan harga diri , prestasi,
23
kompetensi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Kebutuhan
aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang melibatkan keinginan terus menerus untuk memenuhi potensi. Kebutuhan ini menuntut individu untuk terus mengembangkan potensi diri menurut kemampuan yang dimiliki untuk memenui kepuasan pribadi.
24
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan rancangan masalah yang hendak diteliti untuk mengambarkan hubungan konsep dengan konsep lainnya yang terdapat variabel dependen dan variabel indepen (Surahman, Rachmat, & Supardi, 2016).
Adapun gambar kerangka teori dalam penelitian dapat dilihat pada gambar
3.2. DEFINISI OPERASIONAL
Gambar 3. 1. Kerangka Teori Penelitian Perilaku Pasien Diabetes Melitus dalam Upaya
Pencegahan Komplikasi Luka Gangren pada Ekstremitas Bawah Di Puskesmas Hutabaginda
Tarutung
Aktivitas Fisik & Olahraga
Pola Makan & Diit
Konsumsi Obat-obatan Anti Diabetik
Klasifikasi Perilaku
25
Definisi operasional adalah gambaran lengkap variabel yang diamati oleh peneliti (Sugiarto, 2016).
Tabel 3. 1 Tabel Definisi Operasional Penelitian
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur/Cara Ukur Skala Hasil Ukur
1.Perilaku
karakteristik responden dan 42 pernyataan perilaku perawatan kaki berdasarkan klasifikasi perilaku :
26
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui perilaku pasien diabetes melitus dalam upaya pencegahan komplikasi luka gangren pada ekstemitas bawah di Puskesmas Hutabaginda Tarutung.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Hutabaginda Tarutung. Pembagian waktu penelitian dari bulan April sampai November 2020 melakukan penyusunan proposal dan bulan Februari sampai Maret 2021 melakukan penelitian.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah pasien diabetes melitus di Puskesmas Hutabaginda Tarutung dengan jumlah 40 (Data Pasien Puskesmas Hutabaginda,2020).
4.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes melitus di Puskesmas Hutabaginda Tarutung yang memenuhi kriteria inklusi berikut: belum mengalami luka komplikasi diabetes.
27 4.3.3. Teknik Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi (Sugiyono,
2016). Selain itu sampel yang diambil disesuaikan dengan kriteria penelitian yang telah ditentukan.
4.4. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu perilaku pasien diabetes melitus dalam upaya pencegahan komplikasi luka gangren di Puskesmas Hutabaginda Tarutung.
4.5. Instrumen Penelitian
Alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner.
Penyusunan kuesioner dimulai dari data karakteristik responden. Kuesioner ini berisi pernyataan untuk menilai perilaku pasien diabetes melitus dalam upaya pencegahan komplikasi luka gangren pada ekstremitas bawah di Puskesmas Hutabaginda Tarutung berdasarkan perilaku tertutup dan terbuka. Hasilnya diukur berdasarkan perilaku mendukung kesehatan jika ≥90% jawaban sesuai dengan petunjuk kesehatan dan perilaku tidak mendukung kesehatan jika <90% jawaban sesuai dengan petunjuk kesehatan. Perilaku tertutup dengan skor >54 untuk dikategorikan sebagai perilaku mendukung kesehatan dan perilaku terbuka dengan skor >60 untuk dikategorikan perilaku mendukung kesehatan. Perilaku mendukung kesehatan di ukur berdasarkan perilaku melakukan perawatan kaki dalam mencegah terjadinya komplikasi luka gangren menurut Heitzman (2010).
28 4.6. Uji Validitas dan Reabilitas 4.6.1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menilai apa data yang didapatkan setelah melakukan penelitian dengan alat ukur kuesioner merupakan hasil yang valid. Uji validitas penelitian ini dilakukan dengan cara mengkonsultasikan instrumen penelitian dengan bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes., Ph.D salah satu dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang ahli dalam bidang tersebut. Hasil uji validasi yang didapatkan pada kuesioner tertutup dan terbuka adalah 1 sehingga kuesioner dinyatakan valid.
4.6.2. Uji Reliabilitas
Untuk menguji reabilitas penelitian ini, kuesioner diberikan pada responden yang bukan sampel yang ada di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Tarutung. Kuesioner diberikan kepada 30 responden untuk diuji menggunakan uji statistik Cronbach’s Alpha dengan nilai suatu variabel dinyatakan reliebel jika didapatkan hasil >0.70. nilai yang didapatkan dari item 20 adalah 0.705 dan item 22 didapatkan hasil 0.85 maka dinyatakan kuesioner bersifat reliabel dan dapat dilanjutkan dengan menyebarkan kuesioner pada responden penelitian sebagai instrumen penelitian.
4.7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari pihak Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan setelah mendapat izin dari Komisi Etik penelitian kesehatan Universitas Sumatera utara. Peneliti mendatangi Puskesmas Hutabaginda untuk meminta izin melakukan penelitian di lokasi
29
tersebut serta meminta izin melakukan pengumpulan data dengan cara offline dan online. Pengambilan data dilakukan peneliti dengan dua cara yaitu dengan
menyebarkan kuesioner secara offline yaitu dengan memberikan langsung kuesioner kepada responden di Puskesmas Hutabaginda Tarutung dan secara online dengan menghubungi responden untuk melakukan pengisian kuesioner
melalui link google form. Peneliti juga mendapatkan dukungan dari pihak Puskesmas dengan cara ikut menjelaskan pada responden terkait penelitian yang dilakukan guna meyakinkan responden bahwa responden tidak akan dirugikan dalam penelitian. Peneliti melakukan pendekatan kepada responden dengan cara menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuesioner serta izin untuk bertanya dan selanjutnya responden diminta untuk bersedia menandatangani informed consent bila responden bersedia. Responden diminta untuk memberikan tanggapan dalam kuesioner. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti mengumpul dan memeriksa kembali lembar kuesioner.
4.8. Etika Penelitian
Peneliti mengajukan permohonan izin kepada fakultas Keperawatan USU dan mengajukan izin kepada Puskesmas Hutabaginda Tarutung. Setelah mendapatkan persetujuan Pada pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan tujuan dan prosedur pengisian kuesioner kepada responden. Apabila responden menyetujui maka responden harus menandatangani lembar persetujuan (Informed Consent). Responden berhak menolak atau mengundurkan diri selama proses penelitian. Identitas responden tidak akan dicantumkan pada lembar pengumpulan data dan hanya diberi kode
30
tertentu untuk menjaga kerahasiaan responden. Kerahasiaan yang diberikan responden akan dijamin oleh peneliti dan hanya digunakan dalam penelitian ini saja.
4.9. Analisa Data
Setelah data terkumpul maka tindakan berikutnya yang dilakukan adalah melakukan editing, yaitu peneliti memeriksa kembali seluruh kuesioner yang telah diisi oleh responden, dan memastikan semua kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk. Peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan pengisian kuesioner,dan kesesuaian jawaban dengan pertanyaan. Selanjutnya peneliti melakukan coding, memberikan kode pada kuesioner yang telah diajukan untuk mempermudah dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Tindakan berikutnya peneliti memindahkan data kuesioner ke program pengolahan data komputer. Setelah selesai peneliti memeriksa kembali data yang telah dimasukkan (entry) dan mengecek apakah ada kesalahan atau tidak untuk selanjutnya dilakukan analisa data.
4.9.1. Uji Univariat
Uji univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap masing-masing variabel, seperti data-data responden dan masing-masing jawaban pertanyaan dari responden. Tujuan analisis univariat ini adalah untuk mengetahui distribusi frekuensi dari setiap masing-masing variabel. Hasil analisa data penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.
31
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian meliputi distribusi frekuensi karakteristik responden di Puskesmas Hutabaginda Tarutung,distribusi frekuensi perilaku tertutup (covert behaviour) dan perilaku terbuka (overt behaviour) responden di Puskesmas
Hutabaginda Tarutung.
5.1.1 Karakteristik Responden di Puskesmas Hutabaginda Tarutung Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas
responden di Puskesmas Hutabaginda Tarutung adalah kelompok usia lansia akhir (56-65 tahun) yaitu sebanyak 17 responden (42,5%), berjenis kelamin perempuan yaitu 21 orang (52,5%). Lebih dari setengah responden dengan pendidikan terakhir SMA/SMK yaitu 27 orang (76,5%), dan responden yang tidak bekerja yaitu 13 orang (32,5%). Karakteristik responden dengan berat badan yang mendominasi adalah kelompok dengan berat badan 61-70 kg ada 13 responden (32,5%) dengan tinggi badan yaitu kelompok yang memiliki tinggi <160cm dengan jumlah 19 responden (47,5%). Hampir seluruh responden menderita diabetes melitus tipe 2 yaitu 38 orang (95%) dan sebanyak 2 responden (5%) menderita diabetes melitus tipe 1. Responen mayoritas sudah menderita diabetes dengan kurun waktu 0-5 tahun yaitu 22 oarang (55%). Lebih dari setengah responden tidak merokok yaitu 31 orang (77,5%).
Dari data tambahan didapatkan hasil, dalam melakukan diit diabetes, responden memilih “ya,kadang-kadang” sebanyak 18 orang(45%), diikuti dengan
32
pemeriksaan gula darah dalam 3 bulan sebelumnya dan pemeriksan yang dilakukan terakhir kali. Dalam 3 bulan sebelumnya ,2 bulan sebelumnya dan 1 bulan sebelumnya berjumlah sama yaitu responden keseluruhan memiliki kadar gula darah pada kelompok 71-180mg/dl (100%). Pemeriksaan terakhir responden juga menunjukkan bahwa kelompok yang mendominasi adalah kelompok yang berada pada gula darah 71-180mg/dl (100%). Lebih dari setengah responden masih rutin melakukan konsultasi tiap bulannya sekalipun masih dalam masa pandemi Covid-19 yaitu sebanyak 29 orang (72,5%).
Tabel 5.1. 1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di Puskesmas Hutabaginda Tarutung
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) Usia
Wiraswasta/pedagang 11 27,5%
Pegawai swasta 3 7,5%
PNS 6 15%
TNI/POLRI 0 0
Berat badan
33
34
5.1.2. Perilaku Pasien Diabetes Melitus dalam Upaya Pencegahan Komplikasi Luka Gangren
Tabel 5.1. 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Aspek Perilaku Tertutup Pasien Diabetes Melitus dalam Upaya Pencegahan Komplikasi Luka Gangren pada Ekstremitas Bawah Di Puskesmas Hutabaginda Tarutung (n=40)
Aspek Pernyataan terkait Perilaku Tertutup dalam
Tanggapan/
Respon Persetujuan No Perawatan untuk Pencegahan Komplikasi Luka Gangren pada
Ekstremitas Bawah
Penderita Diabetes perlu untuk selalu mengeringkan kaki dengan handuk kering dan berbahan lembut
39(97,5) 1(2,5) 0 Merendam kaki cukup 4 menit agar kaki tidak kehilangan kelenjar
minyak alami kaki
30(70) 7(17,5) 3(7,5)
2 Perawatan Kulit
Minyak kayu putih tidak dapat digunakan untuk melembabkan kaki 15(37,5) 8(20) 17(42,5)
3 Pemeriksaan Rutin
Lecet kecil pada kaki membutuhkan perawatan khusus dan tidak dianjurkan untuk dibiarkan
32(80) 5(12,5) 3(7,5) Bisul dapat berubah menjadi kapalan bila tidak segera ditangani 34(85) 2(5) 4(10) Perlunya memeriksakan kaki bila dalam keadaan retak-retak 33(82,5) 4(10) 3(7,5)
4 Perawatan Kuku
Kuku yang terlalu tebal merupakan hal yang perlu diperiksa 17(42,5) 9(22,5) 14(35)
5 Pemilihan Alas Kaki
Sandal jepit tidak termasuk alas kaki yang cocok digunakan oleh penderita diabetes
10(25) 10(25) 20(50) Penderita Diabetes perlu untuk selalu membersihkan bagian dalam
alas kaki sebelum memakainya
mencegah agar kaki tidak luka
39(97,5) 1(2,5) 0 Memakai kaus kaki berbahan katun digunakan untuk mengindari
dingin dan lembab
39(97,5) 1(2,5) 0 Tidak memakai alas kaki yang memiliki karet atau tali pada bagian
sela jari kaki karena berisiko melukai kaki
25(62,5) 8(20) 7(17,5)
6 Senam Kaki
Memiliki waktu untuk berolahraga 13(32,5) 12(30) 15(37,5)
7 Konsultasi Kesehatan
Merokok berpengaruh terhadap kondisi kesehatan penderita diabetes 35(87,5) 2(5) 3(7,5) Perlunya memeriksakan kaki bila dalam keadaan retak-retak 33(82,5) 4(10) 3(7,5)
35
Perubahan pada warna kaki (kebiruan,kemerahan,kehitaman) perlu segera dikonsultasikan dengan dokter atau pelayanan kesehatan
37(92,5) 2(5) 1(2,5)
8 Upaya Pengendalian Hiperglikemia
-Aktivitas Fisik & Olahraga
Memiliki waktu untuk berolahraga 13(32,5) 12(30) 15(37,5)
Berenang merupakan kegiatan yang baik bagi penderita diabetes 29(72,5) 10(25) 1(2,5) -Pola Makan & Diit
Mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat berlebih dapat membantu saya menjadi lebih sehat
39(97,5) 1(2,5) 0 Diet diabetes yang dianjurkan membantu dalam mencegah
komplikasi diabetes
36(90) 4(10) 0
-Konsumsi Obat-obatan Anti Diabetik
Meminum obat yang dianjurkan secara teratur dapat mengurangi risiko terjadinya komplikasi diabetes
39(97,5) 1(2,5) 0
Berdasarkan hasil pada tabel 5.1.2, menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden setuju melakukan kedua perilaku pemeriksaan kaki, yaitu sebanyak 39 responden (97,5%) setuju untuk melakukan perilaku mengeringkan kaki dan 30 responden (70%) setuju melakukan perilaku merendam kaki cukup 4 menit.
Mayoritas responden berdasarkan perilaku perawatan kulit tidak setuju jika minyak kayu putih tidak dapat digunakan untuk melembabkan kaki ada sebanyak 17 responden (42,5%). Berdasarkan perilaku perawatan rutin, mayoritas setuju untuk melakukan pemeriksaan pada kaki lecet sebanyak 32(80%), setuju bahwa bisul dapat berubah menjadi kapalan bila tidak segera ditangani sebanyak
34(85%), dan 33 responden (82,5%) merasa bahwa perlu memeriksakan kaki bila dalam keadaan retak-retak. Mayoritas merasa bila kuku yang terlalu tebal perlu untuk diperiksa ada sebanyak 17 responden (42,5%). Berdasarkan kategori pemilihan alas kaki, sebanyak 20 responden (50%) tidak setuju jika sandal jepit tidak termasuk alas kaki yang cocok untuk penderita diabetes, perlu untuk selalu membersihkan bagian dalam alas kaki, sebanyak 37 responden (92,5%), sebanyak
36
15 responden (37,5%) kurang setuju untuk menggunakan alas kaki dirumah dan 15 responden (37,5%) berbeda tidak setuju menggunakan alas kaki dirumah, selalu menggunakan alas kaki yang lembut, 39 responden (97,5%), memakai kaus kaki berbahan katun, sebanyak 39 responden (97,5%) dan setuju untuk tidak menggunakan alas kaki yang memiliki karet atau tali pada bagian sela jari kaki sebanyak 25(62,5%). Mayoritas responden tidak memiliki waktu untuk
berolahraga, sebanyak 15 responden (37,5%). Berdasarkan perilaku konsultasi kesehatan mayoritas setuju bahwa merokook berpengaruh pada diabetes, sebanyak 35 responden (87,5%), perlu memeriksa kaki bila dalam keadaan retak-retak, 33(82,5%), dan setuju untuk memeriksa kaki bila terdapat kelainan sebanyak 37(92,5%). Dalam upaya pengendalian hiperglikemia, responden tidak memiliki waktu untuk melakukan olahraga, sebanyak 15 responden (37,5%), setuju bahwa berenang merupakan kegiatan yang baik untuk penderita diabetes 29(72,5%), mengurangi konsumsi karbohidrat sebanyak 39 responden (97,5%), setuju bila diet yang dianjurkan dapat membantu mencegah komplikasi diabetes, sebanyak 36 responden (90%), meminum obat secara teratur sebanyak 39 responden (97,5%).
37
Tabel 5.1. 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Aspek Perilaku Terbuka Pasien Diabetes Melitus dalam Upaya Pencegahan Komplikasi Luka Gangren pada Ekstremitas Bawah Di Puskesmas Hutabaginda Tarutung (n=40)
Aspek Pernyataan terkait Perilaku Terbuka dalam
Tanggapan/
Respon Persetujuan No Perawatan untuk Pencegahan Komplikasi Luka Gangren pada
Ekstremitas Bawah
Setelah mencuci kaki, segera mengeringkan kaki dengan handuk bersih berbahan lembut
38(95) 2(5) 0
Merendam kaki tidak lebih dari 4 menit agar pelembab kaki alami oleh kelenjar minyak pada kaki tidak kering
22(55) 13(32,5) 5(12,5)
2 Perawatan Kulit
Mengoleskan pelembab pada kaki kecuali pada sela jari kaki 18(45) 8(20) 14(35)
3 Pemeriksaan Rutin
Melakukan pemeriksaan kaki untuk mengetahui keadaan kaki, ada tidaknya perubahan bentuk dan warna kaki, ada tidaknya luka atau merasa kesemutan
32(80) 4(10) 4(10)
4 Perawatan Kuku
Meminta bantuan pelayanan kesehatan apabila kesulitan saat memotong kuku kaki sendiri
18(45) 8(20) 14(35)
Memotong kuku kaki menyesuaikan bentuk normal jari kaki dan tidak memotong kuku kaki terlalu pendek
37(92,5) 2(5) 1(2,5)
Memotong kuku sekali seminggu 24(60) 16(40) 0
5 Pemilihan Alas Kaki
Memakai alas kaki yang lembut dan tidak sempit saat berada didalam ruangan atau diluar ruangan
31(77,5) 8(20) 1(2,5)
Selalu memakai alas kaki saat dirumah 14(35) 13(32,5) 13(32,5)
Membersihkan bagian dalam alas kaki sebelum dipakai 36(90) 4(10) 0 Segera mengganti ukuran sepatu bila dirasa sudah sempit 38(95) 1(2,5) 1(2,5)
Mengganti kaus kaki setiap hari 27(67,5) 12(30) 1(2,5)
Memakai kaus kaki dengan karet elastis 34(85) 6(15) 0
Memakai kaus kaki berbahan katun untuk menghindari lembab dan dingin
33(82,5) 7(17,5) 0
Selalu memakai alas kaki saat didalam atau diluar ruangan 22(55) 17(42,5) 1(2,5)
6 Senam Kaki
Melakukan senam kaki secara rutin dan mandiri 8(20) 19(47,5) 13(32,5) Rutin melakukan senam kaki 3 kali seminggu dengan durasi
20-30 menit
9(22,5) 18(45) 13(32,5)
7 Konsultasi Kesehatan
Meminta bantuan pelayanan kesehatan apabila kesulitan saat memotong kuku kaki sendiri
18(45) 8(20) 14(35)
Segera memeriksakan kaki bila terdapat luka lecet pada kaki 32(80) 8(20) 0
38
Penderita Diabetes menerapkan aturan pola hidup sehat dan rutin melakukan konsultasi ke puskesmas atau dokter
35(87,5) 5(12,5) 0
8 Upaya Pengendalian Hiperglikemia -Aktivitas Fisik & Olahraga
Melakukan senam kaki secara rutin dan mandiri 8(20) 19(47,5) 13(32,5) Rutin melakukan senam kaki 3 kali seminggu dengan durasi
20-30 menit
9(22,5) 18(45) 13(32,5) -Pola Makan & Diit
Mengurangi makan an yang mengandung karbohidrat dan lemak berlebih
36(90) 4(10) 0
-Konsumsi Obat-obatan Anti Diabetik
Selalu minum obat sesuai jadwal yang dianjurkan 38(95) 2(5) 0 Selalu meminum obat sesuai anjuran walaupun gejala tidak
timbul
36(90) 4(10) 0
Berdasarkan tabel 5.1.3 menunjukkan hasil bahwa mayoritas responden melakukan perilaku mengeringkan kaki segera sebanyak 38 responen (95%) dan melakukan perilaku merendam kaki tidak lebih dari 4 menit, mayoritas juga melakukan perawatan kulit kaki dengan mengoleskan pelembab pada kaki kecuali pada sela jari kaki, sebanyak 18 responen (45%), lebih dari setengah responden rutin dalam melakukan pemeriksaan kaki untuk melihat keadaan kaki sebanyak 32 responden (80%). Dalam melakukan perawatan kuku mayoritas responden meminta bantuan pelayanan kesehatan bila kesulitan dalam memotong kuku, sebanyak 18(45%), memotong kuku menyesuaikan bentuk normal jari kaki sebanyak 37(92,5%) dan memotong kuku sekali seminggu sebanyak 24 responden (60%). Berdasarkan perilaku pemilihan alas kaki, responden memakai alas kaki yang lembut dan tidak sempit, sebanyak 31 responden (77,5%), 13 responden (32,5%) kadang-kadang memakai alas kaki dirumah dan 13responden berbeda (32,5%) tidak memakai alas kaki dirumah, sebanyak 39 responden (90%)
39
membersihkan bagian dalam alas kaki sebelum dipakai, mengganti ukuran sepatu bila sudah terasa sempit, 38 (95%), mengganti kaus kaki setiap hari sebanyak 27 responden (67,5%), memakai kaus kaki dengan kaus kaki elastis sebanyak 34(85%), memakai kaus kaki berbahan katun sebanyak 33 responden (82,5%) dan selalu memakai alas kaki didalam atau diluar ruangan sebanyak 22 responden (55%). Mayoritas responden kadang-kadang melakukan senam kaki sebanyak 19 responden (47,5%), dan kadang-kadang melakukan senam kaki 3 kali seminggu dengan durasi 20-30 menit, sebanyak 18 (45%). Mayoritas responden meminta bantuan pelayanan kesehatan bila kesulitan dalam memotong kuku sebanyak, 18 (45%), lebih dari setengah responden segera memriksa kaki bila terdapat luka lecet pada kaki sebanyak 32 (80%), menerapkan aturan pola hidup sehat dan rutin melakukan konsultasi ke puskesmas atau dokter sebanyak 35(87,5%).
Berdasarkan upaya pengendalian hiperglikemia, mayoritas kadang-kadang melakukan senam kaki sebanyak 19 responden (47,5%) dan kadang-kadang
Berdasarkan upaya pengendalian hiperglikemia, mayoritas kadang-kadang melakukan senam kaki sebanyak 19 responden (47,5%) dan kadang-kadang