• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberadaan makrofauna tanah pada suatu habitat sangat dipengaruhi oleh kondisi habitat tersebut. Makrofauna tanah akan melimpah pada habitat yang mampu menyediakan faktor-faktor yang dapat mendukung kehidupan makrofauna tanah seperti ketersediaan makanan, suhu yang optimal, dan ada atau tidaknya musuh alami. Beberapa parameter yang dapat mempengaruhi keberadaan makrofauna tanah pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Parameter yang Mempengaruhi Makrofauna tanah Mikro Habitat

Parameter Terbakar Tidak Terbakar

Nitrogen rata-rata (%)* 0.11 0.08

Suhu serasah rata-rata (0C) 27.93 28.24

Tebal serasah rata-rata (cm) 3.89 2.11

Tumbuhan bawah

Clidemia hirta, Patorium inufolium, Leucos lavandulaefolia, Dimeria ornithopoda Curculigo latifolia Bukaan tajuk (%)** 44.38 21.43 Keterangan : * Priandi (2005) ** Wahyuningriyanti (2005) 1. Kelimpahan MakrofaunaTanah

Kelimpahan makrofauna tanah mengacu pada jumlah total individu makrofauna tanah yang ditemukan pada lokasi penelitian yaitu pada plot terbakar dan plot yang tidak terbakar. Untuk menggambarkan hasil yang diperoleh dari kedua plot tersebut digunakan nilai rata-rata dari kelimpahan makrofauna tanah yang ada.

Perbandingan kelimpahan makrofauna tanah pada plot terbakar dan tidak terbakar dapat disajikan sebagai berikut.

a. Pada lapisan tanah (0-5 cm)

Kelimpahan makrofauna tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya sehingga faktor ini harus benar-benar diperhatikan. Perubahan pada lingkungan akan berdampak pada keberadaan makrofauna tanah baik secara langsung atau tidak langsung. Kondisi lingkungan pada plot terbakar dan tidak terbakar di lokasi penelitian dapat digambarkan dengan parameter pada Tabel 5. dan Tabel 6.

permukaan tanah pada plot tidak terbakar terdapat pasir-pasir halus. Tanah pada plot tidak terbakar ini juga lebih padat dan lebih lembab dibandingkan dengan tanah pada plot tebakar. Kelembaban tanah ini mempengaruhi suhu tanah dimana suhu tanah rata-rata pada plot terbakar lebih tinggi dibandingkan dengan plot tidak terbakar. Sementara, kandungan nitrogen sebagai salah satu unsur yang penting bagi makhluk hidup lebih tinggi pada plot terbakar.

Kelimpahan makrofauna tanah pada plot terbakar dan plot tidak terbakar berdasarkan hasil penelitian dapat disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Kelimpahan Makrofauna tanah pada Plot Pengamatan Kelimpahan

Ordo Famili

Plot Tidak terbakar Plot Terbakar

Annelida Lumbricidae 241 171 Araneidae 6 1 Oxyopidae 4 - Lycosidae 12 2 Salticidae 3 1 Araneida Tetragnathidae 1 1 Blattaria Blattidae 5 - Chelonethida - 44 1 Chilopoda Geophilidae 48 4 Oedemeridae 1 - Tenebrionidae 1 - Staphylinidae 45 - Reduviidae 1 - Scydmaenidae 1 - Coleoptera Scarabaidae 44 - Cryptostigmata Schlerobatidae 44 - Julidae 1 1 Diplopoda Polydesmidae 7 - Homoptera Cercopidae 3 - Hymenoptera Formicidae 69 513 Isopoda Trichoniscidae 36 13 Isoptera Termitidae 1 12 Mantodea Mantidae 1 - Tetranychidae 1 - Mesostigmata Laelapidae - 86 Acrididae 1 - Orthoptera Grillidae 1 1 Jumlah Total 651 809

Pada Tabel 7 dapat dilihat sebaran kelimpahan makrofauna tanah di plot terbakar dan plot tidak terbakar berdasarkan ordo-ordo dan famili-famili yang ditemukan. Kelimpahan makrofauna tanah pada masing-masing ordo dapat dilihat pada gambar 4. 0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 Anne lida Aran eida Blatt aria Chelo nethi da Chilo poda Coleo ptera Cryp tostigm ata Diplo poda Hom o ptera Hym e nopte ra Isopo da Isopte ra Man todea Mes ostig m ata Ortho ptera Or do K el im p ah an P lo t T idak T erbak ar P lo t T erbak ar

Gambar 4. Kelimpahan Makrofauna Tanah

Pada tanah yang terbakar total individu yang ditemukan sejumlah 809 individu dari 10 ordo dan 12 famili yang ada, sementara pada tanah yang tidak terbakar adalah 651 individu dengan 15 ordo dan 26 famili (Tabel 7.). Ordo yang mempunyai kelimpahan terbesar pada plot terbakar adalah Hymenoptera (semut) sejumlah 513 individu, kemudian Annelida (cacing tanah) sejumlah 171 individu dan Mesostigmata sejumlah 86 individu (Gambar 4.). Jumlah Formicidae dan Lumbricidae ini menyebabkan besarnya jumlah individu total pada tanah yang terbakar walaupun jumlah famili yang ditemukan lebih sedikit (Tabel 7).

Ordo-ordo serangga seperti Coleoptera, Mantodea, Isoptera, Homoptera dan Blattaria sangat jarang ditemukan pada tanah di plot bekas terbakar. Menurut

• 5 ha terjadi terutama pada tahun pertama dan kedua setelah kebakaran. Pada areal yang lebih luas, hal ini terjadi pada tahun ketiga atau keempat sejak terbatasnya kapasitas populasi serangga untuk invasi pada areal yang luas di tegakan hutan yang kurang mendukung.

Kebakaran di HPGW ini terjadi 3 tahun lalu dengan luasan > 5 ha sehingga jumlah serangga yang ditemukan pada plot bekas terbakar tidak banyak bahkan ada yang tidak ditemukan sama sekali seperti Coleoptera. Szujecki (1987) menyebutkan bahwa Coleptera termasuk invertebrata permukaan yang kelimpahannya tersisa sedikit pada kebakaran di lahan bekas tebangan hutan pinus dan spruce. Pengurangan stok makanan pada daerah tersebut menyebabkan turunnya jumlah larva serangga ini.

Jika jumlah Coleoptera menurun maka Hymenoptera (semut) justru meningkat. DeBano et al. (1998) menyebutkan bahwa kebakaran dapat meningkatkan populasi semut. Suatu studi di Australia terhadap vegetasi Sclerophylluous menunjukkan bahwa semut mengkonsumsi biji yang banyak dihasilkan pada awal suksesi tanaman setelah kebakaran.

Pada tanah tidak terbakar dengan jumlah famili yang lebih besar mempunyai total individu yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan sedikitnya jumlah individu pada masing – masing famili yang ditemukan. Famili Lumbricidae mempunyai jumlah terbesar pada tanah tidak terbakar yaitu 241 individu, sementara famili-famili lainnya rata-rata 16-17 individu.

Besarnya jumlah cacing tanah ini menunjukkan terjadinya kolonisasi cacing tanah yang disebabkan kondisi lingkungan yang cukup mendukung seperti kelembaban tanah tidak terganggu dan tidak adanya predator. Pada ordo-ordo lainnya seperti Mesotigmata dan Cryptostigmata yang jumlahnya dipengaruhi oleh kehadiran predator yaitu Chilopoda. Lewis (1965) menemukan bahwa isi dari usus Lithobius Variegatus dan Lithobius forficatus (spesies dari Chilopoda) terdiri dari serangga-serangga kecil (terbang dan tidak terbang), Collembola, Acarina, laba-laba, Nematoda, dan Mollusca serta sejumlah dedaunan.

b. Pada Lapisan Serasah

Serasah merupakan salah satu habitat hidup yang digunakan oleh makrofauna tanah terutama yang ada dipermukaan atau dekat permukaan tanah. Kondisi serasah sangat berpengaruh terhadap keberadaan dan kelimpahan binatang tanah, sehingga penting untuk diamati.

Plot terbakar mempunyai ketebalan serasah 3.89 cm, lebih tebal dibandingkan dengan plot tidak terbakar yang hanya 2.11 cm. Ketebalan serasah ini dipengaruhi oleh tumbuhan bawah dan kondisi tajuk pada plot pengamatan. Pada plot terbakar terdapat beberapa tumbuhan bawah yang dominan yaitu Clidemia hirta, Patorium inufolium, Leucos lavandulaefolia, Dimeria ornithopoda sementara pada plot tidak terbakar tumbuhan bawah yang mendominasi adalah Curculigo latifolia (Tabel 6.).

Tumbuhan bawah pada plot terbakar umumnya tumbuh mengelompok sehingga tidak menutupi permukaan tanah, berbeda dengan tumbuhan bawah pada plot tidak terbakar yang tumbuhnya menjalar sehingga menutupi permukaan tanah. Hal ini menyebabkan serasah yang jatuh pada plot terbakar dapat terkumpul pada lantai hutan sementara pada plot tidak terbakar serasah yang jatuh menyangkut pada tumbuhan bawah sehingga tidak terakumulasi di lantai hutan. Serasah pada plot tidak terbakar lebih homogen (serasah Pinus) dibandingkan dengan serasah pada plot terbakar.

Ketebalan serasah yang terakumulasi pada plot terbakar juga disebabkan oleh kondisi tajuk pohon dimana banyak tajuk pohon yang menghitam sehingga serasah berupa daun lebih mudah jatuh. Bukaan tajuk yang lebih besar (44.3%) menyebabkan akses ke lantai hutan lebih terbuka terutama cahaya dan hujan sehingga serasah yang jatuh lebih mudah untuk terdekomposisi.

Dekomposisi serasah menghasilkan sejumlah bahan-bahan organik yang dapat mendukung kehidupan makhluk hidup (biota tanah). Semakin banyak serasah maka bahan untuk dekomposisi juga lebih banyak sehingga decomposer juga lebih banyak. Serasah merupakan lapisan teratas yang menutupi lantai hutan sehingga lebih rentan terhadap berbagai gangguan atau perubahan-perubahan.

Perubahan terhadap lapisan serasah ini akan sangat berpengaruh terhadap kondisi biota tanah.

Untuk suhu rata-rata serasah pada plot yang terbakar adalah 27.930C dan untuk plot yang tidak terbakar 28,24 0C. Suhu serasah ini selalu lebih tinggi dibanding dengan suhu pada tanah di bawahnya .

Kelimpahan makrofauna tanah pada lapisan serasah plot terbakar dan plot tidak terbakar dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kelimpahan Makrofauna Tanah Pada Serasah

Kelimpahan

Ordo Family

Terbakar Tidak Terbakar

Thomisidae 1 1 Araneida Linyphiidae 1 - Chilopoda Geophilidae 3 - Nitidulidae 1 - Coleoptera Ellateridae - 1 Isotomidae 104 5 Podoridae 4 - Collembola Sminthuridae 4 - Chelonethida - 1 Zetorchestidae 6 - Schlerobatidae 15 4 Ephylohmaiidae 6 - Cryptostigmata Rhysotritiidae 1 - Diplopoda Polydesmidae 1 - Hymenoptera Formicidae 16 1 Phytoseiidae 4 - Veigaiidae 1 - Laelapidae 22 5 Mesostigmata Tetranychidae - 2 Metastigmata Argasidae 21 - Thysanoptera Thripidae - 1 Total 209 21

Kelimpahan makrofauna tanah pada serasah di plot terbakar dan plot tidak terbakar berdasarkan jumlah individu pada masing-masing ordo dapat dilihat pada Gambar 5.

0 2 0 4 0 6 0 8 0 1 0 0 1 2 0 Ara neid a Chilo p od a Cole opte ra Colle mb o la Chel onet hid a Cry p tosti gmat a Dip lop o d a Hym eno p tera Mes ostig mat a Met astig mat a T hy s ano p tera O r do K elim p a h a n P lo t T ida k T e r ba k a r P lo t T e r ba k a r

Gambar 5. Kelimpahan Makrofauna Tanah pada Serasah

Jumlah total individu yang ditemukan di serasah terbakar adalah 209 individu dari 10 ordo dan 20 famili. Pada serasah tidak terbakar ditemukan 21 individu dari 8 ordo dan 8 famili. Pada Gambar 5. terlihat jumlah Collembola mendominasi pada plot terbakar dengan 112 individu karena serasahnya banyak. Pada plot tidak terbakar individu yang banyak ditemukan adalah Collembola dan Acarina sejumlah 16 individu. Sementara ordo Coleoptera, Chilopoda, Araneida, Diplopoda,Thysanoptera dan Chelonethida kelimpahannya kecil.

Pada Tabel 6. dapat dilihat bahwa serasah pada plot terbakar lebih tebal dibandingkan serasah pada plot tidak terbakar. Ketebalan serasah ini berpengaruh terhadap jumlah serasah yang dapat terdekomposisi, semakin tebal serasah maka akan sebanyak bahan organik yang dihasilkan. Bukaan tajuk pada plot terbakar yang lebih besar menyebabkan dekomposisi serasah pada lantai hutan lebih aktif dan cepat. Szujeki (1987) menyebutkan bahwa Colembolla merupakan invertebrata yang kelimpahannya menunjukkan osilasi (kisaran) yang luas pada lahan terbakar.

segi jumlah individu dan spesies, pada lapisan organik di bagian atas 10-15 cm. Dalam skala kedalaman ini, populasi terbesar Colembola biasanya terdapat pad tingkat kedalaman dimana dekomposisi bahan organik secara aktif terjadi; pada profil tipe mor, tingkatan ini dikenal sebagai ‘zona fermentasi’, yang berbeda dan terpisah dari lapisan litter dan lapisan humus.

Burgers dan Raw (1967) menyimpulkan, dari analisis usus Collembola bahwa jenis Collembola yang lebih besar memakan fungi, sebaliknya yang berukuran lebih kecil langsung memakan humus. Collembola juga mengkonsumsi bagian tanaman yang lapuk, spora, Collembola yang lain, bagian cacing tanah yang terdekomposisi dan kutikulanya sendiri. Sebagai dekomposer Collembola berperan menghancurkan feses arthropoda yang lebih besar, menghasilkan kitin agar tersedia di tanah dan memudahkan proses dekomposisi oleh dekomposer yang lain.

Sama seperti Collembola, Acarina juga merupakan mesofauna yang banyak ditemukan pada lapisan permukaan, lapisan fermentasi dan lapisan humus. Acarina mengkonsumsi tanaman yang lapuk, lumut, fungi dan alga. Acarina juga berperan sebagai dekomposer. Pada lahan hutan yang tidak kondusif bagi dekomposer yang lebih besar maka dekomposisi bagian tanaman dilakukan oleh Acarina. Ordo Cryptostigmata berperan dalam mencampurkan bahan organik pada lapisan tanah di bawah permukaan.

Untuk menggambarkan kelimpahan makrofauna tanah pada plot terbakar dan plot tidak terbakar nilai kelimpahan rata-rata makrofauna tanah. Perbedaan kelimpahan biota tanah di plot terbakar dan plot tidak terbakar dilakukan dengan uji T (Gambar 6).

0 50 100 150 200 250 300 Tanah Serasah H a bi ta t K elim p a h a n R a ta -R a ta P lo t T idak T e rbak a r P lo t T e rbak a r a a a a

Keterangan : Huruf yang sama pada habitat yang sama menunjukkan bahwa kelimpahan rata-rata tidak berbeda nyata.

Gambar 6. Kelimpahan Rata-Rata Makrofauna Tanah

Berdasarkan hasil uji T, kelimpahan rata-rata dari tanah yang terbakar dengan tanah tidak terbakar tidak berbeda nyata (P < 0.7142), demikian pula pada serasah yang terbakar dan serasah tidak terbakar ( P < 1.104 ). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan jumlah total individu yang ditemukan pada kedua plot tidak signifikan, artinya kebakaran yang terjadi memberikan dampak yang ringan.

Jumlah individu total di plot yang terbakar adalah 1018 individu dan di plot tidak terbakar 672 individu. Meskipun dari hasil uji T kelimpahan pada kedua plot ini tidak berbeda nyata tetapi kecenderungan menunjukkan bahwa kelimpahan makrofauna tanah di plot terbakar lebih besar daripada kelimpahan makrofauna tanah di plot tidak terbakar.

2. Indeks Kekayaan (Richness Index) Biota Tanah

Kekayaan jenis (Richness) makrofauna tanah mengacu pada banyaknya spesies yang ditemukan pada suatu ekosistem. Jumlah total spesies dalam suatu komunitas (S) tergantung pada ukuran sampel dan waktu. Beberapa indeks

sampel tetapi berdasarkan hubungan antara S dan jumlah total individu yang diamati (N) yang meningkat dengan meningkatkan ukuran sampel (Ludwig dan Reynolds, 1976).

Richnesss Index yang digunakan dalam menganalisa kekayaan jenis biota tanah pada penelitian ini adalah Margalef index karena kalkulasi atau perhitungannya lebih mudah. Kekayaan jenis biota tanah ditunjukkan dalam banyaknya famili biota tanah yang dapat ditemukan pada plot terbakar dan plot tidak terbakar. Nama famili dan jumlahnya dapat dilihat pada Tabel 7. dan Tabel 8.

a. Pada Lapisan Tanah

Pada tanah tidak terbakar terdapat 16 ordo dengan 25 famili, sementara pada tanah terbakar terdapat 10 ordo dengan 11 famili, perbedaan ini cukup besar dimana terdapat selisih 6 ordo dan 14 famili yang merupakan suatu lingkup taksonomi yang besar.

Ordo yang terdapat pada tanah tidak terbakar tetapi tidak pada tanah terbakar adalah Blattaria, Coleoptera, Cryptostigmata, Diplopoda, Mantodea dan Homoptera. Sedangkan famili-famili yang tidak terdapat di tanah terbakar adalah Polydesmidae, Julidae, Mantidae, dan Cercopidae. Sebagian besar famili yang tidak ada adalah dari ordo Coleoptera, famili Mantidae dan Cercopidae dimana famili-famili ini adalah pemakan tumbuhan ataupun memakan bagian dari tumbuhan. Kebakaran menyebabkan pengurangan dan hilangnya stok makan mereka sehingga dapat mengganggu perkembangbiakan dan keberadaannya. Selain itu, kebakaran juga dapat mematikan larva serangga-serangga ini yang umumnya terdapat pada permukaan tanah.

Famili Blattidae, Polydesmidae dan Julidae merupakan famili yang sebagian besar hidup di permukaan tanah ataupun di dalam tanah yang dekat ke permukaan. Saat terjadinya kebakaran maka binatang yang ada di permukaan tanah ataupun yang dekat dengan permukaan tanah akan sangat mudah terkena dampak kebakaran walaupun kebakaran yang terjadi adalah low severity burn.

Dampak kebakaran ini bisa berupa pengurangan jumlah makrofauna tanah maupun hilangnya famili atau jenis makrofauna tanah tertentu.

b. Pada Lapisan Serasah

Pada serasah di plot terbakar terdapat 11 ordo dengan 17 famili, sementara pada serasah di plot yang tidak terbakar terdapat 8 ordo dengan 9 famili. Ordo- ordo yang tidak terdapat pada serasah tidak terbakar adalah Chilopoda dan Diplopoda. Sementara famili-famili yang tidak ada pada serasah tidak terbakar adalah Linyphiidae, Geophilidae, Nitidulidae, Podoridae, Sminthuridae, Zetorchestidae, Ephylohmaiidae, Rhysotriidae, Polydesmidae, Phytoseiidae, Veigaiidae dan Argasidae. Sebagian besar famili yang tidak terdapat pada serasah tidak terbakar merupakan Acarina. Banyaknya jumlah famili Acarina yang ditemukan menyebabkan serasah yang terbakar mempunyai famili-famili yang lebih beragam dibandingkan dengan serasah yang tidak terbakar.

Dalam Wallwork (1976) disebutkan bahwa Acarina adalah yang paling umum meskipun bukan yang paling mewakili pada sebagian besar tanah, dan banyak terdapat pada tanah organik tinggi dan lahan hutan. Pada kebanyakan tipe hutan khususnya konifer, bagian tumbuhan yang hancur membentuk lapisan yang terkadang satu kaki atau lebih dalam Brown dan Davis (1973). Kebakaran menyebabkan terbukanya akses ke lantai hutan sehingga dekomposisi bahan organik menjadi lebih cepat. Kondisi ini menyebabkan tersedianya habitat yang baik untuk perkembangan Acarina setelah kebakaran.

Untuk mengetahui perbedaan Richness Index pada plot terbakar dan plot tidak terbakar dilakukan uji T. Hasil uji T nilai Richness Index rata-rata pada plot terbakar dan plot tidak terbakar dapat dilihat pada Gambar 7.

0 0 .5 1 1 .5 2 2 .5 3 3 .5 T a n a h Se r a sa h H a bi t a t R ic h n es s I nde x R at a- R at

a Plot Tidak Terbakar

Plot Terbakar

a

a b

b

Keterangan : Perbedaan huruf pada habitat yang sama menunjukkan Richness index rata-rata berbeda nyata

Gambar 7. Nilai Richness Index Rata-Rata Makrofauna Tanah

Hasil uji T untuk Richness Index rata-rata pada tanah terbakar dan tanah tidak terbakar memperoleh nilai P < 0.0234, artinya kedua habitat tersebut mempunyai Richness Index yang berbeda nyata. Nilai Richness Index rata-rata pada serasah terbakar dan serasah tidak terbakar juga menunjukkan perbedaan yang nyata dengan nilai probability (P) sebesar 0.0279. Dari nilai ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan jumlah famili pada plot terbakar dan plot tidak terbakar signifikan. Pada Gambar 7 terlihat bahwa nilai Richness Index pada plot tidak terbakar lebih besar daripada nilai Richness Index rata-rata pada plot terbakar.

3. Indeks Keragaman (Diversity Index) Makrofauna tanah

Diversity index menyatukan spesies richness dan evenness dalam satu nilai (Ludwig dan Reynolds, 1988). Diversity index yang digunakan dalam analisis data adalah Diversity index Shannon –Winner (H’). Indeks ini mempunyai dua properti yang membuat indeks ini banyak digunakan untuk keragaman spesies, (1) H’=0 jika hanya jika ada satu spesies dalam sampel, (2) H’ maksimum hanya saat (jumlah total spesies dalam komunitas/S) semua spesies diwakili oleh

jumlah individu yang sama, yang merupakan distribusi kelimpahan yang sempurna (Ludwig dan Reynolds, 1988). Nilai H’ berkisar antara 1.5 -3.6. Nilai < 1.5 menunjukkan keragaman rendah, nilai 1.5-3.5 menunjukkan nilai keragaman sedang dan nilai >3.5 menunjukkan keragaman tinggi (Magurran, 1998) dalam Abidin (2005).

a. Pada Lapisan Tanah

Pada tanah terbakar, nilai keragaman rata-ratanya adalah 0.72 (Gambar 8.), artinya keragamannya rendah karena < 1,5. Hal ini dapat terlihat dari

sebaran kelimpahan jumlah individu pada setiap famili yang tidak merata. Ada beberapa famili yang mempunyai kelimpahan yang besar yaitu Lumbricidae, Formicidae dan Laelapidae.

Nilai keragaman rata-rata pada tanah tidak terbakar adalah 1.76 yang berada pada selang 1.5 – 3.5 sehingga keragamannya termasuk sedang. Famili yang banyak ditemukan pada tanah tidak terbakar adalah Lumbricidae, Formicidae, Geophilidae, Staphylinidae, Scarabaidae, Chelonethida, Schlerobatidae, dan Trichoniscidae. Sementara, famili yang jarang ditemukan berjumlah 17 famili diantaranya Araneidae, Oxyopidae, Salticidae, Tetragnathidae, Blattidae, Oedemeridae, Tenebrionidae, Reduviidae, Scydmaenidae, Julidae, Termitidae, Mantidae dan Laelapidae.

Pada tanah yang terbakar Formicidae (semut) mempunyai kelimpahan terbesar (Anderson et al. 1989) dalam DeBano et al.(1998) menyebutkan bahwa kebakaran dapat meningkatkan populasi semut. Suatu studi di Australia terhadap vegetasi Sclerophyllous menunjukkan bahwa semut mengkonsumsi biji yang banyak dihasilkan pada awal suksesi tanaman setelah kebakaran (Andersen, 1988) dalam DeBano et al. (1988). Pinus merupakan salah satu spesies fire yang berkembang lebih baik setelah kebakaran. Di lokasi penelitian, biji pinus lebih banyak ditemukan pada areal yang terbakar dibandingkan areal yang tidak terbakar sehingga areal yang terbakar menjadi tempat yang lebih baik untuk perkembangan semut.

b. Pada Lapisan Serasah

Pada serasah terbakar nilai keragaman rata-ratanya adalah 1.28 dan pada serasah tidak terbakar bernilai 1.39 dimana kedua nilai ini berada pada selang < 1.5 sehingga keragaman keduanya termasuk rendah (Gambar 8.).

Family Isotomidae (ordo Collembola) merupakan famili yang paling banyak ditemukan pada serasah bekas terbakar. Dalam Wallwork (1970) disebutkan bahwa Collembola biasanya melimpah pada tanah di padang rumput dan tanah mor seperti pada lantai hutan dengan skala kepadatan 5000-50000/m2, terkadang lebih besar. Collembola merupakan invertebrata yang mempunyai penyebaran luas karena dapat tersebar terbawa angin, aliran air ataupun menempel pada kaki burung. Setelah terjadi kebakaran terdapat akumulasi bahan organik dipermukaan tanah, sehingga jika ada Colembolla yang sampai di daerah tersebut akan mudah berkembang karena salah satu makanan alaminya adalah bagian tumbuhan yang melapuk.

Nilai indeks keragaman rata-rata pada plot terbakar dan plot tidak terbakar berdasarkan hasil uji T dapat dilihat pada Gambar 8.

0 0 .5 1 1 .5 2 T a n a h Se r a sa h Hab itat D iv e rs it y I n d ex R at a- R a ta P lo t T ida k T e r ba k a r P lo t T e r ba k a r a a a a

Keterangan : Huruf yang sama pada habitat yang sama menunjukkan bahwa Diversity Index rata-rata tidak berbeda nyata.

Gambar 8. Diversity Index Rata-rata Makrofauna tanah

Pada Gambar 8 dapat dilihat nilai keragaman binatang rata-rata pada tanah terbakar dan tanah tidak terbakar. Berdasarkan hasil uji T diketahui bahwa

keragaman binatang pada lapisan tanah tidak berbeda nyata (nilai probabilitynya 0.0794). Nilai keragaman rata-rata pada serasah terbakar dan serasah tidak terbakar juga tidak berbeda nyata (nilai probilitynya 0.7604). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan diversity atau keragaman famili makrofauna tanah pada plot terbakar dan plot tidak signifikan, meskipun nilai Diversity Index pada plot tidak terbakar cenderung lebih besar.

4. Indeks Kemerataan (Evenness Index) Biota

Ludwig dan Reynolds (1988) mengatakan bahwa evenness (kemerataan) mengacu pada bagaimana kelimpahan spesies (jumlah individu, biomass, penutupan dan lain-lain) didistribusikan diantara spesies. Sebagai contoh, dalam suatu komunitas yang terdiri dari 10 spesies, jika 90% individu tergabung dalam satu spesies dan 10% tersebar dalam sembilan spesies lainnya. Berarti evemmessnya rendah. Di sisi lain, jika masing-masing dari 10 spesies terdiri dari 10 % jumlah total individu, maka evennessnya tinggi. Evenness (kemerataan ) ini merupakan salah satu komponen dari diversity. Nilai evenness index berkisar antara 0 - 1. Nilai satu menunjukkan semua jenis ada dalam kelimpahan yang sama (Magurran, 1998) dalam Abidin (2005).

a. Pada Lapisan Tanah

Pada Tabel 7 terlihat bahwa Lumbricidae merupakan famili yang mempunyai jumlah individu terbesar pada kedua habitat tanah terutama pada tanah tidak terbakar. Pada tanah tidak terbakar Lumbricidae berjumlah 37.02% dari total individu, kemudian Trichonischidae (10.60%), Geophilidae (7.37%), Chelonethidae, Staphylinidae, Scarabaidae, dan Schlerobatidae sebesar (± 6.91%),

Termitidae (5.50%) dan famili lainnya sebesar 11.87%.

Dokumen terkait