Keberadaan Soekarno di Ende merupakan bagian dari sejarah besar Negara Indonesia.Semangatperlawanan Soekarno menggerakan masyarakat Ende dan kegigihannya bertahan melawan tekanan kolonialisme.Banyak permasalahan yang terjadi pada Soekarno ketika di asingkan.Soekarno sendiri dengan pendekatannya mampu membuat masyarakat menjadi lebih berani melawan Belanda, termasuk masyarakat Ende.
A. Bidang Politik
Dari bidang politik dampak keberadaan Soekarno di Ende terlihat Soekarno mengobarkan semangat juangnya memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajah, dan berhasil melakukan kegiatan Politiknya di Ende yang di kenal sebagai “Pancasila”.Ende sangat mempengaruhi Soekarno, karena di Ende-lah Soekarno “menemukan dan merancang” Pancasila. Secara pribadi, Ende menjadi tempat perkembangan penting dalam diri Soekarno, yaitu perubahan dari manusia “singa podium” menjadi “ manusia perenung”. Soekarno di Jawa adalah Soekarno “pembakar massa”. Soekarno di Ende adalah Soekarno reflektif, pemikir, lebih banyak waktu dipakai untuk membaca buku dalam perpustakaan, bertukar pikiran dengan sekelompok padri, yang tidak ada hubungannya dengan gerakan kebangsaan sebagaimana para misionaris lain di Jawa. Kehidupan rakyat Ende,
yang berasal dari berbagai suku bangsa dan agama tetapi hidup rukun dan damai, benar-benar memperkaya imajinasi Soekarno terhadap Indonesia merdeka kelak.
Soekarno adalah seorang negarawan yang memikirkan masa depan Bangsanya. Dari seorang aktivis politik menjadi seorang pemikir tentang dasar Negara yang akan Merdeka, dari hidupnya pada pusat kolonial di Jawa ke pengalaman tentang “Timur Jauh” dari Hindia Belanda, dan dari seorang yang sejak muda terobsesi dengan trilogi “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme” ke Pancasila sebagai filsafat Negara yang lebih Universal, yang konon lahir di bawah naungan sebatang pohon sukun di Ende. Lima dasar negara hasil perenungan di Ende disampaikan Soekarno dalam pidato Sidang Badan Persiapan Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945.Tanggal itu kemudian ditetapkan sebagai hari kelahiran Pancasila.
B. Bidang Sosial
Kota Ende, di pulau Flores, adalah tempat Soekarno dibuang oleh pemerintah kolonial Belanda selama empat tahun. Soekarno tiba di Ende pada Februari 1934 dengan kapal Jan van Riebeeck dan meninggalkan kota ini pada Februari 1938 dengan kapal De Klerk milik KPM menuju Surabaya. Soekarno dan Ende akhirnya mempunyai hubungan yang patut ditelusuri kembali.Flores sendiri merupakan pulau kecil pada periferi Soenda Kecil, yang baru menarik perhatian pemerintah Hindia Belanda pada awal dasawarsa kedua abad 20.Dengan demikian Ende dimaksudkan sebagai tempat yang dapat mengisolasi Soekarno, menjauhkan dia dari kegiatan politiknya, dan dari rekan-rekan seperjuangannya di Pulau Jawa. Kehadirannya di kota kecil ini dan pergaulannya dengan para
misionaris Katolik telah membawa sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia menjadi bagian sejarah Gereja Katolik di pulau ini. 24
Bagi Soekarno, yang telah terbiasa hidup dengan irama perjuangan, Ende ibarat sebuah ambang kematian. Di Pulau Jawa, gelora semangat hidup Soekarno telah menyatu dengan revolusi. Di Ende, disamping kesepian, ketiadaan teman berdiskusi dan massa yang siap mendengarkan pidato-pidatonya, membuat Soekarno merasa tertekan. Suatu ketika seorang sahabat menyatakan niatnya untuk menyelundupkan Soekarno keluar dari Pulau Bunga dengan kapal. Soekarno menjawab dengan tegas, ”Lebih baikjangan.”Soekarno dengan terus terang mengakui bahwa sering timbul pikiran menggoda untuk melarikan diri.Mendengar ini sahabat Soekarno tadi makin mendesak Soekarno melakukannya, karena di Jawa Soekarno dapat bekerja lagi membantu teman-teman seperjuangannya untuk kemerdekaan Indonesia.Kesetiaannya pada cita-cita perjuangannya sendiri dan terutama karena harga diri yang dimilikinya, Soekarno menampik lagi ajakan sahabatnya itu. Beliau dengan tegas berkata;
”Itu bukan cara Bung Karno. Nilaiku adalah sebagai lambang di atas.Dengan tetap tinggal di sini rakyat Marhaen melihat, bagaimana pemimpinnya juga menderita untuk cita-cita.Saya telah memikirkan bujukan hatiku untuk lari dan mempertimbangkan buruk
baiknya.Tampaknya lebih baik bagi Bung Karno untuk tetap menjadi lambang dari pengorbanan menuju cita-cita.” (Lukas Batmomolin,dkk. Tim Nusa Indah, 2006:45).
24 Lambert Giebels, Soekarno : Biografi 1901-1950, Jakarta : PT Grasindo, Jl. Palmerah Selatan 22-28, 2001, Hlm. 194-196.
Rumah sederhana ini jadi awal hidup baru bagiSoekarno.Beliau mulai menyusun siasat dan strategi baru dengan kharismatiknya mampu mempengaruhi rakyat di pulau ini untuk bangkit dan berjuang melawan penjajah. Beliau menyusun naskah-naskah tonil atau sandiwara dan dengan bantuan para Misionaris Gereja Katholik yang sekarang menjadi Biara Santo Yosef Ende dan Gereja Katedral Ende, sandiwara-sandiwara itu dapat dipentaskan di Gedung Imakulata yang dulunya adalah gedung pertemuan milik Misionaris SVD. Para pemain sandiwara ini adalah sahabat-sahabat beliau sendiri yang adalah masyarakat Ende.
Pada awalnya Soekarno dan sahabat-sahabatnya berkumpul untuk berbicara tentang apa saja, sekedar untuk mengusir kesepiannya. Tidak ada diskusi formal tentang politik.Tapi lewat pertemuan-pertemuan yang sederhana ini, Soekarno mulai mengajar sahabat-sahabatnya tentang perjuangannya memerdekakan Indonesia.Semangat perjuangan ditanamkan dalam hati mereka dan harapan Indonesia merdeka dihidupkan di dalam jiwa mereka. Hasil dari pertemuan-pertemuan itu ialah lahirnya sebuah perkumpulan sandiwara yang diberi nama“Toneel Club Kelimutu”.
Seorang misionaris yang menjadi teman baik Soekarno adalah Pater Huijtink SVD yang adalah pastor dari Belanda.Dari Pater Huijtink inilah Soekarno memperoleh bantuan dalam pementasan drama-dramanya, bahkan salah satu ruang paroki diizinkan sebagai sanggar dan tempat latihan sandiwara olehSoekarno.Dari persahabatannya dengan para misionaris ini, Soekarno bisa memperoleh bahan bacaan dari perpustakaan milik biara.Soekarno juga berdiskusi
dengan Pater Huijtink dan para pastor senior lainnya tentang kemerdekaan dan hak asasi manusia yang adalah pola pemikiran bangsa-bangsa Eropa. Diskusi ini dilakukan di pendopo pastoran yang masih ada sampai sekarang, di pendopo ini Soekarno bertukar pikiran dengan para pastor dan berdebat secara terang-terangan.Dari beberapa kali pertemuan dan diskusi ini Soekarno mendapat tambahan pengetahuan dalam merumuskan dasar-dasar negara untuk kemerdekaan Indonesia.
Di rumah sederhana yang terletak di Kampung Emburaga ini telah lahir ide-ide cemerlangSoekarno. Pulau Bunga, Kota Ende, Rumah sederhana milik Bapak Haji Abdulah Ambuwaru dan sahabat-sahabatnya selama di Ende serta kehidupan sosial masyarakat Kota Ende telah menjadi kenangan tersendiri bagi Soekarno dan tidak terlepas dari perjalanan sejarah berdirinya bangsa ini. 25
Tanggapan masyarakat terhadap pengasingan Soekarno di Ende pada awalnya memang takut terhadap Soekarno, namun saat disana Soekarno kemudian membuat banyak perubahan bagi masyarakat Ende dan akhirnya disegani oleh masyarakat setempat.Oleh karena itu masyarakat Ende sangat antusis sekali bahwa pengasingan tersebut pada dasarnya dilakukan baik untuk kepentinganbangsa Indonesia juga.Hal tersebut terbukti bahwa sampai saat ini masih banyak kenangan di Ende oleh Soekarno seperti tempat tinggal Soekarno saat itu, patung Soekarno yang sedang duduk.Dalam hal ini berarti mendapatkan respon yang baik dari masyarakat setempat dengan adanya pengasingan Soekarno.
25
http://history-verny.blogspot.com/2012/07/skripsi-fungsi-museum-bung-karno-ende.html#.VA__rErgyTY
Menurut cerita Soekarno kepada wartawati Amerika, Cindy Adams, yang menulis otobiografinya, Ende pada pertengahan 1930-an mempunyai penduduk tidak lebih dari 5.000 orang. Tidak ada bioskop, tidak ada perpustakaan umum, tidak ada pusat hiburan apa pun, dan terbanyak penduduk masih buta huruf. Namun masyarakat setempat sangat antusias ketika Soekarno berada di Ende.
Dari adanya tanggapan masyarakat mengenai keberadaan Soekarno saat diasingkan, maka terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam perjuangan Soekrno ketika Soekarno diasingkan yakni:
1. Nilai Nasionalisme dan Patriotisme dari peristiwa pengasingan Soekarno di Ende
Dengan pengasingan Soekarno di Ende maka Soekarno mendapatkan banyak hal disana. Soekarno taat dan patuh menjalankan hukuman tersebut karna Soekarno mencintai tanah airnya sendiri sehingga apapun yang menjadi resikonya akan dijalani olehnya. “Beri aku 1000 orang, dan dengan mereka aku akan menggerakkan gunung semeru. Beri aku 10 pemuda yang membara cintanya kepada tanah air (berkarakter), dan aku akan mengguncang dunia”(Soekarno). Kutipan diatas merupakan sebuah kalimat yang menurut saya sangat sederhana tetapi memiliki arti yang sangat mendalam, sebuah ekspresi dari bapak bangsa yang sangat luar biasa tentang peranan seorang pemuda.Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau dan mampu menghargai sejarah perjuangan para pendahulunya nasionalisme merupakan suatu konsep penting yang harus tetap dipertahankan untuk menjaga agar suatu bangsa tetap berdiri dengan
kokoh dalam kerangka sejarah pendahulunya, dengan semangat nasionalisme yang tinggi maka eksistensi suatu negara akan selalu terjaga dari segala ancaman, baik ancaman secara internal maupun eksetrnal.
Semangat nasionalisme dan sikap patriotisme Soekarno saat itu seyogyanya kita jadikan panutan dalam mengisi kemerdekaan Negara Republik Indonesia dewasa ini. Seperti apa yang dikatakan Ir Soekarno, salah satu The Founding Fathers sekaligus proklamator Kemerdekaan Indonesia bahwa “Jangan Sekali-kali kita melupakan sejarah” memang benar adanya. Tanpa masa lalu tak akan ada masa kini karena masa kini ditentukan oleh masa lalu. Memetik nilai nasionalisme dan patriotisme yang ada pada kronologi Proklamasi dalam tataran persiapan sampai pelaksaan tidak akan ada habisnya. Oleh karena itu, tak berlebihan kiranya jika masa itu mampu memberi pengetahuan dan pemahaman kepada generasi agar dapat memetik nilai Nasionalisme serta sikap patriotisme yang terkandung didalamnya.
2. Nilai Perjuangan Soekarno ketika di asingkan di Ende
Soekarno merupakan sosok yang selalu berjuang dengan apa yang dia lihat dan rasakan. Ketika Ia melihat kondisi saat itu masyarakat sedang mengalami banyak tantangan maka Soekarno sendiri tidak tinggal diam. Berbagai cara dan upaya dia lakukan untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia walaupun sampai pada akhirnya Soekarno harus diasingkan di Ende.
Soekarno sebagai pemimpin lahir dan besar setelah bersentuhan langsung dengan penderitaan rakyat dan bangsa Indonesia di setiap tempat pengasingan.Kemampuan atau lebih tepat kepekaan Soekarno menyelami perasaan dan maksud orang di hadapannya merupakan kelebihan yang tidak jarang menempatkan dirinya sebagai pemimpin dalam posisi sulit. Kesulitan ini bisa dilihat dari keputusan berat yang harus diambil dan kepentingan lain yang seolah diabaikan.
Belum banyak tokoh pemimpin nasional lahir dan dibesarkan seperti Soekarno, tugas pendidikan karakter melahirkan pemimpin berkaliber seperti Soekarno pun tak hanya bisa diujudkan melalui kesempatan belajar di sekolah semata.Karena seperti Soekarno muda, dia pun justeru banyak belajar di luar sekolah.
3. Nilai Pantang Menyerah Soekarno
Semangat pantang menyerah yang dilakukan Soekarno bukan merupakan hal yang biasa.Soekarno dengan gigihnya selalu berkorban demi masyarakat Indonesia.Dengan semangat pantang menyerah yang dimiliki Soekarno, segalanya bukan menjadi hambatan bagi Soekarno untuk mensejahterakan masyarakatnya.Saat pengasingan di Ende juga bukan merupakan hal mudah untuk merubah pola berpikir masyarakat setempat yang awalnya sangat takut dengan Soekarno.Namun dengan semangat pantang menyerahnya kemudian Soekarno bisa diterima baik oleh masyarakat terutama oleh para nelayan.
BAB V KESIMPULAN
Pengasingan Soekarno di Ende mendapatkan apresiasi baik dari masyarakat Ende maupun dari pemerintah sendiri.Soekarno tidak hanya meninggalkan sejarah dan pemikiran besar, tetapi juga ideologi besar, yakni Pancasila. Dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan :
1. Faktor pendorong Soekarno diasingkan ke Ende yaitu disebabkan oleh kegiatan politiknya yang menurut pemerintah kolonial Belanda dianggap membahayakan. Pemikiran Soekarno dalam bidang politik tersebut mengacu tentang nasionalisme, Islam dan sikap Soekarno terhadap komunisme. Selain faktor politik ada juga faktor sosial yang mendorong Soekarno diasingkan ke Ende yaitu sosio-nasionalisme yang mengandung paham kebangsaan yang sehat berdasarkan perikemanusiaan, persamaan nasib, gotong royong, kerjasama antara bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia, Sosio-demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat yang bertujuan memperbaiki nasib rakyat yang berarti menghilangkan kemiskinan rakyat dan Marhaenisme yang merupakan teori politik dan perjuangan bagi rakyat Indonesia memperoleh bentuk formal sebagai filsafat dan dasar Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila yang merupakan dasar ideologi dalam kita bermasyarakat dan bernegara.
2. Kegiatan politik Soekarno selama pengasingan di Ende yaitu Soekarno merumuskan konsep bernegara yaitu merancang Pancasila yang sekarang
merupakan dasar Negara Indonesia. Dalam bidang sosial, Soekarno dapat mempengaruhi masyarakyat Ende dalam mengobarkan semangat nasionalisme dan bangkit untuk terus berjuang melawan penjajah yaitu dengan cara Soekarno menjalin hubungan dengan masyarakat Ende untuk mematahkan politik isolasi yang dijalankan oleh Belanda.
3. Keberadaan Soekarno di Ende menghasilkan dampak positif bagi masyarakat setempat yaitu: dalam bidang politik Soekarno adalah seorang negarawan yang memikirkan masa depan Bangsanya. mengobarkan semangat juangnya memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajah, dan berhasil melakukan kegiatan politiknya di Ende yang di kenal sebagai “Pancasila”. Selain itu dari bidang sosial yaitu dengan pendekatan yang dilakukan Soekarno, mampu membuat masyarakat Ende lebih berani melawan Belanda. Dimana pada awalnya masyarakat memang takut terhadap Belanda, namun saat disana Soekarno kemudian membuat banyak perubahan bagi masyarakat Ende dan akhirnya disegani oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu masyarakat Ende sangat antusias bahwa pengasingan tersebut pada dasarnya dilakukan baik untuk kepentingan bangsa Indonesia juga.
Dampak yang dihasilkan dalam bidang budaya yaitu saat Soekarno membentuk perkumpulan sandiwara yang bertujuan sebagai sarana pendidikan politik bagi masyarakat sekaligus untuk membangkitkan semangat perjuangan melawan penjajah.
DAFTAR PUSTAKA