• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Diet

2.2.3 Dampak Perilaku Diet

2.2.3.3 Dampak Kognitif

Kerusakan dalam working memory, waktu reaksi, tingkat perhatian dan performansi kognitif dipengaruhi oleh tubuh, makanan, dan diet, yang disebabkan oleh kecemasan yang dihasilkan oleh efek stres terhadap diet.

Diet yang sering dilakukan remaja terutama remaja putri yaitu diet untuk menurunkan berat badan. Sementara diet untuk menaikkan atau menurunkan berat badan dilakukan berdasarkan pada jumlah kalori yang dikonsumsi dan jumlah kalori yang dibakar tubuh untuk melakukan suatu kegiatan. Jika seseorang mengonsumsi kalori lebih banyak daripada yang dibutuhkannya, maka berat badannya akan naik dan sebaliknya. Oleh sebab itu, sebelum melakukan diet jenis ini kita berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi (Adriani, 2012).

2.3 Pola Makan Remaja

Pola makan atau kebiasaan makan adalah cara-cara individu atau kelompok individu dalam memilih, mengkonsumsi, dan menggunakan makanan yang tersedia yang didasarkan oleh faktor-faktor sosial dan budaya dimana seseorang hidup (Macclany dan Macbeth, 2004).

Pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai pola makan yang tidak berebihan posinya dan terdiri dari jenis-jenis makanan yang sehat dan beragam. Keberagaman jenis makanan yang dikonsumsi bermanfaat untuk mendapatkan kesempurnaan nutrisi-nutrisi penting bagi tubuh. (Sutanto, 2013).

Berdasarkan penelitian Khudin (2012), terdapat gangguan perilaku makan pada responden yang melakukan diet sebesar 9,2% dari 87 responden. Penelitian pada mahasisiwi FK USU tahun 2010 didapatkan sebesar 8% responden memiliki gangguan perilaku makan. Angka ini menunjukkan pada saat ini remaja memiliki resiko perilaku makan. Hal ini dikarenakan arus informasi yang berkembang dan penilaiann terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diterima di masyarakat adalah bentuk tubuh yang ideal seperti role models iklan sehingga mendorong mereka untuk melakukan diet.

Berdasarkan penelitian Widianti (2012), sebanyak 40,3% remaja putri merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya dan 59,7% merasa puas dengan bentuk tubuhnya. Sebesar 56,9% remaja putri belum menjalankan perilaku makan yang baik dan 43,1% sudah menjalankan perilaku makan yang baik. Dari hasil penelitian ini terdapat hubungan antara body image dan perilaku makan dengan status gizi remaja putri.

Ketika mencapai puncak kecepatan pertumbuhan, remaja biasanya makan lebih sering dalam jumlah yang banyak. Sesudah masa pertumbuhan yang cepat (growth spurt), biasanya mereka akan lebih memerhatikan penampilan dirinya terutama remaja putri. Mereka sering kali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam menjaga penampilannya, sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi. Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan remaja, akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang (Adriani, 2012).

Menurut Sediaoetama (dalam, Vivi 2004), Jumlah atau porsi makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi remaja yaitu:

Tabel 2.1. Jenis dan Porsi Makanan yang Dianjurkan pada Usia 15-18 Tahun Makan pagi (Pukul 06.00-07.00 WIB) Makan siang ( (Pukul13:00-14:00WIB) Makan malam (Pukul 20:00 WIB)

Nasi 1 porsi 100gr beras Telur 1 butir 50gr Susu sapi 200gr

Nasi 2 porsi 200gr beras Daging 1 porsi 50gr Tempe 1 porsi 100 gr Buah 1 porsi 75gr

Nasi 1 porsi 100gr beras Daging 1 porsi 50gr Tahu 1 porsi 100gr Sayur 1 porsi 100gr Buah 1 porsi 100gr Susu skim 1 porsi 20gr Sumber : Sediaoetama, 2004

Untuk menerapkan pola makan yang sehat, anda perlu memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan tersebut. Cukup kalori untuk menjaga tubuh bertenaga, sedangkan pada saat yang sama, anda perlu memastikan makanan tersebut mengandung protein, karbohidrat, dan lemak dalam jumlah yang seimbang. Anda perlu memilih makanan yang sehat dari ketiga kategori makanan itu. Kualitas dan kuantitas makanan berpengaruh terhadap pengaturan selera makan (Roizen, 2012).

Suatu saat, ketika ketidakseimbangan sedikit saja pada organ-organ tubuh ini makan akan banyak berdampak pada kenyamanan hidup kita, timbulnya penyakit misalnya, penyakit tentu akan membuat sistem dalam tubuh kita menjadi tidak seimbang dan pada gilirannnya tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam pola makan adalah :

1. Jumlah atau porsi makanan yang kita konsumsi 2. Jenis-jenis makanan yang dikonsumsi

Pola makan yang sehat adalah pola makan yang tidak berlebihan porsinya dan terdiri dari jenis-jenis makanan yang sehat dan beragam. Keanekaragaman jenis makanan yang dikonsumsi bermanfaat untuk mendapatkan kesempurnaan zat gizi penting bagi tubuh. Selain itu, mengingat masing-masing organ tubuh kita mempunyai fungsi yang khusus untuk menjalankan proses-proses tertentu ( proses kimia, fisika, biologis, dan lain-lain) maka sangat penting untuk mengetahui bagaimana dan kapan proses-proses penting dalam tubuh kita terjadi. Hal ini perlu diketahui karena akan berpengaruh pada optimal atau tidaknya penyerapan gizi makanan yang kita konsumsi. Sehingga zat-zat gizi yang kita makan tidak akan terbuang percuma karena makanan yang kita konsumsi tidak tepat waktu ( Sutanto, 2013).

Diet sangat erat hubungannya dengan kesehatan tubuh kita. Menjaga pola hidup sehat khususnya pola makan merupakan hal yang sangat penting bagi kita semua (Saraswati, 2013).

2.3.1 Gangguan Pola Makan

Remaja yang melakukan diet bahkan ketika mereka memiliki berat badan normal, dapat mengancam status gizi mereka dalam hal kehilangan sejumlah besar lemak. Kehilangan lemak tersebut dapat mengakibatkan amenorea, ketosis, massa tubuh berkurang, jaringan otot berkurang tanpa lemak, mengurangi angka metabolisme basal, kelelahan, lekas marah, insomnia, kurang konsentrasi, dan kegagalan pertumbuhan. Selain itu, diet intermiten pada remaja obesitas dapat menurunkan kebutuhan energi basal dan membuat penurunan berat badan lebih sulit.Gangguan makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia nervosa biasanya

didahului oleh diet.Akibatnya, diet dianggap sebagai faktor risiko yang penting untuk pengembangan gangguan makan (Savige, 2007).

Gangguan perilaku makan terdiri atas dua yaitu anoreksia nervosa dan bulimia. Berikut penjelasan yang saya rangkum dari beberapa literatur yaitu:

2.3.1.1 Anoreksia Nervosa

Anoreksia nervosa, adalah salah satu gangguan makan dengan prevalensi sebesar 0.48% hingga 0.70% pada remaja wanita dan merupakan gangguan serius yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis. Dampak gangguan fisik antara lain terhambatnya pertumbuhan, keterlambatan atau gangguan puberitas, dan pengurangan massa tulang. Dampak fisik juga bisa dilihat dari besarnya tingkat kematian akibat anoreksia di Amerika Serikat, yaitu diperkirakan sebesar 5.6% per dekade, dimana sekitar setengah kematian disebabkan karena gagal jantung dan setengahnya lagi karena bunuh diri. Sedangkan dampak psikologis seperti kondisi penyerta psikologis yang umum, antara lain gangguan depresi, kecemasan, termasuk gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan kepribadian (Lock, 2010).

Prevalensi anoreksia diperkirakan sebesar 0.3% pada remaja perempuan dan dewasa muda di Amerika Serikat, prevalensinya meningkat selama transisi dari remaja ke dewasa muda. Badan statistik Kanada memperkirakan sekitar 0.5%-4% wanita akan mengalami anoreksia selama hidup mereka, dan mereka yang kebanyakan dirawat karena keluhan anoreksia sebagian besar adalah remaja. Namun, hanya sepertiga dari penderita anoreksia yang menjalani pengobatan mental (Bell, 2010).

Dokumen terkait