TAHUN 2014
SKRIPSI
Oleh:
LAILA APRIANI HASANAH HARAHAP 121021025
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
LAILA APRIANI HASANAH HARAHAP 121021025
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Banyak remaja putri yang menginginkan tubuh yang lebih tinggi dan langsing dengan melakukan perubahan makan. Hal ini membuat remaja yang menginginkan tubuh ideal melakukan diet yang terlalu ketat. Akan tetapi pola makan yang di lakukan selama diet menurunkan berat badan tidak sesuai dengan kebutuhan zat gizi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola makan dan status gizi remaja putri yang melakukan diet untuk menurunkan berat badan di SMA Negeri 7 Medan.
Jenis peneltian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan desain Cross Sectional. Populasi adalah seluruh siswa kelas X dan XI yang memenuhi kriteria inklusi (yaitu remaja putri yang melakukan diet menurunkan berat badan). Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan remaja putri yang berdiet menurut jenis pangannya belum beraneka ragam, sedangkan frekuensi makan utama remaja putri umumnya >1x/hari. Tingkat kecukupan energi dan protein pada umumnya pada kategori defisit. Status gizi remaja putri yang berdiet berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur pada umumnya normal (83,9%), tetapi masih dijumpai status gizi dengan kategori kurus (7,1%) dan gizi lebih (8,9%).
Dari hasil penelitian disarankan sebaiknya kepada pihak Puskesmas setempat agar melakukan penyuluhan kepada siswi SMA Negeri 7 Medan dengan materi perilaku diet sehat. Kepada remaja putri agar dapat melakukan diet sehat dengan mengatur pola konsumsi dan aktivitas sehingga sesuai dengan kecukupan energi dan protein yang dianjurkan.
Many adolescent girls want to higher and thin their body by dieting. This thing make the adolescentwanna idealist then they do diet truly. But the diet is during weight loss dieting doesn’t fit the nutrient requirements.The purpose of this study is to understand the diet and nutritional status of adolescent girlsdo weight loss dieting in senior high school 7 Medan.
This study is descriptif with cross sectional design. Population is all the students of 1st grade and 2stgrade( that the girl adolescents who go on a diet). Sample in this research is the total sampling.
The result showed that the diet ofadolescent girlswho diet according the type of its food hasn’t varied, while the frequency of the main food of adolescent in general >1x/day. A deavacy of energy and protein levels are generally in the category of defict. Nutrient status adolescent of girls who go on a diet according body mass index (BMI) by age in generally. Normally (83,9%) but still found the diet with the skinny category (7,1%) and over weight (8,9%).
From the result of observation should advised to the health center around to do counseling to student senior high school 7 Medan, about the healthy diet. To adolescent girlsin order to go on the healthy diet and managed the consumption pattern an activing so in accordance with the adequancy of the recommended energy and protein.
Nama : Laila Apriani Hasanah Harahap
Tempat/Tanggal lahir : Medan, 11 April 1991
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Jumlah Bersaudara : 5 orang
Alamat Rumah : Jl. Tuba IV Gg.Pembangunan VI No 4 Medan
Riwayat Pendidikan :
1. Tahun 1996-2002 : Sd Swasta Gimin
2. Tahun 2002-2005 : Smp Negeri 6 Medan
3. Tahun 2005-2008 : Sma Negeri 1 Medan
4. Tahun 2008-2011 : Diii- Kebidanan Politehnik Kesehatan Kemenkes
Medan
ridho yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penelitian
skripsi ini yang berjudul “ Gambaran Pola Makan dan Status Gizi Remaja Putri Yang Melakukan Diet Penurunan Berat Badan di SMA Negeri 7 Medan Tahun 2014”. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawa umat manusia kealam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih ada kekurangannya. Hal
ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis sebagai manusia yang memiliki
keterbatasan.
Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran
dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan kepada yang terhormat, yaitu:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi selaku Ketua Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat dan selaku Dosen pembimbing I yang penuh perhatian
membimbing dengan memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian
skripsi ini.
3. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku Dosen pembimbing II yang penuh
petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis demi kesempurnaan skripsi
penulis.
5. Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, MSi selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan nasehat selama penulis menjadi mahasiswa
bimbingan beliau.
6. Bapak Drs. H. Muhammad Daud, MM selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 7
Medan yang telah memberikan izin penelitian di sekolah tersebut.
7. Semua Dosen dan Pegawai Administrasi di lingkungan FKM USU, khususnya
pada Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU dan Bang Marihot
yang telah banyak memberikan masukan serta informasi dan membantu dalam
segala urusan administrasi.
8. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai SMA Negeri 7 Medan atas kerjasama
yang baik dan banyak memberikan bantuan keringanan dalam melakukan
penelitian ini.
Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ayahanda tercinta Drs. Murgap Harahap, MSc dan ibunda tercinta Dra.
Romaito Siregar yang telah menjadi panutanku selama ini dan
memberikan semangat dan dorongan serta doa’ yang tak henti-hentinya
menyertaiku dalam melanjutkan pendidikan Sarjana ini di FKM USU.
2. Kakakku Vina Indah Sari Hrp dan Sri Marina Hrp yang telah memberikan
3. Kepada Adico Notareza, Nandara, Sartika, Meta, Damira, Ayu, Rara, Petty,
Mutia, Very, yang selalu membantu, mendampingi dalam susah maupun
senang, dan mendukungku serta memberikan motivasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Teman-teman seperjuangan Fitri, Juspen, Yanti, Putri, kak Betesda, serta
teman-teman satu peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat yang membantu
penulis serta memberikan masukan, kritik dan saran serta bersama-sama
berjuang dengan penuh semangat untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang
telah banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat.
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Karunia-Nya kepada
kita semua dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua,
Amin.
Medan, Oktober 2014 Penulis
HALAMAN SAMPUL HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK ... ... i
ABSTRACT ... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... ... iv
DAFTAR ISI ... ... vii
DAFTAR TABEL ... ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BABII TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Remaja ... 6
2.1.1 Pertumbuhan dan Perkembangan pada masa Remaja ... 6
2.1.1.1 Pertumbuhan Fisik ... 6
2.1.1.2 Perkembangan Psikososial ... 7
2.1.2 Kebutuhan Gizi Remaja ... 9
2.1.2.1 Karbohidrat ... 10
2.1.2.2 Protein ... 10
2.1.2.3 Lemak ... 11
2.1.2.4 Vitamin ... 11
2.1.2.5 Mineral ... 12
2.1.3 Obesitas ... 12
2.1.3.1 Gambaran Citra tubuh pada remaja yang obesitas ... 13
2.2 Diet ... 14
2.2.1 Jenis Perilaku Diet ... 15
2.2.1.1 Diet Sehat ... 15
2.2.1.2 Diet Tidak Sehat ... 17
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet 17 2.2.2.1 Jenis Kelamin ... 17
2.2.2.2 Media Massa ... 18
2.2.3 Dampak Perilaku Diet ... 18
2.2.3.1 Dampak Biologis ... 18
2.2.3.2 Dampak Psikologis ... 19
2.3.1.2 Bulimia Nervosa ... 24
2.3.2 Aspek-aspek Pola Makan ... 25
2.3.2.1 Keteraturan Makan ... 25
2.3.2.2 Kebiasaan Makan ... 26
2.3.2.3 Alasan Makan ... 26
2.3.2.4 Jenis makanan yang dimakan ... 26
2.4 Status Gizi ... 26
2.4.1 Metode penilaian Konsumsi Pangan ... 30
2.4.1.1 Metode ingatan 24 jam ... 30
2.4.1.2 Metode Frekuensi Konsumsi Pangan . 31 2.5 Kerangka Teori ... 32
2.6 Kerangka Konsep ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
3.1 Jenis dan rancangan penelitian ... 34
3.2 Lokasi dan Waktu penelitian ... 34
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 34
3.2.2 Waktu Penelitian ... 34
3.3 Populasi dan Sampel ... 34
3.3.1 Populasi ... 34
3.3.2 Sampel ... 35
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 35
3.4.1 Data Primer ... 35
3.4.2 Data Sekunder ... 35
3.5 Definisi Operasional ... 36
3.6 Aspek Pengukuran ... 36
3.6.1 Pengetahuan Tentang Diet ... 36
3.6.2 Pola Makan ... 37
3.6.1.1 Metode food recall 24 jam ... 37
3.6.1.2 Metode frekuensi makanan ... 37
3.6.3 Status Gizi ... 38
3.7 Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN... ... 39
4.1 Gambaran Umum SMA Negeri 7 Medan... 39
4.1.1 Kelas Responden... 39
4.1.2 Umur Responden... 40
4.2 Diet Menurunkan Berat Badan... 40
4.3 Gambaran Pengetahuan Tentang Diet... 41
4.4 Status Gizi Remaja Putri... 42
4.5 Pola Konsumsi Makanan... 42
4.5.1.4 Sayur-Sayuran... 44
4.5.1.5 Buah-Buahan... 45
4.5.2.6 Susu... 45
4.6 Angka Kecukupan Gizi (AKG) ... 46
4.6.1 Kecukupan Energi... 46
4.6.2 Kecukupan Protein... 46
4.7 Tabulasi Silang Antara Cara Berdiet Menurunkan Berat Badan dan Status Gizi... 47
4.8 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Tentang Diet dan Status Gizi... 48
BAB V PEMBAHASAN... 49
5.1 Diet Menurunkan Berat Badan... 49
5.2 Pengetahuan Tentang Diet... 49
5.3 Pola Konsumsi Makanan Remaja Putri... 50
5.3.1 Jenis dan Frekuensi Makan Remaja Putri.. 50
5.4 Tingkat Kecukupan Gizi Remaja Putri... 52
5.4.1 Tingkat Kecukupan Energi... 52
5.4.2 Tingkat Kecukupan Protein... 53
5.5 Status Gizi... 54
5.6 Tabulasi Silang Antara Cara Berdiet Dengan Status Gizi... 55
5.7 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Tentang Diet Dengan Status Gizi... 55
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 56
6.1 Kesimpulan…... 56
6.2 Saran... 57
Halaman
Tabel 1 Jenis dan Porsi Makanan yang Dianjurkan pada Usia 15-18 Tahun 21
Tabel 2 Angka Kecukupan Gizi Usia Remaja 29
Tabel 3 Status gizi, berat badan dan indeks masa tubuh 30
Tabel 4 Distribusi Remaja Putri Yang Melakukan Diet Berdasarkan
Kelompok Kelas di SMA Negeri 7 Medan Tahun 2014 40
Tabel 5 Distribusi Remaja Putri Yang Melakukan Diet Berdasarkan Umur
di SMA Negeri 7 Medan Tahun 2014 40
Tabel 6 Distribusi Cara Diet Menurunkan Berat Badan yang dilakukan Remaja
Putri di SMA Negeri 7 Medan Tahun 2014 41
Tabel 7 Distribusi Remaja Putri Yang Melakukan Diet Berdasarkan
Pengetahuan Tentang Diet di SMA Negeri Medan 7 Tahun 2014 41
Tabel 8 Distribusi Status Gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Menurut Umur Pada Remaja Putri SMA Negeri 7 Medan Tahun 2014 42
Tabel 9 Distribusi Frekuensi dan Jenis Konsumsi Makanan Pokok Pada
Remaja Putri di SMA Negeri Medan 7 Tahun 2014 42
Tabel 10 Distribusi Frekuensi dan Jenis Konsumsi Lauk Hewani Pada Remaja
Putridi SMA Negeri Medan 7 Tahun 2014 43
Tabel 11 Distribusi Frekuensi dan Jenis Konsumsi Lauk Nabati Pada Remaja
Putri di SMA Negeri Medan 7 Tahun 2014 43
Tabel 12 Distribusi Frekuensi dan Jenis Konsumsi Sayur-sayuran Pada Remaja Putri di SMA Negeri Medan 7 Tahun 2014 44
Tabel 13 Distribusi Frekuensi dan Jenis Konsumsi Buah-buahan Pada Remaja
Putri di SMA Negeri Medan 7 Tahun 2014 44
Tabel 14 Distribusi Frekuensi Konsumsi Susu Sapi Pada Remaja Putri
Tabel 16 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Remaja Putri di SMA Negeri 7
Medan Tahun 2014 46
Tabel 17 Tabulasi Silang Antara Cara Berdiet Menurunkan Berat Badan dan
Status Gizi 47
Lampiran 1 : KuesionerPenelitian
Lampiran 2 : FormulirMethode Recall
Lampiran 3 : FormulirFood Frequency
Lampiran 4 : Master Tabel
Lampiran 5 : DistribusiFrekuensi
Lampiran 6 : SuratIzinPenelitian
Banyak remaja putri yang menginginkan tubuh yang lebih tinggi dan langsing dengan melakukan perubahan makan. Hal ini membuat remaja yang menginginkan tubuh ideal melakukan diet yang terlalu ketat. Akan tetapi pola makan yang di lakukan selama diet menurunkan berat badan tidak sesuai dengan kebutuhan zat gizi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola makan dan status gizi remaja putri yang melakukan diet untuk menurunkan berat badan di SMA Negeri 7 Medan.
Jenis peneltian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan desain Cross Sectional. Populasi adalah seluruh siswa kelas X dan XI yang memenuhi kriteria inklusi (yaitu remaja putri yang melakukan diet menurunkan berat badan). Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan remaja putri yang berdiet menurut jenis pangannya belum beraneka ragam, sedangkan frekuensi makan utama remaja putri umumnya >1x/hari. Tingkat kecukupan energi dan protein pada umumnya pada kategori defisit. Status gizi remaja putri yang berdiet berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur pada umumnya normal (83,9%), tetapi masih dijumpai status gizi dengan kategori kurus (7,1%) dan gizi lebih (8,9%).
Dari hasil penelitian disarankan sebaiknya kepada pihak Puskesmas setempat agar melakukan penyuluhan kepada siswi SMA Negeri 7 Medan dengan materi perilaku diet sehat. Kepada remaja putri agar dapat melakukan diet sehat dengan mengatur pola konsumsi dan aktivitas sehingga sesuai dengan kecukupan energi dan protein yang dianjurkan.
Many adolescent girls want to higher and thin their body by dieting. This thing make the adolescentwanna idealist then they do diet truly. But the diet is during weight loss dieting doesn’t fit the nutrient requirements.The purpose of this study is to understand the diet and nutritional status of adolescent girlsdo weight loss dieting in senior high school 7 Medan.
This study is descriptif with cross sectional design. Population is all the students of 1st grade and 2stgrade( that the girl adolescents who go on a diet). Sample in this research is the total sampling.
The result showed that the diet ofadolescent girlswho diet according the type of its food hasn’t varied, while the frequency of the main food of adolescent in general >1x/day. A deavacy of energy and protein levels are generally in the category of defict. Nutrient status adolescent of girls who go on a diet according body mass index (BMI) by age in generally. Normally (83,9%) but still found the diet with the skinny category (7,1%) and over weight (8,9%).
From the result of observation should advised to the health center around to do counseling to student senior high school 7 Medan, about the healthy diet. To adolescent girlsin order to go on the healthy diet and managed the consumption pattern an activing so in accordance with the adequancy of the recommended energy and protein.
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah kelompok manusia yang berada diantara usia 12-21 tahun.
Pada masa ini individu mengalami perkembangan psikologi danpolai dentifikasi dari
anak-anak menjadi dewasa. Selain itu, terjadi peralihan dari ketergantungan social
dan ekonomi yang penuh kepada orang tua menuju keadaan yang relative lebih
mandiri. Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan psikis yang sangat signifikan.
Perubahan fisik ditandai dengan pertumbuhan badan yang pesat dan matangnya organ
reproduksi. Laju pertumbuhan badan berbeda antara remaja putra dan remaja putri.
Remaja putrid mengalami percepatan lebih dulu dibandingkan remaja putra
(Proverawati, 2010).
Banyak remaja putri yang tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Bentuk tubuh
yang tinggi dan langsing merupakan hal yang di inginkan oleh remaja putri. Pada
kenyataannya, saat ini banyak remaja putri mengalami obesitas. Penelitian Tarigan
yang dilakukan di Yogyakarta menunjukkan hasil bahwa 67% remaja obesitas dan
33% remaja yang tidak obesitas yang mengatakan ketidakpuasannya terhadap bentuk
tubuhnya.
Banyak remaja putri yang menginginkan tubuh yang lebih tinggi dan langsing
dengan melakukan perubahan makan. Hal ini membuat remaja yang menginginkan
tubuh ideal melakukan diet yang terlalu ketat. Penelitian di Asia, yang dilakukan di
72,9% remaja putri yang berdiet menerapkan perilaku diet yang tidak sehat dan
menyebabkan perilaku makan menyimpang (eating disorder) (Suka, et.al, 2006).
Berbagai penelitian banyak dilakukan untuk mengetahui prevalensi diet
menurunkan berat badan yang dilakukan oleh remaja putri dan seluruh hasil
penelitian menunjukkan tingginya prevalensi diet yang dilakukan oleh remaja putri.
Hasil survey Neumark sztaimer, et. al di Amerika Serikat yang dilakukan oleh
populasi remaja putri (12-17tahun) yang berasal dari 4 negara bagian yang
menunjukkan bahwa remaja putri yang melakukan diet sebesar 44%(Brown, 2005).
Akan tetapi pola makan yang di lakukan selama diet menurunkan berat badan
tidak sesuai dengan kebutuhan zat gizi. Remaja putri sering mempraktikkan diet
dengan cara yang kurang benar seperti melakukan pantangan-pantangan, mengurangi
frekuensi makan untuk mencegah kegemukan. Beberapa remaja khususnya remaja
putri sering mengonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak seimbang dibandingkan
dengan kebutuhannya karena takut kegemukan (Arisman, 2004).
Remaja merupakan kelompok yang rentan pada masalah kesehatan terutama
masalah gizi. Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan. Pertama,
percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi
yang lebih banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut
penyesuaian masukan energi dan zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam
olahraga, kecanduan alkohol dan obat, serta meningkatnya kebutuhan, disamping
tidak sedikit remaja yang makan berlebihan yang menimbulkan obesitas (Arisman,
Diet yang dilakukan remaja, bukannlah hal yang dapat disepelekan. Saat
remaja adalah saat tubuh seseorang mengalami perkembangan pesat dan seharusnya
mendapatkan asupan gizi yang cukup yang dibutuhkan untuk berkembang. Kebiasaan
diet yang mereka lakukan dapat membatasi masukan gizi yang mereka butuhkan agar
tubuh dapat tumbuh.
Dampak gangguan makan pada remaja tergantung pada berat dan lamanya
gangguan makan yang terjadi. Jika gangguan terjadi dalam waktu beberapa hari saja
dapat menyebabkan remaja kekurangan energi akan tetapi bila hal ini berlangsung
lama dapat berakibat hambatan pertumbuhan dan perkembangan bahkan kematian.
Sebuah studi dilakukan terhadap remaja putri di SMPN 1 Surabaya
menunjukkan bahwa sebesar 45% responden melakukan diet dengan tujuan
menurunkan berat badan (Arini, 2006). Sebuah penelitian yang dilakukan di jakarta
pada siswi di SMA 70 menunjukkan sebanyak 51,3% responden memiliki riwayat
diet dalam satu tahun terakhir. Alasan terbanyak yang menyebabkan mereka berdiet
adalah untuk menurunkan berat badan agar tampil lebih menarik (Kurnia, 2008).
Terkait dengan masalah gizi adalah masalah asupan makanan yang tidak
seimbang. Secara nasional, prevalensi gemuk pada remaja di Indonesia sebesar
10.8%, terdiri dari 7,3% gemuk, 3,5% sangat gemuk (obesitas) dan prevalensi kurus
11,1% terdiri dari 3,3% sangat kurus dan 7,8% kurus. Perubahan data Riskesdas dari
tahun 2010 ke 2013 pada prevalensi remaja gemuk yaitu pada tahun 2010 remaja
gemuk 1,4% dan pada tahun 2013 remaja gemuk 7,3%. Data ini menunjukkan bahwa
setiap tahun semakin banyak remaja yang tidak seimbang dalam mengatur pola
Di Sumatera Utara prevalensi status gizi remaja berdasarkan indeks masa
tubuh (IMT) diperoleh data sangat kurus 3,1%, kurus 7,8%, normal 75,6% dan
gemuk 11% dan sangat gemuk/obesitas 2,5%. Prevalensi kekurusan dan kegemukan
lebih tinggi diperkotaan dibandingkan di pedesaan yaitu 9,7% dan 8,0%. (Riskesdas,
2013).
Kota Medan merupakan salah satu kota besar di Indonesia, dimana sumber
informasi sangat mudah diperoleh yang akan mempengaruhi gaya hidup masyarakat
terutama remaja yaitu remaja putri yang sangat memperhatikan penampilan. Remaja
sebagai suatu masa transisi dari anak-anak ke dewasa sangat peka terhadap informasi
dan perubahan lingkungan yang berdampak terhadap perilaku kesehatan.
Pada survei awal yang peniliti lakukan di SMAN 7 Medan. Dari 8 siswi yang
saya wawancarai secara langsung, ada 5 siswi yang melakukan diet untuk
menurunkan berat badan. Mereka mulai melakukan diet saat memasuki tingkat SMA,
dengan alasan pengaruh teman sebaya yang banyak memperhatikan penampilannya,
dengan cara berdiet untuk menjaga berat badan agar mendapatkan tubuh yang ideal.
Selama diet mereka hanya makan utama sehari sekali yaitu pada siang hari. Mereka
tidak makan cemilan. Mereka juga menghindari mengonsumsi daging karena menurut
mereka daging sumber lemak yang dapat membuat berat badan mereka bertambah.
Mereka merasa sedikit lemas, mengaku mudah lelah. Kegiatan mereka yaitu masuk
sekolah mulai dari jam 07:30 dan pulang 14:00, setelah sekolah beberapa siswi
melakukan les tambahan di luar sekolah. Dengan diet yang mereka lakukan
Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “ Gambaran pola makan dan status gizi
remaja putri yang melakukan diet menurunkan berat badan di SMA Negeri 7 Medan”.
1.2 PerumusanMasalah
Berdasarkanlatarbelakangtersebutmakarumusanmasalahpenelitianiniadalahba
gaimana gambaran pola makan dan status gizi remaja putri yang melakukan diet
menurunkan berat badan di SMA Negeri 7 Medan.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 TujuanUmum
Mengetahui gambaran pola makan dan status gizi remaja putri yang
melakukan diet untuk menurunkan berat badan di SMAN 7 Medan.
1.3.2 TujuanKhusus
Mengetahui pengetahuan tentang diet pada remaja putri di SMAN 7 Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi remaja
putri mengenai gambaran pola makan dan status gizi pada remaja putri
yang diet menurunkan berat badan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi, khususnya penelitian
yang berhubungan dengan pola makan dan status gizi pada remaja putri
2.1 Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa
dewasa dengan rentang usia berusia 12-21 tahun, yang mencakup perubahan
biologis, kognitif, dan sosial ekonomi (Santrock, 2003). Seorang remaja haruslah
sehat dan bertanggung jawab yaitu sehat secara fisik, psikologi, dan secara sosial.
Pada masa remaja, pertumbuhan dan perkembangan terjadi dengan cepat, baik
anatomis tubuhnya maupun psikis. Banyak jenis penyakit dan gangguan pada tubuh
yang disebabkan oleh kebiasaan salah sejak masa remaja, sehingga sulit mengubah di
saat dewasa seperti pola makan yang tidak sehat, pola tidur yang tidak baik, serta
kurang olahraga (Roizen, 2012).
2.1.1 Pertumbuhan dan Perkembangan pada Masa Remaja 2.1.1.1 Pertumbuhan Fisik
Proses perkembangan fisik dari usia anak menjadi dewasa disebut pubertas.
Pertumbuhan meningkat menjelang masa remaja, dan akhirnya pada masa remaja
terjadi laju pertumbuhan yang cepat seperti pada bayi. Masa remaja merupakan waktu
tumbuh cepat kedua setelah bayi. Saat terjadinya perubahan laju pertumbuhan ini
sangat bervariasi (Almatsier, 2011).
Menurut Brown (dalam Yulianti, 2005), Pertumbuhan fisik yang terjadi pada
remaja adalah pertumbuhan berat badan dan tinggi badan. Pada remaja puncak
pertambahan berat badan terjadi selama growth spurt ( pertumbuhan cepat). Remaja
umur 12,5 tahun dan kenaikan berat badan mulai stabil setelah mengalami menarche
dan saat menginjak masa remaja akhir kenaikan berat badan berkisar 6,3 kg. Pada
remaja putri mengalami perubahan drastis pada komposisis tubuh sepanjang masa
pubertas. Masa otot mengalami penurunan sebesar 14% sedangkan komposisi lemak
dalam tubuh meningkat 11%, hal ini wajar terjadi pada remaja putri untuk
pertumbuhan dan perkembangan seksualnya. Namun remaja putri memandang negatif
dan diikuti dengan ketidakpuasan terhadap berat badan, sehingga memicu mereka
melakukan perilaku kesehatan yang buruk.
2.1.1.2 Perkembangan Psikososial
Berdasarkan perkembangan psikososial, remaja dibagi menjadi tiga periode
yaitu remaja awal, remaja menengah, dan remaja akhir (Brown, 2005):
1. Remaja awal, usia 12-14 tahun
Karakteristik remaja awal adalah mengalami percepatan pertumbuhan fisik
dan seksual. Mereka kerap kali membandingkan sesuatu dengan teman sebaya dan
sangat mementingkan penerimaan oleh teman sebaya, hal ini mengakibatkan
kemandirian dan cenderung mulai mengabaikan pengaruh yang berasal dari
lingkungan rumah.
2. Remaja menengah, usia 15-17 tahun
Remaja menenga memiliki karakteristik yaitu berkembangnya kesadaran
terhadap identiras diri. Khususnya pada remaja putri mereka mulai memperhatikan
pertumbuhan fisik dan memiliki citra tubuh yang cenderung salah. Hal ini
menimbulkan ketidakpuasan pada bentuk tubuh sehingga menyebabkan mereka mulai
mementingkan menghabiskan waktu di luar lingkungan rumah dan lebih terpengaruh
oleh teman sebaya. Tekanan sosial yang timbul untuk menjadi kurus merupakam hal
yangn sangat sulit dilakukan untuk sebagian besar remaja putri, hal ini tentu saja akan
meningkatkan pergolakan tekanan seksual dan sosial. Mereka berusaha diterima dan
mendapatkan dukungan dari teman sebaya dan orang tua.
3. Remaja akhir, usia 18-21 tahun
Remaja akhir ditandai dengan kematangan atau kesiapan menuju tahap
kedewasaan dan lebih fokus opada masa depan baik pendidikan, pekerjaan, seksual,
dan individu. Karakteristik remaja akhir umumnya sudah nyaman dengan nilai
dirinya dan pengaruh teman sebaya sudah berkurang.
Remaja putri adalah kelompok populasi yang rawan terhadap defisiensi gizi
khususnyadefisiensi zat besi.Pada saat remaja putri sedang dalam masa pertumbuhan
puncak (peakgrowth)dibutuhkan zat besi yang lebih tinggi yaitu untuk kebutuhan
basal tubuh dan pertumbuhan itu sendiri. Satu tahun setelah peak growth, remaja putri
biasanya akan mengalami haid pertama (menarche). Kebutuhan zat besi yang lebih
tinggi pada saat peak growthakan menetap karena selanjutnya diperlukan untuk
menggantikan zat besi yang hilang pada saat menstruasi atau haid (Briawan 2008).
Pada saat remaja putri memulai masa menstruasi, kebutuhan akan zat besi
meningkatkan secara drastis. Peningkatan kebutuhan zat besi tersebut lebih besar
dibandingkan dengan remaja putra. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja
banyak mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi makanan sehari-harinya.
Disamping itu, juga kekurangan vitamin B6, seng, asam folat, iodium, vitamin D, dan
magnesium dalam diet sehari-harinya (Andri, 2013).
2.1.2 Kebutuhan Gizi Remaja
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara
fisik, mental, maupun aktivitas yangs emakin meningkat, makan kebutuhan akan
makanan yang mengandunfg zat-zat gizi pun menjadi cukup besar. Dibandingkan
dengan fase-fase lainnya (bayi, balita, anak-anak, dewasa, dan manula), total
kebutuhan zat-zat gizi selama masa remaja relatif lebih besar, kecuali pada masa
menyusui dan kehamilan. Agar tubuh tetap sehat serta tumbuh berkembang dengan
baik, sebaiknya remaja mengonsumsi makanan yang sesuai dengan kecukupan gizi
yang dianjurkan (Andri, 2013).
Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada
Recomended Daily Allowwance (RDA). Banyaknya energi yang dibutuhkan oleh
remaja dapat diacu pada tabel RDA. Secara garis besar, remaja putra membutuhkan
lebih banyak energi dibandingkan remaja putri (Arisman, 2004).
Kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh remaja putri memuncak pada usia 12
tahun (2.550 kkal), kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun.
Kebutuhan energi tersebut sebagian besar diperlukan untuk mempertahankan
kebutuhan zat gizi di dalam tubuh dan aktifitas fisik daripada untuk
pertumbuhan.fisik. Remaja yang kurang aktif dapat menjadi kelebihan berat badan
atau obesitas, walaupun asupan energi lebih rendah dari kebutuhan yang
direkomendasikan. Sebaliknya pada remaja yang sangat aktif akan membutuhkan
energi yang kurang dapat terjadi karena sumbernya, kebutuhan yang meningkat atau
pada penyakit kronis (Soetjiningsih, 2004).
Untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia dan untuk memperoleh
energi agar manusia dapat melakukan kegiatan fisiknya sehari-hari, maka tubuh
manusia harus dipenuhi kebutuhan zat-zat makanan atau zat-zat gizinya.Zat-zat
makanan yang diperlukan itu dapat dikelompokkan menjadi enam macam, yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air (Kartasapoetra &
Marsetyo,2005).
2.1.2.1 Karbohidrat
Karbohidrat memegang peranan penting dalam kehidupan karena merupakan
sumber energi utama bagi manusia yang harganya relatif murah (Almatsier, 2001).
Budiyanto (2004) juga menyatakan bahwa karbohidrat selain murah juga
mengandung serat-serat yang sangat bermanfaat sebagai diet (dietary fiber) yang
berguna bagi pencernaan dan kesehatan manusia.Sumber karbohidrat yang banyak
dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi, singkong,
talas dan sagu (Almatsier, 2001).
2.1.2.2 Protein
Protein merupakansuatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena
zat ini berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur.Protein juga mensuplai
sekitar12-14% asupan energi selama masa remaja.Kebutuhan protein sehari yang
direkomendasikan pada remaja berkisar antara 44-59g, tergantung pada jenis
0,8g/kg. Rata-rata asupan sehari protein untuk wanita adalah 65 g/hari (Soetjiningsih,
2004).
Secara umum dikenal dua jenis protein yaitu protein hewani yang berasal dari
hewan dan protein nabati yang berasal dari tumbuhan. Protein hewani dapat diperoleh
dari berbagai jenis makanan seperti ikan, daging, telur dan susu. Protein nabati
terutama berasal dari kacang-kacangan serta bahan makanan yang terbuat dari
kacang. Seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah,
oncom,tahu dan tempe (Nurachmah, 2001).
2.1.2.3 Lemak
Kebutuhan lemak pada remaja dihitung sekitar 37% dari asupan energi total
remaja,baik laki-laki maupun perempuan.Remaja sering mengkonsumsi lemak yang
berlebih.Sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah gizi.Cara yang dipergunakan
untuk mengurangi diet berlemak adalah dengan memanfaatkan anekabuah dan sayur
serta produk padi-padian dan sereal, juga dengan memilih produk makanan yang
rendah lemak (Soetjiningsih, 2004).
2.1.2.4 Vitamin
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah
sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentukoleh tubuh.Vitamin termasuk
kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan.Tiap vitamin
mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh.Karena vitamin adalah zat organik maka
vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier, 2001).
Vitamin dapat diperoleh dari sayuran dan buah-buahan.Kandungan vitamin
makanan serta menjaga keseimbangan cairan tubuh.Biasanya banyak remaja yang
kurang suka makan sayuran dan buah-buahan.Padahal, makanan tersebut sangat
bermafaat bagi tubuh. Vitamin yang yang dibutuhkan antara lain adalah vitamin B6,
B12, asam folat, A, C, D dan E (Choco, 2009).
2.1.2.5 Mineral
Mineral merupakan zat-zat anorganik yang masukke dalam tubuh
berbentukgaram-garam mineral dan bersatu dengan zat organik dalam makanan.
Unsur mineral ini sedikit sekali diperlukan tubuh, tetapi mutlak
dibutuhkan.Kekurangan unsur mineral dapat mengakibatkan berbagai gangguan
kesehatan (Fatimah, 2006).
Pada masa remaja kebutuhan akan semua mineral juga meningkat.
Peningkatan akan zat besi dan kalsium paling mencolok karena kedua mineral ini
merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot. Asupan kalsium
yangdianjurkan sebesar 800 mg (praremaja) sampai 1.200 mg (remaja).
2.1.3 Obesitas
Obesitas pada masa remaja dapat disebabkan faktor psikologis, fisiologis
maupun adat istiadat. Makin lama remaja mengalami obesitas, makin besar
kecenderungannya menjadi obesitas sampai dewasa. Pendidikan tentang
penanggulangan kegemukan dapat dibuat lebih efektif dengan melalui berbagai cara
pendekatan, misalnya melalui organisasi pemuda atau kelompok olah raga. Agar
berhasil, program terapi harus meliputi diet, olah raga, dan dukungan psikologis
2.1.3.1 Gambaran Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas
Obesitas atau kegemukan merupakan suatu masalah yang ditakuti oleh para
remaja. Remaja obesitas yang dijauhi oleh teman-temannya memiliki kecenderungan
untuk mengalami rasa putus asa yang besar. Hubungan antara obesitas dengan gejala
psiko logismerupakan suatu lingkaran yang tidak terputus. Masalah psikologisyang
paling umum didapatkan adalah cemas, ganggguan makan. Depresi pada obesitas
dapat muncul karena pertentangan batin antara keinginan untuk memperoleh bentuk
tubuh yang ideal dan kenyataan yang ada. Bagi remaja putri yang mengalami
obesitas, masalah yang sering kali muncul adalah kepercayaan diri yang rendah dan
kondisi ini berbeda jika dibandingkan dengan remaja putra yang lebih mengutamakan
prestasi dari pada mengurus bentuk tubuh yang ideal (Dewi, 2004).
Banyak usaha yang dilakukan para remaja putri untuk membentuk tubuh yang
ideal agar menjadi kurus. Pada umumnya mereka melakukan diet, berolahraga,
melakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat pelangsing dan lain-lain. Sejauh ini
remaja putri lebih menyukai diet untuk menurunkan berat badan.Tidak berbeda
dengan remaja putri, remaja putra pun sebagian mengalami masalah berat badan.
Bagi mereka yang memiliki bobot yang berlebihan dianggap akan memiliki
permasalahan yang cukup berat untuk mendapatkan perhatian dari lawan jenis.
Banyak remaja putera yang berharap dapat membuat tubuh mereka sedikit kekar atau
berotot dan keinginan itu pada sebagian remaja putra disalurkan melalui kegiatan
olahraga. Namun sayang bagi remaja yang kegemukan, olahraga merupakan kegiatan
Pada umunya remaja lebih mementingkan penampilan fisik. Bila penampilan
fisik bagus (cantik dan tidak gemuk) akan meningkatkan kepercayaan diri pada
remaja, terlebih-lebih remaja putri, maka penampilan fisik yang terlalu gemuk
(obesitas) adalah hal yang sangat ditakuti (Dewi, 2004).
Hasil penelitian dari Pope, Philips, & Olivardia (2000) menunjukkan bahwa
wanita lebih memperhatikan penampilan fisik dibandingkan pria. Penjelasan ini
bukan berarti penampilan fisik yang menarik hanya pada wanita saja tetapi para pria
pun terkadang memperhatikan penampilan mereka.
Santrock (2003) mengatakan bahwa perhatian terhadap citra tubuh seseorang
sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia 12 hingga 18 tahun, baik pada remaja
putri maupun remaja putra.
2.2 Diet
Diet adalah pengaturan makanan yang harus dimakan oleh seseorang atau
sekelompok orang. Pada dasarnya, pengaturan makanan yang dianjurkan adalah
membatasi jumlah asupan makanan jauh dibawah kebutuhan tubuh yang
bersangkutan, sehingga terjadi keseimbangan energi negatif yang disebut sebagai
defisit kalori. Dalam keadaan demikian, tubuh terpaksa memakai cadangan energi
berupa cadangan glikogen maupun cadangan lemak ( Wirakusumah, 2001).
Saat ini diet merupakan salah satu cara yang paling populer untuk
menurunkan berat badan, karena diet dapat dilakukan hampir semua orang, tidak
mahal, dan diterima secara sosial, dan tidak mendatangkan efek yang langsung terasa
Berdasarkan hasil penelitian Kurnianingsih (2009), menunjukkan sebanyak
37,4% remaja putri melakukan diet penurunan berat badan. Faktor yang
mempengaruhi yaitu, status gizi, pengetahuan gizi, pengaruh keluarga, teman sebaya,
media massa, dan tokoh idola yang menunjukkan bahwa ada nya hubungan terhadap
penurunan diet untuk menurunkan berat badan.
Diet sebagai upaya untuk mengatur asupan zat gizi di bagi dalam beberapa
jenis, yaitu:
- Menurunkan berat ( massa) badan;
Misalnya bagi model dan aktris yang ingin menjaga penampilannya.
- Meningkatkan berat ( massa) badan.
Misalnya bagi olahragawan atau atlet binaraga yang ingin meningkatkan
massa otot.
- Pantang terhadap makanan tertentu, misalnya bagi penderita diabetes( rendah
karbohidrat dan gula).
2.2.1 Jenis Perilaku Diet
Berikut dijabarkan beberapa perilaku diet sehat dan tidak sehat menurut
Kim&Lennon (2006):
2.2.1.1 Diet Sehat
Diet sehat dapat diasosiasikan dengan perubahan perilaku ke arah yang lebih
sehat, seperti mengubah pola makan dengan menkonsumsi makan rendah kalori atau
rendah lemak , dan menambah aktivitas fisik secara wajar.Diet sehat dapat membuat
seseorang memiliki tubuh ideal tanpa mendatangkan efek samping yang berbahaya
dalam tubuh namun tetap menjaga pola makan yang dianjurkan oleh pedoman gizi
seimbang (Anwar, dalam Elga, 2007). Orang yang melakukan diet untuk alasan
kesehatan akan melakukan cara yang sehat pula, misalkan mengikuti pola makan
yang dianjurkan (Kimm&Lennon, 2006).
Pola makan sehat yang dianjurkan agar pelaku diet senantiasa mendapatkan
nutrisi yang seimbang bagi tubuh mereka :
- Berbagai macam variasi dari buah-buahan dan sayuran sebaiknnya
dikonsumsi paling sedikit lima porsi sehari.
- Beberapa makanan yang mengandung karbohidrat sebaiknya dikonsumsi,
khususnya yang mengandung serat tinggi seperti roti, pasta, sereal, dan
kentang. Untuk Indonesia sendiri, Karbohidrat lebih umum dikonsumsi dalam
bentuk nasi, roti, mie, atau kentang sebagai makanan pokok yang dimakan
setiap hari (Anwar, dalam Elga, 2007).
- Daging, ikan, dan sejenisnya sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah sedang dan
lebih dianjurkan untuk memilih yang rendah lemak.
- Susu dan produk-produk olahan dari susu sebaiknya dikonsumsi dalam
jumlah yang sedang dan mengandung kadar lemak yang rendah, apabila
memungkinkan.
- Cemilan dan makanan yang mengandung gula seperti keripik kentang,
permen, dan minuman yang mengandung gula sebaiknya dikonsumsi dalam
jumlah kecil dan jarang.
-2.2.1.2Diet Tidak Sehat
Diet tidak sehat dapat diasosiasikan dengan perilaku yang membahayakan
kesehatan dapat dilakukan dengan berpuasa ( diluar niat ibadah) atau melewatkan
waktu makan dengan sengaja, penggunaan obat-obat penurun berat badan, penahan
nafsu makan, atau laxative, muntah dengan disengaja, dan binge eating. Orang-orang
yang berdiet semata-mata bertujuan untuk memperbaiki penampilan akan cenderung
menempuh cara-cara yang tidak sehat untuk menurunkan berat badan mereka
(Kimm&Lennon, 2006).
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Diet
Beberapa ahli menyatakan bahwa gambaran tubuh dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet adalah sebagai
berikut:
2.2.2.1 Jenis Kelamin
Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki masa remaja, seorang
perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya
semakin jauh dari bentuk tubuh yang ideal, sedangkan remaja laki-laki menjadi lebih
puas karena massa otot yang meningkat. (Brooks-Gunn & Paikoff dalam Santrock,
2003).
Ketidakpuasan terhadap gambaran tubuh pada remaja perempuan umumnya
mencerminkan keinginan untuk menjadi lebih langsing (Davison,Markey, & Birch
dalam Markey, 2005).Sedangkan pada remaja laki-laki ketidakpuasan terhadap
tubuhnya juga timbul karena keinginan untuk menjadi lebih besar, lebih tinggi, dan
2.2.2.2 Media Massa
Media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai
figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang.
Media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial.Anak-anak dan
remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi.Konsumsi
media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering
menggambarkan bahwa standart kecantikan perempuan adalah tubuh yang
kurusdalam hal ini berarti dengan level kekurusan yang dimiliki, kebanyakan
perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sehat. Media juga
menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memiliki tubuh yang
berotot, Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002).
2.2.3 Dampak Perilaku Diet
Menurut Raisa (dalam Hawks, 2008), Perilaku diet dapat menimbulkan
dampak bagi seseorang yaitu:
2.2.3.1Dampak Biologis
Peneliti mengatakan bahwa diet akan meningkatkan level sistemyc cortisol.
Cortisol merupakan pertanda dari timbulnya stres, yang merupakan prediktor
terhadap level rasa lapar dan hal ini merupakan faktor yang berisiko terhadap
timbulnya tulang yang rapuh.
2.2.3.2 Dampak Psikologis
Individu yang melakukan diet biasanya akan lebih depresi dan emosional
penyesuaian diri yang baik pada area sosialisasi, kematangan, tanggung jawab, dan
struktur nilai intra personal.
2.2.3.3 Dampak Kognitif
Kerusakan dalam working memory, waktu reaksi, tingkat perhatian dan
performansi kognitif dipengaruhi oleh tubuh, makanan, dan diet, yang disebabkan
oleh kecemasan yang dihasilkan oleh efek stres terhadap diet.
Diet yang sering dilakukan remaja terutama remaja putri yaitu diet untuk
menurunkan berat badan. Sementara diet untuk menaikkan atau menurunkan berat
badan dilakukan berdasarkan pada jumlah kalori yang dikonsumsi dan jumlah kalori
yang dibakar tubuh untuk melakukan suatu kegiatan. Jika seseorang mengonsumsi
kalori lebih banyak daripada yang dibutuhkannya, maka berat badannya akan naik
dan sebaliknya. Oleh sebab itu, sebelum melakukan diet jenis ini kita berkonsultasi
terlebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi (Adriani, 2012).
2.3 Pola Makan Remaja
Pola makan atau kebiasaan makan adalah cara-cara individu atau kelompok
individu dalam memilih, mengkonsumsi, dan menggunakan makanan yang tersedia
yang didasarkan oleh faktor-faktor sosial dan budaya dimana seseorang hidup
(Macclany dan Macbeth, 2004).
Pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai pola makan yang tidak
berebihan posinya dan terdiri dari jenis-jenis makanan yang sehat dan beragam.
Keberagaman jenis makanan yang dikonsumsi bermanfaat untuk mendapatkan
Berdasarkan penelitian Khudin (2012), terdapat gangguan perilaku makan
pada responden yang melakukan diet sebesar 9,2% dari 87 responden. Penelitian pada
mahasisiwi FK USU tahun 2010 didapatkan sebesar 8% responden memiliki
gangguan perilaku makan. Angka ini menunjukkan pada saat ini remaja memiliki
resiko perilaku makan. Hal ini dikarenakan arus informasi yang berkembang dan
penilaiann terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diterima di masyarakat adalah
bentuk tubuh yang ideal seperti role models iklan sehingga mendorong mereka untuk
melakukan diet.
Berdasarkan penelitian Widianti (2012), sebanyak 40,3% remaja putri merasa
tidak puas terhadap bentuk tubuhnya dan 59,7% merasa puas dengan bentuk
tubuhnya. Sebesar 56,9% remaja putri belum menjalankan perilaku makan yang baik
dan 43,1% sudah menjalankan perilaku makan yang baik. Dari hasil penelitian ini
terdapat hubungan antara body image dan perilaku makan dengan status gizi remaja
putri.
Ketika mencapai puncak kecepatan pertumbuhan, remaja biasanya makan
lebih sering dalam jumlah yang banyak. Sesudah masa pertumbuhan yang cepat
(growth spurt), biasanya mereka akan lebih memerhatikan penampilan dirinya
terutama remaja putri. Mereka sering kali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan
dalam menjaga penampilannya, sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi.
Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan remaja, akan mempengaruhi
kebiasaan makan mereka. Pola konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan,
Menurut Sediaoetama (dalam, Vivi 2004), Jumlah atau porsi makanan sesuai
[image:38.612.122.521.140.275.2]dengan anjuran makanan bagi remaja yaitu:
Tabel 2.1. Jenis dan Porsi Makanan yang Dianjurkan pada Usia 15-18 Tahun Makan pagi
(Pukul 06.00-07.00 WIB)
Makan siang ( (Pukul13:00-14:00WIB)
Makan malam (Pukul 20:00 WIB)
Nasi 1 porsi 100gr beras Telur 1 butir 50gr Susu sapi 200gr
Nasi 2 porsi 200gr beras Daging 1 porsi 50gr Tempe 1 porsi 100 gr Buah 1 porsi 75gr
Nasi 1 porsi 100gr beras Daging 1 porsi 50gr Tahu 1 porsi 100gr Sayur 1 porsi 100gr Buah 1 porsi 100gr Susu skim 1 porsi 20gr Sumber : Sediaoetama, 2004
Untuk menerapkan pola makan yang sehat, anda perlu memperhatikan
kualitas dan kuantitas makanan tersebut. Cukup kalori untuk menjaga tubuh
bertenaga, sedangkan pada saat yang sama, anda perlu memastikan makanan tersebut
mengandung protein, karbohidrat, dan lemak dalam jumlah yang seimbang. Anda
perlu memilih makanan yang sehat dari ketiga kategori makanan itu. Kualitas dan
kuantitas makanan berpengaruh terhadap pengaturan selera makan (Roizen, 2012).
Suatu saat, ketika ketidakseimbangan sedikit saja pada organ-organ tubuh ini
makan akan banyak berdampak pada kenyamanan hidup kita, timbulnya penyakit
misalnya, penyakit tentu akan membuat sistem dalam tubuh kita menjadi tidak
seimbang dan pada gilirannnya tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam pola makan adalah :
1. Jumlah atau porsi makanan yang kita konsumsi
2. Jenis-jenis makanan yang dikonsumsi
Pola makan yang sehat adalah pola makan yang tidak berlebihan porsinya dan
terdiri dari jenis-jenis makanan yang sehat dan beragam. Keanekaragaman jenis
makanan yang dikonsumsi bermanfaat untuk mendapatkan kesempurnaan zat gizi
penting bagi tubuh. Selain itu, mengingat masing-masing organ tubuh kita
mempunyai fungsi yang khusus untuk menjalankan proses-proses tertentu ( proses
kimia, fisika, biologis, dan lain-lain) maka sangat penting untuk mengetahui
bagaimana dan kapan proses-proses penting dalam tubuh kita terjadi. Hal ini perlu
diketahui karena akan berpengaruh pada optimal atau tidaknya penyerapan gizi
makanan yang kita konsumsi. Sehingga zat-zat gizi yang kita makan tidak akan
terbuang percuma karena makanan yang kita konsumsi tidak tepat waktu ( Sutanto,
2013).
Diet sangat erat hubungannya dengan kesehatan tubuh kita. Menjaga pola
hidup sehat khususnya pola makan merupakan hal yang sangat penting bagi kita
semua (Saraswati, 2013).
2.3.1 Gangguan Pola Makan
Remaja yang melakukan diet bahkan ketika mereka memiliki berat badan
normal, dapat mengancam status gizi mereka dalam hal kehilangan sejumlah besar
lemak. Kehilangan lemak tersebut dapat mengakibatkan amenorea, ketosis, massa
tubuh berkurang, jaringan otot berkurang tanpa lemak, mengurangi angka
metabolisme basal, kelelahan, lekas marah, insomnia, kurang konsentrasi, dan
kegagalan pertumbuhan. Selain itu, diet intermiten pada remaja obesitas dapat
menurunkan kebutuhan energi basal dan membuat penurunan berat badan lebih
didahului oleh diet.Akibatnya, diet dianggap sebagai faktor risiko yang penting untuk
pengembangan gangguan makan (Savige, 2007).
Gangguan perilaku makan terdiri atas dua yaitu anoreksia nervosa dan
bulimia. Berikut penjelasan yang saya rangkum dari beberapa literatur yaitu:
2.3.1.1 Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa, adalah salah satu gangguan makan dengan prevalensi
sebesar 0.48% hingga 0.70% pada remaja wanita dan merupakan gangguan serius
yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis. Dampak gangguan fisik
antara lain terhambatnya pertumbuhan, keterlambatan atau gangguan puberitas, dan
pengurangan massa tulang. Dampak fisik juga bisa dilihat dari besarnya tingkat
kematian akibat anoreksia di Amerika Serikat, yaitu diperkirakan sebesar 5.6% per
dekade, dimana sekitar setengah kematian disebabkan karena gagal jantung dan
setengahnya lagi karena bunuh diri. Sedangkan dampak psikologis seperti kondisi
penyerta psikologis yang umum, antara lain gangguan depresi, kecemasan, termasuk
gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan kepribadian (Lock, 2010).
Prevalensi anoreksia diperkirakan sebesar 0.3% pada remaja perempuan dan
dewasa muda di Amerika Serikat, prevalensinya meningkat selama transisi dari
remaja ke dewasa muda. Badan statistik Kanada memperkirakan sekitar 0.5%-4%
wanita akan mengalami anoreksia selama hidup mereka, dan mereka yang
kebanyakan dirawat karena keluhan anoreksia sebagian besar adalah remaja. Namun,
hanya sepertiga dari penderita anoreksia yang menjalani pengobatan mental (Bell,
2.3.1.2 Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa, merupakan gangguan yang ditandai dengan binge eating dan
purguing, yang diikuiti dengan perilaku yang tidak nyaman untuk mencegah
kenaikan berat badan. Gangguan ini umumnya biasa terjadi selama masa remaja,
dengan periode sekitar usia 18 tahun. Rasio penderita antara wanita dan laki-laki
adalah berkisar 10:1 hingga 20:1, dan berasal dari status ekonomi yang berbeda-beda
(ADA, 2011).
Remaja yang berisiko mengalami gangguan ini adalah kemungkinan mereka
yang mengalami kelainan depresi biologis, yang diperburuk dengan konflik keluarga
dan aturan ekspektasi sosial. Penekanan sosial akan tubuh yang langsing seringkali
membantu identifikasi penurunan berat badan seseorang sebagai solusi masalah. Diet
yang menyebabkan makan yang berlebihan, sehingga memulai gangguan yang seperti
siklus. Penderita bulimia ini memiliki pola makan yang tampaknya kacau meskipun
ada aturan untuk mengonsumsi makanan yang mesti dimakan, seberapa banyak dan
makanan yang baik serta makanan yang dihindari.Meskipun kriteria
diagnosisgangguan makan berfokus pada perilaku makan berlebihan atau muntah,
sebagian besar penderita menghindari makanan mereka (Mehler, 2003).
Penyebab bulimia belum diketahui dengan baik, ada indikasi yg menytkn
bahwa faktor genetik memiliki peran penting. Gangguan sistem serotonergik, yang
terlibat dalam pengaturan asupan makanan, serta budaya terhadap standar daya tarik
fisik, juga diyakini memiliki kontribusi (Mehler,2003).
melakukanberbagai cara. Misalnya memuntahkan makanan yang telah ditelannya
dengan memasukkan jari tangan, sedotan, sikat gigi, dan sebagainya. Cara lain adalah
berpuasa selama 24 jam tanpa makan dan minum, mengonsumsi pil pelangsing, dan
obat pencahar (Andriani, 2012).
2.3.2 Aspek-Aspek Pola Makan
Menurut Levi(dalam purwaningrum,2008), tindakan manusia terhadap
maknanan dipengaruhi oleh aspek-aspek yaitu pengetahuan, perasaan, dan persepsi
terhadap makanan tersebut. Aspek-aspek pola makan adalah sebagai berikut:
2.3.2.1 Keteraturan Makan
Keteraturan makan yaitu dimana seperti saat memperlihatkan waktu makan
(pagi, siang, dan malam). Keteraturan makan ini dilihat dari waktu yang digunakan
untuk makan dan apakah di setiap waktu-waktu itu di penuhi dengan melakukan
kegiatan makan.
2.3.2.2 Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan dalam hal ini dapat dilihat dalam beberapa hal, diantaranya
cara makan, tempat makan, dan beberapa aktivitas yang dilakukan saat makan.
Dilihat dari cara makan, seperti duduk, berdiri, ataupun berbaring ketika makan, dan
aktivitas apa saja yang dilakukan saat makan yang dapat menghabiskan makanannya.
2.3.2.3 Alasan Makan
Makan yang dilakukan karena kebutuhan fisiologis (rasa lapar), kebutuhan psikologis
(mood, perasaan, atau perasaan hati), kebutuhan sosial (gengsi atau konformitas
antara teman sebaya). Bermacam-macam alasan inilah yang membuat seseorang
2.3.2.4 Jenis Makanan yang Dimakan
Makan adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Seseorang akan senang
dan meningkat selera makannya apabila disajikan dengan jenis makanan yang
disukainya. Hal ini akan berbanding terbalik di saat disajikan dengan makanan yang
tidak disukai. Jenis makanan itu akan dihindari bahkan tidak akan di sentuh sama
sekali.
2.4 Status Gizi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien.Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet (Beck, 2001).
Berdasarkan penelitian Khudhin (2012), pada perilaku makan terhadap status
gizi yaitu terdapat 4,8% remaja underweight mengalami gangguan makan, pada
remaja yang berstatus gizi normal tidak ditemukan adanya gangguan perilaku makan,
responden dengan status gizi overweightmemiliki gangguan perilaku makan sebanyak
40%, Sedangkan pada responden yang obesitas sebanyak 30% mengalami gangguan
perilaku makan.
Konsumsi makan yang kurang memenuhi syarat merupakan faktor utama
yang mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi. Keadaan pertumbuhan sangat erat
kaitannya dengan masalah konsumsi energi dan protein, maka ukuran tubuh
digunakan untuk menilai gangguan pertumbuhan dan keadaan kurang gizi yang
diakibatkan oleh kekurangan energi dan protein ( Almatsier, 2002).
Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena remaja masih mengalami masa
pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi
dibandingkan dengan usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak.
Remaja memiliki, kebutuhan gizi yang unik apabila ditinjau dari sudut pandang
sosial. Secara biologis kebutuhan gizi mereka selaras dengan aktivitas mereka.
Remaja membutuhkan lebih banyak protein, vitamin, dan mineral per unit dari setiap
energi yang mereka konsumsi dibanding dengan anak yang belum mengalami
pubertas (Andriani, 2012).
Pada masa remaja kebutuhan gizi perlu mendapat perhatian karena:
a. Kebutuhan akan gizi yang meningkat karena adanya peningkatan pertumbuhan
fisik dan perkembangan.
b. Berubahnya gaya hidup dan kebiasaan makan pada masa ini berpengaruh pada
kebutuhan dan asupan zat gizi.
c. Kebutuhan khusus gizi perlu diperhatikan pada kelompok remaja yang memiliki
aktivitas olahraga, gangguan perilaku makan, konsumsi alkohol, obat-obatan
maupun hal-hal yang biasa terjadi pada remaja.
Pada saat remaja putri mulai mendapat menstruasi, kebutuhan akan zat besi
meningkat secara drastis. Peningkatan kebutuhan zat besi tersebut lebih besar
dibandingkan remaja putra. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja banyak
mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi makan sehari-harinya. Remaja
kekurangan vitamin B6, seng, asam folat, iodium, vitamin D, dan magnesium dalam
[image:45.612.118.526.143.510.2]diet sehari-harinya (Sumanto, 2009).
Tabel 2.2. Angka Kecukupan Gizi Usia Remaja
Zat Gizi Laki – laki Perempuan
10 – 12 13 – 15 16 - 18 10 – 12 13 – 15 16 – 18
Energi (kkal) Protein (g) Vitamin A (RE)
Vitamin D (μg)
Vitamin E (mg)
Vitamin K (μg)
Tiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg)
Asam folat (μg)
Piridoksin(mg) Vitamin B₁₂(μg) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor( mg) Magnesium (mg) Besi (mg) Yodium (μg) Seng (mg) Selenium (μg) Mangan (mg) Fluor (mg) 2050 50 600 5 11 35 1,0 1,0 12 300 1,3 1,8 50 1000 1000 170 13 120 14,0 20 1,9 1,7 2400 60 600 5 15 55 1,2 1,2 14 400 1,3 2,4 75 1000 1000 220 19 150 17,4 30 2,2 2,3 2600 65 600 5 15 55 1,3 1,3 16 400 1,3 2,4 90 1000 1000 270 15 150 17,0 30 2,3 2,7 2050 50 600 5 11 35 1,0 1,0 12 300 1,2 1,8 50 1000 1000 180 20 120 12,6 20 1,6 1,8 2350 57 600 5 15 55 1,1 1,0 13 400 1,2 2,4 65 1000 1000 230 26 150 15,4 30 1,6 2,4 2200 55 600 5 15 55 1,1 1,0 14 400 1,2 2,4 75 1000 1000 240 26 150 14,0 30 1,6 2,5
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004
Untuk menilai status gizi dapat digunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
rumus sebagai berikut :
Berat Badan (kg) IMT =
Sesuai anjuran WHO status gizi baik mempunyai IMT 18,5-25. Nilai antara
25-30 termasuk status gizi lebih atau kelebihan berat badan dan nilai 30-40 disebut
[image:46.612.124.524.166.298.2]kegemukan atau obesitas ( Tirtawinata, 2012).
Tabel 2.3. Status gizi, berat badan dan indeks masa tubuh
Status Gizi Berat Badan Indeks Massa Tubuh
Gizi lebih
Gizi baik
Gizi kurang
Kegemukan/ Obesitas Gemuk / Kelebihan BB
BB Ideal – BB Normal
Kurus Kurus sekali
30 - >40 25 – 29,9
≥ 18,5 - < 25
17 -18,4 16-16,9 Sumber : James WPT et al, modern nutrition in health and disease, 1994
2.4.1 Metode Penilaian Konsumsi Pangan
Menurut Supriasa (dalam Vivi, 2001), Asupan makan merupakan faktor
utama yang berperan terhadap status gizi seseorang. Untuk menilai status gizi
individu dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah pangan dan kebiasaan makan dan
menghitung jumlah yang dimakan baik dalam jangka panjang maupun jangka
pendek, dari informasi tersebut dapat dihitung konsumsi gizi dengan menggunakan
daftar komposisi bahan makanan (DKBM). DKBM adalah memuat susunan
kandungan zat -zat gizi berbagai jenis bahan makanan atau makanan.
Untuk mendapatkan informasi terhadap kejadian yang telah lalu yang harus
diketahui dari subjek penelitian, metode konsumsi makanan yang dipakai adalah
metode ingatan 24 jam (24 hours food recall) dan metode frekuensi konsumsi pangan
2.4.1.1 Metode Ingatan 24 Jam (24 hours recall method)
Metode ingatan 24 jam digunakan untuk mengetahui kuantitas makanan yang
dikonsumsi selama satu hari dengan menggunakan formulir food recall 24 jam. Pada
metode ini responden diminta menceritakan semua yang dimakan dan diminum
selama 24 jam yang lalu, dimulai dari sejak bangun tidur pagi sampai tidur malam
harinya. Metode ingatan 24 jam, jika dilakukan satu hari tidak dapat menggambarkan
informasi rata-rata konsumsi. Sebaiknya dilakukan minimal 2x24 jam dengan selang
waktu 2 hari selama per sepuluh hari.
Minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut dapat menghasilkan
gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar
tentang intake harian individu.
2.4.1.2 Metode Frekuensi Konsumsi Pangan (food drequency method)
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi
konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti
hari, minggu, bulan atau tahun (Supariasa, 2001).
2.5 Kerangka Teori
Studi yang dilakukan oleh Adiningsih (2003) dan Apriadji (1986)
menyebutkan bahwa status gizi remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
psikologi ( harga diri, citra diri, konflik psikis, konsep kesehatan, persepsi), biologis
(umur, jenis kelamin, status pertumbuhan, status kesehatan, keturunan), individu
(pengetahuan gizi, sikap makan, praktek makan), sosial ekonomi ( tren makanan
makanan),perilaku makan juga dapat dipengaruhi lingkungan atau teman sebaya.
Aktivitas tubuh (menonton TV, rekreasi, tidur, olahraga, kegiatan sekolah), dan
kelainan metabolik akan membuat penggunaan zat gizi tidak efisien yang akan
2.6.Kerangka Konsep
Dari tinjauan pustaka tersebut maka kerangka konsep penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut :
: Variabel independen
[image:49.612.134.489.176.413.2]: Variabel dependen
Gambar 2.1. Kerangka konsep
Variable dependen pada penelitian ini adalah status gizi dan variable
independen yang diteliti terbagi tuga yaitu pengetahuan tentang diet pada remaja
putrid, pola makan dalam penelitian ini adalah jenis, jumlah, dan frekuensi, dan
metode diet yang terdiri dari diet sehat dan tidak sehat. Pengetahuan tentang diet
pada remaja putri
Pola makan: - Jenis - Jumlah - frekuensi
Status Gizi
3.1 Jenisdan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik deskriftip dengan rancangan
cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pola makan dan status
gizi remaja putri yang melakukan diet untuk menurunkan berat badan dalam waktu
yang bersamaan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 7 Medan. Lokasi penelitian ini dipilih
karena berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di beberapa sekolah, SMAN
7 Medan mewakili dari hal yang terkait dalam penelitian ini yaitu beberapa siswi
melakukan diet dengan pola makan yang salah dan mereka merasa lemas dengan diet
menurunkan berat badan yang mereka lakukan.
3.2.2 WaktuPenelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Agustus 2014.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi penilitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 7 Medan kelas X dan
XI berjumlah 442 siswi yang memenuhi kriteria yang telah di tetapkan yaitu siswi
yang melakukan diet menurunkan berat badan. Dalam penelitian ini kelas XII tidak
penelitian ini dengan alasan harus mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian akhir,
agar mereka dapat lebih fokus untuk belajar.
3.3.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling yaitu
penentuan sampel dengan mengambil seluruh populasi sebagai responden atau
sampel. Maka peneliti mengambil sampel dari seluruh jumlah populasi yang
memenuhi kriteria inklusi.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dari wawancara langsung pada responden yang terdiri
dari atas frekuensi, jumlah, dan jeni makanan yang dikonsumsi selama diet dengan
menggunakan food recall 24 jam yang dilakukan dua kali, yaitu satu hari libur dan
satu hari aktivitas.
Untuk konsumsi recall yang diperoleh dikonversikan dari ukuran rumah
tangga ke satuan gram dengan menggunakan Daftar konsumsi bahan makanan
(DKBM). Frekuensi makanan dan minuman yang dikonsumsi, diukur dengan
menggunakan FFQ (Food frequency questionaires).
3.4.2 Data sekunder
Data sekunder meliputi jumlah siswi SMA Negeri 7 Medan.
3.5 Definisi Operasional
1. Pengetahuan tentang diet adalah informasi yang diketahui oleh remaja putri
2. Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah, jenis dan
frekuensi makanan.
3. Jumlah makanan dan minuman adalah banyaknya makanan dan minuman
yang dikonsumsi oleh siswi SMA Negeri 7 Medan
4. Jenis makanan dan minuman adalah macam makanan dan minuman yang
dikonsumsi oleh siswi SMA Negeri 7 Medan.
5. Frekuensi makanan dan minuman adalah keacapan atau keseringan
mengonsumsi makanan dan minuman oleh siswi SMA Negeri 7 Medan
6. Status gizi adalah hasil keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk dalam
tubuh dan penggunaannya
7. Diet menurunkan berat badan adalah pengaturan pola makan yang dilakukan
dengan tujuan menurunkan berat badan.
3.6 Aspek pengukuran
3.6.1 Pengetahuan tentang diet
Pengetahuan responden dinilai berdasarkan hasil yang diperoleh dari
kuesioner pengetahuan yang berjumlah 10 soal multiple choice. Setiap jawaban
responden yang