• Tidak ada hasil yang ditemukan

G. Konflik di Gunung Kemukus tahun 2014 1. Situasi Konflik

3. Dampak Konflik

Konflik yang disebabkan oleh pemberitaan dari media asing tersebut mempunyai dampak yang luas dan signifikan di wilayah Gunung Kemukus. Pemberitaan yang bersifat luas dan bernada negatif membuat masyarakat maupun dinas pariwisata sebagai pengelola Gunung Kemukus menjadi kelompok yang terkena dampaknya secara langsung. Alhasil, beberapa sikap terkait dengan dampak konflik di wilayah Gunung Kemukus yaitu

38 Melabrak merupakan bahasa yang biasa dipakai oleh PSK di Gunung Kemukus untuk mendatangi, memarahi dengan beramai-ramai orang yang dipandang menjadi musuhnya atau yang sudah melukai dirinya.

a. Pertentangan Internal di Pengelola Obyek Wisata Gunung Kemukus

Pertentangan internal terjadi awalnya terkait dengan siapa dan mengapa menginjinkan jurnalis asing masuk dan membuat berita tidak benar tentang Gunung Kemukus. Keingintahuan itu lantas menjadi pemicu terjadinya konflik internal di antara pengelola dan melebar di kalangan masyarakat. Pemerintah, yang diwakili oleh dinas terkait merasa tidak bertanggung jawab penuh, karena hanya memberikan ijin seperti jurnalis dan peneliti lain yang kulonuwun hendak masuk dan meliput Gunung Kemukus seperti biasanya. Dari dinas terkait merasa bahwa masyarakatlah yang bertanggung jawab, karena berita yang dihimpun berasal dari opini masyarakat, dan peziarah yang datang. Diperpanas pula dengan pernyataan dari PSK yang silau dengan uang, sehingga mau divideo sebagai penyulut panasnya info yang beredar.

Dari kalangan masyarakat, merasa bahwa pemerintahlah yang bersalah karena memberi ijin tanpa lebih dahulu mengetahui seluk beluk dan motivasi para jurnalis yang meliput di Gunung Kemukus. Sudah sewajarnya pemerintah lebih selektif dalam memberikan ijin kepada para jurnalis dan peneliti yang akan mewartakan Gunung Kemukus. Pertentangan ini terus bergulir liar di dalam masyarakat, sampai terjadi sweeping dari masyarakat terhadap PSK dan peziarah yang terlibat dengan gambar di berita yang dilansir oleh Patrick Abboud. Pekerja Seks Komersial yang wajahnya muncul di media online tersebut lantas diusir oleh sesamanya, serta peziarah yang membantunya tidak diijinkan lagi masuk di kawasan Gunung Kemukus. Bukan hanya

berhenti pada hal tersebut, mosi saling curiga dan tidak percaya muncul di kalangan Juru Kunci dengan Pengelola dan dinas terkait. Para juru kunci mulai enggan untuk bekerjasama dengan dinas terkait, karena merasa dibohongi dan dikomersialisasi oleh pihak pemerintah.

Juru kunci menjadi lebih tertutup dalam memberikan informasi terkait dengan sejarah, ritual, dan kejadian yang ada di Gunung Kemukus. Dengan para peziarahpun, juru kunci cenderung akan langsung mendoakan mereka, tanpa basa-basi dan banyak cerita seperti sebelum terjadinya konflik. Sikap dari para juru kunci ditangkap oleh masyarakat sekitar. Akhirnya masyarakatpun mulai tertutup oleh orang asing atau orang yang tidak dikenalnya. Masyarakat mulai mengawasi ketika ada wajah baru dan berpenampilan “mirip” seperti jurnalis dan peneliti. Mereka mulai tidak memperbolehkan untuk berfoto ataupun mendokumentasikan apapun terkait dengan aktivitas di Gunung Kemukus. Ketika ada yang melanggar atau berani mengambil gambar, maka masyarakat akan mencari orang tersebut dan meminta untuk menghapus gambar yang ada di perangkatnya.39 Kejadian tersebut terjadi disebabkan masyarakat menjadi trauma dengan pewarta berita dan media yang akan menyebabkan mereka menjadi tambah terpuruk, dan Gunung Kemukus gagal dimunculkan kembali pesonanya akibat konflik internal di antara pengelola dan masyarakat.

39 Kejadian ini terjadi pada diri penulis ketika mengambir gambar kerumunan orang di kawasan makam Pangeran Samudro. Saat itu blitz kamera lupa untuk dimatikan, sehingga memancing reaksi keras dari warga masyarakat, dan peziarah lain. Namun, karena pertolongan dari petugas keamanan dari dinas pariwisata, perangkat dan keamanan diri sendiri dapat diamankan. Kejadian itu terjadi pada bulan Maret 2015, pada pukul 20.30 WIB di pelataran sekitar makam Pangeran Samudro.

b. Ketidakpercayaan Masyarakat dengan Program Pemerintah

Bergulirnya isu penutupan dari pemerintah dan diperkeruh dengan isu pemerintah yang memberi ijin masuknya jurnalis asing ke kawasan Gunung Kemukus, menjadikan masyarakat mulai antipati dengan pemerintah. Masyarakat menilai bahwa pemerintah terkait kurang berpihak terhadap kepentingan masyarakat, sehingga berita yang dipublikasikan oleh Patrick Abboud tidak dibalas dengan pemberitaan positif, malahan direspon dengan tindakan sweeping dan penutupan Gunung Kemukus.40 Menurut masyarakat, respon pemerintah tidak tepat terkait dengan pemberitaan negatif dari luar tersebut. Menurut mereka, pemerinta seharusnya mewartakan hal positip untuk melawan pemberitaan negatif dari luar, bukan malahan melakukan sweeping dan menutup lokasi Gunung Kemukus.41

Dampak dari kekecewaan masyarakat dengan pemerintah, program yang digulirkan oleh pemerintah untuk menarik perhatian pengunjung Gunung Kemukus menjadi tersendat dan kurang direspon warga dengan baik. Program pemberdayaan masyarakat, penambahan fasilitas dan juga story

telling yang dibuat oleh pemerintah ditentang sendiri

oleh warganya. Ketidak solidan antara pemerintah dan masyarakat dalam memulihkan kondisi Gunung

40 Pendapat ini bergulir di masyarakat di desa Pendem merespon penutupan Gunung Kemukus. Pendapat ini dikumpulkan dari warga masyarakat di bulan Desember 2014 sampai April 2015, setelah bulan April 2015, pemerintah mulai mengadakan pertemuan-pertemuan untuk melakukan konsolidasi dengan warga masyarakat sekitar.

41 Pendapat ini bergulir di masyarakat di desa Pendem merespon penutupan Gunung Kemukus. Pendapat ini dikumpulkan dari warga masyarakat di bulan Desember 2014 sampai April 2015, setelah bulan April 2015, pemerintah mulai mengadakan pertemuan-pertemuan untuk melakukan korrdinasi dan konsolidasi dengan warga masyarakat sekitar.

Kemukus untuk menarik pengunjung terkendala ketidak percayaan masyarakat terhadap pemerintah. Hasilnya jumlah pengunjung Gunung Kemukus belum memperlihatkan kenaikan secara signifikan.

c. Sikap Masyarakat yang Mudah Curiga terhadap Pendatang (Wajah Baru)

Konflik internal di antara pengelola Gunung Kemukus, disebabkan karena pemasukan di antara mereka menurun drastis. Kesulitan ekonomi ini memperuncing masalah dengan mencari kambing hitam di antara mereka dan orang yang ada di sekitarnya. Muncullah rasa tidak percaya, kecewa dan saling curiga, yang kemudian berkembang membuat penyambutan kepada pengunjung menjadi kurang baik. Hal ini menjadikan para peziarah merasa kurang nyaman untuk berlama-lama berada di kawasan Gunung Kemukus. Ini terlihat dari hilir mudiknya angkutan plat hitam yang sampai tengah malam masih beroperasi di depan pintu masuk wisata Gunung Kemukus, untuk mengantarkan para peziarah meninggalkan kawasan Gunung Kemukus.42

Pemandangan ini tidak seperti biasanya, sebelum konflik pengunjung betah berlama-lama di Gunung Kemukus, untuk bersantai dan menikmati suasana di lokasi tersebut. Rata-rata pengunjung ada di kawasan Gunung Kemukus selama tiga sampai satu minggu sebelum konflik terjadi. Berlama-lamanya para pengunjung berada di wilayah Gunung Kemukus memberikan keuntungan tersendiri bagi warga. Mulai

42 Hasil observasi peneliti pada bulan Desember 2014 – April 2015 menunjukkan bahwa Peziarah datang untuk berziarah, kemudian pulang kembali ke Solo dan Sekitarnya menggunakan angkutan plat hitam. Sangat jarang dari mereka yang menginap, maupun bersantai berlama-lama di warung sekitar seperti sebelumnya. Berdasarkan pernyataan beberapa peziarah, mereka kurang nyaman dengan masyarakat, karena menganggap warga kurang ramah lagi dengan peziarah.

dari penginapan, warung makan sampai dengan nelayan setempat yang kadang mendapat pesanan ikan, baik untuk dibawa pulang, maupun di nikmati di tempat penginapannya. Keuntungan dari warga inilah yang seolah sirna sejak akhir tahun 2014.

Sejak konflik terjadi, warga mulai sedikit frustasi sehingga menjaga jarak dengan para pengunjung, dan segan apabila bertemu dengan orang asing. Sikap ini dikarenakan asumsi yang beredar di kalangan warga, bahwa orang asinglah yang menyudutkan posisi Gunung Kemukus dan membangun stigma negatif tentang ritualnya, sehingga peziarah enggan datang berziarah ke Pangeran Samudro. Asumsi ini menimbulkan sikap kurang ramah terhadap orang asing dan pendatang yang tidak familiar dengan mereka. Warga cenderung tertutup dengan pendatang baru dan akan terlihat cair dalam berkomunikasi dengan pengunjung yang telah dikenal sebelumnya. Inilah yang menyebabkan pengunjung yang baru pertama kali datang, merasa tidak diterima dan enggan berlama-lama di sana. d. Pendapatan Masyarakat Menurun

Pengunjung yang merosot tajam, secara otomatis berimbas kepada menurunnya pendapatan masyarakat di sekitar Gunung Kemukus. Pendapatan yang menurun membuat masyarakat menjadi resah, sehingga menyalahkan pihak-pihak yang dirasa menjadi penyebab terjadinya masalah tersebut. Menurut penuturan petugas loket yang biasa menjual karcis masuk ke kawasan Gunung Kemukus, setelah konflik terjadi di bulan November 2014, bulan berikutnya karcis yang terjual hanya sebanyak 300 lembar. Padahal sebelum terjadi konflik penutupan

dari pemerintah, karcis yang terjual minimal 3000an lembar.43

Penurunan jumlah pengunjung sedemikian drastis membuat para pedagang yang notabene masyarakat di sekitar Gunung Kemukus menjadi resah. Dagangan yang sudah disiapkan menjadi mubazir, karena tidak adanya pembeli. Salah seorang pedagang bunga menuturkan, setelah kasus penutupan Gunung Kemukus dari pemerintah, dagangan mereka hanya laku lima sampai sepuluh bungkus saja, padahal biasanya bisa sampai ratusan bungkus. Niatnya mau mencari untung, malah modal saja tidak kembali.44 Beberapa pemilik warung makan, turut resah dan mengungkapkan bahwa masakan yang sudah dimasaknya, banyak yang dibuang. Biasanya menyiapkan untuk 100 porsi, namun yang terjual hanya 10an porsi. Akhirnya mereka enggan memasak, dan hanya menyiapkan mie instan dan telor, supaya tidak rugi kalau tidak laku.45

Pendapatan yang menurun drastis inilah yang menyebabkan gejolak di dalam masyarakat pasca konflik penutupan Gunung Kemukus oleh pemerintah. 4. Perubahan Pasca Konflik

a. Respon Pemerintah

Pasca konflik penutupan Gunung Kemukus, pemerintah mencoba berbagai upaya untuk menarik minat kembali pengunjung berziarah di makam Pangeran Samudro. Dinas Pariwisata Kabupaten

43 Wawancara dengan petugas loket SPD, di Pintu Masuk Kawasan Gunung Kemukus, 21 Maret 2014, jam 21.20 WIB.

44 Wawancara dengan penjual bunga Ibu Pty, di Pintu Masuk Kawasan Gunung Kemukus, 21 Maret 2014, jam 22.10 WIB.

45 Wawancara dengan pemilik warung makan, di pelataran makam Pangeran Samudro, 21 Maret 2014, jam 23.05 WIB.

Sragen mencoba mengembalikan pesona ritual di Gunung Kemukus dengan beragam upaya, mengingat pihak pemerintahlah yang merasa “dikambing hitamkan”, sehingga beragam upaya mulai dikerjakan oleh pemerintah. Adapun beberapa respon pemerintah yaitu :

1) Pemberdayaan Masyarakat

Pemerintah yang merasa dimusuhi oleh masyarakat di kawasan Gunung Kemukus, berupaya merangkul masyarakat kembali untuk memajukan pariwisata perziarahan Makam Pangeran Samudro. Beberapa upaya yang dilakukan dengan cara melakukan konsolidasi dengan sesepuh desa, juru kunci dan tokoh masyarakat untuk meredam konflik di masyarakat kawasan Gunung Kemukus. Upaya lain yang dilakukan dengan cara menyelenggarakan pengajian umum, untuk mengajak masyakat meminta berkah dari Tuhan, dan memohon supaya memulihkan pengunjung seperti sedia kala.

Upaya spiritual yang dilakukan pemerintah, harapannya mengembalikan dan mengedepankan rasa religiusitasnya dalam mengatasi konflik. Usaha yang lain dilakukan dengan mengandeng dinas terkait dengan memanfaatkan dana desa untuk memberikan pelatihan dan modal usaha untuk masyarakat di kawasan Gunung Kemukus. Dengan pelatihan dan modal yang ada, diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kembali pendapatannya, terkait sepinya pengunjung di Gunung Kemukus.

2) Sakralisasi Makam

Upaya pemerintah yang lain adalah dengan mengembalikan fungsi makam sebagai tempat berziarah dan bukan sebagai tempat berjualan ataupun sebagai tempat mangkal para PSK. Sakralisasi makam dilakukan dengan sosialisasi dengan warga, pedagang dan para PSK yang “nekat” mangkal di kawasan Gunung Kemukus. Sosialisasi juga dilakukan melalui pengeras suara yang ada di pendopo makam Pangeran Samudro. Langkah selanjutnya makam disterilkan bekerjasama dengan Pamswakarsa yang berasal dari keamanan yang dibentuk dari warga sekitar. Sterilisasi makam dilakukan dengan cara melarang para pedagang untuk menjajakan dagangannya di sekitar makam.

Upaya yang lain dalam rangka sakralisasi makam adalah membangun tembok di sekitar makam, supaya yang masuk di kawasan makam adalah peziarah yang mempunyai karcis masuk. Pedagang, PSK ataupun orang tidak mempunyai karcis masuk dilarang untuk masuk di kawasan Gunung Kemukus. Hal yang lain adalah membangun cerita mistis melalui Juru Kunci dan sesepuh desa untuk menyakralkan kembali makam Pangeran Samudro. Juru Kunci mulai menebarkan cerita bahwa tidak boleh bicara sembarangan di kawasan makam Pangeran Samudro, karena dapat “kualat” kalau Kanjeng Pangeran tidak berkenan. Cerita-cerita tersebut mulai ditebarkan di kalangan pengunjung untuk membangun kembali kesakralan dan kewingitan makam Pangeran Samudro.

3) Peraturan Masuk Area Makam

Peraturan masuk area makam kembali diperketat oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen sebagai pengelola lokasi makam. Peraturan terkait dengan karcis masuk ditegakkan sangat ketat, sehingga orang yang tidak mempunyai karcis tidak boleh masuk di kawasan makam. Peraturan lainnya yang mulai diperketat adalah pemakaian pakaian sopan, bahkan nyaris tertutup. Pihak pengamanan sesekali berkeliling untuk melakukan sweeping di kawasan makam, untuk menegur pengunjung yang berpakaian tidak sopan. Peraturan terkait pakaian ini diterapkan guna mencegah PSK menjajakan diri kembali di lokasi makam.

4) Modernisasi Infrastruktur

Fasilitas yang ada di Gunung Kemukus sebagai penunjang ziarah dan ritual ngalab

berkah masih tergolong sangat minim dan

tradisional. Pasca konflik, pemerintah berupaya membangun infrastruktur dan fasilitas yang sedikit lebih maju. Hal pertama yang dilakukan adalah membangun jembatan sebagai penghubung desa Barong dengan kawasan Gunung Kemukus, di mana sebelumnya pengunjung harus melintasi sungai aliran waduk Kedungombo dengan menggunakan perahu. Akses jembatan ini dibangun dengan tujuan mempermudah akses pengunjung sampai di lokasi Gunung Kemukus.

Gerbang dan loket karcis juga dibangun menjadi lebih menarik, agar mempercantik wajah lokasi wisata Gunung Kemukus. Di samping itu, fasilitas penerangan juga ditambah di lokasi

makam, dan sendang sebagai upaya memberi keamanan dan kenyamanan bagi para pengunjung yang hendak melaksanakan ritual

ngalab berkah. Fasilitas lain yang mulai dirapikan

yaitu berkaitan dengan lokasi warung makan yang ada di pelataran makam Pangeran Samudro. Lokasi yang sebelumnya hanya berlantai tanah dan beratap ala kadarnya, sudah dirapikan pemerintah dengan memberikan bantuan terpal dan pengecoran lantai. Dengan demikian, lokasi warung makan sedikit lebih bersih dan rapi, juga dilengkapi dengan penerangan yang cukup, sehingga memberikan kenyamanan kepada para pengunjung.

5) Mengkontruksi cerita mitos tentang Gunung Kemukus

Dalam upaya sakralisasi, cerita-cerita mitos mulai dikontruksi kembali dan diadaptasi guna menepis isu miring Gunung Kemukus. Pemerintah mengajak Juru Kunci untuk mengisahkan kembali kehebatan dan kesaktian Pangeran Samudro, petuahnya dengan tidak menyertakan hubungan seks di dalamnya. Cerita mistis dan keberhasilan melakukan ritual ngalab

berkah mulai digulirkan untuk membangun

kembali pesona dan kehebatan ritual di Gunung Kemukus.

Masyarakat di kawasan Gunung Kemukus juga diajak kerjasama oleh Pemerintah untuk membangun kembali kewingitan lokasi Gunung Kemukus. Dalam beberapa kesempatan, akan sering didengar larangan-larangan yang dikontruksi untuk mengembalikan mitos tentang Pangeran Samudro. Masyarakat sekitar diajak

pemerintah untuk membaur dengan pengunjung, sembari mengisahkan mitos disertai dengan

kewingitan Makam Pangeran Samudro.

Ungkapan-ungkapan dari masyarakat akan sering didengar “Jangan bicara sembarangan di makam Kanjeng Pangeran”, “Jangan buang air kecil sembarangan di wilayah makam”, “Nanti Eyang Marah”, “Pangeran dan Gusti Putri sampun

rawuh”, “Doanya sudah didengar oleh Pangeran”,

“sambat kalih Eyang Samudro mawon, mangkih

mesti diberkahi (Memohon kepada Pangeran

Samudro Saja, nanti pasti mendapatkan berkah). Beberapa ungkapan ini mulai digulirkan masyarakat sekitar dalam bentuk story telling sebagai rekonstruksi mitos Pangeran Samudro. b. Ritual

Paska konflik penutupan Gunung Kemukus oleh pemerintah pada bulan November 2014, ritual ngalab

berkah di Gunung Kemukus juga mengalami

perubahan. Perubahan ritual ngalab berkah ngalab

berkah yang terjadi merupakan respon dari

penutupan yang dilakukan oleh pemerintah. Beberapa perubahan terkait dengan ritual adalah sebagai berikut :

1) Nikah Mut’ah

Penutupan praktik ritual di Gunung Kemukus oleh Pemerintah Provinsi dipicu oleh pemberitaan tentang adanya prostitusi di kawasan tersebut. Prostitusi yang terselubung dengan ritual dan ditunggangi oleh pemilik modal yang memfasilitasi dengan warung karaoke inilah yang sebenarnya menjadi pemantik konflik dengan pemerintah. Hubungan seksual dengan

orang yang bukan muhrimnya menjadikan ritual

ngalab berkah mendapatkan stigma negatif.

Belajar dari suksesnya kawin kontrak di wilayah Puncak, Bogor. Para mucikari berkonsultasi dengan ahli agama terkait hukum kawin kontrak tersebut. Didapatilah tentang dalil nikah mut’ah yang dapat dijadikan dasar legal melakukan kawin kontrak, dalam jangka waktu tertentu.46 Dalam definisinya, Nikah mut’ah adalah, seseorang menikah dengan seorang wanita dalam batas waktu tertentu, dengan sesuatu pemberian kepadanya, berupa harta, makanan, pakaian atau yang lainnya. Jika masanya telah selesai, maka dengan sendirinya mereka berpisah tanpa kata thalak dan tanpa warisan.47

Menilik lebih jauh tentang nikah Mut’ah, ada syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi dalam melakukan nikah tersebut. Adapun rukun nikah mut’ah -menurut Syiah Imamiah- ada tiga : 1. Shighat, seperti ucapan : “aku nikahi engkau”,

atau “aku mut’ahkan engkau”.

2. Calon istri, dan diutamakan dari wanita muslimah atau kitabiah.

3. Mahar, dengan syarat saling rela sekalipun hanya satu genggam gandum.

4. Jangka waktu tertentu48

Ketentuan tersebut merupakan dalil yang dipercaya bagi kalangan kaum Syiah. Namun, di

46 Wawancara dengan seorang mucikari Yt, di Pelataran Makam Pangeran Samudro, 27 Juni 2015, jam 22.21 WIB.

47 Dikutip dari https://almanhaj.or.id/2952-nikah-mutah-kawin-kontrak.html, 11 September 2015, 21.50 WIB.

Indonesia sendiri golongan ini tidak mendapat tempat untuk berkembang.

Dalam kaitannya dengan ritual ngalab

berkah di Gunung Kemukus. Para mucikari dan

beberapa PSK khususnya yang berasal dari Jawa Barat, mereka memakai ritual nikah Mut’ah untuk membalut praktik prostitusinya. Hubungan seksual yang dilarang adalah yang bukan muhrimnya. Jika pasangan tersebut sudah melakukan nikah Mut’ah, maka mereka adalah pasangan yang sah dan tidak melanggar norma agama maupun sosial.49 Kepercayaan ini mulai ditebarkan di kalangan pengunjung, untuk membantu mereka tetap dapat berhubungan seksual, namun tidak melanggar norma yang ada. Berkaitan dengan persyaratan dan ketentuan dari nikah Mut’ah, praktik yang ada di Gunung Kemukus, calon istri tidak harus muslimah, dan mahar yang ada sesuai dengan kesepakatan. Untuk jangka waktu, tidak disebutkan, karena praktik yang ada hanya paling lama satu jam saja.50 Berkenaan dengan saksi dan penghulu yang menikahkan, praktik yang ada menyebutkan bahwa saksinya adalah para pasukan Eyang Samudro dan Penghulunya adalah Pangeran Samudro sendiri.51 Keyakinan ini terus digulirkan untuk melanggengkan praktik

49 Wawancara dengan seorang mucikari Ayn, di Pelataran Makam Pangeran Samudro, 27 Juni 2015, jam 22.21 WIB

50 Wawancara dengan PSK Rtn dari Temanggung, di Warung makan sebelah timur Makam Pangeran Samudro, 20 Juli 2015, jam 23.21 WIB. Data yang didapat selama bulan Juli 2015 – Maret 2016, semakin banyak PSK yang memakai ritual ini sebagai jembatan melegalkan praktik prostitusinya.

51 Wawancara dengan PSK Rtn dari Temanggung, di Warung makan sebelah timur Makam Pangeran Samudro, 20 Juli 2015, jam 23.21 WIB. Data yang didapat selama bulan Juli 2015 – Maret 2016, semakin banyak PSK yang memakai ritual ini sebagai jembatan melegalkan praktik prostitusinya.

prostitusi di wilayah Gunung Kemukus. Keyakinan ini sebagai bumbu dari diharuskannya berhubungan seksual selama tujuh kali di wilayah Gunung Kemukus.

2) Pengajian Akbar

Dalam upaya mengembangkan ritual, pengajian akbar dipakai sebagai jembatan membungkus ritual ngalab berkah supaya lebih bersifat agamawi. Pengajian akbar ini dicetuskan oleh Pengelola dari Dinas Parisiwata Kabupaten Sragen, dalam upaya mengembalikan niatnya kepada Tuhan, melalui Pangeran Samudro. Sejak tahun 2015 sampai awal tahun 2017, hampir dipastikan setiap dua bulan sekali diadakan pengajian akbar di Pelataran Makam Pangeran Samudro. Harapannya, Gunung Kemukus kembali dikenal sebagai wisata ziarah yang sesuai dengan nilai-nilai islami. Pengajian akbar ini diadakan sebagai langkah mengembalikan pesona dan daya tarik Gunung Kemukus sebagai tempat wisata ziarah islam, melalui makam Pangeran Samudro.

3) Transfer Spirit

Fenomena menarik lainnya pasca penutupan Gunung Kemukus oleh Pemerintah adalah adanya salah satu bagian dalam ritual yang dikenal di kalangan peziarah dan PSK yaitu

transfer spirit. Fakta di lapangan ditemukan ritual

ini berkembang di awal tahun 2017 yang digulirkan oleh para peziarah perempuan dan sebagai dari PSK. Di kalangan para peziarah perempuan, ritual ini dikonstruksi sebagai upaya mendapatkan pasangan tetap, dalam rangka penunjang ritual ngalab berkah.

Transfer spirit sendiri merupakan sebuah

ritual, dimana seorang peziarah yang berhalangan hadir di Gunung Kemukus dapat diwakili oleh pasangannya (perempuan khususnya) untuk ritual di Sendang Ontrowulan dan Makam Pangeran Samudro. Ziarah dapat diwakili apabila pasangannya memberikan sejumlah uang terlebih dahulu (sesuai kesepakatan), sebagai syarat mewakili berziarah. Selanjutnya peziarah yang mewakili akan berdoa di sendang dan di makam, serta akan mentransfer spirit Kanjeng Pangeran kepada pasangannya yang tidak ada di tempat tersebut. Jadi, dimanapun pasangannya berada tetap dapat menikmati hadirnya spirit Pangeran Samudro, seperti yang dirasakannya di Gunung Kemukus, dan tetap dapat diberkahi oleh Kanjeng Pangeran.52

Para PSK menangkap hal ini, sehingga

Dokumen terkait