• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Dampak Penerapan Prinsip Restorative Justice Dalam

4. Dampak Penerapan Prinsip Restorative Justice Dalam

79

80 Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas pada pasal 36, 61,62, 63 dan 64 serta sesuai dengan suart Kapolri No Pol: B/3022/XII/2009/SDEOPS tanggal 14 Desember 2009 yang mengatur mengenai Alternative Dispute Resolution (ADR).

c. Dapat mempengaruhi sanksi pidana

Untuk kasus yang menimbulkan korban jiwa baik meninggal dunia maupun luka berat tetap diproses sesuai dengan aturan yang berlaku. Walaupun pihak pelaku sudah melakukan tindakan pertanggung-jawaban dan melakukan ganti rugi, tidak lantas menggugurkan perkara pidana yang dijatuhkan kepadanya. Ini berdasarkan ketentuan Pasal 235 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan bahwa:

1. Jika korban meninggal dunia akibat Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) huruf c, Pengemudi, pemilik, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum wajib memberikan bantuan kepada ahli waris korban berupa biaya pengobatan dan/atau biaya pemakaman dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana.

81 2. Jika terjadi cedera terhadap badan atau kesehatan korban akibat Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) huruf b dan huruf c, pengemudi, pemilik, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum wajib memberikan bantuan kepada korban berupa biaya pengobatan dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana.

Sedangkan mengenai besaran ganti kerugian dijelaskan pada Pasal 236 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan bahwa:

1. Pihak yang menyebabkan terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 wajib mengganti kerugian yang besarannya ditentukan berdasarkan putusan pengadilan.

2. Kewajiban mengganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2) dapat dilakukan di luar pengadilan jika terjadi kesepakatan damai di antara para pihak yang terlibat.

Peraturan Kapolri No. 15 Tahun 2013 juga mengatur tentang penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas berat pada Pasal 65 bahwa: “Dalam perkara

82 kecelakaan lalu lintas berat, apabila unsur-unsur tindak pidana terpenuhi. Penyelesaian perkaranya diselesaikan dengan cara biasa.

Namun demikian, kesepakatan damai yang terjadi antara pelaku dan korban bisa saja menjadi pertimbangan oleh hakim untuk mengurangi pidana.

83 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan hukum pidana saat ini menunjukkan adanya kecenderungan pergeseran konsep keadilan dan paradigma Pemidanaan dalam sistem hukum pidana, yaitu dari konsep criminal justice ke konsep restorative justice. Ide Restorative Justice muncul sebagai kritikan atas penerapan sistem peradilan pidana dengan pemenjaraan yang dianggap tidak efektif menyelesaikan konflik sosial Rumusan khusus peraturan yang mengatur restorative justice memang belum ada, namun bukan berarti penerapan restorative justice tidak ada dasar hukumnya. Implementasi konsep Restorative justice sudah mulai terlihat dalam peraturan Perundang-undanngan di Indonesia. Namun karena belum diatur secara jelas dan tegas dalam Sistem Peradilan Pidana sehingga aparat penegak hukum tidak bisa melaksanakannya. Penegak hukum seyogyanya selalu bertindak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku karena dalam melaksanakan tugas penegakan hukum harus menerapkan asas legalitas sebagai konsekuensi dari negara hukum yang dianut oleh Negara Indonesia.

Pada kenyataannya prinsip restorative justice diterapkan dalam penyelesaian perkara tindak pidana lalu lintas di lingkup Polrestabes Makassar. Sekitar 80% kasus diselesaikan dengan menggunakan prinsip

84 restorative justice. Hal ini dilaksanakan tanpa peraturan perundang-undangan melainkan hanya didasari oleh peraturan kebijakan saja.

Adapun dampak yang ditimbulkan dari penerapan prinsip restorative justice dalam penyelesaian perkara tindak pidana lalu lintas yaitu tidak ada lagi konflik antara korban dan pelaku, Tidak berlanjutnya kasus ke pengadilan, serta dapat mempengaruhi sanksi pidana terhadap pelaku.

B. Saran

a. Diharapkan pemerintah dan/atau penegak hukum yang berwenang melakukan tindakan preventif untuk mencegah peningkatan jumlah kecelakaan lalu lintas, seperti melakukan sosialisasi maupun meberikan contoh yang baik tentang etika berkendara sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

b. Diharapkan pemerintah dan/atau penegak hukum yang berwenang melakukan sesuatu agar prinsip restorative justice dalam penyelesaian perkara pidana dapat diefektifkan dan dibuatkan peraturan yang jelas. Bukan hanya terhadap kasus-kasus anak melainkan juga terhadap tindak pidana lain yang memungkinkan untuk menerapkan prinsip restorative justice.

85 DAFTAR PUSTAKA

Achmad Ali. 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan (Judicialprudence): Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence). Jakarta. Kencana.

Adami Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Pidana. Bagian 1;Stelsel Pidana.

Teori-Teori Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Amir Ilyas. 2012. Asas-Asas Hukum Pidana: Memahami Tindak Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana Sebagai Syarat Pemidanaan.

Rangkang Education Yogyakarta & PuKAP-Indonesia. Yogyakarta.

Andi Hamzah. 1994. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta.

Andi Sofyan dan Nur Azisa. 2016. Buku Ajar Hukum Pidana. Pustaka Pena Press. Makassar.

Arif Budiarto dan Mahmudal. 2007. Rekayasa Lalu Lintas. UNS Press.

Solo.

Bagir Manan. 2008. Restorative Justice (suatu perkenalan). Perum Percetakan Negara RI: Jakarta.

Barda Nawawi Arief. 2008. Mediasi Penal Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan. Pustaka Magister. Semarang.

Djoko Prakoso. 1986. Kedudukan Justisiable di dalam KUHAP. Ghalia Inonesia. Jakarta.

Erdianto Efendi. 2011. Hukum Pidana Indonesia – Suatu Pengantar.

Refika Aditama. Bandung.

Eva Achjani Zulfa. 2011. Pergeseran Paradigma Pemidanaan. Lubuk Agung. Bandung.

Heru Susetyo dkk. 2013. Sistem Pembinaan Narapidana Berdasarkan Prinsip Restorative Justice. Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Jakarta.

Howard Zehr & Ali Gohar. 2003. The Little Book of Restorative Justice.

Good Books. Pennsylvania.

86 Kansil dan Christine. 1995. Disiplin Berlalu Lintas di Jalan Raya. Rineka

Cipta. Jakarta.

Marlina. 2009. Peradilan Pidana Anak Di Indonesia: Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice. Refika Aditama. Bandung.

---. 2010. Pengantar Konsep Diversi dan Restorative Justice dalam Hukum Pidana. USU Press. Medan.

Muladi dan Barda Nawawi Arif. 1998. Teori-teori dan Kebijakan Pidana (Edisi Kedua). Alumni. Bandung.

Nur Azisa. 2016. Nilai Keadilan Terhadap Jaminan Kompensasi Bagi Korban Kejahatan (Sebuah Kajian Filosofis-Normatif), Pustaka Pena Press. Makassar.

P.A.F Lamintang. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Citra Aditya Bakti. Bandung.

S.R. Sianturi. 2002. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya. Storia Grafika. Jakarta.

Sadjijono. 2008. Seri hukum Kepolisian. Polri dan Good Governance.

Laksbang Mediatama. Surabaya.

Zainal Abidin Farid. 2010. Hukum Pidana 1. Sinar Grafika. Jakarta.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi Dan Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indoesia

87 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-undang Nomor Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan

JURNAL :

Bagir Manan. Hakim Sebagai Pembaharu Hukum. Jurnal Varia Peradilan.

IKAHI. Jakarta. No. 254 Januari 2007.

Barda Nawawi Arief. Batas-batas Kemampuan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan. Makalah Seminar Nasional Pendekatan Non Penal Dalam Penangulangan Kejahatan. Graha Santika Hotel. Semarang. 2 September 1996.

Kuat Puji Prayitno. 2011. “Rekonstruksi Hukum Pidana yang Integral (Studi tentang Penegakan Hukum Pidana In Concreto oleh Hakim dalam Konteks Sistem Hukum Nasional)”, Disertasi. Universitas Diponegoro. Semarang.

---. Restorative Justice Untuk Peradilan Di Indonesia (Perspektif Yuridis Filosofi dalam Penegakan Hukum In Concreto.

Jurnal Dinamika Hukum. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Sudirman. Vol. 12. No. 3 September 2012.

Musakkir. Kajian Sosiologi Hukum Terhadap Penerapan Prinsip Keadilan Restoratif Dalam Penyelesaian Perkara Pidana. Jurnal Ilmu Hukum Amanna Gappa. Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Vol.19.

Nomor 3 September 2011.

Sukardi. Eksistensi Konsep Restorative Justice Dalam Sistem Hukum Pidana Di Indonesia. Jurnal Legal Pluralism. Volume 6, Nomor 1 Januari 2016.

Yuniar Ariefianto. 2014. “Penerapan Restoratif Justice Dalam Penyelesaian Kasus Kecelakaan Lalu Lintas”. Tesis. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Malang.

Zevanya Simanungkalit. 2016. “Analisis Hukum Terhadap Penerapan Restorative Justice Dalam Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Kasus Di Polrestabes Kota Makassar”. Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Makassar.

88 LAINNYA :

United Nation. 2000. Basic Principles On The Use Of Restorative Justice Programmes In Criminal Matters. ECOSOC. atau bisa diakses melalui https://www.un.org/ruleoflaw/blog/document/basic- principles-on-the-use-of-restorative-justice-programmes-in-criminal-matters/

United Nations Office on Drugs and Crime. 2006. Handbook on Restorative Justice Programmes. United Nation. New York.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5059b7d1c3d3c/kabareskrim--diskresi-polisi-harus-dibatasi

L A M P I R A N

Dokumen terkait