• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM

B. Dampak Perdagangan Anak

Dampak yang terjadi pada perdagangan anak adalah para korban perdagangan manusia mengalami banyak hal yang sangat mengerikan. Dimana mereka yang menjadi korban dari tindak perdagangan anak akan mengalami trauma yang sangat besar sehingga sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka.

Tidak jarang, dampak negatif hal ini meninggalkan pengaruh yang permanen bagi para korban. Dari segi fisik, korban perdagangan manusia sering sekali terjangkit penyakit akibat adanya pernikahan dini dab kesempatan dalam menempuh pendidikan akan semakin terbatas, hal ini juga akan mengakibatkan pula pada kesempatan kerja yang terbatas sehingga situasi ekonomi mereka semakin terpuruk, bukan hanya itu dampak dari perdagangan anak akan menghambat perkembangan psikologi anak sehingga mengakibatkan gangguan perkembangan, tidak menutup kemungkinan juga dengan adanya perdagangan anak dari faktor kurangnya pencatatan maka akan sulit untuk mendapatkan bantuan dari pihak terkait karena anak tersebut tidak tercatat oleh negara. Selain itu mereka akan mengalami stres, mereka dapat terjangkit penyakit karena situasi hidup serta pekerjaan yang mempunyai dampak besar terhadap kesehatan. Tidak hanya penyakit, pada korban anak-anak seringkali mengalami pertumbuhan yang terhambat dan karena rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan orang tua dari anak dapat dengan mudah di iming-imingi dengan gaji yang besar, sehingga orang tua pun akhirnya melepaskan anaknya, termasuk memaksa anak agar mau bekerja di luar daeerah.

40 Selain itu, tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan anak yang melakukan migrasi atau memasuki dunia kerja mendapatkan tindakan eksplloitasi ataupun kekerasan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan memahami kontrak kerja atau dokumen migrasi.

Sebagai contoh, para korban yang dipaksa dalam perbudakan seksual seringkali di bius dengan obat-obatan dan mengalami kekerasan yang luar biasa.

Para korban yang diperjualbelikan untuk eksploitasi seksual menderita cedera fisik akibat kegiatan seksual atas dasar paksaan, serta hubungan seks yang belum waktunya bagi korban anak-anak. Akibat dari perbudakan seks ini adalah mereka menderita penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, termasuk diantaranya adalah HIV/AIDS. Bukan hanya itu mereka akan mengalami cedera permanen pada organ reproduksi mereka.

Dari segi psikis, mayoritas para korban mengalami tress dan depresi akibat apa yan mereka alami. Seringkali para korban perdagangan manusia mengasingkan diri dari kehidupan sosial. Bahkan, apabila sudah sangat parah, mereka juga cenderung untuk mengasingkan diri dari keluarga. Para korban seringkali kehilangan kesempatan untuk mengalami perkembangan sosial, moral, dan spiritual. Sebagai bahan perbandingan, Para korban eksploitasi seksual mengalami luka psikis yang hebat akibat perlakuan orang lain trhadap mereka, dan juga akibat luka psikis yang hebat akibata perlakuan orang lain terhadap mereka. Dan juga akibat luka fisik serta penyakit yang didalamnya. Hampir sebagian besar korban “diperdagangkan “ di lokasi yang berbeda bahasa dan degngdan budaya dengan mereka. Hai itu mengakibatkan cedera psikologi yang

41 semakin bertambah karena isolasi dan dominasi. Ironisnya, kemampuan manusia untuk menahan penderitaan yang sangat buruk serta terampasnya hak-hak mereka dimanfaatkan oleh penjual mereka untuk menjebak para korban kejahatan perdagangan manusia khususnya perdagangan anak dan wanita terjadi karena kurangnya pengawasan dan lemahnya keluarga yang memberikan peluang terjadinya perdagangan manusia se Indonesia di 11 Provinsi seperti 20.

IOM merupakan organisasi internasional pertama dalam bidang migrasi yang berdedikasi menjunjung tinggi migrasi yang manusiawi dan teratur untukkepentinganbersama.IOM melakukannya dengan memberikan pelayanan dannasehat kepada pemerintah maupun migran.Selain itu , IOM bekerja untuk mendorong praktik migrasi yang tertib dan manusiawi, mempromosikan kerjasama internasional dalam isu migrasi, membantu menemukan solusi praktis terhadap isu migrasi dan menyediakan bantuan kemanusiaan bagi kelompok yang membutuhkan, termasuk bagi pengungsi dan pengungsi internal2. Konstitusi IOM mengenali kaitan antara isu migrasi dengan pembangunan ekonomi, sosial dan budaya, serta dengan hak atas kebebasan bergerak.Salah satu permasalahan yang menjadi fokus utama IOM berkaitan denganmigrasi dan HAM adalah permasalahan perdagangan manusia (human trafficking) yang merupakan kejahatan transnasional.

42 BAB IV

ANALISA PEMBAHASAN

STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP KASUS PERDAGANGAN ANAK KE MALAYSIA

Perdagangan manusia atau trafficking memang telah cukup lama menjadi masalah nasional dan internasional bagi berbagai bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Isu perdagangan manusia khususnya anak dan perempuan mulai menarik perhatian berbagai pihak di Indonesia yang mana ESCAP (Komite Sosial Ekonomi PBB untuk wilayah Asia-Pasifik) yang mengeluarkan pernyataan yang menempatkan Indonesia bersama 22 negara lainnya pada peringkat ke tiga atau terendah dalam merespon isu ini. Negara yang dalam peringkat ini merupakan negara yang tidak mempunyai standar pengaturan tentang perdagangan manusia dan tidak mempunyai komitmen untuk mengatasi masalah ini bukan hanya itu organisasi perbuuruhan Internasional (ILO) juga telah mengeluarkan ancaman untuk memberikan sanksi yang berat bagi Indonesia apabila tidak mengeluarkan langkah-langkah apapun, ancaman pun datang dari pemerintah Amerika Serikat yang akan mencabut fasilitas GSP (fasilitas umum perdagangan bagi nrgara berkembang) bagi negara-negara yang bermasalah dengan human trafficking termasuk Indonesia23. Hal ini Amerika menempatkan Indonesia pada peringkat ketiga dalam upaya penanggulangan perdagangan anak. Negara-negara yang dalam peringkat ini dikategorikan sebagai 24 :

1. Negara yang memiliki korban dalam jumlah yang benar

2. Pemerintahnya belum sepenuhnya menerapkan standar –standar minimum

43 3. Tidak atau belum melakukan usaha-usaha yang berarti dalam memenuhi

standar pencegahan dan penanggulangan perdagangan anak.

Menanggapi desakan-desakan Internasional tersebut akhirnya pemerintah Indonesia berupaya untuk merespon dan mengambil langkah-lanngkah mengatasi persoalan perdagangan manusia dengan turut meratifikasi protocol PBB tersebut dan Rencana Aksi Nasional (RAN) dengan penghapusan perdagangan perempuan dan Anak yang di sahkan pada tanggal 30 Desember 2002 melalui keputusan presiden No.88 Tahun 2002. Dengan adanya RAN sebagai landasan dan pedoman bagi pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan penghapusan perdagangan perempuan dan anak akan memudahkan pemerintah dalam menangani kasus perdagangan anak 25.

Pengesahan RAN ditindaklanjuti dengan pembentukan gugus tugas anti trafficking di tingkat Nasional. Bidang operasi darat mengamankan perbatasan wilayah darat, angkatan darat kedua negara telah melaksanakan patroli bersama di perbatasan:

1. Patroli bersama, yaitu melaksanakan patroli bersama pos-pos gabungan sebanyak empat kali seminggu.

2. Pos imbangan terkoordinasi si kedua negara tetap terus dilaksanakan.

Keamanan nasional adalah bagian dari kepentingan nasional yang tidak dapat dipisahkan bahkan tujuan politik luar negeri untuk mempertahankan kepentingan nasional berkaitan untuk mempertahankan keamanan nasional.

Batas-batas wilayah negara adalah manifestasi kedaulatan teritorial suatu negara.

Batas-batas wilayah ini ditentukan oleh proses sejarah, politik, dan hubungan

44 antar negara, yang kulkumunikasikan ke dalam aturan atau ketentuan hukum nasional maupun hukum internasional. Penenganan masalah dan pengelolaan perbatasan sangat penting saat ini untuk digunakan bagi berbagai kepentingan dan keperluan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Untuk itu diperlukan strategi yang tepat untuk melakukan pengelolaan wilayah perbatasan.

Peran IOM dalam menangani perdagangan perempuan di Entikong

IOM dibentuk sebagai organisasi yang lengkapsehingga kehadirannya diharapkan dapat membantu migrasi yang lebih baikdan membantu semua korban kejahatan perdagangan manusia khusunya perempeuan , agar mendapatkan kembali hak nya dan dapat diterima kembali di masyarakat dengan baik. Prinsip dasar inilah yang menjadi dasar dan syarat utama bagi negara-negara di dunia yang ingin menjadi anggota atau bagian dari IOM . Jika memang negara tersebut memiliki pandanganyang sama, mereka bisa bergabung menjadi anggota IOM . Namun, jika merasa berbeda pandangan, tentu tidak bisa karenadengan demikian apa yang ingin dicapai oleh IOM akansulit untuk diwujudkan .Mayoritas korban perdagangan manusia di Indonesia adalah perempuan yang diperdagangkan untuk tujuan dipekerjakan sebagai buruh atau untuk eksploitasi secara seksual.Dalam satu dekade terakhir Indonesia telah menunjukkan komitmen yang sungguh-sungguh pada tingkat nasional, regional dan internasional untuk memberantas salah satu ancaman serius terhadap keamanan manusia ini dan IOM di Indonesia telah menjadi salah satu aktor dan mitra kunci pemerintah Indonesia dalam pemberantasan kejahatan perdagangan manusia. Penanganan perdagangan perempuan dan IOM Indonesia terfokus secara strategis pada isu:

45 1. Pencegahan perdagangan manusia melalui kegiatan peningkatan kesadaran

dan pemantauan rekrutment tenaga kerja;

2. Perlindungan korban perdagangan manusia melalui bantuan langsung pada korban serta pengembangan kapasitas institusional dari aktor pemerintah dan non-pemerintah;

Penguatan sistem peradilan Indonesia dengan meningkatkan kapasitas penegak hukum serta memperbaiki akses keadilan bagi para korban perdagangan manusia dan membangun kemitraan lintas sektoral melalui pembuatan kebijakan, perencanaan dan bantuan anggaran bagi Gugus Tugas pemberantasan perdagangan manusia di tingkat nasional dan sub-nasional. Dengan arahan dari prinsip-prinsip protokol perdagangan manusia PBB, IOM berupaya untuk memberantas kejahatan perdagangan perempuan di Indonesia dan Khususnya wilayah perbatasan Entikong. Program pemberantasan perdagangan manusia oleh IOM Indonesia sejalan dengan pendekatan 4P yaitu :

1. Pathnership

2. Prevention Of Woman Trafficking 3. Protecion Of Victim

4. Prosecution of Trafficking Crime

IOM membuka cabang di Pontianak sebagai ibukota Kalimantan Barat sejak tahun 2003 dengan oritentasi mengawasi migrasi yang ada di Kalimantan Barat mengingat di Kalimantan Barat terdapat beberapa wilayah perbatasan yang memang rentan terhadap Human Trafficking . Melihat di akhir tahun 2014 jumlah kasus perdagangan perempuan di Entikong semakin meningkat dan upaya

46 pemerintah dalam menanggulangi perdagangan perempuan seperti menambah personil TNI-AD penjagaan di pos pos perbatasan dengan kordinasi dari pemerintah pusat lalu pemeriksaan dokumen perjalanan ( Paspor , Tiket , Dll ) dengan lebih efektif serta Penyaringan penyalur tenaga kerja agar mengurangi penyalur illegal . Namun upaya pemerintah masih kurang maksimal dalam menangulangi perdagangan perempuan maka pemerintah Kalimantan Barat berkordinasi dengan IOM melalui penandatangan kerjasama untuk menanggulangi human trafficking khususnya perdagangan perempuan di Entikong , dengan

harapan kehadiran IOM dapat membantu pemerintah Kalimantan Barat dalam menanggulangi perdagangan perempuan sesuai visi dan misi IOM yang berorientasi pada penanggulangan Human trafficking dan Migrasi. IOM merancang program yang sekiranya dijadikan acuan untuk penanggulangan perdagangan perempuan di Entikong .

Perdagangan Perempuan dan anak

Perdagangan perempuan dan anak merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia. Awalnya Perdagangan anak dan perempuan hanya dipandang sebagai pemindahan secara paksa ke luar negeri untuk tujuan prostitusi namun seiring dengan perkembangan zaman, perdagangan didefinisikan sebagai pemindahan, khususnya perempuan dan anak dengan atau tanpa persetujuan orang yang bersangkutan di dalam suatu negara atau ke luar negeri untuk perburuhan yang eksploitatif. Trafficking memang merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan tidak lepas dari faktor-faktor ekonomi, sosial, budaya, dan politik yang berkaitan erat dengan proses industrialisasi dan

47 pembangunan , bahkan dijadikan sebagai bagian dari kebijakan politik perburuhan(cheap labour) yang dimanfaatkan dan cenderung dieksploitasi.

Masyarakat internasional telah lama menaruh perhatian terhadap masalah tersebut , dibuktikan dengan lahirnya konvensi tentang perlindungan perempuan dan penghapusan segala bentuk human trafficking tahun 1979 oleh PBB serta Konvensi Palermo tahun 20003 yang bertujuan untuk mencegah perdagangan manusia serta menghukumpelaku perdagangan manusia . Jika ditinjau dari aspek hukum bahwa perempuan dan anak merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang perlu dilindungi dan mempunyai harga diri sesuai dengan UUD 1945 UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) , Undang – Undang Perlindungan Anak Nomor 23.

Tahun 2002 dan Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights on the Child) melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun1990 Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 574. Dalam studi wilayah perbatasan , terdapat berapa pilar penting yang dapat dijadikan tolak ukur sebagai indicator pembangunan di wilayah perbatasan yaitu :

1. Pendapatan perkapita 2. Urbanisasi

3. Strukur Ekonomi 4. Indeks kualitas hidup

Entikong yang merupakan daerah perbatasan yang memiliki Pos pemeriksaan lintas batas sangat memungkinkan terjadinya penyelundupan dan

48 perdagangan manusia ke luar negara , khususnya perempuan . Para korban bisa masuk ke Malaysia melalui pos lintas batas seharusnya sebagai garda terdepan negara dalam membantu menghindarkan ancaman keamanan manusia dari kejahatan malah menjadi salah satu akses untuk melakukan tindakan kejahatan salah satunya perdagangan perempuan .Para penyalur TKW Ilegal menjalankan aksinya dengan modus bekerja di Malaysia dengan upah besar, sehingga menjamin perekonomian korban ketika bekerja di luar negeri, padahal kenyataannya tidak demikian hal ini pun membuat para korban pun tertarik untuk berkerja di Malaysia mengingat kondisi perekonomian dan percepatan pembangunan Malaysia yang lebih baik dari Indonesia .

Keberhasilan yang telah dicapai IOM dalam penanganan perdagangan perempuan dan anak

Tidak jauh berbeda dengan program kerja IOM secara nasional, di Entikong IOM memiliki program kerja yang hampir sama namun lebih terarah dan terkoordinasi karena dengan luas dan cakupan wilayah lokal. Perdagangan perempuan dari 2015 yang berjumlah 124 kasus pada tahun 2016 turun menjadi 74 kasus perdagangan Perempuan yang terjadi di Entikong. Pengetahuan masyarakat Entikong tentang perdagangan manusia juga sudah cukup berkembang , mulai dari tindakan, pencegahan perdagangan perempuan sehingga masyarakat semakin mawas diri dalam menjaga diri, keluarga, dan lingkungannya dari kejahatan perdagangan manusia. Hadirnya IOM di Entikong sangat membantu usaha pemerintah Entikong dalam perbaikan keamanan di seluruh wilayah

49 Entikong . Sampai saat ini IOM dapat memaksimalkan setiap usaha pemerintah yang masih terbagi fokus dengan permasalahan lain yang perlu diselesaikan . Tantangan yang dihadapi IOM dalam penanganan Perdagangan Perempuan dan anak

Ada beberapa tantangan serius yang sering menghambat tercapainya tujuan IOM, yaitu terbatasnya anggaran dari IOM untuk penanganan korban perdagangan ma0nusia, dalam penanganan kasus kebanyakan aparat penegak hukum kurang peduli dengan kondisi korban seperti setelah para dipulangkan dari Tebedu korban dibiarkan kembali kerumah tanpa didampingi , ketidakseriusan dalam proses penuntutan kasus-kasus perdagangan manusia, terbatasnya unit layanan bagi korban baik di tingkat pusat maupun daerah, kurangnya komitmen dalam dalam penanganan kejahatan perdagangan manusia, tidak berfungsinya gugus tugas penanganan perdagangan manusia yang berada di kabupaten, kurangnya koordinasi antar-instansi, baik antar-pemerintah maupun LSM dan tantangan yang terakhir dihadapi oleh IOM adalah perilaku masyarakat Entikong yang masih menaruh kecurigaan terhadap lembaga internasional dalam hal ini organisasi internasional, serta adanya intervensi dari oknum pejabat dan aparat terhadap organisasi ini. Intevensi yang ada membuat masyarakat berfikir bahwa adanya IOM tidak serta merta untuk menolong dan menangulangi perdagangan perempuan , namun memiliki tujuan tertentu . Padahal visi serta misi IOM sudah disosialisasikan kepada masyarakat dengan cukup jelas .

50 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kemudian telah dianalisis dan dituangkan dalam bab-bab sebelumnya tentang Peran IOM dalam Menanganiperdangangan perempuandi Kecamatan Entikong, maka dapat ditarik berbagai kesimpulan bahwa hingga saat ini, kejahatan perdagangan perempuan masih menjadi ancaman bagi keamanan manusia di Entikong. Pemerintah Kecamatan Entikong perlu berupaya lebih keras lagi untuk mencapai target yang diharapkan dan memastikan bahwa kejahatan ini tidak lagi menjadi ancaman yang serius bagi seluruh masyarakat di Entikong. IOM merupakan salah satu organisasi internasional yang memperjuangkan kesejahteraan dan menciptakan kehidupan yang jauh lebih baik bagi anak-anak di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. IOM menyatakan keseriusannya dan berjanji akan berusaha semaksimal mungkin agar kejahatan perdagangan manusia khususnya perdagangan perempuan dapat segera ditangani. Itu bermakna bahwa, IOM pun mengupayakan agar masyarakat Entikong terlepas dari kejahatan ini. Untuk menjalankan perannya di Indonesia, IOM menjalin kerjasama dengan pemerintah Indonesia khususnya pemerintahan Entikong dan menjadikannya sebagai mitra utama. Program Program yang telah di jalankan IOM sesuai dengan prinsip “ 4P” yaitu :

a. Pathnersip

b. Prevention of woman trafficking c. Protection of victim

d. Prosecution of Trafficking Crimes

51 Dalam usahanya menangani kejahatan perdagangan perempuan di Entikong, IOM pun mengalami dan menghadapi beberapa tantangan, seperti terbatasnya anggaran untuk penanganan korban perdagangan manusia, dalam penanganan kasus kebanyakan aparat penegak hukum kurang sensitif dengan kondisi korban, ketidakseriusan dalam proses penuntutan kasus kasus perdagangan manusia, terbatasnya unit layanan bagi korban baik di tingkat pusat maupun daerah, kurangnya komitmen dalam dalam penanganan kejahatan perdagangan manusia, tidak berfungsinya gugus tugas penanganan perdagangan manusia yang berada di kabupaten, kurangnya koordinasi antar-instansi, baik antar pemerintah, pemerintah dengan non-pemerintah, serta antar non-pemerintah dan tantangan yang terakhir dihadapi oleh IOM adalah perilaku masyarakat Entikong yang masih menaruh kecurigaan terhadap lembaga internasional dalam hal ini organisasi internasional, serta adanya intervensi dari oknum pejabat dan aparat terhadap organisasi ini. Namun, IOM tidak menyerah begitu saja dengan keadaan, sehingga akhirnya IOM terus mengeksplorasi cara-cara yang lebih efektif dan inovatif untuk menghadapi perdagangan perempuan di Entikong.

Selain itu, IOM juga terus menerus melakukan riset dan pengembangan kemitraan dengan berbagai pihak keamanan dalam menangani permasalahan perdagangan manusia, karena dengan cara itu mereka lebih bisa diterima di dalam masyarakat .

52 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kasus perdagangan manusia telah sangat merugikan banyak pihak, baik pemerintah Indonesia maupun Malaysia terutama bagi korban perdagangan anak akibat dari trafficker tidak manusiawi ini. Apabila dilihat dari pemaparan pada pembahasan bahwa perdagangan manusia ini timbul sebagai akibat dari rendahnya pendapatan ekonomi, sehingga manusia mencari penghidupan yang lebih layak dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan hidup. Maka hijrahlah mereka ketempat yang tentunya dalam segi ekonomi sangat menggiurkan.

Malaysia memiliki peraturan yang sangat ketat dalam hal keimigrasiian.

Atas dana dan pengetahuan yang minim, para migran melakukan berbagai upaya.

Mereka akhirnya melakukan penyelundupan untuk bisa masuk ke wilayah Malaysia. Malaysia yang diketahui kuat akan hukum akan tetapi hukum imigrasi lemah membuat para penyelundup ini memasuki Malaysia yang merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia. Jalur perbatasan merupakan jalur yang rentan akan tindak kejahatan terorganisir. Karena kurangnya penjagaan dan pengawasan membuat jalur perbatasan mudah untuk dilalui. Namun karena minimnya pengetahuan dari para penyelundup, bahwa jalur perbatasan sangat rentan akan tindakan kejahatan terorganisir, maka terjadilah perdagangan manusia dijalur perbatasan Indonesia-Malaysia.

Pelaku dari tindakan perdagangan manusia ini biasanya terorganisir, mereka adalah trafficker. Para trafficker ini biasanya mengancam bahkan dapat

53 melakukan tindak kekerasan terhadap korbannya jika korbanya melawan atau tidak mau dijual. Para korban dijual untuk dijadikan buruh pabrik upah rendah, pekerja seks komersial, budak, dan lain-lain. Korban dari perdagangan manusia umumnya terjadi pada wanita dan anak-anak. Terjadinya perdagangan manusia di perbatasan mengalami peningkatan.

Dari semua pembahasan yang telah penulis utarakan, ada beberapa kesimpulan yang bisa di dapat, yaitu :

1. Perdagangan manusia khususnya anak merupakan segala sesuatu bentuk transaksi yang melibatkan manusia sebagai komoditi perdagangan.

2. Perdagangan manusia mempunyai banyak bentuk dan jenis yang di klasifikasikan berdasarkan umur dan gender.

3. Faktor utama tindakan perdagangan manusia adalah faktor ekonomi.

4. Akibat dari perdagangan manusia dapat berupa gangguan fisik, gangguan psikis, serta gangguan sosial.

Kejahatan perdagangan perempuan masih menjadi ancaman bagi keamanan manusia di Entikong. Pemerintah Kecamatan Entikong perlu berupaya lebih keras lagi untuk mencapai target yang diharapkan dan memastikan bahwa kejahatan ini tidak lagi menjadi ancaman yang serius bagi seluruh masyarakat di Entikong. IOM merupakan salah satu organisasi internasional yang memperjuangkan kesejahteraan dan menciptakan kehidupan yang jauh lebih baik bagi anak-anak di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. IOM menyatakan keseriusannya dan berjanji akan berusaha semaksimal mungkin agar kejahatan perdagangan manusia khususnya perdagangan perempuan dapat segera ditangani.

54 Itu bermakna bahwa, IOM pun mengupayakan agar masyarakat Entikong terlepas dari kejahatan ini. Untuk menjalankan perannya di Indonesia, IOM menjalin kerjasama dengan pemerintah Indonesia khususnya pemerintahan Entikong dan menjadikannya sebagai mitra utama. Program Program yang telah di jalankan IOM sesuai dengan prinsip “ 4P” yaitu :

e. Pathnersip

f. Prevention of woman trafficking g. Protection of victim

h. Prosecution of Trafficking Crimes

Dalam usahanya menangani kejahatan perdagangan perempuan di Entikong, IOM pun mengalami dan menghadapi beberapa tantangan, seperti terbatasnya anggaran untuk penanganan korban perdagangan manusia, dalam penanganan kasus kebanyakan aparat penegak hukum kurang sensitif dengan kondisi korban, ketidakseriusan dalam proses penuntutan kasus kasus perdagangan manusia, terbatasnya unit layanan bagi korban baik di tingkat pusat maupun daerah, kurangnya komitmen dalam dalam penanganan kejahatan perdagangan manusia, tidak berfungsinya gugus tugas penanganan perdagangan manusia yang berada di kabupaten, kurangnya koordinasi antar-instansi, baik antar pemerintah, pemerintah dengan non-pemerintah, serta antar non-pemerintah dan tantangan yang terakhir dihadapi oleh IOM adalah perilaku masyarakat Entikong yang masih menaruh kecurigaan terhadap lembaga internasional dalam hal ini organisasi internasional, serta adanya intervensi dari oknum pejabat dan aparat terhadap organisasi ini. Namun, IOM tidak menyerah begitu saja dengan

55 keadaan, sehingga akhirnya IOM terus mengeksplorasi cara-cara yang lebih efektif dan inovatif untuk menghadapi perdagangan perempuan di Entikong.

Selain itu, IOM juga terus menerus melakukan riset dan pengembangan kemitraan dengan berbagai pihak keamanan dalam menangani permasalahan perdagangan manusia, karena dengan cara itu mereka lebih bisa diterima di dalam masyarakat .

B. Saran

Dampak dari kebijakan masing-masing negara pada tetangganya harus diperhitungkan, jika upaya apapun untuk menjadi sukses. Salah satu keuntungan komparatif yang kejahatan terorganisir secara historis memiliki lebih dari pemerintah nasional adalah bahwa ia mengkoordinasikan tindakannya terlepas dari batas-batas nasional untuk mencapai misinya. Meskipun mengakui bahwa setiap negara memiliki kewajiban untuk melindungi integritas teritorial dan perbatasan, dengan demikian setiap negara harus memutuskan berapa banyak otoritas untuk membuat keputusan untuk berbagi dengan tetangga-tetangganya untuk mencapai keamanan regional bersama. Tanpa jenis dialog terbuka, upaya kerja sama cenderung memiliki sedikit keberhasilan.

Sementara itu, penting bahwa kedua negara menerapkan langkah-langkah yang berada dalam kendali sepihak mereka. Baik Indonesia dan Malaysia telah mengambil langkah positif dalam mengakui bahwa dalam perdagangan manusia adalah masalah yang harus ditangani dalam jangka pendek. Oleh karena itu, pelaksanaan kebijakan untuk mengatasi masalah ini harus memperhitungkan semua faktor eksternal tersebut. Masyarakat sipil harus dilibatkan dalam

Dokumen terkait