• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Program PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Penciptaan Peluang Kerja Masyarakat Miskin di Kecamatan Kuta.

Dalam dokumen pemenang seleksi penyusunan KEMISKINAN (2) (Halaman 71-81)

HASIL PENELITIAN

6.3 Dampak Program PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Penciptaan Peluang Kerja Masyarakat Miskin di Kecamatan Kuta.

72 Berdasarkan hasil pengujian beda rata-rata dua sampel berpasangan mengenai dampak program PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Penciptaan Peluang Kerja bagi masyarakat miskin di Kecamatan Kuta sebelum dan sesudah menerima bantuan PNPM Mandiri Perkotaan dengan nilai α = 0,05 dan df = 114 maka didapat nilai t sebesar = 1,671, dengan bantuan Program SPSS pada lampiran 2 besarnya nilai t hitung didapat sebesar 9,249, diperoleh rata-rata jumlah kesempatan kerja bagi rumah tangga miskin sebelum menerima bantuan PNPM Mandiri Perkotaan adalah sebesar 4,9 jam/kegiatan dan rata-rata jumlah kesempatan kerja bagi rumah tangga miskin setelah menerima bantuan PNPM Mandiri Perkotaan adalah meningkat sebesar 5,9 jam/kegiatan.

Hasil perhitungan menunjukkan terjadi peningkatan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin di Kecamatan Kuta sesudah adanya bantuan PNPM Mandiri Perkotaan jika dibandingkan sebelumnya yaitu sebesar 1 jam/kegiatan. Hal tersebut sesuai dengan tujuan umum pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan yang ditetapkan pemerintah yaitu program dapat meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin.

Adanya kesempatan kerja bagi rumah tangga miskin selama pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan terutama dibidang pekerjaan fisik dan persampahan serta diperolehnya peluang kesempatan kerja lain setelah pelaksanaan program PNPM terutama bagi masyarakat miskin yang berprofesi sebagai tenaga serabutan dengan pendidikan minimal SD. Beberapa peluang kesempatan kerja lain yang diperoleh yaitu responden dapat melakukan kegiatan usaha seperti dagang canang, membuka warung dan pekerjaan non formal lainnya diantaranya menjadi tukang

73 pijat, kepang rambut dan mengecat kuku wisatawan di pinggir pantai serta usaha jasa lainnya, sehingga dapat menambah penghasilan bagi rumah tangga miskin.

Hasil penilaian dari persepsi responden terhadap adanya penciptaan kesempatan kerja bagi rumah tangga miskin di Kecamatan Kuta, juga menunjukkan respon positif sebesar 91,31 persen, tetapi masih ada jawaban negatif sebesar 8,70 persen.

Pernyataan negatif tersebut menunjukan bahwa tidak semua rumah tangga miskin terserap dalam kegiatan program PNPM, hanya kegiatan fisik lingkungan saja yang dapat menyerap rumah tangga miskin yang berprofesi sebagai buruh, sedangkan yang lainnya mengakui kalau mereka belum menikmati dari kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan. Untuk hal tersebut agar kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan tidak selalu untuk kegiatan fisik lingkungan tetapi juga dapat diarahkan pada bidang lainnya dengan proporsi yang seimbang antara bidang ekonomi, bidang sosial dan bidang lingkungan, sehingga kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan dapat memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi rumah tangga miskin untuk memperoleh peluang pekerjaan dan tambahan penghasilan.

6.4 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Umur Responden Sebelum PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan Chi - Square Test (Pearson Chi-Square) dari kedua variabel ini pada lampiran 3 adalah 2h= 27,787, df = 14 dengan nilai Sig. 0,015 ≤ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara total pendapatan dengan umur sebelum PNPM artinya bahwa total pendapatan yang dimiliki oleh responden di Kecamatan Kuta berhubungan

74 secara nyata dengan kelompok umur responden, dimana kelompok umur responden diatas 50 tahun di Kecamatan Kuta lebih banyak mempunyai total pendapatan kurang dari Rp.759.999,-, hal ini disebabkan karena rumah tangga miskin di Kecamatan Kuta didominasi oleh kelompok lanjut usia

6.5 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Umur Responden Sesudah PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan Chi - Square Test (Pearson Chi-Square) dari kedua variabel ini pada lampiran 4 adalah 2h= 12,089, df = 14 dengan nilai Sig 0,599 yaitu ≥ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara total pendapatan dengan umur sesudah PNPM, artinya bahwa program tidak memberikan dampak peningkatan total pendapatan secara nyata dengan kelompok umur responden, dimana responden dengan kelompok umur dibawah 50 tahun dan diatas 50 tahun mempunyai pendapatan kurang dari Rp.1.026.666,- dan hanya sebesar 16 persen kelompok umur dibawah 50 tahun yang mempunyai pendapatan diatas Rp.2.053.333,-., hal ini berarti terdapat persamaan pola lapangan pekerjaan yang dikerjakan oleh responden yang termasuk kelompok lanjut usia dan kelompok produktif.

6.6 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Status Perkawinan Responden Sebelum PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan Chi - Square Test (Pearson Chi-Square) dari kedua variabel ini pada lampiran 5 adalah 2h= 0,111 dengan nilai Sig 0,946

≥ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara total pendapatan dengan status perkawinan sebelum PNPM, artinya bahwa

75 pendapatan, hal ini menunjukkan proporsi status perkawinan responden di Kecamatan Kuta yang didominasi dengan status kawin dibandingkan dengan status tidak kawin, mempunyai pekerjaan yang hampir sama yaitu tenaga serabutan dan buruh.

6.7 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Status Perkawinan Sesudah PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan Chi - Square Test (Pearson Chi-Square) dari kedua variabel ini pada lampiran 6 adalah 2h= 0,864 dengan nilai Sig 0,649

≥ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara total pendapatan dengan status perkawinan sesudah PNPM, artinya status perkawinan responden tidak memberikan dampak yang nyata terhadap peningkatan pendapatan, hal ini menunjukkan bahwa yang bertindak sebagai kepala keluarga atau pencari nafkah di Kecamatan Kuta tidak berdasarkan status dari responden.

6.8 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Jenis Kelamin Sebelum PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan Chi - Square Test terhadap kedua variabel ini pada lampiran 7 diketahui 2h= 2,397, = 5% dan df = (3-1)(2-1) = 2, Sig

0,302 ≥ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara total pendapatan dengan jenis kelamin sebelum PNPM, hal ini berarti proporsi jenis kelamin perempuan yang realtif kecil di Kecamatan Kuta mempunyai pendapatan yang tidak jauh berbeda dengan responden laki-laki sehingga pendapatan yang diperoleh responden perempuan tidak menunjukkan

76 kondisi ekonomi (pendapatan) yang rendah dibandingkan dengan responden laki- laki.

6.9 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Jenis Kelamin Sesudah PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan chi square terhadap kedua variabel ini pada lampiran 8 diketahui nilai 2h= 1,011, = 5% dan df = (3-1)(2-1) = 2 , nilai Sig

0,603 ≥ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

significant antara total pendapatan dengan jenis kelamin sesudah PNPM, artinya perbedaan jenis kelamin tidak memberikan dampak secara nyata dalam meningkatkan pendapatan responden. Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki- laki dan perempuan di Kecamatan Kuta mempunyai bidang pekerjaan dan jumlah pendapatan yang tidak jauh berbeda atau sama.

6.10 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Pendidikan Sebelum PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan chi square terhadap kedua variabel ini pada lampiran 9 diketahui nilai 2h= 20,380, = 5% dan df = (4-1)(3-1) = 6 , nilai Sig 0,002 ≤ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang significant antara total pendapatan dengan tingkat pendidikan sebelum PNPM, hal ini dapat dilihat pada proporsi responden yang lebih besar dengan pendidikan SD mempunyai total pendapatan kurang dari RP.759.999,- dibandingkan responden berpendidikan diatas SD, artinya proporsi tingkat pendidikan responden yang lebih tinggi berimplikasi memberikan total pendapatan yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sarwar Awan (2011), bahwa pendidikan

77 sebagai salah satu investasi yang dapat membantu menanggulangi kemiskinan serta dapat memberikan dampak dalam pengurangan kemiskinan.

6.11 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Tingkat Pendidikan Sesudah PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan Chi - Square Test pada lampiran 10 terhadap kedua variabel ini diketahui nilai 2h= 11,804, = 5% dan df = (4-1)(3-

1) = 6, nilai Sig 0,066 ≥ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan antara total pendapatan dengan tingkat pendidikan sesudah menerima program PNPM, dan juga tampak pada proporsi pendapatan responden dengan pendidikan diatas SD hanya memperoleh total pendapatan kurang dari Rp.2.053.332,-

Hal tersebut menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari SD di Kecamatan Kuta tidak membantu kondisi yang lebih baik dalam hal memperoleh lapangan pekerjaan, dan juga kwalitas pendidikan sumber daya manusia keluarga miskin yang ada di Kecamatan Kuta masih dibawah standar ketentuan pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun serta rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki responden berkaitan dengan sulitnya untuk mengakses peluang kerja yang lebih baik.

6.12 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Jumlah Anggota Keluarga Sebelum PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan Chi - Square Test pada lampiran 11 terhadap kedua variabel ini diketahui nilai 2h= 10,158, = 5% dan df = (2-1)(3- 1) = 2, nilai Sig 0,066 ≥ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara total pendapatan dengan jumlah anggota keluarga sebelum

78 menerima program PNPM, artinya proporsi jumlah anggota keluarga yang dimiliki oleh responden tidak memberikan dampak yang nyata terhadap peningkatan pendapatan, hal ini menunjukkan bahwa responden di Kecamatan Kuta dalam satu rumah tangga yang bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga adalah pihak suami sebagai kepala keluarga yang hidup bersama dengan istri dan anak atau orang tua (lansia).

6.13 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Jumlah Anggota Keluarga Sesudah PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan Chi - Square Test pada lampiran 12 terhadap kedua variabel ini diketahui nilai 2h= 8,348, = 5% dan df = (2-1)(3-

1) = 2, nilai Sig 0,015 ≤ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara total pendapatan dengan jumlah anggota keluarga. sesudah menerima program PNPM, artinya dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari, jumlah anggota keluarga yang dimiliki responden di Kecamatan Kuta turut serta bekerja untuk membantu menopang ekonomi keluarga yang berimplikasi positif terhadap peningkatan pendapatan responden.

6.14 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja Dengan Umur Sebelum PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan Chi - Square Test pada lampiran 13 terhadap kedua variabel ini diketahui nilai 2h= 33,628, = 5% dan df = (8-1)(3- 1) = 14, nilai Sig 0,002 ≤ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kesempatan kerja dengan umur responden sebelum menerima program PNPM, artinya bahwa responden di Kecamatan Kuta yang tergolong usia kerja

79

(berumur ≥ 15 tahun) dan kelompok lansia turut serta mengambil peluang kerja yang ada untuk menopang perekonomian keluarga .

6.15 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja Dengan Umur Sesudah PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan Chi - Square Test pada lampiran 14 terhadap kedua variabel ini diketahui nilai 2h = 26,414, = 5% dan df = (8- 1)(3-1) = 14, nilai Sig 0,023 ≤ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kesempatan kerja dengan umur sesudah menerima program PNPM, artinya bahwa responden di Kecamatan Kuta yang tergolong usia kerja

(berumur ≥ 15 tahun) baik dikelompokkan dalam angkatan kerja (status bekerja maupun tidak bekerja/ menganggur) dan bukan angkatan kerja di Kecamatan Kuta sebagian besar sudah terserap dalam berbagai lapangan pekerjaan.

6.16 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja Dengan Tingkat Pendidikan Sebelum PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan Chi - Square Test pada lampiran 15 terhadap kedua variabel ini diketahui nilai 2h= 10,623, = 5% dan df = (4-1)(3- 1) = 6, nilai Sig 0,101 ≥ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kesempatan kerja dengan tingkat pendidikan sebelum menerima program PNPM, ini menunjukkan bahwa responden dengan kwalifikasi pendidikan yang rendah maupun tinggi di Kecamatan Kuta, tidak mempergunakan jam kerja secara maksimal dalam melakukan pekerjaannya.

6.17 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja Dengan Tingkat Pendidikan Sesudah PNPM

80 Berdasarkan hasil perhitungan Chi - Square Test pada lampiran 16 terhadap kedua variabel ini diketahui nilai 2h= 9,500, = 5% dan df = (4-1)(3- 1) = 6, nilai Sig 0,147 ≥ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kesempatan kerja dengan tingkat pendidikan sesudah menerima program PNPM, artinya proporsi tingkat pendidikan diatas SD yang dimiliki responden di Kecamatan Kuta tidak berimplikasi secara nyata menciptakan peluang/ kesempatan kerja baru. Hal ini menunjukkan bahwa responden di Kecamatan Kuta tidak produktif dalam mencari dan menciptakan peluang kerja baru.

6.18 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja Dengan Jenis Kelamin Sebelum PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan Chi - Square Test pada lampiran 17 terhadap kedua variabel ini diketahui nilai 2h= 6,844, = 5% dan df = (2-1)(3- 1) = 2, nilai Sig 0,033 ≤ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kesempatan kerja dengan jenis kelamin sebelum menerima program PNPM, artinya proporsi responden dengan jenis kelamin laki-laki di Kecamatan Kuta mempunyai kesempatan kerja yang lebih lama (jam kerja) dibandingkan responden perempuan.

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Masood Sarwar Awan di Pakistan (2001-2002) yang menyebutkan bahwa menjadi orang laki-laki memberikan keuntungan lebih baik dalam hal mempertahankan posisi tingkat kemiskinannya dari kondisi kemiskinan yang dialaminya dibandingkan menjadi perempuan, dimana umumnya pekerja laki-laki memiliki jam kerja lebih lama

81 yang berbanding lurus dengan penghasilan yang diterima artinya semakin banyak jam kerja yang digunakan untuk bekerja maka penghasilan yang diperoleh semakin besar.

6.19 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja Dengan Jenis Kelamin Sesudah PNPM

Berdasarkan hasil perhitungan Chi - Square Test pada lampiran 18 terhadap kedua variabel ini diketahui nilai 2h= 1,687, = 5% dan df = (2-1)(3- 1) = 2, nilai Sig 0,430 ≥ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kesempatan kerja dengan jenis kelamin sesudah menerima program PNPM, artinya semua pekerja baik berjenis kelamin laki-laki ataupun perempuan di Kecamatan Kuta lebih banyak bekerja kurang dari jam kerja normal (underemployment) yaitu kurang dari 35 jam per minggu sehingga perbedaan jenis kelamin responden di Kecamatan Kuta tidak berdampak secara nyata terhadap peningkatan kesempatan kerja.

Dalam dokumen pemenang seleksi penyusunan KEMISKINAN (2) (Halaman 71-81)

Dokumen terkait