• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2 Hasil Analisis Data

4.2.3 Dampak Program BLT/BLSM Bagi Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemenuhan Kebutuhan Pokok Pemenuhan Kebutuhan Pokok

Berikut akan diuraikan dan dianalisis kembali data yang relevan sebagaimana telah ditetapkan di dalam defenisi operasional penelitian yaitu adanya duabelas indikator variabel kemiskinan dari BPS yang akan ditabulasikan kedalam tabulasi data, sekaligus diperlukan untuk menjawab rumusan permasalahan yang pertama dari dampak program BLT/BLSM bagi pengentasan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan pokok, yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.17

Jawaban Responden Tentang Jenis Atap Bangunan Tempat Tinggal

No Jawaban Sebelum BLT/BLSM Setelah BLT/BLSM

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 Genteng/Seng/Asbes

dengan kondisi baik 47 47 56 56

2 Genteng/Seng/Asbes

dengan kondisi tidak baik 50 50 42 42

3 Ijuk/Rumbia 3 3 2 2

Total 100 100 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2015

Dari tabel 4.17 diatas menunjukkan bahwa sebelum menerima dana BLT/BLSM jumlah responden yang jenis atap bangunan tempat tinggalnya terbuat dari genteng/seng/asbes dengan kondisi baik hanya 47%, sementara

jumlah responden yang jenis atap rumahnya terbuat dari genteng/seng/asbes dengan kondisi tidak baik yaitu 50%, dan yang atap rumahnya terbuat dari ijuk/rumbia ada 3%. Setelah menerima dana BLT/BLSM jumlah responden yang jenis atap rumahnya terbuat dari genteng/seng/asbes dalam kondisi baik meningkat menjadi 56%, sementara jumlah responden yang atap rumahnya terbuat dari genteng/seng/asbes dengan kondisi tidak baik menurun menjadi 42%, dan jumlah responden yang atap rumahnya terbuat dari ijuk/rumbia juga mengalami penurunan yaitu menjadi 2%.

Tabel 4.18

Jawaban Responden Tentang Jenis Lantai Bangunan Tempat Tinggal

No Jawaban Sebelum BLT/BLSM Setelah BLT/BLSM

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 Keramik 5 5 5 5

2 Semen 42 42 46 46

3 Papan Panggung 53 53 49 49

Total 100 100 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2015

Dari tabel 4.18 diatas kebanyakan responden memiliki lantai papan panggung di rumah yaitu sebesar 53% sebelum menerima BLT/BLSM, dan berubah menurun menjadi 49% setelah menerima BLT/BLSM karena sudah diperbaharui lewat bantuan dana ataupun bantuan bedah rumah. Lalu diikuti dengan berlantai semen yaitu ada 42% sebelum menerima BLT/BLSM dan meningkat menjadi 46% setelah mendapatkan bantuan berupa dana ataupun dari bedah rumah. Sedangkan yang menggunakan lantai keramik tidak menunjukkan adanya perbedaan pada jenis lantai bangunan tempat tinggal responden, baik sebelum maupun setelah menerima BLT/BLSM yaitu tetap pada 5%.

Tabel 4.19

Jawaban Responden Tentang Jenis Dinding Bangunan Tempat Tinggal

No Jawaban Sebelum BLT/BLSM Setelah BLT/BLSM

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 Beton/Tembok 14 14 15 15

2 Semi/Setengah Beton 19 19 24 24

3 Kayu/Tepas 67 67 61 61

Total 100 100 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2015

Dari tabel 4.19 diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada jenis dinding bangunan tempat tinggal sebelum dan setelah menerima BLT/BLSM. Sebelum menerima BLT/BLSM, sebagian besar responden memiliki dinding kayu/tepas yaitu sebesar 67%, dan yang dinding semi/setengah beton terdapat sebesar 19%, dan sementara yang memiliki dinding dari beton/tembok hanya 14%. Dan setelah menerima BLT/BLSM, responden yang memiliki dinding kayu/tepas menurun menjadi 61%, dan yang dinding semi/setengah beton meningkat menjadi 24%, dan sementara yang memiliki dinding dari beton/tembok hanya berubah sedikit yaitu menjadi 15%. Walaupun beberapa responden memiliki dinding dari beton atau semi setengah beton, namun sebagian besar dinding bangunan yang dimiliki belum diplester dan juga belum dicat sebagaimana mestinya, ukuran bangunan rumah yang sempit dan hanya dibangun menggunakan batu bata dan semen saja.

Tabel 4.20

Jawaban Responden Tentang Fasilitas Tempat Buang Air (Jamban/Kakus) Di Tempat Tinggal

No Jawaban Sebelum BLT/BLSM Setelah BLT/BLSM

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 Milik Sendiri 44 44 55 55

2 Milik Bersama/Umum 22 22 14 14

Total 100 100 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2015

Dari tabel 4.20 diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dari fasilitas tempat buang air sebelum dan setelah menerima BLT/BLSM. Sebelum menerima dana BLT/BLSM jumlah responden yang memiliki fasilitas buang air sendiri yaitu sebesar 44%, dan yang menggunakan fasilitas umum ada sebesar 22%, dan responden yang mengandalkan sungai sebagai fasilitas buang air yaitu terdapat 34%. Dan Setelah menerima dana BLT/BLSM jumlah responden yang memiliki fasilitas buang air sendiri bertambah menjadi 55%, dan yang menggunakan fasilitas umum berkurang menjadi 14%, dan responden yang masih mengandalkan sungai sebagai fasilitas buang air juga berkurang yaitu menjadi 31%. Rata – rata responden memang sudah memiliki fasilitas tempat buang air sendiri, namun masih banyak juga yang sudah tidak layak lagi digunakan, dan sebagian lagi ada yang baru diperbaharui karena beberapa dari responden mendapatkan bantuan benah rumah dari pihak pemerintah.

Tabel 4.21

Jawaban Responden Tentang Sumber Penerangan Rumah/Tempat Tinggal

No Jawaban Sebelum BLT/BLSM Setelah BLT/BLSM

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 Listrik Pulsa (Milik

Pribadi) 0 0 3 3

2 Listrik Prabayar/Nyantel 97 97 96 96

3 Obor 3 3 1 1

Total 100 100 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2015

Dari tabel 4.21 diatas menunjukkan bahwa sebelum menerima BLT/BLSM jumlah responden yang memiliki atau menggunakan listrik pulsa yaitu 0% ataupun belum ada, dan yang menggunakan listrik prabayar ataupun

nyantel/menumpang dengan tetangga disebelahnya ada sebesar 97%, dan responden yang masih menggunakan obor sebagai sumber penerangan yaitu ada 3%. Dan Setelah menerima BLT/BLSM jumlah responden yang memiliki atau menggunakan listrik pulsa/pribadi bertambah menjadi 3%, dan yang menggunakan listrik prabayar ataupun nyantel/menumpang dengan tetangga disebelahnya berkurang sedikit menjadi 96%, dan responden yang masih menggunakan obor sebagai sumber penerangan berkurang menjadi 1%. Rata – rata responden memang sudah memiliki sumber penerangan sendiri (listrik prabayar) namun masih banyak juga warga yang mengakui bahwa mereka belum mendaftarkan rumah/tempat tinggalnya sebagai pemilik/pengguna listrik pribadi yang resmi dari kantor PLN, sehingga mereka selama ini hanya bergantung dari listrik tetangganya dengan istilah “nyantel” ataupun membagikan arus listrik tersebut ke beberapa rumah tetangga disampingnya dan biayanya dibayar kepada pemilik meteran ataupun pemilik resmi listrik rumah tersebut. Perlu diketahui biasanya mereka kena biaya Rp25.000 – Rp45.000/bulannya bahkan juga lebih, dan ada juga beberapa rumah tangga sudah memiliki fasilitas sumber penerangan rumah sendiri yang baru diperbaharui karena beberapa dari responden mendapatkan bantuan benah rumah dari pihak pemerintah.

Tabel 4.22

Jawaban Responden Tentang Sumber Utama Air Minum Di Rumah

No Jawaban Sebelum BLT/BLSM Setelah BLT/BLSM

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 Air Dalam Kemasan 0 0 10 10

2 Sumur/Pompa 98 98 90 90

3 Air Sungai 2 2 0 0

Total 100 100 100 100

Dari tabel 4.22 diatas menunjukkan bahwa sebelum menerima BLT/BLSM responden yang sumber utama air minum dirumah dari sumur/pompa ada sebanyak 98%, tidak ada responden yang sumber utama air minumnya dari kemasan, dan ada 2% responden yang masih memakai air sungai sebagai sumber utama air minum di rumahnya. Setelah menerima BLT/BLSM jumlah responden yang sumber air minum utama di rumah dari sumur/pompa menurun menjadi 90%, dan responden yang menggunakan air dalam kemasan bertambah menjadi 10%, dan begitu juga dengan responden yang menggunakan air sungai sebagai sumber utama air minumnya mengalami perubahan menjadi 0%.

Tabel 4.23

Jawaban Responden Tentang Bahan Bakar Untuk Memasak Di Rumah

No Jawaban Sebelum BLT/BLSM Setelah BLT/BLSM

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 Gas LPG 3 Kg 0 0 77 77

2 Minyak Tanah 87 87 20 20

3 Kayu Bakar 13 13 3 3

Total 100 100 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2015

Dari tabel 4.23 diatas menunjukkan bahwa sebelum menerima BLT/BLSM responden yang sumber utama bahan bakar untuk memasak dirumahnya dari minyak tanah yaitu terdapat sebanyak 87%, tidak ada responden yang menggunakan gas LPG 3 Kg, dan ada 13% responden yang masih memakai kayu bakar sebagai sumber utama untuk memasak dirumah. Setelah menerima BLT/BLSM jumlah responden yang menggunakan minyak tanah di rumah untuk memasak menurun menjadi 20%, dan responden yang menggunakan gas LPG 3 Kg bertambah menjadi 77%, dan begitu juga dengan responden yang

menggunakan kayu bakar sebagai sumber utama untuk memasak dirumahnya mengalami penurunan menjadi 3%.

Tabel 4.24

Jawaban Responden Tentang Kemampuan Makan Daging Dalam Seminggu

No Jawaban Sebelum BLT/BLSM Setelah BLT/BLSM

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 2 kali/lebih 0 0 0 0

2 1 kali 3 3 4 4

3 Tidak Pernah 97 97 96 96

Total 100 100 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2015

Dari tabel 4.24 diatas menunjukkan bahwa sebelum menerima BLT/BLSM beberapa dari responden hanya mampu 1 kali makan daging dalam seminggu

yaitu hanya 3% dan sedikit meningkat menjadi 4% setelah menerima BLT/BLSM, dan tidak ada responden yang makan daging 2 kali/lebih dalam seminggu sebelum dan setelah menerima dana BLT/BLSM. Sedangkan responden yang tidak pernah makan daging sebelum BLT/BLSM terdapat sebesar 97% dan sedikit mengalami penurunan setelah menerima BLT/BLSM menjadi 96%.

Tabel 4.25

Jawaban Responden Tentang Kemampuan Membeli Pakaian Baru Dalam Setahun

No Jawaban Sebelum BLT/BLSM Setelah BLT/BLSM

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 2 stel/lebih 0 0 2 2

2 1 stel 45 45 55 55

3 Tidak Pernah 55 55 43 43

Total 100 100 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2015

Dari tabel 4.25 diatas menunjukkan bahwa sebelum menerima dana BLT/BLSM kebanyakan responden hanya mampu membeli pakaian 1 stel dalam setahun yaitu sebesar 45% dan meningkat menjadi 55% setelah menerima

BLT/BLSM, dan yang mampu membeli 2 stel/lebih dalam setahun sebelum menerima BLT/BLSM yaitu 0% dan naik menjadi 2% setelah menerima BLT/BLSM. Sedangkan responden yang tidak pernah membeli pakaian sebelum menerima dana BLT/BLSM sebesar 55% dan mengalami penurunan setelah menerima dana BLT/BLSM menjadi 43%.

Tabel 4.26

Jawaban Responden Tentang Menu Makanan Keluarga Berganti – Ganti Dalam Satu Hari

No Jawaban Sebelum BLT/BLSM Setelah BLT/BLSM

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 Ya 0 0 0 0

2 Kadang – kadang 0 0 0 0

3 Tidak 100 100 100 100

Total 100 100 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2015

Dari tabel 4.26 diatas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pada menu makanan keluarga responden baik sebelum maupun setelah menerima BLT/BLSM, dalam satu hari. Semua responden memilih tidak ada ataupun tidak pernah mengganti menu makanan keluarga mereka dirumah dalam satu hari yaitu sebesar 100%.

Tabel 4.27

Jawaban Responden Tentang Pembelian Dan Minum Susu Dalam Seminggu

No Jawaban Sebelum BLT/BLSM Setelah BLT/BLSM

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 2 kali/lebih 2 2 22 22

2 1 kali 17 17 60 60

3 Tidak Pernah 81 81 18 18

Total 100 100 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2015

Dari tabel 4.27 diatas menunjukkan bahwa sebelum menerima dana BLT/BLSM hanya ada 2% responden yang mampu membeli dan minum susu 2

kali/lebih dalam seminggu, sedangkan yang mampu membeli dan minum susu 1 kali dalam seminggu ada sebesar 17%, dan yang tidak pernah sebesar 81%. Setelah menerima dana BLT/BLSM responden yang membeli dan minum susu 2 kali/lebih dalam seminggu meningkat menjadi 22%, dan yang 1 kali dalam seminggu mengalami kenaikan yang cukup besar menjadi 60%, dan yang tidak pernah membeli dan minum susu juga turun cukup besar menjadi 18%. Kebanyakan dari responden membeli susu yang dalam bentuk saset dan hanya dikonsumsi oleh setiap anak – anak mereka saja, terutama bayi dan balita.

Tabel 4.28

Jawaban Responden Tentang Kemampuan Untuk Berobat Di Puskesmas/Poliklinik

No Jawaban Sebelum BLT/BLSM Setelah BLT/BLSM

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 Sering 36 36 40 40

2 Kadang – kadang 63 63 60 60

3 Tidak Pernah 1 1 0 0

Total 100 100 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2015

Dari tabel 4.28 diatas menunjukkan bahwa sebelum menerima dana BLT/BLSM kebanyakan responden hanya menjawab kadang – kadang untuk mampu berobat yaitu sebesar 63% dan menurun menjadi 60% setelah menerima dana BLT/BLSM, dan responden yang menjawab sering untuk berobat sebelum menerima dana BLT/BLSM yaitu sebesar 36% namun setelah menerima dana BLT/BLSM meningkat sedikit menjadi 40%. Sedangkan responden yang menjawab tidak pernah berobat sebelum menerima dana BLT/BLSM hanya ada 1% dan mengalami penurunan setelah menerima dana BLT/BLSM menjadi 0%. Kebanyakan dari setiap responden mampu berobat di Puskesmas ataupun di

Poliklinik karena mereka sudah memiliki kartu resmi JAMKESMAS ataupun BPJS yang diberikan pemerintah kepada setiap warga di Kecamatan Medan Belawan yang kurang mampu ataupun yang rentan terhadap kemiskinan.

Setelah itu, untuk dapat melihat dampak dari program bantuan penanggulangan kemiskinan secara lebih mudah dari sebelum dan setelah adanya pemberian program bantuan sosial BLT/BLSM yang telah diterima oleh setiap responden, penulis menggunakan keduabelas indikator kemiskinan yang sering digunakan oleh Badan Pusat Statistik untuk mengukur kemiskinan masyarakat dilapangan ke dalam sebuah tabulasi data. Dimana dalam tabulasi data tersebut untuk dapat melihat secara khusus dampak sebelum dan setelah responden menerima program BLT/BLSM melalui keduabelas indikator kemiskinan dari Badan Pusat Statistik, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.29

Hasil Skor Jawaban Kuesioner Pada Masing – Masing Indikator Variabel Kemiskinan Menurut Badan Pusat Statistik

No Indikator Kemiskinan BPS Jumlah Penerima Keterangan ( +/- ) Sebelum

Dokumen terkait