• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5. Dampak Pemberian Kredit melalui pola Swamitra

5.6.1. Dampak Terhadap Peminjam Skala Kecil

Juta)

5.6.1.1. Dampak Terhadap Peningkatan Aset dan Skala Usaha

Aset yang dimiliki rumah tangga Peminjam merupakan modal yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan mengelola usaha untuk menghasilkan pendapatan. Menurut kriteria Bank Dunia, indikator utama kemiskinan diantaranya

adalah kepemilikan aset seperti tanah dan modal yang terbatas. Di dalam kajian ini, untuk mengetahui dampak ekonomi dari keberadaan kredit pola Swamitra bagi Peminjam, terlebih dahulu dikaji tentang aset yang dimiliki oleh Peminjam pada saat sebelum dan sesudah adanya pola Swamitra.

Aset dalam kajian ini adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh sesaat sesudah memperoleh pinjaman, sesuai dengan tujuan melakukan pinjaman, apakah untuk modal kerja ataupun investasi. Aset ini terdiri dari aset finansial dan aset riil. Aset finansial berupa tabungan seperti uang, deposito dan sebagainya dan aset riil berupa rumah, tanah, kendaraan dan lain-lain.

Berdasarkan hasil kajian dilapangan, bahwa semua Peminjam yang jumlah pinjamannya < Rp 10 Juta melakukan pinjaman dengan tujuan untuk modal kerja, artinya pinjaman yang diperoleh melalui pola Swamitra ini digunakan untuk menambah volume bahan baku agar dapat meningkatkan produksi dari usaha yang dijalani, sehingga jumlah barang/produk dan jasa yang dijual bertambah.

Disamping itu sebanyak 3 orang (27,27%) yang memiliki pekerjaan sampingan. Pekerjaan/penghasilan sampingan ini bertujuan untuk mengantisipasi jika usaha pokok mengalami kegagalan, sehingga penghasilan sampingan dapat diharapkan mampu menutupi pembayaran kredit. Dari 3 orang Peminjam tersebut menggunakan dana pinjaman Swamitra adalah untuk menambah bahan baku dari usaha pokok dan usaha sampingan, sehingga tidak ada aset yang secara langsung bertambah sesaat sesudah Peminjam melakukan pinjaman, yang bertambah hanyalah modal usaha. Jika ada aset yang bertambah, seperti yang terlihat pada Tabel 20, hal itu diperoleh pada saat sesudah Peminjam menjalani usaha dalam waktu yang cukup lama.

Dampak dari mempergunakan kredit tersebut, diharapkan adanya terjadi peningkatan aset lain yang dimiliki oleh Peminjam. Tabel 21 berikut akan menjelaskan mengenai perubahan Aset yang dimiliki oleh Peminjam sebelum dan sesudah menerima kredit. Pada Tabel 21 dapat diketahui, Peminjam yang termasuk kategori kondisi pengembalian kreditnya adalah lancar, sebelum menerima kredit ada 3 orang (33,33 %) yang tidak memiliki aset finansial, tetapi setelah menerima kredit semua Peminjam kredit lancar yaitu sebanyak 9 orang memiliki aset finansial.

Kondisi aset riil yaitu berupa rumah, kendaraan, tanah dan barang perhiasan, sebelum menerima kredit hanya 1 orang (11,11 %) Peminjam yang memiliki aset riil, tetapi setelah menerima kredit meningkat menjadi 3 orang (33,33 %). Aset riil lain berupa rumah, tanah dan kendaraan merupakan Peminjam terbanyak memilikinya, kondisi sebelum menerima kredit ada 2 orang Peminjam (22,22 %) dan setelah menerima kredit meningkat menjadi 4 orang (44,44 %).

Tabel 20. Jenis Pekerjaan Pokok dan Sampingan, Besar Kredit dan Tujuan Penggunaan Pinjaman yang diperoleh.

No

Peminjam Jenis Pekerjaan Pokok Pekerjaan Sampingan

Besar Kredit (Rp)

Tujuan Penggunaan 1 Catering, Rental PS 7.000.000 Modal kerja

2 Berdagang ikan 4.000.000 Modal kerja

3 Sales Sparepart K.

Bermotor 5.000.000 Modal kerja

4 Buka warung Rental PS 5.000.000 Modal kerja 5 Berdagang (toserba) 10.000.000 Modal kerja

6 Berdagang 4.000.000 Modal kerja

7 wiraswasta 4.000.000 Modal kerja

8 Travel

Dagang (kedai makanan dan minuman)

10.000.000 Modal kerja

9 Berdagang 7.000.000 Modal kerja

10 Pedagang makanan

dan minuman 10.000.000 Modal kerja

11 Menjahit Jual alat jahit 10.000.000 Modal kerja Sumber : Data Primer, 2008.

Artinya kredit yang diterima peminjam untuk modal kerja mampu meningkatkan pendapatan Peminjam sehingga aset finansial dan aset riil mereka juga menjadi meningkat. Bukti ini memberi gambaran yang menggembirakan, karena penyaluran kredit skala kecil ternyata dapat mendorong usaha produktif peminjam. Padahal selama ini, penyaluran kredit di Provinsi Riau atau Kota Pekanbaru pada khususnya selalu didakwa tidak berhasil mendorong peminjam mengembangakan usahanya.

Tabel 21. Jenis Aset Yang Dimiliki Oleh Peminjam. Kredit Lancar

Sebelum Sesudah No Jenis Aset Yang Dimiliki Jumlah

(Peminjam) Persentase (%) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) 1 Aset Finansial Ada 6 66,67 9 100,00 dak ada 3 33,33 0 0 Jumlah 9 100,00 9 100,00 2 Aset Riil Kendaraan 1 11,11 1 11,11 Rumah 1 11,11 0 0 Tanah, Kendaraan 2 22,22 0 0

Rumah, Kendaraan, Tanah 2 22,22 4 44,44

Tanah, Kendaraan, Barang

perhiasan 1 11,11 0 0

Rumah, kendaraan, Barang

perhiasan 1 11,11 1 11,11 Rumah, Kendaraan,Tanah, Barang perhiasan 1 11,11 3 33,33 Jumlah 9 100,00 9 100,00 Kredit Macet Sebelum Sesudah No Jenis Aset Yang Dimiliki Jumlah

(Peminjam) Persentase (%) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) 1 Aset Finansial Ada 1 50,00 2 100,00 Tidak ada 1 50,00 0 0 Jumlah 2 100,00 2 100,00 2 Aset Riil

Kendaraan, barang perhiasan 1 50,00 1 50,00

Rumah, kendaraan, tanah 1 50,00 1 50,00

Jumlah 2 100,00 2 100,00

Sumber : Data Primer, 2008.

Dampak dari mempergunakan kredit Swamitra, terjadi juga bagi Peminjam yang pengembalian kreditnya macet/menunggak. Menurut Rudjito (2003) pengalaman PT.Bank Rakyat Indonesia sebagai anggota pelaksana proyek pemerintah untuk

masyarakat miskin di pedesaan menunjukkan bahwa tingkat kemacetan kredit yang disalurkan untuk modal usaha kecil-kecilan secara umum persentasenya kecil sekali, hal ini antara lain disebabkan karena tingkat kejujuran dan keuletan berusaha masyarakat pedesaan masih sangat tinggi.

Pada kajian ini Peminjam menunggak umumnya disebabkan karena adanya kebutuhan yang tidak terduga seperti sakit, biaya sekolah, kegagalan usaha yang dibangun dengan menggunakan dana pinjaman, relasi dari Peminjam dengan pihak luar bermasalah. Dari beberapa masalah yang dihadapi Peminjam, masalah yang paling dominan dan menjadi masalah permanen adalah penghasilan yang diperoleh dari usaha yang dikelola Peminjam tidak bersifat kontinyu/tidak setiap bulan usaha yang dikelola menghasilkan.

Peningkatan aset dapat dilihat pada Tabel 21 yang menjelaskan mengenai perubahan Aset finansial dan aset riil yang dimiliki oleh Peminjam kredit macet sebelum dan sesudah menerima kredit. Sebelum menerima kredit tidak ada Peminjam yang memiliki aset finasial, meskipun Peminjam pengembalian kreditnya macet tetapi setelah menerima kredit menjadi memiliki aset finansial. Hal ini disebabkan karena setelah menerima kredit, modal kerja menjadi bertambah dan kondisi pengembalian kredit yang tidak lancar/macet adalah menunggak (pengembalian/cicilan kredit tetap dibayar, hanya hampir tidak dilakukan rutin setiap bulan/dirapel pada bulan berikutnya). Sedangkan kondisi aset riil dari 2 orang Peminjam yaitu berupa kendaraan, barang perhiasan (1 orang) dan rumah, kendaraan, tanah (1 orang) sebelum dan sesudah menerima kredit tidak mengalami perubahan.

Pemanfaatan kredit Swamitra memberikan dampak selain terhadap peningkatan aset, juga mempengaruhi volume penjualan Peminjam. Mengukur perkembangan usaha dengan mengkaji volume penjualan dalam waktu relative singkat bukan hal yang mudah.

Hal ini tidak menjadi masalah, karena pelaksanaan kredit oleh Bank Bukopin bekerjasama dengan Pemprov.Riau (Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Riau) melalui pola Swamitra telah berlangsung sejak Tahun 2001 hingga sekarang, sehingga indikator volume penjualan per bulan dapat dikaji dan diperoleh

datanya di lapangan. Untuk mengetahui tentang kondisi sebelum dan sesudah kredit terhadap volume penjualan rata-rata per bulan dari masing-masing Peminjam, dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Keadaan Volume Penjualan per Bulan Peminjam Sebelum dan Sesudah Memperoleh Kredit Swamitra.

Kredit Lancar

Sebelum Sesudah No Volume Penjualan rata-rata

perbulan (Rp/bln) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) 1 < 1.000.000 0 0 0 0 2 1.000.000-1.500.000 1 11,11 0 0 3 1.500.000-2.000.000 1 11.11 1 11,11 4 2.000.000-2.500.000 0 0 1 11,11 5 2.500.000-3.000.000 3 33,33 2 22,22 6 >3.000.000 4 44,44 5 55,55 Jumlah 9 100,00 9 100,00 Kredit Macet Sebelum Sesudah No Volume Penjualan rata-rata

perbulan (Rp/bln) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) 1 < 1.000.000 0 0 0 0 2 1.000.000 - 1.500.000 0 0 0 0 3 1.500.000 - 2.000.000 0 0 0 0 4 2.000.000 - 2.500.000 1 0 0 0 5 2.500.000 - 3.000.000 1 0 1 0 6 > 3.000.000 0 100,00 1 100,00 Jumlah 2 100,00 2 100,00

Sumber : Data Primer, 2008.

Pada Tabel 22 diketahui Peminjam kredit lancar, Peminjam setelah menerima kredit volume penjualan rata-rata perbulan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari volume penjualan Rp.1.000.000–Rp.1.500.000/bulan tidak ada lagi, karena volume penjualan masing-masing Peminjam cenderung meningkat. Pada volume penjualan terbesar > Rp.3.000.000/bulan dari 4 orang menjadi 5 orang, diikuti pada volume penjualan Rp.2.500.000–Rp.3.000.000/bulan dari 3 orang berkurang menjadi 2 orang, dan sebelum menerima kredit tidak ada Peminjam yang volume penjualan rata-rata per bulannya berkisar antara Rp.2.000.000-Rp.2.500.000, tetapi setelah menerima kredit Swamitra ada 1 orang.

5.6.1.2. Dampak Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang pentingdalam meningkatkan produksi dan pendapatan. Dari kajian dilapangan menunjukkan sumber tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga terdiri dari bapak, ibu dan anaknya merupakan unsur penentu dalam usaha keluarga, karena berfungsi sebagai penekan biaya tenaga kerja. Pernyataan ini sama dengan pendapatan Tohir (1983) bahwa tenaga kerja dalam keluarga sangat menentukan dalam menjamin kelestarian usaha yang dikelola keluarga. Meskipun demikian tenaga dalam keluarga dihitung sama dengan tenaga kerja luar keluarga, karena usaha yang dikelola dipandang sebagai perusahaan dimana tenaga kerja dalam keluarga juga merupakan biaya produksi. Berikut ini adalah jumlah tenaga kerja yang dipergunakan oleh Peminjam sebelum dan sesudah menerima kredit.

Tabel 23. Jumlah Tenaga Kerja Peminjam Sebelum dan Sesudah Menerima Kredit Swamitra.

Kredit Lancar

Sebelum Sesudah No Jumlah Tenaga Kerja

Yang digunakan Jumlah (Peminjam) Persentase (%) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) 1 1 orang 8 88,89 8 88,89 2 2 orang 1 11,11 0 0 3 3 orang 0 0 0 0 4 4 orang 0 0 1 11,11 Jumlah 9 100 9 100 Kredit Macet Sebelum Sesudah No Jumlah Tenaga Kerja

Yang digunakan Jumlah (Peminjam) Persentase (%) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) 1 1 orang 2 100,00 1 50,00 2 2 orang 0 0 1 50,00 Jumlah 2 100,00 2 100,00

Sumber : Data Primer 2008

Tabel 23 menunjukkan bahwa pada kredit lancar, sebelum dan sesudah menerima kredit ada 8 Peminjam menggunakan 1 orang tenaga kerja di dalam pengelolaan usahanya. Kemudian terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja yang

digunakan oleh Peminjam yaitu ada 1 orang Peminjam, sebelum menerima kredit menggunakan 2 orang tenaga kerja dan sesudah memanfaatkan kredit Swamitra jumlah tenaga kerja yang digunakan meningkat menjadi 4 orang tenaga kerja. Pada Peminjam kredit macet yang berjumlah 2 orang, sebelum menerima kredit masing-masing hanya memiliki 1 orang tenaga kerja dan setelah memanfaatkan kredit Swamitra hanya 1 orang yang bertambah tenaga kerjanya dari 1 orang menjadi 2 orang.

Tabel 24 Perubahan Tenaga Kerja Sesudah Menerima Kredit. Kredit Lancar

No Keterangan Jumlah (Peminjam) Persentase (%)

1 Tenaga Kerja Bertambah 1 11,11

2 Tenaga Kerja Tetap 8 88,89

3 Tenaga Kerja Berkurang 0 0

Jumlah 9 100,00

Kredit Macet

No Keterangan Jumlah (Peminjam) Persentase (%)

1 Tenaga Kerja Bertambah 1 50,00

2 Tenaga Kerja Tetap 1 50,00

3 Tenaga Kerja Berkurang 0 0

Jumlah 2 100,00

Sumber : Data Primer 2008

Dari Tabel 24 diatas, pada Peminjam yang pengembalian kredit lancar diketahui hanya 1 orang Peminjam yang melakukan penambahan tenaga kerja di dalam usahanya dan selebihnya yaitu sebanyak 8 orang tenaga kerja adalah tetap. Pada Peminjam yang termasuk kategori kredit macet ada 2 orang, masing-masing mengalami penambahan tenaga kerja dan tetap. Artinya usaha yang dikelola masing-masing Peminjam baik yang termasuk kredit lancar maupun kredit macet, meskipun dengan adanya penerimaan bantuan pinjaman dana untuk modal kerja, tidak semua Peminjam menambah tenaga kerja yang digunakan di dalam pengelolaan usahanya, salah satu penyebabnya adalah dana pinjaman yang diperoleh hanya cukup dimanfaatkan untuk menambah bahan baku produksi.

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan finansial yang didalamnya terdapat individu dan kelompok untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dengan menciptakan apa yang dibutuhkan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sudah diketahui bersama jika kondisi pasar bebas menyebabkan barang/produk dan jasa sejenis bersaing antar pedagang/penjual/penyedia jasa. Dalam keadaan demikian, maka kekuatan daya saing berupa yang salah satunya ditentukan oleh jaringan pasar yang luas menjadi syarat utama untuk dapat masuk di pasar bebas tersebut. Semakin luas jaringan pasar didalam pemasaran produk maka semakin meningkat pula pendapatan dan keuntungan yang diperoleh. Untuk lebih jelasnya lihat pada Tabel 25

Tabel 25. Perbandingan Pemasaran Produk/Perluasan Pasar Usaha Peminjam Setelah Menerima Kredit.

No

Peminjam Jenis Pekerjaan Pokok

Sebelum Menerima Kredit

Setelah Menerima Kredit 1 Catering, Rental PS catering Catering, rental

PS

2 Berdagang ikan 1 kios 1 kios

3 Sales Sparepart K.

Bermotor 1 kios supir angkot

4 Buka warung 1 kedai 1 kedai, 1 rental

PS

5 Berdagang (toserba) toserba Toserba

6 Berdagang 1 warung (sukajadi) 2 warung

7 Wiraswasta jl. Durian jl. Durian

8 Travel sukajadi Sukajadi

9 Berdagang kualu Kualu

10 Pedagang makanan minuman

panam (jual nasi, lontong)

panam (jual nasi, lontong, ojek) 11 Menjahit Jl. Adi sucipto Jl. Adi sucipto Sumber : Data Primer, 2008.

Pada Tabel 25 dapat diketahui bahwa, untuk debitur yang lancar, dengan adanya pemberian kredit pola swamitra, luasnya pemasaran produk dari Peminjam yang menerima kredit cukup berpengaruh. Dari 11 Peminjam yang pinjamannya kecil dari Rp10 juta, ada sebanyak 4 orang Peminjam kredit lancar yang mengalami perluasan pasar, yaitu Peminjam nomor 1 sebelum menerima kredit hanya memiliki usaha pokok

catering, setelah menerima kredit usahanya bertambah catering dan rental PS. Peminjam nomor 4 sebelum menerima kredit usaha pokok buka warung, setelah menerima kredit buka warung dan usaha rental PS. Peminjam nomor 6 sebelum menerima kredit usaha pokok berdagang hanya punya 1 buah warung, setelah menerima kredit bertambah menjadi 2 buah warung. Peminjam nomor 10 sebelum menerima kredit usaha pokok berdagang makanan dan minuman, setelah menerima kredit usahanya berdagang dan ojek. Khusus untuk Peminjam nomor 3 sebelum menerima kredit buka 1 buah kios sebagai sales sparepart kendaraan bermotor, dikarenakan usahanya tidak berjalan lancar, maka setelah menerima kredit berganti usaha menjadi supir angkot.

Dari 4 orang Peminjam yang melakukan perluasan pasar, ada 7 orang Peminjam tidak melakukan perluasan pasar. Hal ini disebabkan karena semua Peminjam hanya mengembangkan usaha yang telah ada, tanpa membuka usaha baru. Oleh karena itu semua Peminjam memanfaatkan pinjamannya untuk menambah modal kerja mereka dan melakukan investasi di bidang usaha yang sama pada saat sebelum maupun sesudah adanya pinjaman kredit

5.6.1.4. Dampak Terhadap Peningkatan Pendapatan

Mengukur tingkat pendapatan masyarakat dapat dilihat dari penggunaan pendapatan yang diterima untuk keperluan memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan. Untuk memperkecil kesalahan dalam pengukuran tingkat pendapatan tersebut maka perhitungan dengan rata-rata per bulan. Keberhasilan pelaksanaan kredit pola Swamitra dapat dilihat dari kemajuan usaha para pemanfaat kredit Swamitra. Keberhasilan tersebut salah satunya dapat dilihat apakah pemberian kredit modal usaha melalui pola Swamitta memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat penerima kredit Swamitra

Pendapatan rumah tangga Peminjam merupakan seluruh penerimaan yang diterima rumah tangga selama satu bulan yang diperoleh dari berbagai sumber pendapatan. Pendapatan Peminjam diperoleh dari berbagai sumber yaitu dari usaha pokok dan usaha sampingan. Pendapatan usaha pokok Peminjam bervariasi mulai dari berdagang makanan dan minuman sampai menjual jasa seperti menjahit, service mobil, dll, untuk lebih jelas tentang jenis usaha pokok dan usaha sampingan dapat dilihat pada

Tabel 4 di atas. Berikut ini Tabel 10 yang menjelaskan pengaruh pemberian kredit terhadap pendapatan Peminjam sebagai penerima kredit dengan membandingkan antara pendapatan sebelum dan sesudah menerima kredit tersebut.

Tabel 26. Pendapatan Bersih Peminjam Sebelum dan Sesudah memperoleh Kredit Swamitra. Kredit Lancar Sebelum Sesudah No Pendapatan rata-rata perbulan (Rp/bln) Jumlah (Peminjam) (%) Jumlah (Peminjam) (%) 1 < 500.000 4 44,45 3 33,33 2 500.000-1.000.000 2 22,22 1 11,11 3 1.000.000-1.500.000 1 11,11 1 11,11 4 1.500.000- 2.000.000 - - 2 22,22 5 2.000.000- 2.500.000 1 11,11 - - 6 2.500.000- 3.000.000 - - - - 7 > 3.000.000 1 11,11 2 22,22 Jumlah 9 100,00 9 100,00 Kredit Macet Sebelum Sesudah No Pendapatan rata-rata perbulan (Rp/bln) Jumlah (Peminjam) (%) Jumlah (Peminjam) (%) 1 < 1.000.000 2 100,00 1 50,00 2 1.000.000-1.500.000 0 0 1 50,00 Jumlah 2 100,00 2 100,00

Sumber : Data Primer, 2008.

Pada Tabel 26 dapat diketahui bahwa pendapatan rata-rata per bulan dari seluruh Peminjam kredit lancar dengan jumlah pinjaman < Rp. 10 Juta, cenderung meningkat. Sebelum Peminjam menerima kredit Swamitra ada sekitar 4 orang (44,45 %) yang rata-rata pendapatan per bulan nya < Rp.500.000 dan sesudah menerima kredit Swamitra menjadi 3 orang. Begitu juga pada range pendapatan per bulan Rp.500.000-1.000.000

sebelum menerima kredit ada 2 orang, setelah menerima kredit menjadi 1 orang. Kondisi setelah menerima kredit, pendapatan per bulan Peminjam menjadi meningkat dapat dilihat pada Peminjam yang memiliki pendapatan per bulan antara Rp.1.500.000-2.000.000 dan > Rp.3.000.000. Sedangkan pendapatan per bulan pada Peminjam kredit macet juga mengalami peningkatan, tetapi masih ada juga yang tidak mengalami peningkatan.

Dokumen terkait