• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5. Dampak Pemberian Kredit melalui pola Swamitra

5.6.2 Dampak Terhadap Peminjam Skala Sedang

dengan Rp 30 Juta)

Peminjam dengan jumlah pinjamannya antara Rp 10 juta sampai dengan Rp 30 juta dapat dilihat pada Tabel 27. Pada Tabel 27 dapat juga diketahui mengenai jenis mata pencarian utama dan mata pencarian sampingan dari masing-masing Peminjam dengan besar kredit serta tujuan dari pinjaman dana melalui pola Swamitra. Tujuan penggunaan dana yang diperoleh Peminjam adalah untuk modal kerja (7 orang) dan untuk investasi dan modal kerja (4 orang). Hal ini berbeda dengan seluruh Peminjam yang jumlah pinjamannya < Rp.10 juta, dana dimanfaatkan hanya untuk modal kerja. Tabel 27. Jenis Pekerjaan Pokok dan Sampingan, Besar Kredit dan Tujuan

Penggunaan Pinjaman yang diperoleh. No

Peminjam Jenis Pekerjaan Pokok Pekerjaan Sampingan

Besar Kredit (Rp)

Tujuan Penggunaan 1 Berdagang buah Rumah sewa 25.000.000 Modal kerja 2 Berdagang ikan Rumah sewa 20.000.000 Modal kerja 3 Pengusaha batu bata Kontraktor, kebun

karet 25.000.000

Investasi, modal kerja 4 Home industri wajik - 16.000.000 Investasi 5 Apotik kelontongan - 15.000.000 Investasi,

Modal kerja

6 Menjahit - 20.000.000 Modal kerja

7 Peras kelapa Penjaga kantor 12.000.000 Modal kerja

8 Wiraswasta - 17.000.000 Investasi,

Modal kerja

9 Berdagang - 20.000.000 Modal kerja

10 Berdagang - 25.000.000 Modal kerja

11 Ponsel Rental mobil 30.000.000 Modal kerja Sumber : Data Primer, 2008.

5.6.2.1. Dampak Terhadap Peningkatan Aset dan Skala Usaha

Jenis aset serta peningkatan dari aset yang dimiliki seluruh Peminjam kredit lancar (10 orang) dengan jumlah pinjaman antara Rp.10 juta sampai dengan Rp.30 juta, dapat dilihat pada Tabel 28 dibawah ini. Sebelum menerima kredit Swamitra aset finansial dimiliki oleh 7 orang (70 %) Peminjam, sedangkan yang tidak memiliki aset finansial ada 3 orang (30 %) Peminjam.

Dari Tabel 28 dapat juga diketahui bahwa seluruh Peminjam kredit lancar memiliki aset finansial yaitu setelah menerima kredit Swamitra dan setelah beberapa lama memperoleh hasil dari usaha yang dijalankannya. Demikian juga dengan aset riil yang dimiliki oleh masing-masing Peminjam, sebelum menerima kredit masih ada Peminjam yang belum memiliki rumah dan kendaraan, tetapi kondisi ini berubah setelah memanfaatkan dana pinjaman Swamitra selain Peminjam sudah memiliki rumah dan kendaraan, mereka juga masih bisa mengelola usaha yang telah ada selama ini. Meskipun setelah menerima kredit Swamitra Peminjam yang memiliki aset riil berupa tanah dan kendaraan berkurang 1 orang, yang sebelumnya ada 3 orang.

Sedangkan aset riil berupa tanah, kendaraan dan barang perhiasan sebelum menerima kredit Swamitra ada 3 orang, setelah menerima kredit Swamitra tidak ada Peminjam yang memiliki aset riil tersebut dan aset riil berupa rumah, kendaraan, tanah dan barang perhiasan, sebelumnya masih ada 1 orang Peminjam setelah menerima kredit tidak ada Peminjam yang memiliki aset riil tersebut. Hal ini disebabkan karena beberapa Peminjam tersebut, lebih memilih aset finansial yang dapat dimanfaatkan untuk menambah modal kerja dari usaha yang mereka kembangkan, dengan menjual aset riil yang mereka miliki.

Jumlah Peminjam kredit macet dengan jumlah pinjaman antara Rp.10 juta sampai dengan Rp.30 juta, hanya 1 orang. Sebelum dan sesudah Peminjam memanfaatkan kredit Swamitra, kondisi aset finansial tidak mengalami perubahan. Berbeda dengan aset rii yang dimiliki, setelah menerima kredit Swamitra, Peminjam memiliki tanah, rumah dan kendaraan. Dimana awalnya aset riil yang dimiliki hanya berupa kendaraan dan barang perhiasan. Hal ini disebabkan karena meskipun Peminjam menunggak kewajiban dari pinjaman kredit Swamitra tersebut, tetapi pembayaran tetap diselesaikan

dengan cara dibayar setiap 2 atau 3 bulan sekali sampai habis waktu pinjaman tersebut. Penundaan pembayaran kredit ini disebabkan karena usaha yang dikelola tidak bersifat kontinyu/tidak setiap bulan menghasilkan, meskipun demikian Peminjam tetap mampu membayar/mencicil pinjaman karena Peminjam selain sebagai pengusaha batu bata juga memiliki mata pencarian lain yaitu sebagai kontraktor dan berkebun karet (Peminjam nomor 3 pada Tabel 28).

Tabel 28. Jenis aset yang dimiliki oleh Peminjam. Kredit Lancar

Sebelum Sesudah No Jenis Aset Yang Dimiliki Jumlah

(jiwa) Persentase (%) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Aset Finansial Ada 7 70,00 10 100,00 Tidak ada 3 30,00 0 0 Jumlah 10 100,00 10 100,00 2 Aset Riil Rumah 0 0 1 10,00 Rumah, kendaraan 0 0 1 10,00 Tanah, Kendaraan 3 30,00 2 20,00

Tanah, kendaraan, barang

perhiasan 3 30,00 0 0

Rumah, kendaraan, tanah, barang

perhiasan 1 10,00 0 0

Tanah, barang perhiasan 2 20,00 6 60,00

Jumlah 10 100,00 10 100,00

Kredit Macet

Sebelum Sesudah No Jenis Aset Yang Dimiliki Jumlah

(jiwa) Persentase (%) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Aset Finansial Ada 1 100,00 1 100,00 Tidak ada 0 0 0 0 Jumlah 1 100,00 1 100,00 2 Aset Riil

Kendaraan, barang perhiasan 1 100,00 0 0

Jumlah 1 100,00 1 100,00 Sumber : Data Primer 2008

Pengaruh dana kredit Swamitra ini tidak hanya terhadap peningkatan aset finasial dan aset riil saja, tetapi juga berpengaruh terhadap volume penjualan dari barang dan jasa dari masing-masing Peminjam yang pinjamannya Rp.10 – 30 juta. Peminjam kredit lancar yang mengalami peningkatan volume penjualannya ada sebanyak 4 orang (40 %) sedangkan yang tidak mengalami peningkatan sebanyak 6 orang (60 %). Sedangkan Peminjam kredit macet (1 orang) mengalami peningkatan volume penjualan per bulan dari Rp.2.500.000-Rp.3.000.000 menjadi > Rp.3.000.000. Kondisi ini dapat juga dilihat pada Tabel 29

Tabel 29. Keadaan Volume Penjualan per Bulan Peminjam Sebelum dan Sesudah Memperoleh Kredit Swamitra.

Kredit Lancar

Sebelum Sesudah No Volume Penjualan

Rata-rata perbulan (Rp/bln) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) 1 < 1.000.000 0 0 0 0 2 1.000.000-1.500.000 0 0 0 0 3 1.500.000-2.000.000 1 10,00 0 0 4 2.000.000-2.500.000 1 10,00 1 10,00 5 2.500.000-3.000.000 2 20,00 1 10,00 6 > 3.000.000 6 60,00 8 80,00 Jumlah 10 100,00 10 100,00 Kredit Macet Sebelum Sesudah No Volume Penjualan

Rata-rata perbulan (Rp/bln) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) 1 < 1.000.000 0 0 0 0 2 2.500.000-3.000.000 1 100,00 0 0 3 > 3.000.000 0 0 1 100,00 Jumlah 1 100.00 1 100.00

Sumber : Data Primer, 2008.

5.6.2.2. Dampak Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Perkembangan penggunaan tenaga kerja dalam suatu usaha menunjukkan perkembangan dari usaha tersebut. Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa Setelah menerima

kredit Swamitra, jumlah Peminjam yang menggunakan tenaga kerja hanya 1 orang dalam setiap usaha yang dikelolanya menjadi berkurang (dari 5 Peminjam menjadi 3 Peminjam), yang menggunakan tenaga kerja 2 orang dalam usahanya menjadi bertambah (dari 1 Peminjam menjadi 2 Peminjam). Ada 4 orang Peminjam yang menggunakan tenaga kerja sebanyak 3 orang dalam usahanya dan jumlah tenaga kerja yang paling banyak digunakan adalah 9 orang dengan jumlah Peminjam hanya 1 orang. Hal ini menunjukkan bahwa setelah adanya pemanfaatan dana kredit Swamitra maka jumlah tenaga kerja yang digunakan semakin meningkat untuk menghasilkan barang/jasa yang lebih banyak, artinya usaha yang dikelola Peminjam semakin berkembang.

Tabel 30. Jumlah Tenaga Kerja Peminjam Sebelum dan Sesudah Menerima Kredit Swamitra.

Kredit Lancar

Sebelum Sesudah No Jumlah Tenaga Kerja

Yang digunakan Jumlah (Peminjam) Persentase (%) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) 1 1 orang 5 50,00 3 30,00 2 2 orang 1 10,00 2 20,00 3 3 orang 3 30,00 4 40,00 4 5 orang 0 0 1 10,00 5 6 orang 1 10,00 0 0 6 9 orang 0 0 1 10,00 Jumlah 10 100,00 10 100,00 Kredit Macet Sebelum Sesudah No Jumlah Tenaga Kerja

Yang digunakan Jumlah (Peminjam) Persentase (%) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) 1 2 orang 1 0 1 0 2 3 orang 0 0 0 0

Jumlah 1 100 1 100 Sumber : Data Primer 2008

Dari Tabel 30 juga dapat disimpulkan bahwa Peminjam kredit macet tidak mengalami peningkatan maupun penurunan tenaga kerja. Artinya pemberian kredit oleh Bank Bukopin melalui pola Swamitra tidak mempengaruhi Peminjam kredit macet untuk menambah ataupun mengurangi jumlah tenaga kerja yang digunakan. Untuk lebih jelasnya, perubahan tenaga kerja tersebut dapat dilihat dari Tabel 31 di bawah ini.

Tabel 31. Perubahan Tenaga Kerja Sesudah Menerima Kredit Kredit Lancar

No Keterangan Jumlah (Peminjam) Persentase (%)

1 Tenaga Kerja Bertambah 6 60,00

2 Tenaga Kerja Tetap 4 40,00

3 Tenaga Kerja Berkurang 0 0

Jumlah 10 100,00

Kredit Macet

No Keterangan Jumlah (Peminjam) Persentase (%)

1 Tenaga Kerja Tetap 0 0

2 Tenaga Kerja Tetap 1 100,00

3 Tenaga Kerja Berkurang 0 0

Jumlah 1 100.00

Sumber : Data Primer 2008

Pada Tabel 31 diketahui jumlah Peminjam kredit lancar yang menambah tenaga kerjanya ada sebanyak 6 orang (60%) dan tidak menambah atau mengurangi tenaga kerjanya ada 4 orang Peminjam (40 %). Penambahan jumlah tenaga kerja ini karena usaha yang dijalankan oleh Peminjam semakin berkembang, volume penjualan yang semakin bertambah dan pasar yang semakin luas sehingga memerlukan tenaga kerja yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sementara itu, Peminjam kredit macet tidak mengalami perubahan/tetap jumlah tenaga kerja yang digunakan. Hal ini disebabkan karena Peminjam mempertimbangkan usaha yang tidak kontinyu sehingga masih belum memerlukan penambahan tenaga kerja.

5.6.2.3. Dampak Terhadap Perluasan Pasar

Usaha Peminjam dengan pinjaman Rp.10 juta-Rp.30 juta, mengalami perluasan pasar. Hal ini memberikan indikasi bahwa pemberian kredit oleh Bank Bukopin melalui pola Swamitra cukup berhasil. Pada Tabel 32 dapat diketahui bahwa jumlah Peminjam

yang usahanya mengalami perluasan pasar ada sebanyak 4 orang (36,67 %) dan yang tidak mengalami perluasan pasar ada sebanyak 7 orang (63,63 %). Pemberian kredit melalui pola Swamitra tidak mempengaruhi perluasan pasar Peminjam, disebabkan karena permintaan terhadap barang dan jasa yang diusahakan Peminjam tidak meningkat secara significan sehingga menurut Peminjam tidak perlu menambah cabang usaha yang sama di lokasi yang berbeda. Kondisi ini berbeda dengan Peminjam yang mengalami perluasan pasar, menurut mereka perlu menambah cabang usaha lama juga perlu menambah cabang usaha yang baru di lokasi yang berbeda, dengan pertimbangan permintaan dan tempat dari barang yang dijual meningkat/bertambah.

Sementara untuk debitur kredit macet (1 orang) mengalami perluasan pasar. Dengan adanya fasilitas kredit, usaha batu bata yang dikelolanya mengalami perluasan pasar dalam artian bertambahnya jumlah produksi batu bata dengan bertambahnya tempat memproduksi batu bata tersebut yaitu awalnya hanya 1 buah tungku bertambah menjadi 3 buah tungku. Namun meskipun demikian perputaran/pengembalian modal dalam usaha Peminjam ini masih lambat/tidak kontinyu setiap bulan, dikarenakan selain usaha baru bata Peminjam juga menanamkan modalnya untuk usaha kebun karet yang sifatnya musiman untuk menghasilkan.

Tabel 32. Perluasan Pasar Usaha Peminjam dengan Pinjaman antara Rp 10 -30 Juta

No

Peminjam Usaha pokok

Sebelum Menerima Kredit

Setelah Menerima Kredit

1 Berdagang buah 1 Kios 2 Kios

2 Berdagang ikan 1 Kios 1 Kios, rumah sewa,oplet 3 Pengusaha batu bata 1 Tungku 3 Tungku, kebun karet 4 Home industri wajik 6 Jalur pemasaran 11 Jalur pemasaran 5 Apotik kelontongan Pasar dupa Pasar dupa

6 Menjahit Marpoyan damai Marpoyan damai

7 Peras kelapa Pasar dupa Pasar dupa

8 Wiraswasta ( service mobil ) Marpoyan damai Marpoyan damai

9 Berdagang Pasar dupa Pasar dupa

10 Berdagang Jl. Adi sucipto Jl. Adi sucipto

11 Ponsel tidak ada ruko 1 ruko (sewa)

5.6.2.4. Dampak Terhadap Peningkatan Pendapatan

Menurut Soetrisno (2002) salah satu indikator penting untuk mengetahui tingkat pendapatan dari suatu usaha adalah nilai tukar produk usaha. Semakin tinggi nikai tukar produk, semakin tinggi pendapatan pelaku usaha. Sebaliknya semakin rendah nilai tukar produk usaha maka semakin rendah tingkat pendapatan pelaku usaha. Nilai tukar yang dimaksudkan di sini adalah harga yang diterima pelaku usaha dari hasil penjualan produknya. Dari Tabel 33 dapat diketahui bahwa setelah memanfaatkan dana kredit Swamitra, maka pendapatan rata-rata per bulan dari masing-masing peminjam cenderung meningkat dibandingkan dengan kondisi sebelum menerima kredit. Artinya nilai tukar produk (barang/jasa) dari masing-masing Peminjam semakin meningkat sehingga harga yang diperoleh juga semakin bagus. Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33. Pendapatan Bersih Peminjam Sebelum dan Sesudah memperoleh Kredit Swamitra. Kredit Lancar Sebelum Sesudah No Pendapatan rata-rata perbulan (Rp/bln) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) 1 < 1000.000 2 20,00 2 20,00 2 1.000.000-2.000.000 2 20,00 0 0 3 2.000.000-3.000.000 0 0 1 10,00 4 3.000.000- 4.000.000 2 20,00 2 20,00 5 4.000.000- 5.000.000 0 0 1 10,00 6 6.000.000- 7.000.000 0 0 0 0 7 7.000.000- 8.000.000 2 20,00 0 0 8 > 8.000.000 2 20,00 4 40,00 Jumlah 10 100.00 10 100.00 Kredit Macet Sebelum Sesudah No Pendapatan rata-rata perbulan (Rp/bln) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) Jumlah (Peminjam) Persentase (%) 1 < 1.000.000 1 100,00 0 0 2 1.000.000-1.500.000 0 0 0 0 3 1.500.000-2.000.000 0 0 0 0 4 2.000.000- 2.500.000 0 0 0 0 5 2.500.000- 3.000.000 0 0 0 0 6 > 3.000.000 0 0 1 100,00 Jumlah 1 100,00 1 100,00

Sumber : Data Primer 2008

Pada Tabel 33 tersebut, peminjam kredit lancar yang tertinggi mengalami peningkatan pendapatan adalah peminjam pada nilai pendapatan rata-rata per bulan > Rp.8.000.000 yaitu sebelum menerima kredit hanya 2 orang peminjam dan setelah menerima kredit meningkat menjadi 4 orang. Demikian juga, bagi peminjam kredit macet, dana kredit Swamitra sangat membantu di dalam perkembangan usahanya. Meskipun dalam membayar cicilan kredit setiap bulan sering menunggak, tetapi pendapatan rata-rata per bulan semakin meningkat. Hal ini disebabkan jenis usaha yang dikelolanya tidak menghasilkan setiap bulan, tetapi jika telah menghasilkan akan meningkatkan pendapatan Peminjam.

Dokumen terkait