• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak yang diakibatkan oleh mobilitas nelayan 115

4 HASIL

4.4 Dampak yang diakibatkan oleh mobilitas nelayan 115

Dampak yang diakibatkan oleh mobilitas nelayan terhadap status nelayan, baik secara profesi maupun geografi dapat dicerminkan dalam Tabel 10. Berdasarkan tabel tersebut dapat kita simpulkan untuk setiap tipe nelayan apakah faktor-faktor yang terpapar sebelumnya berpengaruh banyak atau tidak terhadap pendapatan nelayan itu sendiri yang nantinya akan merubah status para nelayan.

Tabel 10 Dampak X1, X2, X3, X4 terhadap Y Tipe

Nelayan

Koefisien

Konstruk |T-Hitung| T-table Keterangan

X1 0,02 0,05 1.96 Tidak Signifikan

X2 0,37 0,26 1.96 Tidak Signifikan

X3 0,02 0,04 1.96 Tidak Signifikan

X4 0,57 0,32 1.96 Tidak Signifikan

Sumber: Hasil Olahan Data

Hasil uji kebermaknaan terhadap masing-masing estimasi parameter model struktural faktor persepsi semuanya nyata pada tingkat kesalahan 0,05 dengan estimasi prsamaan struktural sebagai berikut:

X1 = 0,26 X1.6 + 0,11 X1.7 + 0,06 X1.8 + 0,33 X1.9

1) Jika pendapatan (X1.6) naik 1 satuan maka mobilitas geografi (X1) akan meningkat 0,26.

2) Jika persediaan ikan (X1.7) naik 1 satuan maka mobilitas geografi (X1) akan meningkat 0,11.

3) Jika kejenuhan (X1.8) naik 1 satuan maka mobilitas geografi (X1) akan meningkat 0,06.

4) Jika modal (X1.9) naik 1 satuan maka mobilitas geografi (X1) akan meningkat 0,33.

X2 = 0,33 X2.4 + 0,42 X2.6 + 0,27 X2.7 + 0,48 X2.9

1) Jika aspek pengalaman kerja (X2.4) naik 1 satuan maka mobilitas geografi dan profesi (X2) akan meningkat 0,33.

2) Jika pendapatan (X2.6) naik 1 satuan maka mobilitas geografi dan profesi (X2) akan meningkat 0,42.

3) Jika persediaan ikan (X2.7) naik 1 satuan maka mobilitas geografi dan profesi (X2) akan meningkat 0,27.

4) Jika modal (X2.9) naik 1 satuan maka mobilitas geografi dan profesi (X2) akan meningkat 0,29.

X3 = 0,69 X3.4 + 0,16 X3.5 + 0,49 X3.6 + 0,21 X3.7 + 0,19 X3.8 + 0,62 X3.9

1) Jika aspek pengalaman kerja (X3.4) naik 1 satuan maka mobilitas profesi (X3) akan meningkat 0,69.

2) Jika aspek jumlah tanggungan keluarga (X3.5) naik 1 satuan maka mobilitas profesi (X3) akan meningkat 0,16.

3) Jika pendapatan (X3.6) naik 1 satuan maka mobilitas profesi (X3) akan meningkat 0,49.

4) Jika persediaan ikan (X3.7) naik 1 satuan maka mobilitas profesi (X3) akan meningkat 0,21.

5) Jika kejenuhan (X3.8) naik 1 satuan maka mobilitas profesi (X3) akan meningkat 0,19.

6) Jika modal (X3.9) naik 1 satuan maka mobilitas profesi (X3) akan meningkat 0,62.

X4 = 0,20 X4.4 + 0,20 X4.5 + 0,47 X4.6 + 0,21 X4.7 + 0,17 X4.8 + 0,51 X4.9

1) Jika aspek pengalaman kerja (X4.4) naik 1 satuan maka tidak mobilitas profesi dan goegrafi (X4) akan meningkat 0,20.

2) Jika jumlah tanggung keluarga (X4.5) naik 1 satuan maka tidak mobilitas profesi dan goegrafi (X4) akan meningkat 0,20.

3) Jika pendapatan (X4.6) naik 1 satuan maka tidak mobilitas profesi dan goegrafi (X4) akan meningkat 0,47.

4) Jika persediaan ikan (X4.7) naik 1 satuan maka tidak mobilitas profesi dan goegrafi (X4) akan meningkat 0,21.

5) Jika kejenuhan (X4.8) naik 1 satuan maka tidak mobilitas profesi dan goegrafi (X4) akan meningkat 0,17.

6) Jika modal (X4.9) naik 1 satuan maka tidak mobilitas profesi dan goegrafi (X4) akan meningkat 0,51.

Untuk nelayan tipe mobilitas geografi (X1), didapatkan hasil T-hitung = 0,05 , mengartikan bahwa tidak signifikan dalam pengertian bahwa tidak ada dampak yang diakibatkan oleh mobilisasi terhadap status mereka. Begitu juga dengan mobilitas geografi dan profesi (X2) didapatkan hasil T-hitung = 0,26 mengartikan bahwa tidak signifikan dalam pengertian bahwa tidak ada dampak yang diakibatkan oleh mobilisasi terhadap status mereka. Sedangakan hasil dari mobilitas profesi (X3), dimana T-hit = 0,04 juga mengisyaratkan bahwa hubungan ini tidak signifikan dalam arti tidak ada dampak yang diakibatkan dari bermobilisasinya mereka. Selanjutnya untuk nelayan tipe tidak mobilitas (X4) dengan T-hitung = 0,32 memberi makna bahwa juga tidak signifikan dalam pengertian bahwa dengan tinggalnya mereka di desa asal dan tidak berpindah

profesi atau tetap sebagai nelayan juga tidak memberikan hasil yang lebih baik dari keadaan mereka yang selama ini dijalani.

4.5 Solusi Strategis untuk Mempercepat Alih Status Nelayan Ke arah yang Lebih Baik

Untuk mempercepat alih status nelayan ke arah yang lebih baik, diperlukan suatu solusi yang strategis, yang merupakan hasil analisis SWOT. Analisis SWOT dilakukan dengan cara mengidentifiksi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) secara sistematis untuk merumuskan strategi dalam merumuskan kebijakan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Matriks strategi eksternal solusi strategis untuk mempercepat alih status nelayan disajikan melalui Tabel 11.

Tabel 11 Matriks strategi eksternal solusi strategis untuk mempercepat alih status nelayan ke arah yang lebih baik

Faktor Eksternal Bobot Rating Score

Peluang:

Mengadopsi teknologi baru 0,15 4 0.60

Potensi sumber daya ikan belum

dimanfaatkan secara optimal 0,20 4 0,80

Peningkatan kualitas alat penangkapan ikan 0,20 4 0,80 Dukungan pemerintah daerah untuk

meningkatkan usaha perikanan 0,25 3 0,75

Ancaman:

Sistem bagi hasil 0,02 2 0,04

Adanya tengkulak 0,05 2 0,10

Illegal fishing

Kejenuhan dalam pekerjaan

0,05 0,05 2 1 0,05 0,05 Pengrusakan habitat perairan pada saat

penangkapan ikan 0,03 1 0,03

Total 1,00 3,17

Sumber: Hasil Olahan Data

Berdasarkan Tabel 11, strategi eksternal memiliki peluang dan ancaman untuk mempercepat alih status nelayan ke arah yang lebih baik. Adapun unsur peluang meliputi perkembangan pesat teknologi penangkapan yang lebih efektif dan efisien. Sehubungan dengan berjalannya waktu, banyak ahli yang menemukan

alat-alat yang canggih dalam kegiatan penangkapan ikan seperti global positioning system dan echo-saunder.

Nelayan memiliki peluang lain seperti dukungan penuh dari pemerintah dalam pengembangan usaha perikanan tangkap, meningkatnya alat penangkapan ikan dan perluasan daerah penangkapan ikan yang produktif melalui pengetahuan tentang daerah penangkapan ikan. Pengetahuan mengenai daerah penangkapan ikan yang semakin meningkat membuat nelayan akan semakin efektif dan efisien dalam penangkapan ikan. Semakin besarnya peluang yang dilaksanakan maka semakin cepat alih status nelayan ke arah yang lebih baik.

Sementara itu, unsur ancaman meliputi adanya illegal fishing yang semakin marak memasuki daerah wilayah penangkapan nelayan-nelayan setempat, ketidakmampuan nelayan untuk memprotes kebijakan pemerintah yang merugikan nelayan, batas-batas penangkapan belum diterapkan, kurangnya modal dan tidak adanya kepercayaan dari penyandang dana (seperti Bank). Kurangnya pengetahuan nelayan dalam peminjaman modal ke Bank sehingga mereka melakukan peminjaman dengan rentenir dengan bunga yang besar. Apabila ancaman tersebut dapat dikendalikan dengan peluang yang ada maka status nelayan akan lebih baik. Strategi internal berupa strategi untuk mempercepat alih status nelayan ke arah yang lebih baik disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Matriks strategi internal solusi strategis untuk mempercepat alih status nelayan ke arah yang lebih baik

Faktor Internal Bobot Rating Score

Kekuatan:

Keinginan kuat nelayan untuk merubah status Faktor penarik dan pendorong untuk mobilitas Jumlah nelayan skala kecil masih cukup banyak

Pengalaman kerja (melaut) yang cukup baik

0,15 0,15 0,10 0,05 4 4 4 3 0,60 0,60 0,40 0,15 Kelemahan:

Alih profesi dan lokasi

Pendapatan nelayan yang minim Faktor budaya masyarakat nelayan Rendahnya teknologi penangkapan Ketidakmampuan memprotes kebijakan pemerintah

Peraturan pemerintah yang sulit diterapkan

0,15 0,05 0,05 0,15 0,10 0,05 3 2 2 1 1 1 0,45 0,10 0,10 0,30 0,10 0,05 Total 1,00 2,85

Keinginan kuat nelayan untuk merubah status, faktor penarik dan pendorong untuk mobilitas, jumlah nelayan skala kecil masih cukup banyak dan pengalaman kerja (melaut) yang cukup baik merupakan kekuatan dalam rangka perubahan status nelayan ke arah yang lebih baik. Perairan Sulawesi Utara memiliki sumber daya perikanan yang potensial sehingga masih dapat dieksploitasi dengan baik. Sehingga apabila kekuatan yang ada pada nelayan Provinsi Sulawesi Utara dipertahankan ataupun ditingkatkan maka status nelayan Provinsi Sulawesi Utara akan semakin baik.

Alih profesi dan lokasi, pendapatan nelayan yang minim, faktor budaya masyarakat nelayan, rendahnya teknologi penangkapan, ketidakmampuan memprotes kebijakan pemerintah, peraturan pemerintah yang sulit diterapkan merupakan unsur kelemahan dalam rangka perubahan status nelayan ke arah yang lebih baik. Adapun hasil identifikasi faktor internal dan eksternal (IE) berada pada kuadran pertama.

Kondisi peluang dan kekuatan dengan skor yang lebih tinggi sehingga rekomendasi strategi yang diberikan adalah progresif, dimana dengan kondisi tersebut dapat mengubah status nelayan menjadi lebih baik.

Strategi SO dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan dan peluang yang tersedia di Provinsi Sulawesi Utara untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

Sedangkan strategi ST adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Mengenai strategi WO diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

Strategi WT didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Matriks strategi ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki yang membutuhkan kebijakan untuk diimplementasikan seperti Tabel 13.

Tabel 13 Pilihan strategi untuk mempercepat alih status nelayan diProvinsi Sulawesi Utara

IFAS

EFAS

Kekuatan:

¾ Keinginan kuat nelayan untuk merubah status

¾ Faktor penarik dan pendorong untuk mobilitas

¾ Jumlah nelayan skala kecil masih cukup banyak

¾ Pengalaman kerja (melaut) yang cukup baik

Kelemahan:

¾ Alih profesi dan lokasi

¾ Pendapatan nelayan yang minim

¾ Faktor budaya masyarakat nelayan ¾ Rendahnya teknologi penangkapan ¾ Ketidakmampuan memprotes kebijakan pemerintah

¾ Peraturan pemerintah yang sulit diterapkan

Peluang:

¾ Mengadopsi teknologi baru

¾ Potensi sumber daya ikan belum dimanfaatkan secara optimal

¾ Dukungan pemerintah daerah untuk meningkatkan usaha perikanan

¾ Peningkatan kualitas alat penangkapan ikan

Strategi SO

¾ Menghasilkan nelayan yang mampu mengoperasikan teknologi modern guna mempermudah pencarian DPI baru

¾ Membuat peraturan daerah yang memihak nelayan skala kecil

Strategi WO

¾ Pemerintah memberi kemudahan bagi nelayan untuk memperoleh modal

¾ Pemerintah mengadakan penyuluhan tentang kelemahan alih profesi atau pindah wilayah penangkapan

Ancaman:

¾ Sistem bagi hasil yang merugikan nelayan skala kecil

¾ Adanya tengkulak

¾ Illegal fishing

¾ Kejenuhan dalam pekerjaan

¾ Pengrusakan habitat perairan pada saat penangkapan ikan

Strategi ST

¾ Meninjau kembali sistem bagi hasil yang sementara berlaku saat ini

Strategi WT

¾ Memberi sanksi keras bagi oknum yang melakukan

illegal fishing demi

keuntungan pribadi